Anda di halaman 1dari 18

Apa Itu Rasio Aspek (Aspect Ratio) Suatu Gambar?

By UkuranDanSatuan.Com

Definisi Rasio Aspek


Pengertian rasio aspek (aspect ratio) suatu gambar adalah angka yang menunjukkan
perbandingan panjang dan lebar suatu bidang gambar yang dinyatakan sebagai panjang/lebar.
Aspek rasio paling umum digunakan dalam dunia digital untuk menyatakan proporsi format
tampilan image digital dan proporsi layar (screen) digital. Karena besaran panjang dan lebar
suatu gambar atau tampilan memiliki satuan yang sama (seperti pixel, cm, inch, dsb) maka
rasio aspek tidak memiliki satuan. Misalnya sebuah image foto digital memiliki panjang 400
pixel dan lebar 300 pixel maka rasio aspek foto tersebut adalah 4:3.

Penulisan Rasio Aspek


Ada dua cara penulisan aspek rasio. Cara pertama penulisan rasio aspek yaitu sebagai
perbandingan paling sederhana dari panjang/lebar dalam bentuk panjang:lebar. Cara kedua
penulisan rasio aspek yaitu sebagai angka desimal sederhana dari panjang/lebar dalam bentuk
angka desimal:angka 1 dan seringkali hanya ditulis angka desimalnya saja. Contohnya
Sebuah layar monitor memiliki panjang 32 cm dan tinggi 18 cm maka aspek rasio layar
monitor tersebuat dapat ditulis sebagai 16:9 atau 1,77:1 atau 1,77.

Beberapa Aspek Rasio yang Umum


Meskipun layar (screen) berbagai perangkat digital dewasa ini hadir dalam berbagai proporsi
misalnya 4:3, 16:9, 8:5, dsb namun pada umumnya perangkat digital tersebut dapat
menampilkan image dan video dengan aspek rasio yang beragam. Berikut beberapa aspek
rasio yang umum digunakan.
 Aspek rasio 4:3 (1,33) banyak digunakan pada TV dan monitor komputer tradisional
 Aspek rasio 16:9 (1,77) banyak digunakan pada TV, monitor komputer, format video
modern
 Aspek rasio 8:5 (1,6) banyak digunakan pada layar komputer
 Aspek rasio 5:3 (1,6667) digunakan pada layar lebar (widescreen) standar Eropa
 Aspek rasio 1,85 digunakan pada sinema layar lebar (widescreen) standar USA
 Aspek rasio 2,4 banyak digunakan pada sinema layar lebar (widescreen)

Hampir semua layar digital penampil gambar (televisi, monitor, smartphone, dsb) dewasa ini
dapat menampilkan gambar dengan berberapa opsi angka rasio aspek.
Adapun Beberapa jenis Aspect Ratio yang pernah dibuat hingga kini antara lain:
1.15
1: 15 Kadang-kadang disebut sebagai Movietone ratio, rasio ini digunakan secara
singkat selama masa peralihan saat industri film telah digabung dengan media suara
(1926-1932). Rasio ini dihasilkan dengan melapiskan sebuah soundtrack optik lebih
1,33 dalam pencetakannya, sehingga gambar yang dihasilkan hampir persegi. Film
dengan rasio ini sering diproyeksikan ke menggunakan masker 1,37. Seperti dalam
film Movietone termasuk Sunrise.

1.33
1 (4:3, 12:9): 35 mm, rasio orisinil untuk film bisu, yang hari ini umumnya dikenal di
TV dan video sebagai 4:3. Juga rasio standar untuk kompresi MPEG-2 video. Format
ini masih digunakan di banyak kamera video rumahan dan telah mempengaruhi
pemilihan atau desain rasio aspek lainnya, antara lain 16 mm standar dan Super
rasio 35mm.

1.37
1: 35 mm full screen, hampir semua film antara 1932 dan 1953 menggunakannya.
Secara resmi diadopsi sebagai "Academy ratio" pada 1932 oleh AMPAS. Jarang
digunakan dalam konteks saat ini.

