Anda di halaman 1dari 23

Nama : Maulana Fajar

NIM : 1201618044
Kelompok : 6 – Laos

RANGKUMAN NEGARA INDONESIA

Pandangan Umum Perencanaan Bahasa di Indonesia terbabagi menjadi


dua yaitu Perencanaan Korpus dan Perencanaan Status.
Perencanaan Korpus adalah usaha kodifikasi bahasa dalam rangka
penyempurnaan bahasa tersebut sehingga bisa dipakai secara mantap baik secara
lisan maupun tulis, sedangkan Perencanaan Status adalah usaha menentukan atau
memilih suatu dialek atau bahasa dari berbagai dialek atau bahasa yang ada untuk
dijadikan bahasa yang berstatus tertentu.
Indonesia memiliki Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang
bertugas untuk merencanakan Bahasa Indonesia, awalnya pada tahun 1930-an
pemerintah kolonial Belanda sudah mulai mengadakan penelitian tentang
kebudayaan yang ada di Indonesia, lalu pada tahun Tahun 1947 (Panitia Pekerja)
Mr. Soewandi selaku Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan menugasi
R.T. Amin Singgih Tjitrosomo untuk menyiapkan pembentukan suatu lembaga
negara yang menangani masalah pemeliharaan dan pembinaan bahasa Indonesia
dan bahasa daerah.
Selanjutnya pada tahun 1948 (Balai Bahasa) berhasil membentuk suatu
lembaga penelitian bahasa dibawah kepemimpinan Jawatan Kebudayaan,
Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Tahun 1952 (Lembaga
Bahasa dan Budaya) Lembaga Bahasa dan Budaya mempunyai struktur
oraganisasi yang lebih baik daripada Balai Bahasa. Hingga akhirnya pada tahun
2010 berubah menjadi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Pada tahun 2009 Pemerintah dan DPR RI periode 2004 - 2009
mengesahkan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara. Serta Lagu Kebangsaan. Dengan terbitnya Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2009 dan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, Pusat Bahasa berganti nama
menjadi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dibawah Kementerian
Pendidikan Nasional. Pusat Bahasa yang dulu secara organisasi berada di tingkat
Eselon II kini setelah menjadi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
menjadi unit utama (Eselon I) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Tugas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra
Indonesia.
 Pembinaan Bahasa yaitu, upaya untuk meningkatkan mutu pemakai
bahasa.
 Pengembangan Bahasa yaitu, upaya untuk meningkatkan kemampuan
Bahasa agar dapat berfungsi sesuai fungsinya.
 Pelindungan Bahasa yaitu, upaya menjaga dan memelihara kelestarian
bahasa melalui penelitian, pengembangan, pembinaan, dan pengajarannya
Fungsi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam melaksanakan
tugas tersebut, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut.
 Penyusunan    kebijakan    teknis,    rencana,    program    dan    anggaran
pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra; 
 Pelaksanaan  pengembangan,  pembinaan,  dan  pelindungan  bahasa  dan
sastra; pemantauan,   evaluasi,   dan   pelaporan   pelaksanaan  
pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra; 
 Pelaksanaan administrasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa;
dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Tugas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa juga untuk Pemerolehan
Bahasa. Pemerolehan Bahasa (language acquisition) adalah proses manusia
mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan
kata untuk pemahaman dan komunikasi Dalam konteks Indonesia, perencanaan
pemerolehan bahasa mungkin lebih tepat merujuk ke upaya untuk mengenalkan
bahasa Indonesia kepada siswa penutur bahasa daerah pada tahap awal pendidikan
formalnya.
Hal yang perlu diperhatikan saat merencanakan bahasa:
 Mengakomodasi pendapat dan pendangan masyarakat pemakai bahasa
 Pemerintah yang berkuasa dapat menjadi penggerak dan kunci
keberhasilan perencanaan bahasa
 Perencanaan bahas diselaraskan dengan perencanaan bidang-bidang lain
 Perlu ada proses penilaian
Hambatan Perencanaan Bahasa:
 Hambatan dari pemegang kekuasaan atau orang yang berpengaruh
 Hambatan dari penutur
 Hambatan dana dan tenaga
Nama : Maulana Fajar
NIM : 1201618044
Kelompok : 6 – Laos

RANGKUMAN NEGARA MALAYSIA

Sejarah Malaysia
Malaysia adalah sebuah negara federal yang terdiri dari tiga belas negeri
(negara bagian) dan tiga wilayah federal di Asia Tenggara dengan
luas 329.847 km persegi. Ibu kotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya
menjadi pusat pemerintahan federal.
Malaysia sebagai negara federal tidak pernah ada sampai tahun 1963.
Sebelumnya, sekumpulan koloni didirikan oleh Britania Raya pada akhir abad ke-
18, dan bagian barat Malaysia modern terdiri dari beberapa kerajaan yang
terpisah-pisah. Kumpulan wilayah jajahan itu dikenal sebagai Malaya Britania
hingga pembubarannya pada 1946, ketika kumpulan itu disusun kembali
sebagai Uni Malaya. Karena semakin meluasnya tentangan, kumpulan itu lagi-lagi
disusun kembali sebagai Federasi Malaya pada tahun 1948 dan kemudian meraih
kemerdekaan pada 31 Agustus 1957.
Bahasa di Malaysia
Bahasa asli di Malaysia masuk dalam keluarga Mon-Khmer dan Malayo-
Polinesia. Bahasa nasional atau resminya adalah Melayu yang merupakan bahasa
ibu kelompok etnis mayoritas Melayu. Kelompok etnis utama di Malaysia
meliputi Melayu, Tionghoa dan India, dengan beberapa kelompok etnis lainnya
yang terwakili dalam jumlah yang lebih kecil, masing-masing dengan bahasa
mereka sendiri. Bahasa asli terbesar yang digunakan di Malaysia Timur adalah
bahasa Iban, Dusunik, dan Kadazan.
Bahasa Inggris biasanya digunakan dalam industri pelayanan dan subyek
pengajaran di sekolah dasar dan menengah. Bahasa tersebut juga merupakan
bahasa utama yang dipakai di sebagain besar kolese dan universitas swasta.
Bahasa Inggris mendapatkan tempat penting di kalangan Melayu dalam
konteks resmi tertentu sesuai yang diatur pada Undang-Undang Bahasa Nasional,
khususnya di negara bagian Sabah dan Sarawak, dimana bahasa tersebut menjadi
bahasa kerja resmi.
Malaysia memiliki para pemakai dari 137 bahasa yang masih
digunakan, 41 diantaranya ditemukan di Semenanjung Malaysia. Pemerintah
menyediakan pendidikan pada tingkat dasar dalam setiap tiga bahasa utama,
Melayu, Mandarin dan Tamil. Pada Bahasa Melayu dan Tamil, terdapat sejumlah
perbedaan dialek .Terdapat sejumlah bahasa Tionghoa yang berasal dari etnis
Tionghoa yang datang dati selatan Tiongkok, yang meliputi Tionghoa Yue, Min
dan Hakka.

