Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KERAJAAN MATARAM ISLAM

DISUSUN OLEH

DINA ROVIVAH
MOH.RAFIQ AMINUDIN
X IPA 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan islam terbesar yang ada dinusantara
khususnya di pulau jawa, yang berdiri pada tahun 1582 dan berpusat di sebelah tenggara kota
Yogyakarta, yakni Kotagede. kerajaan yang juga memiliki sebuah pencapaian atau dapat di
katakan sebuah prestasi yang cukup besar dengan menyatukan kerajaan-kerajaan di pulau jawa .

Dan juga dengan wilayah kekuasaan yang cukup luas yakni sampai ke kota Surabaya, banyak
situs-situs berupa peninggalan dari kerajaan ini yang bisa kita lihat dan kita pelajari untuk
menambah wawasan bagi pengetahuan kita tentang kerajaan-kerajaan islam di pulau jawa
khususnya kerajaan Mataram Islam .

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam dan siapa saja raja-raja yang
pernah berkuasa ?

2. Dimana letak Kerjaan Mataram Islam ?

3. Bagaimana bentuk sistem pemerintahan kerajaan Mataram ?

4. Apa penyebab kerajaan Mataram Islam terpecah ?

5. Apa kemajuan dan prestasi kerajaan Matram ?

6. Apa saja Peninggalan – peninggalannya ?

7. Apakah isi perjanjian Giyanti ?


8. Isi perjanjian Salatiga dan penyebabnya ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tentang asal mula kerajaan Mataram Islam berdiri dan raja-raja yang pernah
berkuasa

2. Mengetahui letak dari Kerajaan Mataram Islam .

3. Mengetahui sistem pemerintahan

4. Mengetahui penyebab kerajaan Mataram Islam terpecah

5 Mengetahui kemajuan dan prestasi kerajaan Mataram

6 .Mengetahui peninggalan – peninggalan Kerajaan Mataram Islam.

7. Mengetahui isi dari perjanjian gyanti

8. Mengetahui penyebab penjanjian salatiga dan isinya


BAB II 

KAJIAN PUSTAKA

2.1  Berdirinya Kerajaan Mataram Islam dan Raja-raja yang pernah berkuasa

Raja-Raja Mataram Islam :


1.Panembahan Senopati (1584-1601 M)
2. Mas Jolang atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M)
3. Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma dan Sultan Agung Senopati ing
alogo Ngabdurrahman (1613-1646 M)
4. Amangkurat I (1646- 1676 M) 
5. Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677- 1703 M)
6. Sunan Mas atau Amangkurat III pada 1703 M
7. Pangeran Puger yang bergelar Paku Buwana I (1703-1719 M) 
8. Amangkurat IVdikenal sebagai Sunan Prabu (1719-1727 M)
9. Paku Buwana II (1727-1749 M)
10. Paku Buwana III pada 1749 M pengangkatannya dilakukan oleh VOC.
    Nama Mataram berasal dari nama bunga, sejenis bunga Dahlia yang berwarna merah menyala.
Ada juga nama Mataram yang dihubungkan dengan Bahasa Sansekerta, Matr yang berarti Ibu,
sehingga nama Mataram diberi arti sama dengan kata Inggris, Motherland, yang berarti tanah air
atau Ibu Pertiwi.

   Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota
Yogyakarta, yakni di Kotagede. Awal berdirinya yaitu setelah kerajaan Demak runtuh, kerajaan
Pajang adalah satu-satunya kerajaan di Jawah Tengah . namun Arya Panangsang keturunan
kerajaan Demak adalah musuh yang kuat bagi kerajaan Pajang . maka dari itu raja membuat
sayembara barang siapa yang mengalahkan Arya Panangsang akan diberi tanah di Pati dan
Mataram .

Ada beberapa orang yang ikut salah satunya Ki Pemanahan dan Ki Penjawi ( abdi prajurit Pajang
), namun yang dapat mengalahkan Arya Panangsang adalah anak dari Ki Pemanahan yakni
Danang Sutawijaya dan juga sebagai anak angkat Raja pajang .kemudian Kyai Juru Martani
mengusulkan kedua abdi pajang tersebut bahwa yang membunuh Arya panangsang adalah
mereke berdua . jadi Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di Hutan mentaok dan Ki penjawi
memperoleh tanah di Pati .