1.44
1: IMAX format. Produksi Imax menggunakan 70 mm film (sama seperti yang
digunakan untuk film feature 70 mm), tapi film ini dipakai menggunakan kamera
dan proyektor horizontal. 

1.50
1 (3:2, 15:10): Rasio dari film 35 mm digunakan untuk fotografi. Juga aspek rasio asli
VistaVision.

1.55
1 (14:9): rasio aspek layar lebar kadang-kadang digunakan dalam iklan dll sebagai
format pertengahan antara 4:3 (12:9) dan 16:9. Bila dikonversi ke frame 16:9, ada
"pillarboxing" sedikit, sementara konversi ke 4:3 menciptakan "letterboxing" sedikit.

1.60
1 (8:5, 16:10): komputer Widescreen Monitor rasio (misalnya 1920 × 1200 resolusi).

1.66
1 (5:3, 15:9): 35 mm Awalnya ditemukan oleh Paramount Pictures, yang sekarang
menjadi ukuran standar di beberapa negara Eropa; "native Super 16 mm frame
ratio". Kadang-kadang penulisannya dibulatkan menjadi 1.67:1. Dari akhir 1980-an
ke 2000-an, CAPS Program Walt Disney Feature Animation juga menggunakan rasio
ini (pertengahan antara rasio 1.85:1 atau digunakan di bioskop dan rasio 1.33:1
digunakan untuk video rumahan), format ini juga digunakan pada layar atas
Nintendo 3DS juga.

1.75
1 (7:4): Awalnya 35 mm digunakan oleh MGM dan Warner Bros antara 1953 dan
1955, dan sejak ditinggalkan, Disney kemudian melakukan cropping beberapa film
era 50-an nya dengan rasio ini untuk kemudian diedarkan dalam bentuk DVD,
termasuk film The Jungle Book.
1.77
1 (16:9 = 42:32): Video standar layar lebar, yang digunakan dalam televisi definisi
tinggi (HDTV), satu dari tiga rasio yang ditentukan untuk kompresi MPEG-2 video.
Juga digunakan dalam kamera video pribadi. Kadang-kadang rasio ini dibulatkan
menjadi 1,78:1.

1.85
1: 35 mm merupakan standar layar lebar untuk film teater di AS dan Inggris .
Diperkenalkan oleh Universal Pictures pada Mei, 1953. Proyek sekitar 3 perforasi
("perfs") ruang gambar per 4 bingkai Perf; film dapat disyuting dalam 3-PERF untuk
menghemat biaya persediaan film.

2.00
1: "Original SuperScope ratio", juga digunakan dalam Univisium. Digunakan di
beberapa studio Amerika pada 1950-an, ditinggalkan pada tahun 1960, tetapi baru-
baru dipopulerkan oleh sistem Red One. Pada tahun 2001 Studio Ghibli
menggunakan framing ini untuk film animasi nya Spirited Away.

2.10
1 (21:10): Rencana aspect ratio futuristik untuk televisi dan bioskop.

2.20
1 (11:5, 22:10): 70 mm standar. Awalnya dikembangkan untuk Todd-AO pada tahun
1950. Jika dikompresi dalam MPEG-2 rasionya adalah 2.21:1, tapi hampir tidak
digunakan.

2.35
1: 35 mm "Anamorphic "sebelum tahun 1970, digunakan oleh CinemaScope dan
Panavision. "Anamorphic" berangsur-angsur berubah menjadi 2,39, tetapi sering
disebut sebagai 2,35 pula, karena konvensi lama. (Perhatikan anamorphic yang
mengacu pada kompresi gambar pada film untuk memaksimalkan area sedikit lebih
tinggi dari standar 4-PERF Academy aperture) Semua film India Bollywood yang
dirilis setelah 1972 disyuting dalam standar ini

2.37
1 (64:27 = 43:33): Pada 2010, muncul TV yang memperkenalkan "21:09 cinema
display". Sesungguhnya ini rasio yang tidak diakui oleh standar penyimpanan dan
transmisi.