Perencanaan Bahasa di Malaysia


Perencanaan Bahasa adalah satu proses yang dilakukan oleh sebuah negara
untuk menentukan satu sistem bahasa yang mampu digunakan dalam semua
bidang, terutama dalam bidang pendidikan, penerbitan dan ekonomi, dan yang
lebih penting sekali adalah proses penyatuan negara.
Masalah inti dalam Bahasa Melayu melibatkan dua perkara penting yaitu
Reformasi sistem ejaan dan Perkembangan istilah saintifik.
Lembaga Perencanaan Bahasa di Malaysia
1. Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP)
atau nama pertamanya Balai Pustaka, adalah sebuah lembaga pemerintah
Malaysia yang didirikan pada 22 Juni 1956 untuk menggerakkan dan mengangkat
bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan, bahasa resmi dan bahasa keilmuan.
DBP didirikan sebagai sebuah lembaga kecil di bawah Kementerian
Pengajaran Malaysia di Johor Bahru, yang bertujuan untuk mengembangkan
bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa resmi negara Malaysia
yang akan merdeka ketika itu. Nama asalnya "Balai Pustaka“.
Pada tahun 1957, DBP dipindahkan ke Kuala Lumpur. Melalui Ordinan
Dewan Bahasa dan Pustaka 1959, DBP dinaikkan tarafnya lagi menjadi sebuah
badan hukum. Dengan status ini, DBP diberi kekuasaan otonomi untuk:
 merencanakan dan menyusun dasarnya yang khusus;
 menyusun rancangan pembinaan dan pengembangan bahasa dan
sastra;
 menjalankan kegiatan penerbitan dan perniagaan buku yang serupa
dengan sektor swasta.
2. Majelis Bahasa Brunei Darussalam – Indonesia – Malaysia
atau singkatannya MABBIM adalah sebuah badan yang dibentuk untuk
merancang dan memantau perkembangan bahasa Melayu/Indonesia di negara-
negara tersebut.
Asalnya badan ini dinamai Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia (MBIM),
yang didirikan pada tanggal 29 Desember 1972, setelah satu Pernyataan Bersama
ditandatangani oleh Tun Hussein Onn, Menteri Pendidikan Malaysia, dan Mashuri
Saleh, S.H., Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, pada 23
Mei 1972 di Jakarta. MBIM menjadi MABBIM ketika Brunei Darussalam
menjadi anggota Majelis ini pada 4 November 1985.
Piagam MABBIM yang ditandatangani pada 11 Juni 1987 menyebutkan
tujuan dan fungsi MABBIM sebagai berikut :
 Meningkatkan semangat kebersamaan dan persaudaraan antara
negara anggota;
 Meningkatkan peranan bahasa kebangsaan/resmi negara anggota
sebagai alat perhubungan yang lebih luas;
 Mengusahakan pembinaan dan pengembangan bahasa
kebangsaan/resmi negara anggota supaya menjadi bahasa yang
setaraf dengan bahasa modern yang lain;
 Mengusahakan penyelarasan bahasa melalui penulisan ilmiah dan
kreatif, pedoman, dan panduan;
 Mengadakan pertemuan kebahasaan berkala demi penyelarasan
dan pendekatan bahasa kebangsaan/resmi negara anggota.

Tantangan Perencanaan Bahasa Melayu di Malaysia
1. Bahasa Inggris
Ada beberapa faktor yang menyebabkan bahasa melayu kurang berkembang:
 Kenyataan yang menyatakan bahwa penguasaan bahasa Inggris
sangat penting untuk mempersiapkan seorang pelajar untuk
berkontribusi kepada pembinaan negara tingkat tinggi sebagai
seorang birokrat atau teknokrat atau profesi-profesi lain.
 Bahasa Inggris menjadi bahasa komunikasi dalam kalangan kelas
atas dan kelas menengah bagi orang yang bukan asli Melayu dan
komunikasi akan berlangsung dalam Bahasa Melayu jika
setidaknya ada orang melayu dalam proses komunikasi tersebut.
 Orang Melayu (golongan elit yang berpendidikan internasional)
sendiri merasa lebih nyaman menggunakan Bahasa Inggris, karena
tidak perlu terlalu memikirkan tentang penggunaan sistem sapaan
yang ketat
 Kurangnya bahan sumber dan buku teks yang ditulis dalam bahasa
melayu lokal, ada karya asli Bahasa melayu ataupun terjemahan.
 Penggunaan bahas Inggris yang luas dalam sektor swasta dan
bidang perindustrian dan perdagangan, serta penggunaan
penggunaan Bahasa Inggris sebagai pengantar pendidikan tinggi di
IPTA dan IPTS (Institute Pengajian Tinggi Swasta).
Tantangan Bahasa Melayu timbul saat Kementrian Pendidikan
melaksanakan pembelajaran sains dan matematika dalam Bahasa Inggris.
Kemerosotan dalam aspek taraf berlaku apabila penggunaan Bahasa Melayu
dalam bidang penerbitan, undang-undang, penyiaran, dan pendidikan ini ternyata
bukan meluas, tetapi semakin mengecil. Bahkan apabila dalam aspek mutu
berlaku adanya percampuran ragam bahasa sehingga Bahasa Melayu kehilangan
derajat dan citra sebagai bahasa budaya tinggi.
2. Dilema Bahasa Melayu
Pada tahun 1951 menurut laporan Dinas Kuasa Barnes, pentingnya Bahasa
Melayu dalam pembinaan sistem pendidikan yang bersifat kebangsaan sebagi alat
mencapai perpaduan.
Kemudian pada tahun 1956, kedudukan bahasa melayu bertambah baik
apabila laporan tersebut menegaskan bahwa Bahasa melayu harus diajarkan pada
semua sekolah, dijadikan salah satu pelajaran yang berhak untuk mendapat
sertifikat rendah ( lower certificate ) dan sertifikat pelajaran kebangsaan ( national
certificate of education ) dan menjadikan semua sekolah menengah jenis
kebangsaan wajib mengajar Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris.
Tahun 1961, ada dua tindakan yang dapat menyuburkan perkembangan
Bahasa Melayu;
 Menukar Bahasa pengantar Inggris pada tingkat sekolah dasar
dengan Bahasa Melayu
 Pemeriksaan umum sekolah menengah dijadikan dalam Bahasa
resmi negara saja, yaitu Bahasa Melayu.
 Tahun 1996, semua ijazah dalam pendidikan telah menggunakan
Bahasa Melayu untuk persyaratan lanjut ke tingkat berikutnya.
Nama : Maulana Fajar
NIM : 1201618044
Kelompok : 6 – Laos