 Hutan Mentaok itu dapat dirubah oleh Ki Ageng Pamenahan menjadi desa yang makmur,
bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai
atasannya. Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan putranya, Danang
Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar karena rumahnya yang
berada di utara pasar .  Sutawijaya kemudian berhasil memberontak kepada Pajang. Setelah
Sultan Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja Mataram dengan gelar
Panembahan Senapati. Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian dari Mataram yang
beribukota di Kotagede. Senopati bertahta sampai wafatnya pada tahun 1601. Selama
pemerintahannya boleh dikatakan terus-menerus berperang menundukkan bupati-bupati daerah.
Kasultanan Demak menyerah, Panaraga, Pasuruan, Kediri, Surabaya, berturut-turut direbut.
Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya. Panembahan Senopati dalam babad dipuji sebagai
pembangun Mataram.

  2.2  Letak Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota
Yogyakarta, yakni di Kotagede

Istana Kerajaan Mataram Islam bagian dalam di bangun  benteng dalam (cepuri)


yangmengelilingi kraton dan benteng luar (baluwarti) yang mengelilingi wilayah kota seluas ±
200 ha. Sisi luar kedua benteng ini juga di lengkapi dengan parit pertahanan yang lebar seperti
sungai.

Wilayah kekuasaan Mataram mencapai Jawa Barat (kecuali Banten), Jawa Tengah, Jawa Timur, 
Sukadana (Kalimantan Selatan), Nusa Tenggara. Palembang dan Jambi pun menyatakan vasal
kepada Mataram.

  2.3  Sistem pemerintahan Kerajaan Mataram Islam

Setelah Panembahan Senopati meninggal kekuasaannya digantikan oleh anaknya yang bernama
Mas Jolang atau Panembahan Seda Krapyak. Jolang hanya memerintah selama 12 tahun (1601-
1613), tercatat bahwa pada pemerintahannya beliau membangun sebuah taman Danalaya di
sebelah barat kraton. Pemerintahannya berakhir ketika beliau meninggal di hutan Krapyak ketika
beliau sedang berburu. Selanjutnya bertahtalah Mas Rangsang, yang bergelar Sultan Agung
Hanyakrakusuma. ia juga memindahkan pusat kerajaan di Pered . Di bawah pemerintahannya
(tahun 1613-1645) Mataram mengalami masa kejayaan.

Ia diganti oleh putranya yang bergelar Amangkurat I. Pemerintahannya yang berlangsung tahun
1645-1676 . Pada masa pemerintahannya ibukota kerajaan Mataram dipindahkan ke Kerta. Pada
tahun 1674 pecahlah Perang Trunajaya yang didukung para ulama dan bangsawan, bahkan
termasuk putra mahkota sendiri. Ibukota Kerta jatuh dan Amangkurat I (bersama putra mahkota
yang akhirnya berbalik memihak ayahnya) kemudian ia mencari bantuan VOC sampai
diTegalarum, (dekat Tegal, Jawa Tengah) Amangkurat I jatuh sakit dan akhirnya wafat.

Ia digantikan oleh putra mahkota yang bergelar Amangkurat II atau dikenal juga dengan sebutan
Sunan Amral. Sunan Amangkurat II bertahta pada tahun 1677-1703. Ia sangat tunduk kepada
VOC demi mempertahankan tahtanya.

Setelah Sunan Amangkuat II meninggal pada tahun 1703, Ia digantikan oleh anaknya yang
bernama Sunan Mas (Sunan Amangkurat III). Dia sangat menentang VOC. Karena pertentangan
tersebut VOC tidak setuju atas pengangkatan Sunan Amangkurat III sehingga VOC mengangkat
Paku Buwono I (Pangeran Puger). Pecahlah perang saudara (perang perebutan mahkota I) antara
Amangkurat III dan Paku Buwana I, namun Amangkurt III menyerah dan dibuang ke Sailan oleh
VOC. Paku Buwana I meninggal tahun 1719 dan diganti oleh Amangkurat IV (1719-1727).
Kembali pecah perang Perebutan Mahkota II (1719-1723. Sunan Prabu atau Sunan Amangkurat
IV meninggal tahun 1727 dan diganti oleh Paku Buwana II (1727-1749). Pada masa
pemerintahannya terjadi pemberontakan China terhadap VOC.