2.39
1 (~ 12:5): 35 mm Merupakan ukuran Anamorphic dari tahun 1970 dan seterusnya.
Seringkali disebut sebagai format Panavision atau Lingkup '. Ditetapkan sebagai
2.40:1 untuk Blu-ray film (1920 × 800 resolusi).

2.55
1 (~ 23:9): merupakan aspek rasio Asli CinemaScope sebelum pita yang merekam
suara ditambahkan ke dalam film pada tahun 1954. Ini juga aspect ratio dari
CinemaScope 55.
2.59
1 (~ 13:5): Cinerama pada ketinggian penuh (tiga kamera menangkap gambar
menggunakan film 35 mm kemudian diproyeksikan secara bersamaan ke dalam satu
gambar layar lebar yang komposit).

2.66
1 (8:3, 24:9): frame output dari Super 16 mm. Secara efektif, gambar yang dari rasio
24:9 tter-convert ke aspek rasio asli 15:09 dari 16 mm super negatif.

2.76
1 (~ 11:4): Ultra Panavision 70 (65 mm dengan 1,25 × squeeze anamorphic).
Digunakan hanya pada beberapa film antara tahun 1962 dan 1966, seperti Battle of
the Bulge (1965).

2.93
1: MGM Kamera 65, Digunakan hanya pada awal film Ultra Panavision, terutama
Ben-Hur (1959) 

4.00
1: jarang sekali digunakan, Polyvision, tiga 35 mm 1.33:1 gambar diproyeksikan
berdampingan. Pertama kali digunakan pada tahun 1927 di Napoléon Abel Gance itu.

12.00
1: Circle-Vision 360 ° dikembangkan oleh Walt Disney Company pada tahun 1955
untuk digunakan dalam Disneyland. Menggunakan sembilan 04:03 proyektor 35mm
untuk menampilkan gambar yang benar-benar mengelilingi penonton. 

images from; https://adferoafferro.wordpress.com/tag/film-aspect-ratio/

Pada dasarnya tidak semua aspct ratio perlu kita pelajari secara mendalam, cukup
untuk diketahui saja. Lebih penting adalah mengetahui sistem dan cara kerjanya,
bagaimana hal-hal teknis ini mempengaruhi kita dalam membuat film. Hal ini
karena masih banyak bentuk teknis lain yang kudu dimiliki seorang sinematografer
dalam menentukan format output video apa yang hendak dibuat seperti fps, data
rate, video format, yang sama pentingnya untuk membuat hasil gambar dan suara
yang kita rekam dan sunting hingga siar menjadi maksimal. (yes)
Pengenalan Dasar mengenai Aspect Ratio pada Foto

Bagi kebanyakan orang, baik yang masih awam didunia fotografi maupun pemula,
pengaturan aspect ratio di kamera digital seperti belum terlalu diperhatikan. Sering kali dalam
melakukan cropping hanya berdasarkan feeling saja yang penting tangan model gak kepotong
atau perdasarkan pada pandangan ke arah point of interest saja. Coba dibayangkan jika saya
seenaknya saja melakukan cropping pada foto diatas menjadi begini... hehehe... kurang jelas
kan jadinya ? 

Tetapi hal seperti ini seringkali terjadi saat kita melakukan cropping tanpa memperhatikan
aspect ratio. Salah satu sebab, kurangnya pemahaman mengenainya. Lalu apa itu aspect ratio?
Aspect ratio adalah perbandingan lebar dan tinggi pada sebuah gambar. Cara untuk
mengubah aspect ratio sebuah foto pada photshop adalah dengan menggunakan cropping
tools dan memasukkan angka perbandingan aspect rationya. Lihat kotak merah pada image
berikut ini:
Ada hal yang penting yang diingat saat melakukan perbaikan atau perubahan pada aspect
ratio ini, yaitu jangan melupakan aturan komposisi dasar yaitu Rule of Thirds. Karena dalam
aspect ratio apapun, aturan dasar ini tetap bekerja dan saya sarankan pada pengaturan di
Photoshop tetap mengaktifkan fitur Rule of Thirds ini, lihat pada image diatas pada view:
Rule of Thirds.