RANGKUMAN NEGARA THAILAND

Profil negara Thailand


Kerajaan Thai (nama resmi bahasa Thai: ราชอาณาจักรไทย Ratcha
Anachak Thai; atau Prathēt Thai), yang lebih sering disebut Thailand dalam
bahasa Inggris, atau dalam bahasa aslinya Mueang Thai (dibaca: "meng-thai",
sama dengan versi Inggrisnya, berarti "Negeri Thai"), adalah sebuah negara di
Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan
Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat. Kerajaan Thai
dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1949.
 Ibu Kota : Bangkok
 Bahasa Resmi : Bahasa Thai
 Agama : Budha (94.50%) , Islam (4.29%) , Kristen (1.17%), Hindu
(0.03%) , Tidak beragama (0.01%)
 Lagu Kebangsaan : Phleng Chat Thai” (National Anthem of Thailand)
 Suku Bangsa/Etnis : Thai 97.5%, Myanmar 1.3%, lain-lain 1.1% (2015)
 Luas Wilayah : 513.120 km2
 Jumlah Penduduk : 68.615.858 jiwa (2018)
 Pertumbuhan Penduduk : 0,29% (2018)
 Angka Kelahiran : 11 bayi per 1000 penduduk (2018)
 Bahasa Resmi : Bahasa Thai
 Mata Uang : Baht
 Pendapatan Per Kapita : USD. 17.900,-
 Pendapatan Domestik Bruto Nominal : USD. 1,235 triliun
Bahasa Melayu di Thailand
Sejak abad 15 masehi bahasa melayu sudah menjadi bahasa perhubungan
yang penting (lingua franca) di negara Thai.
Pada tahun 1940 an, Phibun Songkram sebagai perdana menteri pada
masa itu, telah membangkitkan semangat nasionalisme kesiaman dengan
melakukan dasar Ratthaniyam Thai, yaitu:
 melarang institusi pendidikan mengajar dalam bahasa Melayu
 menutup institusi-institusi pendidikan agama islam yang mengajar dalam
bahasa Melayu
 melarang orang Melayu Bercakap bahasa Melayu
 memaksa orang Melayu menukarkan nama Melayu kepada Siam
 menukarkan nama-nama kampung dalam bahasa Melayu ke dalam Bahasa
Siam di seluruh wilayah Melayu
 berusaha menimbulkan kesulitan kepada orang Melayu yang bercakap
Bahasa melayu apabila berurusan di pejabar-pejabat kerajaan
 melarang orang-orang Melayu memakai pakaian Melayu

Bahasa Thai di Thailand


Bahasa Thai adalah bahasa resmi yang digunakan di Thailand. Bahasa ini,
dalam bahasa Thailand sendiri disebut ภาษาไทย (phasa thai, artinya "bahasa
rakyat Thailand").
Bahasa Thai adalah bagian dari rumpun bahasa Tai dari kelompok
bahasa Tai-Kadai. Bahasa-bahasa Tai-Kadai diperkirakan berasal dari
selatan Tiongkok, dan sebagian ahli bahasa telah menyatakan kemungkinan
adanya hubungan antara bahasa Thai dengan kelompok
bahasa Austroasiatik, Austronesia atau Sino-Tibet.
Bahasa Thai adalah bahasa nada dan bahasa analitik. Kombinasi antara
nada, ortografi yang kompleks, penanda hubungan dan fonologi yang berbeda
dapat membuat bahasa Thai sulit dipelajari oleh orang Barat.
Rumpun bahasa Tai-Kadai atau disebut juga Kra-Dai, Daik,
atau Kadai adalah rumpun bahasa yang dituturkan di Tiongkok selatan, timur
laut India, dan Asia Tenggara. Bahasa resmi negara yang termasuk kelompok ini
adalah bahasa Thai dan Laos yang menjadi bahasa resmi di Thailand dan Laos.
Situs ethnologue mencatat ada 95 bahasa yang termasuk ke dalam kelompok ini.

