Soal
1. Carilah konteks masalah “tersirat” yang dibicarakan,
2. Jelaskan apa sesungguhnya hal yang dibicarakan,
3. Analisis lah bagaimana cara penulis tersebut mengutarakan maksudnya.
Jawaban
1. Menurut kesimpulan saya, konteks yang ada di artikel ini adalah tentang
larangan penggunaan celana cingkrang oleh Menteri Agama, Fachrul Razi. Beliau
melarang adanya penggunaan celana cingkrang dan cadar di instansi pemerintah,
larangan ini ditujukan setelah beliau menegur PNS yang memakai celana
cingkrang. Beliau juga memberi argumen bahwa cadar dan celana cingkrang
bukan menjadi pengukur ketakwaan seseorang dan juga tidak ada perintahnya di
kitab suci sebagai mana yang saya baca di Situs Merdeka.
(https://www.merdeka.com/peristiwa/kontroversi-menteri-agama-fachrul-razi-
singgung-cadar-hingga-celana-cingkrang.html)
2. Yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh Bandung Marwadi dalam artikel
“Cingkrang” di Tempo Bahasa! Adalah mengenai bahasa cingkrang yang
pengertiannya dibuat sembarangan yaitu pengertian yang mungkin salah. Karena
di KBBI versi mutakhir ataupun lawas, hanya ditemukan pengertian “terlalu
pendek” dan “kurang panjang” yang mana tidak tentu merujuk kepada celana.
Bandung Marwadi ingin menyampaikan bahwa karena penggunaan arti yang salah
bisa menyebabkan juga perbedaan pengertian antara komunikator terhadap
komunikan.
3a. Jenis Komunikasi yang digunakan adalah Komunikasi yang dilakukan artikel
ini adalah jenis Komunikasi Bermedia Massa berupa media cetak.
Komunikasi Bermedia Massa yaitu komunikasi yang digunakan apabila
komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh.
3b. Teori Komunikasi yang digunakan dalam Artikel ini adalah Teori Komunikasi
menurut Melvin L DeFleur.
Diantara keempat teori yang dikemukakan oleh Melvin L DeFleur pada bukunya
yang berjudul Theories of Mass Communcation, yang paling mendekati adalah
Cultural Norms Theory.
Cultural Norms Theory adalah anggapan yang mendasar bahwa melalui penyajian
yang selektif dan penekanan pada tema tertentu, media massa menciptakan kesan-
kesan pada khalayak bahwa norma-norma budaya yang sama mengenai topik-
topik tertentu dibentuk dengan cara-cara yang khusus. Sebagai hasilnya Pertama,
media massa dalam pesan komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada
dan mengarahkan orang-orang untuk percaya bahwa suatu bentuk sosial dipelihara
oleh masyarakat. Kedua, media massa bisa menciptakan keyakinan baru mengenai
topik yang khalayak kurang berpengalaman sebelumnya. Ketiga, media massa
bisa mengubah norma-norma yang sudah ada dan karenanya mengubah bentuk
tingkah laku yang satu menjadi tingkah laku yang lain.
Lampiran
Namun hal itu tak membuatnya kecil hati. Dia justru menegaskan mampu
menjalankan amanah yang diberikan Jokowi. Sebagai menteri agama,
Fachrul berkomitmen untuk memberantas radikalisme.
Fachrul Razi merupakan lulusan Akmil tahun 1970. Di militer dia sangat
berpengalaman dalam bidang infanteri. Dia pernah menjadi Komandan
Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang 1 Kostrad, kemudian Wakil
Asisten Operasi KASAD, Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana dan
Gubernur Akademi Militer (1996-1997).
"Saya waktu itu datang di suatu BUMN, pada saat upacara dimulai,
seorang pejabat sama sekali tak menunjukkan hormatnya pada lagu
Indonesia Raya. Tidak nyanyi, saya tanya apa kamu sakit? Kalau kamu
tidak sakit pasti kamu hormat kepada Indonesia Raya karena kamu
pegawai negeri kalau kamu tidak hormat keluar kamu!," bentak Menag
Fachrul menirukan ucapannya saat itu, Kamis (31/10).
Fachrul tak bisa menahan emosi karena pegawai BUMN itu dinilainya
tidak punya sikap hormat terhadap nasionalisme. Apalagi pegawai BUMN
digaji negara. Artinya mereka harus hormat dan bersikap patriot, kepada
lagu kebangsaan.
"Kita semua juga harus punya sikap yang sama, jangan nanti misal saya
marahin di tempat lain, kalau anda tak bisa menghormati Indonesia
percuma negara membayar anda," ujar Menag Fachrul.
"Jadi cadar itu bukan ukuran ketaqwaan orang, bukan berarti kalau sudah
pakai cadar taqwanya tinggi. Sudah dekat dengan Tuhan, cadar dak ada
dasar hukumnya di Alquran maupun Hadits dalam pandangan kami," kata
dia.
"Jadi betul dari sisi keamanan, kalau ada orang bertamu ke saya enggak
tunjukin muka, ya enggak mau saya," tandas dia.
Menteri Agama Fachrul Razi menyerukan pada imam dan khatib masjid
untuk menyisipkan doa dalam bahasa Indonesia saat berceramah selain
bahas Arab. Alasannya, agar jemaah bisa mengerti isi ceramah yang
disampaikan.
"Kalau dia (cadar) tak wajib ya enggak masalah. Tapi kalau dia ada
dasarnya saya agak khawatir ini masuk di ruang privat. Karena itu harus
hati-hati masuk ke ruang privat," ujar Mardani.