Saat ini ada 6 aspect ratio yang umum dikenal dalam dunia fotografi, yaitu :
1. Aspect ratio 1:1
Aspect ratio berbentuk kotak persegi ini memiliki lebar dan tinggi dengan hitungan
sebanding. Sekarang aspect ratio ini kembali banyak digunakan oleh aplikasi foto pada
perangkat smartphone setelah Instagram mempopulerkannya. Malah beberapa pengguna
menjadi bingung karena terpaksa meng-cropping fotonya menjadi  kotak.. hehehe... Tapi
sebelum populer oleh Instagram, aspect ratio 1:1 merupakan ukuran standar dari kamera
Hasselblad yang memiliki ukuran 6x6cm.
Contoh foto diatas yang kita jadikan dengan aspect ratio 1:1 pada Photoshop adalah
menjadi seperti berikut:

2. Aspect ratio 5:4


Aspect ratio 5:4 biasanya digunakan pada kamera large format dan kamera yang
menggunakan film yang berbentuk lembaran. Kebanyakan ukuran foto yang dihasilkan
memiliki ukuran 8×10 inci.
Contoh foto diatas yang kita jadikan dengan aspect ratio 5:4 pada Photoshop adalah
menjadi seperti berikut:

3. spect ratio 4:3


Media penyiaran TV dan video umumnya menggunakan aspek rasio ini dengan ukuran
atau resolusi 640×480 pixel. Kamera bersensor kecil dan kamera saku yang mengusung
sistem sensor CCD umumnya menggunakan aspect ratio ini. Tidak hanya itu saja, kamera
dengan ukuran sensor four third atau 4/3 dan kamera micro four Third (MFT) juga paling
banyak menggunakan format ini. Pada kamera medium format, aspect ratio 4:3 juga
dikenal pada kamera medium format “645″ yang sebenarnya merujuk pada ukuran hasil
foto berdimensi 6×4.5cm.
Contoh foto diatas yang kita jadikan dengan aspect ratio 4:3 pada Photoshop adalah
menjadi seperti berikut:

4. Aspect ratio 3:2


Aspect ratio ini mulai populer dan digunakan ketika Oskar Barnack memutar film negatif
menjadi 90 derajat dan menggandakan lebar frame sehingga menghasilkan film negatif
berukuran full frame 24x36mm yang sama seperti film yang digunakan kamera format
35mm. Hampir semua DSLR masa kini yang menggunakan ukuran sensor besar
menggunakan format 3:2 ini.
Contoh foto diatas yang kita jadikan dengan aspect ratio 3:2 pada Photoshop adalah
menjadi seperti berikut:

5. Aspect ratio 16:9


16:9 bukanlah aspect ratio yang sesungguhnya atau lazim digunakan di kamera digital.
Tapi bukan berarti aspect ratio ini tidak dapat digunakan. Beberapa fotografer
menggunakannya untuk memberikan nuansa sinematik pada hasil foto.
Contoh foto diatas yang kita jadikan dengan aspect ratio 16:9 pada Photoshop adalah
menjadi seperti berikut:
6. Aspect ratio 2.35:1
Ini adalah aspect ratio yang paling lebar dan sangat jarang digunakan pada dunia
fotografi. Hal tersebut dikarenakan saat ini belum ada kamera digital yang mendukung
aspect ratio ini. Karena memiliki ukuran yang sangat lebar, jika di-crop ke aspect ratio
4:3, maka setengah dari gambar Anda akan terbuang. Aspect ratio ini dapat dijumpai pada
film untuk keperluan film layar lebar.
Contoh foto diatas yang kita jadikan dengan aspect ratio 2.35:1 pada Photoshop adalah
menjadi seperti berikut:

Aspek Ratio 16:9 seringkali digabungkan dengan 2.35:1 oleh penyuka foto dengan aliran
cinematic photography, dengan mejadikan bagian perpotongan foto tersebut berwarna hitam
yang disebut juga dengan letter box.Untuk lebih jelas dan detail mengenai aspect ratio di
cinematic photography dalam dilihat pada postingan saya berikut nya.