Penggunaan Bahasa di Thailand


Pada 1990-an, Universitas Mahidol, dengan dukungan dari Kementerian
Kebudayaan, melakukan proyek pemetaan bahasa yang menunjukkan di mana
sekitar 70 bahasa berbeda digunakan di Thailand.
69 bahasa berbeda digunakan di Thailand, tidak termasuk dialek Cina
seperti Teochiew, Hokkien, Hainanese, untuk beberapa nama.
Saat ini, hingga 15 bahasa etnis, termasuk bahasa Bisu, Mpi, Saek, Kasong
dan Chong, diyakini terancam punah, sementara bahasa lidah yang digunakan di
daerah perbatasan seperti Mon,Pattani Melayu dan Khmer Sung (Khmer utara)
juga dilupakan.
Pendeklarasian bahasa Thailand
Konvensi Negara 9, diundangkan pada 24 Juni1940, mendeklarasikan
bahasa Thailand sebagai bahasa nasional. Namun, baik Konstitusi 1997 maupun
Konstitusi 2007 tidak menyebutkan bahasa nasional.
Pada tanggal 7 Februari 2010, Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva saat itu
menyetujui implementasi kebijakan bahasa nasional baru yang dirancang oleh
Royal Institute of Thailand,yang juga telah disetujui oleh Perdana Menteri
Yingluck Shinawatra.
Kebijakan Baru
Kebijakan baru itu menegaskan kembali status Thailand sebagai bahasa
nasional,menyatakan bahwa setiap warga negara harus fasih di dalamnya untuk
meningkatkan persatuan dan komunikasi nasional.
Namun, yang lebih penting, kebijakan tersebut juga mendeklarasikan
beragam bahasa etnis Thailand sebagai “harta nasional” dan mendukung hak
untuk memasukkan bahasa etnis ke dalam kurikulum sekolah sehingga membuat
Thailand mematuhi beberapa deklarasi hak asasi manusia penting PBB.
Kebijakan baru tersebut menyatakan: “Adalah kebijakan pemerintah untuk
mempromosikan pendidikan bilingual atau multibahasa untuk kaum muda
kelompok etnis yang bahasa ibunya berbeda dari bahasa nasional [Thailand], serta
orang-orang dari negara lain yang memasuki Thailand mencari pekerjaan ".
Kebijakan baru ini juga mencerminkan esensi demokrasi budaya.
Pengembangan Bahasa Thai di Thailand
Selain kebijakan bahasa nasional yang baru, ada langkah mendorong
lainnya menuju demokrasi budaya yang lebih besar di Thailand Universitas
Mahidol, misalnya, telah mendirikan Lembaga Penelitian Bahasa dan Budaya
Asia,dengan Suwilai melakukan penelitian ekstensif tentang pelestarian
keanekaragaman budaya dan bahasa.
Nama : Maulana Fajar
NIM : 1201618044
Kelompok : 6 – Laos