Paku Buwana II memihak China dan turut membantu memnghancurkan benteng VOC di
Kartasura. VOC yang mendapat bantuan Panembahan Cakraningrat dari Madura berhasil
menaklukan pemberontak China. Hal ini membuat Paku Buwana II merasa ketakutan dan
berganti berpihak kepada VOC. Hal ini menyebabkan timbulnya pemberontakan Raden Mas
Garendi yang bersama pemberontak China menggempur kraton, hingga Paku Buwana II
melarikan diri ke Panaraga.

 Ia memindahkan kraton ke Surakarta tahun 1744. Setelah itu terjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh Raden Mas Said. Paku Buwana menugaskan Mangkubumi untuk menumpas kaum
pemerontak dengan janji akan memberikan tanah di Sukowati (Sragen sekarang). Walaupun
Mangkubumi berhasil tetapi Paku Buwono II mengingkari janjinya sehingga akhirnya dia
berdamai dengan Mas Said. Mereka berdua pun melakukan pemberontakan bersama-sama
hingga pecah Perang Perebutan Mahkota III (1747-1755).

Paku Buwana II tidak dapat menghadapi kekuatan merea berdua dan akhirnya jatuh sakit dan
meninggal pada tahun 1749. Setelah kematian Paku Buwana II VOC mengangkat Paku Buwana
III. Pengangkatan Paku Buwana III tidak menyurutkan pemberontakan, bahkan wilayah yang
dikuasai Mangkubumi telah mencapai Yogya, Bagelen, dan Pekalongan. Namun justru saat itu
terjadi perpecahan antara Mangkubumi dan Raden Mas Said. Hal ini menyebabkan VOC berada
di atas angin. VOC lalu mengutus seorang Arab dari Batavia (utusan itu diakukan VOC dari
Tanah Suci) untuk mengajak Mangkubumi berdamai.

Ajakan itu diterima Mangkubumi dan terjadilah apa yang sering disebut sebagai Palihan Nagari
atau Perjanjian Giyanti 1755.  Mulai saat itulah Mataram dibagi dua, yaitu Kasultanan
Yogyakarta dengan raja Sri Sultan Hamengku Buwana I dan Kasunanan Surakarta dengan raja
Sri Susuhunan Paku Buwana III .

2.4   Terpecahnya Kerajaan Mataram Islam

Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Pleret (1647), tidak jauh dari Kerta. Selain itu, ia
tidak lagi menggunakan gelar sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang
Dipertuan . Ia wafat di Tegalarum (1677)  sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Kekacauan
politik dimulai pada Amangkurat II sampai Pakubuwana II dan baru dapat diselesaikan pada
masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan
Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Berakhirlah era Mataram
sebagai satu kesatuan politik dan wilayah .

   2.5  Kemajuan dan prestasi kerajaan Mataram

Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung. Wilayah Mataram
bertambah luas meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung di
samping dikenal sebagai raaja juga pemimpin agama .Pengaruh Mataram saampai ke Palembang,
Jambi, Banjarmasin, dan ke timur sampai Gowa Makasar. Pengaruh ini ditandai adanya
hubungan kerja sama dan saling mengirim utusan antara daerah-daerah tersebut dengan
Mataram. Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan Agung meliputi kemajuan di
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

·         Bidang Politik

Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di
Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.

·         Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam

           Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha ini dimulai
dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang, Pasuruhan, kemudian
Surabaya. Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islam di Pulau Jawa ini ada yang
dilakukan dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati Surabaya
Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari.

·         Anti penjajah Belanda

           Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini terbukti
dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama tahun 1628 dan yang kedua
tahun 1629. Kedua penyerangan ini mengalami kegagalan. Adapun penyebab kegagalannya,
antara lain:

1      Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka harus
menempuh jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.

2      Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia


menjadi lemah.

3      Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang
serba modern.