Disadari atau tidak, aspect ratio sebenarnya sangat mempengaruhi komposisi sebuah foto.
Dengan memahami aspek rasio maka Anda akan dapat lebih mudah menghasilkan foto
dengan komposisi yang lebih baik. Penggunaan aspect ratio yang berbeda mempengaruhi
hasil foto dengan komposisi yang berbeda juga. 

Berikut perbandingan hasil dari ke-6 aspect ratio yang kita bahas diatas:
Aspect ratio 1:1

 
Aspect ratio 5:4
 Aspect ratio 4:3

Aspect ratio 3:2

Aspect ratio 16:9 

 Aspect ratio 2.35:1


Konsep dasar video

Digital video adalah jenis sistem video recording yang bekerja menggunakan sistem digital
dibandingkan dengan analog dalam hal representasi videonya. Biasanya digital video direkam
dalam tape, kemudian didistribusikan melalui optical disc, misalnya VCD dan DVD. Salah
satu alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan video digital adalah camcorder, yang
digunakan untuk merekam gambar-gambar video dan audio, sehingga sebuah camcorder akan
terdiri dari camera dan recorder.

Sebuah video terdiri dari beberapa element yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Frame Rate
Ketika serangkaian gambar mati yang bersambung dimainkan dengan cepat dan dilihat
oleh mata manusia, maka gambar-gambar tersebut akan terlihat seperti sebuah pergerakan
yang halus. Jumlah gambar yang terlihat setiap detik disebut dengan frame rate.
Diperlukan frame rate minimal sebesar 10 fps (frame per second) untuk menghasilkan
pergerakan gambar yang halus. Film-film yang dilihat di gedung bioskop adalah film
yang diproyeksikan dengan frame rate sebesar 24 fps, sedangkan video yang dilihat pada
televisi memiliki frame rate sebesar 30 fps (tepatnya 29.97 fps). Frame rate digunakan
sebagai format standar NTSC, PAL dan SECAM yang berlaku pada negara-negara
didunia.

2) Aspect Ratio
Pixel aspect ratio menjelaskan tentang ratio atau perbandingan antara lebar dengan tinggi
dari sebuah Pixel dalam sebuah gambar. Frame aspect ratio menggambarkan
perbandingan lebar dengan tinggi pada dimensi frame dari sebuah gambar. Sebagai
contoh, D1 NTSC memiliki pixel aspect ratio 0.9 (0.9 lebar dari 1 unit tinggi) dan
memiliki pula pixel aspect ratio 4:3 (4 unit lebar dari 3 unit tinggi).
Beberapa format video menggunakan frame aspect ratio yang sama tetapi memakai pixel
aspect ratio yang berbeda. Sebagai contoh, beberapa format NTSC digital menghasilkan
sebuah 4:3 frame aspect ratio dengan square pixel (1.0 pixel aspect ratio) dan dengan
resolusi 640 x 480. sedangkan D1 NTSC menghasilkan frame aspect ratio yang sama
yaitu 4:3 tetapi menggunakan rectangular pixel (0.9 pixel aspect ratio) dengan resolusi
720 x 486.
Pixel yang dihasilkan oleh format D1 akan selalu bersifat rectangular atau bidang persegi,
akan berorientasi vertikal dalam format NTSC dan akan berorientasi horisontal dalam
format PAL. Jika menampilkan rectangular pixel dalam sebuah monitor square pixel
tanpa alterasi maka gambar yang bergerak akan berubah bentuk atau mengalami distorsi.
Contohnya lingkaran akan berubah menjadi oval. Tetapi bagaimanapun juga apabila
ditampilkan pada monitor broadcast, gambar gerak akan ditampilkan secara benar.
3) Resolusi Spasial dan Frame Size
Lebar dan tinggi frame video disebut dengan frame size, yang menggunakan satuan
piksel, misalnya video dengan ukuran frame 640×480 piksel.
Dalam dunia video digital, frame size disebut juga dengan resolusi. Semakin tinggi
resolusi gambar maka semakin besar pula informasi yang dimuat, berarti akan semakin
besar pula kebutuhan memory untuk membaca informasi tersebut.
Misalnya untuk format PAL D1/DV berukuran 720×576 piksel, format NTSC DV
720×480 piksel dan format PAL VCD/VHS (MPEG-1) berukuran 352×288 piksel
sedangkan format NTSC VCD berukuran 320×240 piksel.