RANGKUMAN NEGARA BRUNEI DARUSSALAM

Profil Negara
 Nama Negara : Brunei Darussalam
 Bentuk Negara : Kerajaan/kesultanan
 Sistem Pemerintahan : Monarki absolut yang bersendikan ajaran Islam
menurut golongan Ahli Sunnah Wal Jamaah.
 Ibukota : Bandar Seri Begawan
 Luas Wilayah : 5,765 km2, dengan garis pantai sepanjang 161 km
menghadap Laut Cina Selatan dan Teluk Brunei.
 Lagu Kebangsaan : Allah Peliharalah Sultan
 Mata Uang : Unit Mata Uang Resmi adalah ringgit Brunei, namun biasa
disebut Dollar Brunei
 Hari Nasional : Brunei Darussalam mempunyai 2 Hari Besar Nasional
yaitu Hari Kebangsaan tanggal 23 Februari dan Hari Lahir Sultan Brunei
Darussalam yang diperingati dengan sebutan Hari Keputeraan pada
tanggal 15 Juli. 
Kepala Negara dan Pemerintahan
Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan Haji Hassanal Bolkiah
Mu'izzaddin Waddaulah, Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei
Darussalam.
Suku Bangsa
Terdiri terdiri dari 267.200 orang ras Melayu, 41.600 keturunan China dan
97.400 berlatar belakang suku Kedayan, Tutong, Belait, Bisaya, Dusun dan
Murut, serta lainnya.
Bahasa
Bahasa resmi adalah bahasa Melayu, namun bahasa Inggris masih
dipergunakan secara luas di kalangan pemerintah, perusahaan dan sekolah.
Agama
Warga Brunei beragama Islam 67%, Kristen 10%, Budha 13% dan
animisme serta aliran kepercayaan 10%, yang pada umumnya dianut non-
Melayu.
Letak Geografis
Berada pada posisi 114'04" dan 114'23" Bujur Timur serta 4'00" dan 5'05"
Lintang Utara. Brunei Darussalam terletak di Barat Laut pantai Utara
Kalimantan - 442 km di sebelah Utara equator (khatulistiwa). Wilayahnya
berbatasan dengan Sarawak, Malaysia, kecuali di Utara berbatasan dengan
Laut Cina Selatan. Wilayah Brunei terpisah oleh wilayah Serawak, Malaysia,
yaitu Limbang.
Jumlah Penduduk
Pada tahun 2013, total populasi tercatat 406.200 orang, terdiri dari 210.300
laki-laki dan 195.900 perempuan. Dalam populasi tersebut, warganegara
Brunei berjumlah 291.800 orang, dan sisanya terdiri dari warganegara asing
dengan 28.100 orang berstatus Permanent Residents dan 86.300 orang
berstatus Temporary Residents (JPKE, 2014).
Wilayah
Terbagi dalam 4 distrik (setingkat Propinsi) yaitu distrik Brunei-Muara,
distrik Tutong, distrik Belait dan distrik Temburong.Tiap distrik dipimpin oleh
Pegawai Daerah yang diangkat oleh Kementerian Dalam Negeri (setingkat
Direktur di Kementerian), dan tidak dipilih oleh rakyat di distrik terkait.
Seluruh kebijakan ditentukan oleh Pusat (dari atau melalui Kementerian
Dalam Negeri).
Budaya
Brunei seakan sama dengan budaya Melayu, dengan pengaruh kuat
dari Islam, tetapi kelihatan lebih konservatif
dibandingkan Malaysia dan Indonesia.
Penjualan dan penggunaan alkohol diharamkan, dengan orang luar dan
non-Muslim dibolehkan membawa 12 bir dan dua botol miras setiap kali
mereka masuk negara ini. Setelah pemberlakuan larangan pada awal 1990-an,
semua pub dan klub malam dipaksa tutup. Mufti Brunei juga menfatwakan
pengharaman rokok pada tahun 2011. Harga rokok dijadikan mahal supaya
penduduk dapat mengurangi konsumsi rokok.
Perencanaan Bahasa di Brunei Darussalam
Dewan Bahasa dan Pustaka Negara Brunei Darussalam, Perpustakaan
bahasa adalah perpustakaan umum yang menyediakan layanan penuh dan
mencakup semua bidang pengetahuan, melestarikan bibliografi, dan harta
nasional.
Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Bahasa memiliki sembilan
cabang di seluruh negeri.
 Perpustakaan Bahasa dan Perpustakaan Pusat (BSB)
 Perpustakaan Bahasa dan Perpustakaan Tutong
 Perpustakaan dan Perpustakaan Balai Bahasa Kuala Belait
 Perpustakaan Dewan Bahasa dan Perpustakaan Temburong
 Perpustakaan Bahasa dan Perpustakaan Seria
 Perpustakaan Balai Bahasa dan Perpustakaan Flea Senior
 Perpustakaan dan Perpustakaan Balai Bahasa Pandan
 Perpustakaan Bahasa dan Perpustakaan Perpustakaan
 Perpustakaan Dewan Bahasa dan Perpustakaan Sengkurong
Strategi Perencanaan Bahasa di Brunei Darussalam
Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) merupakan lembaga superior yang
bertanggung jawab dalam pemartabatan bahasa Melayu. Namun, DBP tidak
sendirian dalam usaha mengangkat bahasa Melayu ini. Bahkan secara berkala,
lembaga pemerintah dan organisasi non-pemerintah berusaha melanjutkan
penyebarannya. Selain itu, anggota masyarakat terlibat dalam upaya ini.
Bahasa Melayu mengalami perubahan yang cukup besar melalui proses
perubahan budaya, bahasa, sastra, sosial ekonomi, dan sosial politik di samping
perubahan nilai. Perubahan terjadi dalam banyak aspek termasuk linguistik dan
kumpulan bahasa.
Kemajuan dan perkembangan dalam bidang sains dan teknologi dianggap
sebagai satu peluang atau ruang untuk mengantarabangsakan bahasa Melayu.
Melalui berbagai strategi yang direncanakan dan disusun, diyakini usaha-usaha
murni akan mampu mengangkat posisi bahasa Melayu ke tingkat internasional.
DBP selalu berusaha dalam mengantarabangsakan dan menyebarkan
bahasa Melayu tambahan lagi dalam dunia yang serba maju dan era digital.
Dengan teknologi yang ada, antara strategi DBP Brunei dalam
mengantarabangsakan bahasa Melayu yang telah dan dalam proses pelaksanaan
itu adalah sebagai berikut.
1. Internasionalisasi Jurnal DBP dengan Indeks Scopus.
Divisi Penelitian, Dokumentasi dan Pengakuan, Bahasa dan Perpustakaan
telah mengambil inisiatif untuk meningkatkan Jurnal Internasional Edisi Ketiga,
Scopus mengindeks Tiga Jurnal. Usaha ini merupakan platform bagi melahirkan
jurnal dampak tinggi yang sekaligus mampu meningkatkan peran bahasa Melayu
di negara ini.
Di antara tujuan pengindeksan ke scopus ini adalah untuk:
 Meningkatkan peran bahasa Melayu di negara ini ke tingkat
internasional
 Memberikan ruang dan kesempatan kepada peneliti dan penulis
untuk menerbitkan tulisan berbahasa Melayu di tingkat
internasional
 Mempertahankan Journal of Three sebagai saluran untuk
menyebarluaskan hasil penelitian, sehingga menarik para peneliti
lokal dan internasional untuk berkontribusi pada Journal Research.
Dengan terwujudnya jurnal berbahasa Melayu di tingkat internasional,
akan meningkatkan citra DBP sebagai sebuah lembaga ilmu yang mampu
mengangkat martabat bahasa, sastra dan budaya dunia Melayu. Internasionalisasi
ini diharapkan berfungsi sebagai pintu gerbang ke jurnal berbasis DBP lainnya.
2. Penelitian Persuratan Melayu, Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei
Saat ini, Dewan Bahasa dan Pustaka melalui Bagian Penelitian,
Dokumentasi dan Pengakuan juga sedang mengusahakan penerbitan naskah
Melayu lama. Penerbitan dokumen-dokumen harta ini merupakan wahana penting
yang akan membantu mengembangkan dan menyebarkan ilmu dan peradaban
bangsa Melayu.
Upaya ini akan diperluas ke tingkat e-manuskrip. Para peneliti dari seluruh
dunia akan mengakses manuskrip-manuskrip Melayu dengan mudah. Sebagai
hasil dari dokumentasi untuk e-manuskrip ini, tentu saja akan menjadikannya
dokumen publik dan bahan referensi di berbagai tingkatan melalui teknologi
media atau e-manuskrip.
3. Publikasi / Penerbitan
Sistem penerbitan yang layak dengan teknologi terbaru perlu mengubah
strateginya dengan mengunggah semua jenis bahan cetak ke bentuk digital.
Menjelang digitalisasi ini, perencanaan yang cermat telah dilakukan sehingga
setiap masalah selalu online. DBP selama peluncuran Brunei Book Festival 2019
dengan tema "Sustainable Digital Era Book" akan terus mempertahankan
publikasi buku-buku serta melakukan upaya untuk membuat semua informasi
dapat diakses secara online termasuk e-book. Kami juga dapat melakukan ini
melalui kolaborasi dengan menerbitkan terjemahan buku-buku tertentu.
4. Menyebarkan bahasa Melayu melalui Bidang Penyiaran
Dalam upaya untuk menghidupkan kembali dan merevitalisasi lagu-lagu
tradisional anak-anak Brunei, DBP juga melalui Divisi Penelitian, Dokumentasi
dan Pengakuan mengembangkan proyek penelitian khusus untuk mengumpulkan
lagu-lagu dan glosarium anak-anak Brunei. Sebanyak 56 lagu telah dikompilasi
bersama dengan glosarium dan catatan lagu. Lagu-lagu ini dinyanyikan oleh dua
anak Brunei.
Dalam perencanaan, sebagai salah satu tujuan penelitian, yaitu
menyebarkan dan berbagi pengetahuan untuk generasi baru, lagu-lagu ini akan
diunggah ke tabung-U. Penyebaran ini senyata platform kami untuk
menerjemahkan bahasa kami di seluruh dunia. Sebagai masyarakat konsumen,
kami pasti akan memanfaatkan kemajuan teknologi.
5. Sistem Manajemen Kamus
Dalam upaya untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan informasi,
DBP melalui Divisi Perencanaan dan Pengembangan Bahasa berencana untuk
mengembangkan sistem manajemen kamus bekerja sama dengan Universitas
Teknologi Brunei (UTB). Ini masih dalam tahap negosiasi dan koordinasi dan
penandatanganan MOU akan diadakan ketika kedua pihak siap. Sistem akan
menjadi sumber rujukan dan informasi bahasa menggunakan teknologi.
Nama : Maulana Fajar
NIM : 1201618044
Kelompok : 6 – Laos