4      Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin
memperlemah kekuatan.

5      Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut, sedangkan
Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai
Belanda tanpa bantuan Portugis.

6      Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam
menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.

7       Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat.
Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awalm sehingga rencana penyerangan
Mataram ini diketahui Belanda.
8      Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini
diketahui Belanda sebelumnya.

 Bidang Ekonomi

Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut ini:

1        Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan
memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan
penduduk (transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik.
Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.

2        Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan
politik, tetapi juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak semata-mata
tergantung ekonomi agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.

 Bidang Sosial dan Budaya

Kemajuan dalam bidang sosial budaya meliputi hal-hal berikut:

1.      Timbulnya kebudayaan kejawen

Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara kebudayaan asli Jawa dengan Islam.
Misalnya upacara Grebeg yang semula merupakan pemujaan roh nenek moyang. Kemudian,
dilakukan dengan doa-doa agama Islam. Saampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg
Syawal, Grebeg Maulud dan sebagainya.

2.      Perhitungan Tarikh Jawa

Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun 1633 M, Mataram menggunakan
tarikh Hindu yang didasarkan peredaran matahari (tarikh syamsiyah). Sejak tahun 1633 M (1555
Hindu), tarikh Hindu diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah).
Caranya, tahun 1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh komariah.
Tahun perhitungan Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagai “tahun Jawa”.

3.      Berkembangnya Kesusastraan Jawa

Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat, termasuk di
dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra
Gending yang merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan. Kitab-kitab yang lain adalah
Nitisruti, Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab ini berisi tentang ajaran-ajaran budi pekerti yang
baik.

Pengaruh Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M.
Selanjutnya, Mataram pecah menjadi dua, sebagaimana isi Perjanian Giyanti (1755) berikut:
·         Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku Buwono III
dengan pusat pemerintahan di Surakarta.

·         Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan
Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di
Yogyakarta.

Perkembangan berikutnya, Kesunanan Surakarta pecah menjadi dua yaitu Kesunanan dan
Mangkunegaran (Perjanjian Salatiga 1757). Kesultanan Yogyakarta juga terbagi atas Kesultanan
dan Paku Alaman. Perpecahan ini terjadi karena campur tangan Belanda dalam usahanya
memperlemah kekuatan Mataram, sehingga mudah untuk di kuasai.

2.6  Isi Perjanjian Gyanti

Perjanjian Giyanti (1755). Isi perjanjian tersebut adalah: Mataram dibagi menjadi dua. Bagian
barat dibagikan kepada Pangeran Mangkubumi yang diijinkan memakai gelar Hamengku
Buwana I dan mendirikan Kraton di Yogyakarta. Sedangkan bagian timur diberikan kepada Paku
Buwana III. Mulai saat itulah Mataram dibagi dua, yaitu Kasultanan Yogyakarta dengan raja Sri
Sultan Hamengku Buwana I dan Kasunanan Surakarta dengan raja Sri Susuhunan Paku Buwana
III.

2.7 Penyebab dan isi Perjanjian Salatiga

Yaitu perjanjian yang membagiSurakarta menjadi 2 bagian yaitu Kasunanan dan


Mangkunegaran, Peranjian salatiga diadakan pada tanggal 17 Maret 1757 di Salatiga . Penyebab
perjanjian adalah sebagai solusi dari keadaan perebutan kekuasaan untuk mengakhiri peperangan
di Jawa antara Raden Mas Said (pangera sumber nyawa) dengan pangeran Mangkubumi, VOC ,
Sunan Pakubuwono III  . dan perjanjian ini di tandatangani di gedung VOC yang sekarang
digunakan sebagai kantor Walikota Salatiga ,

ISI PERJANJIAN

  pangeran Sumbernyawa mendapat separuh wilayah Surakarta(4000 karya, mencakup beberapa


daerah yang sekarang termasuk dalam kabupaten Karangayar, eksklave di wilayah Yogyakarta i
ngawen dan menjadi penguasa kadipaten Mangkunegaran menggunakan gelar Mangkunegara 1.
Dn penguasa dari wilayah Mangkunegaran tidak berhak mendapat gelar Sunan atau Sultan dan
hanya berhak atas gelar Pangeran Adipati .