4) Level Bit
Dalam dunia komputer, satuan bit merupakan unit terkecil dalam penyimpanan informasi.
Level bit atau Bit depth menyatakan jumlah atau banyaknya bit yang disimpan untuk
mendeskripsikan warna suatu piksel. Sebuah gambar yang memiliki 8 bit per piksel dapat
menampilkan 256 warna, sedangkan gambar dengan 24 bit dapat menampilkan warna
sebanyak 16 juta warna.
Komputer (PC) menggunakan 24 bit RGB sedang sinyal video menggunakan standar 16
bit YUV sehingga memiliki jangkauan warna yang terbatas.
Untuk itu perlu berhati-hati apabila membuat video untuk ditayangkan di TV, karena
tampilan warna di layar monitor PC berbeda dengan tampilan di layar TV. Penentuan bit
depth ini tergantung pada sudut pemisah antara gambar yang diterima oleh kedua mata.
Sebagai contoh, pada layar datar, persepsi kedalaman suatu benda berdasarkan subyek
benda yang tampak.

5) Laju Bit
Laju bit disebut juga dengan nama laju data. Laju bit menentukan jumlah data yang
ditampilkan saat video dimainkan. Laju data ini dinyatakan dalam satuan bps (bit per
second). Laju data berkaitan erat dengan pemakaian dan pemilihan codec (metode
kompresi video). Beberapa codec menghendaki laju data tertentu, misalnya MPEG-2
yang digunakan dalam format DVD dapat menggunakan laju bit maksimum 9800 kbps
atau 9,8 Mbps, sedangkan format VCD hanya mampu menggunakan laju bit 1,15 Mbps.

6) Format Video
Sama halnya dengan file suara dan gambar, teknik kompresi dari video menghasilkan
banyak format file video bermunculan. Berikut adalah formati file video yang lazim
digunakan:

 ASF (Advanced System Format)


1. Dibuat oleh Microsoft sebagai standar audio/video streaming format
2. Bagian dari Windows Media framework
3. Format ini tidak menspesifikasikan bagaimana video atau audio harus di encode,
tetapi sebagai gantinya menspesifikasikan struktur video/audio stream. Berarti ASF
dapat diencode dengan codec apapun.
4. Dapat memainkan audio/video dari streaming media server, HTTP server, maupun
lokal.
5. Beberapa contoh format ASF lain adalah WMA dan WMV dari Microsoft.
6. Dapat berisi metadata seperti layaknya ID3 pada MP3
7. ASF memiliki MIME “type application/vnd.ms-asf” atau “video/x-ms-asf”.
8. Software : Windows Media Player

 AVI ( Audio Video Interleaved )


diperkenalkan oleh Microsoft pada tahun 1992 sebagai bagian dari teknologi Video for
Windows miliknya. File AVI menyimpan data audio dan video pada struktur
interleaved. File ini hanya berupa kontainer- dan data audio video dapat dikompres
menggunakan berbagai codec. Kualitas dan kapasitas tergantung pada codec dan secara
khusus codec yang digunakan adalah MPEG, Divx atau WMV.