RANGKUMAN NEGARA FILIPINA

Profil Negara Filipina


 Ibu kota : Manila
 Merupakan negara kepulauan yang tediri dari 7.107 pulau
 Terletak antara 116° 40', dan 126° 34' BT, dan 4° 40', dan 21° 10' LU.
 Timur : Laut Filipina, Palau, Samudra Pasifik
 Barat : Laut Tiongkok Selatan
 Selatan : Laut Sulawesi, Maluku, dan Sulawesi
 Utara : Taiwan, Samudra Pasifik
 Memiliki garis pantai sepanjang 36.289 km (22.549 mil)
 Bahasa Resmi : Filipino & Inggris
 Bahasa Daerah : 19 bahasa
 Bahasa Nasional : Filipino
 Bentuk Negara : Republik
 Kepala Negara : Presiden
 Sensus Penduduk (2015) : 100.981.437 jiwa
 Luas wilayah 300.076 km²
 Mata uang : Peso
Bahasa di Filipina
Bendera Filipina, dalam Bahasa Tagalog atau Bahasa Filipino dikenal
sebagai Pambansang Watawat, diadopsi tanggal 12 Juni 1898.
Pada mulanya bahasa Tagalog ditulis dengan huruf baybayin atau juga
disebut alibata, yang berakar dari huruf Brahmi dan terdiri atas 17 huruf, yakni 3
huruf hidup dan 14 huruf mati yakni a,iI, u, ka, nga, ta, da, na, pa, ba, ma, ya, la,
wa, sa dan ha. Bukti ini ditemukan oleh para penjajah Spanyol pada abad ke-16.
Buku pertama yang ditulis dalam bahasa Tagalog adalah buku berjudul
Doctrina Cristiana. Buku tersebut ditulis dalam bahasa Spanyol dan dua versi
bahasa Tagalog, yakni huruf Baybayin dan Latin.
Bahasa Tagalog sebagai bahasa negara atau wikang pambansa dari negara
Filipina setelah lepas dari penjajahan Spanyol dan setelah melakukan pengkajian
terhadap bahasa di Filipina oleh Insititut Bahasa Nasional pada tanggal 31
Desember 1937 oleh Presiden masa itu Manuel L. Quezon dipertegas lagi setelah
lepas dari Amerika Serikat pada tanggal 4 Juli 1946.
Mulai tahun 1940, bahasa Tagalog mulai diajarkan di sekolah-sekolah
seluruh Filipina. Dan sejak tahun 1987 dikenal dengan nama Filipino.
Filipino merupakan bahasa daerah dari rumpun Austronesia yang
dipertuturkan secara luas di Filipina.
Komisyon sa Wikang Filiphino (Komisi Bahasa Filipina)
Bahasa resmi di Filipina merupakan bahasa Filipino dan diatur oleh
Komisyon sa Wikang Filiphino atau dapat diartikan sebagai Komisi Bahasa
Fliphino.
Komisyon sa Wikang Filipino adalah badan pengatur resmi bahasa Filipina dan
pejabat pemerintah instansi yang bertugas mengembangkan, melestarikan, dan
mempromosikan berbagai lokal bahasa Filipina. Komisi ini dibentuk sesuai
dengan Konstitusi Filiphina 1987. Komisi ini berada di San Miguel, Manila,
Filiphina.
Didirikan oleh Undang-Undang Republik No. 7104 tahun 1991, komisi ini
merupakan pengganti Linangan ngga Wika sa Pilipinas (LWP) yang didirikan
pada tahun 1987 yang merupakan pengganti Surian ng Wikang Pambansa (SWP)
yang lebih tua, yang didirikan pada tahun 1937 sebagai lembaga pemerintah
pertama yang mendorong pengembangan bahasa nasional Filipina.
Keberagaman Bahasa Filipina
Pada tahun 2007, bahasa Tagalog menjadi bahasa pertama dengan penutur
28 juta orang atau sepertiga penduduk Filipina, sedangkan Filipino menjadi
bahasa kedua untuk 45 juta orang.
Filipina adalah salah satu negara dengan bahasa paling beragam di dunia. Dengan
175 bahasa asli, yang oleh pemerintah secara salah disebut sebagai 'dialek' karena
kolonialisme Amerika, ia memiliki sekitar 3% dari bahasa dunia, namun hanya
0,2% dari luas daratan Bumi, membuat Filipina 15 kali lebih beragam daripada
rata-rata di istilah keanekaragaman bahasa.
Ethnologue, ringkasan bahasa-bahasa dunia, mencatat bahwa 28 bahasa
Filipina dalam kesulitan, naik dari 13 pada 2016. Sebelas bahasa sedang sekarat,
dan beberapa sudah punah. Lembaga Bahasa Lidah Hidup untuk Bahasa-bahasa
yang Terancam Punah telah mengidentifikasi Filipina sebagai salah satu dari 10
“hotspot bahasa” teratas di dunia, yang berarti bahwa Filipina memiliki banyak
bahasa, tetapi bahasa-bahasa tersebut hilang dengan kecepatan lebih cepat dari
bahasa-bahasa tersebut didokumentasikan dengan baik.
Perkiraan Ethnologue konservatif, karena banyak ahli bahasa telah
mencatat bahwa banyak bahasa yang terancam punah di Filipina. Semua 32
bahasa Negrito Filipina terancam punah (Headland, 2003), dan Komisyon sa
Wikang Filipino telah mengidentifikasi sekitar 50 bahasa yang terancam punah.