2.8  Peninggalan – peninggalan Kerajaan Mataram Islam

1.      Gerbang Makam Kotagede

Inilah gerbang masuk makam Kotagede, di sini nampak perpaduan unsur bangunan Hindu dan
Islam.
2.      Masjid Makam Kotagede

Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak peninggalan masjid kuno, inilah masjid di
komplek makam Kotagede yang bangunannya bercorak Jawa. Berjalan 100 meter ke arah selatan
dari Pasar Kotagede, kita dapat menemukan kompleks makam para pendiri kerajaan Mataram
Islam yang dikelilingi tembok yang tinggi dan kokoh. Gapura ke kompleks makam ini memiliki
ciri arsitektur Hindu. Setiap gapura memiliki pintu kayu yang tebal dan dihiasi ukiran yang
indah. Beberapa abdi dalem berbusana adat Jawa menjaga kompleks ini 24 jam sehari.

3.      Bangsal duda

Di sinilah tempat peziarah mendapatkan informasi dari jurukunci makam yang berasal dari
Kraton Surakarta dan Kraton Yogyakarta. Di tempat ini jugalah peziarah menanggalkan
pakaiannya untuk berganti pakaian peranakan jika hendak memasuki komplek makam.
4.      Kalang Obong

Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti Ngaben di Bali, tetapi kalau
upacara Kalang Obong ini bukan mayatnya yang dibakar melainkan pakaian dan barang-barang
peninggalannya.

    5.   Pasar Kotagede

Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun dan pasar dalam poros selatan
- utara. Kitab Nagarakertagama yang ditulis pada masa Kerajaan Majapahit (abad ke-14)
menyebutkan bahwa pola ini sudah digunakan pada masa itu. Pasar tradisional yang sudah ada
sejak jaman Panembahan Senopati masih aktif hingga kini. Setiap pagi legi dalam kalender Jawa,
penjual, pembeli, dan barang dagangan tumpah ruah di pasar ini.
6. Masjid Agung Negara

      Masjid ini dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
BAB III

PENUTUP

  2.9  Kesimpulan

             Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede, namun beberapa kali pusat kerajaan pernah di
pindahkan ke beberapa tempat karena sebuah sebab oleh raja-raja yang dulu memimpin di
kerajaan tersebut . awal berdirinya yaitu setelah kerajaan Demak runtuh, dan kerajaan Pajanglah
satu-satu kerajaan di Jawa Tengah .

          Arya Panangsang sebagai keturunan kerajaan Demak dianggap musuh yang kuat sehingga
raja Pajang mengadakan sayembara untuk membunuhnya, tapi yang sanggup membunuhnya
adalah Danang Sutawijaya anak dari Ki ageng pamenahan dan anak angkat dari raja Pajang .
namun Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi mengatakan bahwa merekalah yang mengalahkan
Arya Panangsang . dan hadiahnya adalah

Tanah hutan mentaok diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan ( dan di ubah menjadi kerajaan
Mataram) dan tanah di pati diberikan kepada Ki Penjawi .  

Kerajan Mataram mengalami masa kejayaan dan keruntuhan. Keruntuhannya akibat raja-raja
yang kurang cakap dan akibat dari perjanjian giyanti dan salatiga yng dilakukan oleh raja-raja
Mataram dengan VOC . dan ada juga banyak pennggalan kerajaan Mataram yang bisa kita lihat
sampai sekarang sebagai bukti kejayaan kerajaan Mataram dahulu .
Daftar pustaka :

Sumber : 

http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-mataram-islam.html

di unduh tanggal 23 Pebruari 2017

      http://kumpulantugassekolahsaya.blogspot.co.id/2016/12/kerajaan-mataram-islam.html

di unduh tanggal 23 Pebruari 2017

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram.html

di unduh tanggal 23 Pebruari 2017

//www.markijar.com/2015/05/kerajaan-mataram-islam-kesultanan.html

di unduh tanggal 23 Pebruari 2017

www.urusandunia.com/perjanjian-salatiga/

di unduh tanggal 05 Maret 2017

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Salatiga

Anda mungkin juga menyukai