 MOV (Quick Time)


adalah teknologi multimedia sekaligus format file yang dikembangkan oleh Apple
Computer dan pertama sekali diprkenalkan pada tahun 1991.
file Quicktime adalah kontainer multimedia yang terbentuk atas satu atau lebih track
seperti audio, video, teks atau efek digital. Masing-masing track mengandung media
track, baik itu media stream yang telah di encode atau pointer-pointer pada file
eksternal.
codec yang digunakan untuk compress dan decompress data di Quicktime diantaranya
MP3, JPEG, Divx, Cinepak, Sorensen dan bahkan MPEG-2 dan MPEG-4. Oleh sebeb
itu, quicktime lebih cocok digunakan untuk aplikasi internet dibandingkan AVI.

 OGM ( Ogg Media File )


Adalah format kontainer untuk audio, video dan subtitle. Sebagaimana AVI, format ini
juga mendukung multiple audio track, bahkan dengan format yang berbeda (seperti
MP3 dan WAV). OGM juga memungkinkan integrasi audio Ogg Vorbis.
Codec video yang sering digunakan dalam files OGM adalah Xvid.
Untuk membuka file OGM di windows diperlukan paket software yang disebut Ogg
Vorbis Direct Filter dan dapat diperoleh di www.tobias.everwicked.com

 Matroska
Format video favorit saya ini adalah format multimedia gratis (open source format).
Format ini, dengan ekstensi file dari '. Mkv', didasarkan pada EBML (Extensible
Binary Meta Language), yang memungkinkan perubahan harus dilakukan dengan
mudah jika perlu, tanpa melanggar mendukung file lama. Inilah sebabnya mengapa
dikatakan bahwa "Matroska dirancang dengan masa depan dalam pikiran".
Matroska bukanlah video codec seperti yang sering berpikir untuk menjadi, tetapi
sebuah wadah, atau sebuah amplop yang dapat menampung banyak codec yang
berbeda pada waktu yang sama. Sesuai namanya (Rusia boneka berbentuk telur yang
terkandung dalam satu sama lain) Matroska dapat berisi video (DivX, Xvid, RV9, dll),
suara (MP3, MP2, Ogg, AC3, AAC, DTS, PCM), serta sub judul (SRT, ASS, SSA,
USF, dll) di file yang sama.
Tujuan pengembangan Matroska adalah untuk memberikan yang fleksibel dan lintas-
platform alternatif ke AVI, ASF, MP4, MPG, MOV, dan RM. Fitur utamanya termasuk
cepat mencari, pemulihan kesalahan tinggi, modularly diperpanjang, dipilih subjudul
dan audio stream, bab entri, menu, dan streamable melalui internet. An example of a
Matroska file is a complete video file that includes a video stream and an audio stream,
as well as subtitles and a menu system.
Contoh sebuah file Matroska file video yang lengkap yang meliputi aliran video dan
audio streaming, serta sub judul dan sistem menu. Ketika saya senang banget
mendownload film dalam format ini, karena file ini menampilkan gambar film kualitas
dvd yang besarnya 4 GB hanya dengan ukuran 500 MB saja.

 3GP (3GPP format file)


Adalah sebuah multimedia container format yang ditetapkan oleh Third Generation
Partnership Project (3GPP) untuk 3G UMTS jasa multimedia. It is used on 3G mobile
phones but can also be played on some 2G and 4G phones. Yang digunakan di 3G
ponsel, tetapi juga dapat dimainkan pada beberapa 2G dan 4G telepon.

 Flash Video
Adalah sebuah wadah format file yang digunakan untuk mengirim video melalui
Internet menggunakan Adobe Flash Player (awalnya diproduksi oleh Macromedia)
versi 6-10. Konten video flash juga mungkin tertanam di dalam SWF file. Ada dua
format file video yang berbeda didefinisikan oleh Adobe Systems dan didukung dalam
Adobe Flash Player: FLV dan F4V. Audio dan video FLV data dalam diencode dalam
cara yang sama ketika mereka berada dalam file SWF. Yang terakhir format file F4V
didasarkan pada basis ISO format file media dan didukung dimulai dengan Flash
Player 9 Update 3.

 3G2 (3GPP2 format file)


Adalah wadah multimedia format yang ditetapkan oleh 3GPP2 untuk 3G CDMA2000
jasa multimedia. Hal ini sangat mirip dengan format 3GP, tapi memiliki beberapa
ekstensi dan keterbatasan dibandingkan dengan 3GP.