Nama : Maulana Fajar


NIM : 1201618044
Kelompok : 6 – Laos

RANGKUMAN NEGARA VIETNAM

Profil Negara Vietnam


 Nama Resmi : Republik Sosialis Vietnam
 Kemerdekaan : 2 September 1945
 Lagu Kebangsaan : Tiến Quân Ca ("Barisan Tentara")
 Pemerintahan : Kesatuan Marxis-Leninis satu partai sosialis republik
 Total Luas : 331,212 km2 (65) 
 Populasi : 97.040.334 Jiwa (15)
 Kepadatan : 276,03/km2 (714,9/sq mi) (46)
 PDB : $ 260.301.000.000
 Pendapatan Perkapita : $2.726
 Mata Uang : Dong/Vietnam Dong
 Kode Telepon : +84
 Kekuatan Militer : Peringkat ke-23 di dunia (482.000 Personel Aktif)
 Anggaran Pertahanan : $3.365.000.000
 Sekjen Partai :Nguyễn Phú Trọng
 Presiden : Nguyễn Phú Trọng
 Wakil Presiden : Đặng Thị Ngọc Thịnh
 Perdana Menteri : Nguyễn Xuân Phúc
 Ketua Majelis Nasional : Nguyễn Thị Kim Ngân
 Legislatif : Quốc Hội
 Ibu kota Vietnam : Hanoi
 Kota terbesar dan terpadat : Kota Ho Chi Minh.
 Jumlah provinsi (tỉnh) : 59 provinsi dan 5 kotamadya.
Ke-59 provinsi-provinsi tersebut kemudian dibagi-bagi menjadi kotamadya
provinsi (thành phố trực thuộc tỉnh, daerah perkotaan (thị xã) dan pedesaan
(huyện), dan kemudian dibagi lagi menjadi kota (thị trấn) atau komune (xã).
Sedangkan, 5 kota madya yang dikontrol oleh pemerintah pusat di bagi
menjadi distrik (quận) dan kabupaten, dan kemudian, dibagi lagi menjadi
kelurahan (phường).
Bendera
Bendera Vietnam diperkenalkanpada 30
November 1955. Bintang kuning di tengah melambangkan kepemimpinan Partai
Komunis Vietnam di negara itu. Pecahan di bintang melambangkan
para buruh, petani, tentara, cendekiawan dan pemuda.
Warna merah melambangkan kejayaan dan revolusi.
Lambang Negara
Lambang negara Vietnam adalah lingkaran berdasar merah dan bintang
bersudut lima kuning emas melambangkan Partai Komunis Vietnam,
melambangkan sejarah revolusioner dan cita-cita masa depan cerah Vietnam.
Roda gigi dan tanaman pangan melambangkan buruh tani dan industri.
Semboyan : Độc lập – Tự do – Hạnh phúc "Kemerdekaan, Kebebasan,
Kebahagiaan"
Vietnam berbatasan dengan:
 Republik Rakyat Tiongkok (China)di sebelah utara
 Laos di sebelah barat laut 
 Kamboja di sebelah barat daya
 Laut China Selatan di sebelah timur
 Indonesia dan Malaysia di sebelah selatan
Ibu kota Vietnam : Hanoi
Kota terbesar dan terpadat : Kota Ho Chi Minh.
Jumlah provinsi (tỉnh) : 59 provinsi dan 5 kotamadya.
Ke-59 provinsi-provinsi tersebut kemudian dibagi-bagi menjadi
kotamadya provinsi (thành phố trực thuộc tỉnh, daerah perkotaan (thị xã) dan
pedesaan (huyện), dan kemudian dibagi lagi menjadi kota (thị trấn) atau komune
(xã). Sedangkan, 5 kota madya yang dikontrol oleh pemerintah pusat di bagi
menjadi distrik (quận) dan kabupaten, dan kemudian, dibagi lagi menjadi
kelurahan (phường).
Sejarah Negara Vietnam
Vietnam termasuk dalam lingkaran kebudayaan Asia Timur, yang artinya
Vietnam memiliki hubungan budaya dengan Tiongkok, Jepang, dan Korea. Ada
masa dimana Vietnam menjadi bagian dari dinasti-dinasti di Tiongkok seperti
dinasti Han, Tang, Ming, Qing, dan lain-lain. Dalam masa tersebut, Vietnam
sering melakukan pemberontakan, salah satu yang paling terkenal adalah
pemberontakan Trung bersaudari.
Di masa itu, bahasa Tionghoa Pertengahan mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap bahasa Vietnam. Salah satu aspeknya adalah kata serapan.
Bahasa Vietnam tidak hanya sekadar menyerap kosakata dari bahasa Tionghoa
Pertengahan, tetapi juga menyesuaikan cara pengucapan tiap karakter agar sesuai
dengan pengucapan bahasa Vietnam.
Hal ini dilakukan secara sistematis yang artinya jika ada kosakata bahasa
Tionghoa modern yang baru dibuat, dapat langsung diucapkan dalam bahasa
Vietnam. Sistem ini disebut dengan Kosakata Sino-Vietnam. Selain kosakata,
aspek lainnya yang diadoptasi dari bahasa Tionghoa adalah sistem penulisan.
Awal mulanya, masyarakat Vietnam menulis dengan cara dan kaidah
Bahasa Tionghoa. Kemudian pada tahun 1300 an, orang Vietnam merubah dan
mempelajari karakter Bahasanya sendiri sesuai dengan gaya Chu Nom. Bahkan
dalam tradisi Doan Truong Tan Thanh (Truyen Kieu atau The Tale of Kieu atau A
New Cry From a Broken Heart") yang dirayakan oleh Nguyen Du ditulis dalam
Chu Nom. Pada periode koloni Prancis, Quoc Ngu, romanisasi alfabet Vietnam
berdasarkan bahasa Vietnam lisan dikembangkan secara bersama oleh beberapa
misionaris Portugis, menjadi populer dan membawa kemampuan baca tulis
kepada masyarakat luas.
Bahasa di Vietnam
Di Vietnam, bahasa Vietnam disebut dengan Tieng Viet. Awal
kemunculan bahasa Vietnam sendiri bersamaan dengan kemunculan etnis
penuturnya, yaitu sejak ribuan tahun lalu atau tepatnya pada abad ke-3 SM di
masa Peradaban Dongson atau para Raja Hung. Masa ini bagi sejarawan Vietnam
modern merupakan masa pembentukan negara Vietnam kuno pertama. Vietnam
memang termasuk rumpun bahasa Austroasiatik dari subgrup Mon-Khmer, yaitu
kelompok bahasa yang di dalamnya terdapat bahasa Khmer, bahasa Mon, Asli,
Munda, dan Khasic. Itu berarti Vietnam adalah bahasa yang berkerabat dekat
dengan bahasa Khmer, bahasa utama orang Kamboja. Namun dari segi tata
bahasa, leksikon, dan tata kalimat, bahasa Vietnam lebih menyerupai bahasa Cina.
Hal itu dikarenakan negara tetangga di sebelah utara Negeri Paman Ho menguasai
Cina selama 1.000 tahun atau 10 abad.
Bahasa Vietnam 86.2% populasi berbahasa Vietnam sebagai bahasa ibu.
Beberapa bahasa lain digunakan dalam percakapan oleh beberapa grup-
grup minoritas di Vietnam. Bahasa-bahasa tersebut adalah Tay, Muong (Hmong),
Khmer, Tionghoa, Nung, Lolo, Man, Meo, Banahr, Rhade, Sedang, Ede, Thai.
Meskipun pada kenyataannya kata-kata dalam Bahasa Vietnam
mempunyai suku kata tunggal dan aksen tersendiri seperti dalam bahasa
Tionghoa, banyak dari kata-katanya memiliki keserupaan bunyi dengan bahasa
Melayu. Misalnya matahari (mặt trời), mata (mắt), tangan (tay), sungai (sông),
kayu (cây dibaca kay), susu (sữa), buang (buông, quăng), ini (này), itu (đó), sudah
(đã), sedang (đang) dan lain-lain.
 Bahasa Prancis --> peninggalan masa kolonial, masih digunakan
oleh orang-orang tua Vietnam sebagai bahasa kedua tetapi telah
hilang kepopulerannya.
 Bahasa Rusia --> bahkan yang kurang penting seperti
Bahasa Ceko dan Polandia - sering dikenal di antara mereka yang
keluarganya terikat dengan blok Soviet.
 Bahasa Asing Populer --> Bahasa Mandarin, Jepang, dan Inggris
 dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pelajaran wajib di
kebanyakan sekolah. 
 Bahasa Indonesia juga diumumkan sebagai bahasa kedua secara
resmi pada Desember 2007.
Nama : Maulana Fajar
NIM : 1201618044
Kelompok : 6 – Laos

RANGKUMAN NEGARA KAMBOJA

Bahasa di Kamboja
Pertumbuhan bahasa di Kamboja dipengaruhi oleh India, Thailand,
Prancis, dan Jepang.
Pada saat kedatangan Prancis tahun 1950 di Kamboja, terdapat 3 bahasa
utama yang digunakan di kamboja.
 Bahasa Pali, bahasa agama, yang merupakan lingua franca agama
Buddha di Selatan Asia Timur
 Bahasa Khmer, bahasa asli Kamboja, digunakan dalam interaksi di
sekolah
 Bahasa Prancis, Digunakan dalam pendidikan modern di sekolah
negeri atau pendidikan tinggi
Perencanaan Bahasa di Kamboja
Pihak perencana bahasa dapat berupa badan pemerintah yang resmi, yang
secara khusus ditugasi memajukan dan mengembangkan bahasa, dan
pemakaiannya, atau pihak di luar pemerintah, baik secara kelompok, maupun
secara perorangan
Perencanaan bahasa ialah usaha untuk membimbing perkembangan bahasa
ke arah yang diinginkan oleh para perencana. (Haugen, 1959)
 1863 : sistem sekolah Barat perlahan diperkenalkan
 1911: pengajaran bahasa Khmer dilakukan di seluruh kerajaan
 1915: Komisi Nasional dibentuk untuk menyusun Kamus
Kamboja,
 1932: buku teks Khmer diterbitkan dan dibuat tersedia untuk
sekolah
 1943: Pemerintahan Kerajaan Kamboja memulai Romanisasi
Khmer
 1975-1979 : Pendudukan Khmer Rouge (Khmer Merah)
Bahasa daerah di Kamboja
Banyak kosakata yang saling mengisi, seperti dari bahasa Pali dan
Sanskerta melalui filsafat Buddha, dan juga baru-baru ini, misalnya, dalam
terminologi politik dan agama akademik. Thailand dan Lao bahasa terkait erat
dari keluarga bahasa Tai-Kadai, sedangkan Khmer milik keluarga bahasa Austro-
Asia
Diperkirakan 22 bahasa digunakan di Kamboja. Kelompok etnis terbesar,
Khmer, membentuk lebih dari 90% populasi dan Khmer adalah bahasa nasional
dan resmi. Kamboja adalah salah satu negara dengan keragaman bahasa paling
sedikit di kawasan ini (Kosonen, 2005).
Bahasa keaksaraan dan pengajaran di semua tingkat pendidikan adalah
bahasa Khmer, meskipun beberapa sekolah dilaporkan juga mengajar bahasa Cina
dan Vietnam sebagai subjek studi (Leclerc, 2005a)
Baru-baru ini, beberapa bahasa daerah Brao, Krung Mnong dan Tampuan-
telah diperkenalkan sebagai bahasa keaksaraan dan media pengajaran di provinsi
dataran tinggi Timur, Mondulkiri dan Ratanakiri. Proyek percontohan
menggunakan beberapa bahasa daerah telah diprakarsai oleh berbagai organisasi
non-pemerintah (LSM) dalam kerja sama erat dengan pemerintah.
Menggunakan bahasa lokal - yang dipahami masyarakat - untuk
pendidikan dasar mendekatkan etnis minoritas untuk terlibat dalam masyarakat
nasional dan memfasilitasi pembangunan bangsa dan desentralisasi. Semua warga
negara memiliki hak untuk membaca dan menulis bahasa nasional serta bahasa
lokal mereka. Keterampilan dasar ini menjadikan mereka warga negara yang lebih
kuat dan memfasilitasi keterlibatan mereka dalam masyarakat sipil. (Chay Chap et
al., 2005: 3).
Pada awal 2003, MoEYS menyetujui Sistem penulisan berbasis bahasa
Khmer dari lima bahasa minoritas dituturkan di Dataran Tinggi Timur. Ini adalah
langkah penting dalam menggunakan bahasa daerah dan mengembangkan
pendidikan bilingual bahasa pertama sebagai bagian dari sistem pendidikan
pemerintah (Chey Chap et al, 2003; Jordi, 2003; Middelborg, 2005; Noorlander et
al, 2003; 1 Thomas , 2002, 2003).
Peran yang diperluas untuk program bilingual sedang dibangun ke dalam
kebijakan pemerintah dan undang-undang pendidikan baru saat ini sedang
dikembangkan di Kamboja. Pasal 44 dari draft undang-undang: “Bahasa Khmer
adalah bahasa yang dapat menjadi “kendaraan” yang digunakan untuk instruksi
program pendidikan umum di sekolah umum. Pelajar Kamboja dari asal minoritas
harus memiliki hak untuk mengajar di sekolah umum dalam bahasa asli mereka
selain bahasa Khmer untuk setidaknya dua kelas pertama kelas 1 dan 2” (MoEYS,
2003).

Anda mungkin juga menyukai