 VOB (Video Object)


adalah sebuah format kontainer di DVD-Video media. VOB dapat berisi video, audio,
subtitle dan menu isi multiplexing bersama-sama ke dalam bentuk sungai. VOB
didasarkan pada aliran program MPEG format, tetapi dengan keterbatasan dan
spesifikasi tambahan di sungai swasta. Program MPEG sungai yang memiliki
ketentuan-ketentuan non-data standar (seperti yang digunakan dalam file VOB) dalam
bentuk jadi swasta yang disebut stream. File VOB yang sangat ketat bagian dari
program MPEG standar sungai. Sementara semua file VOB program MPEG stream,
tidak semua aliran program MPEG sesuai dengan definisi untuk sebuah file VOB.

 SWF
Pada awalnya berdiri untuk "Format Web Kecil" kemudian berubah menjadi
"Shockwave Flash" oleh Macromedia, kemudian kembali berubah kembali ke Small
Web Format ketika perusahaan memilih untuk memiliki frase "Shockwave" hanya
merujuk kepada Direktur, diucapkan swiff atau "swoof" adalah sebagian terbuka
repositori untuk multimedia dan terutama untuk vector graphics, berasal dari
FutureWave Software dan telah datang di bawah kendali Adobe. Dimaksudkan untuk
menjadi cukup kecil untuk dipublikasikan di web, SWF file dapat berisi animasi atau
applet dari berbagai tingkat interaktivitas dan fungsi.
SWF saat ini berfungsi sebagai format yang dominan untuk menampilkan "animasi"
vektor grafik di web, jauh melebihi penggunaan W3C standar terbuka SVG, yang telah
bertemu dengan masalah-masalah di atas implementasi bersaing. Mungkin juga
digunakan untuk program-program, biasanya permainan, menggunakan Actionscript.

7) Codec Video (Compression Decompression)


 3ivx
Bukan merupakan format file, tetapi hanya sebuah codec ( seperti Divx, WMV dan
Xvid ) yang dikembangkan oleh 3ivx Technologies (www.3ivx.com ). Teknologi
intinya dioptimasi untuk arsitektur prosesor yang beraneka ragam, termasuk platform
yang menyertainya. 3ivx memungkinkan untuk pembuatan stream data MPEG-4 dan
MP4 dan dapat juga digunakan untuk membuat steam audio AAC.

Dengan menggunakan 3ivx dapat menyimpan lebih dari dua jam film sekualitas DVD
kedalam CD tunggal, atau men-stream kualitas video sekualitas DVD melalui modem
kabel atau modem DSL. Untuk membuka file 3ivx, dibutuhkan plug-in untuk
Quicktime, untuk video for windows dan untuk Directshow atau 3ivx Decoder.

 Divx
Edisi Divx pertama (3.11 dan sebelumnya) merupakan versi hack dari codecvideo
MPEG4 buatan Microsoft. Jeroma Rota pengembang Divx, mendirikan Divx Networks
dan membuat Divx 4, versi terbaru dari codec untuk menghindari masalah hak cipta
dengan Microsoft. Divx pada saat pembuatan versi 5.2.1 adalah merupakan codec
MPEG-4 layer 2. Dikenal dengan tingkat kompresi yang tinggi, sehingga sangat
memungkin menggunakan codectersebut untuk menggandakan film DVD.
Satu film DVD umumnya berukuran 5 GB sampai 6 GB, dan Divx mampu
mengkompresi hingga menjadi 700 MB, dengan penurunan kualitas yang sangat
minim. Dengan demikian film tersebut dapat tertampung dalam sekeping CD.
Sejumlah peranti ripping DVD menggunakan codecDivx.
Untuk memutar file Divx, dibutuhkan plug-in Divx untuk player software. Versi Divx
gratisan termasuk playernya tersedia di www.divx.com dan ini termasuk juga plug-in
untuk video editing software.
Pendeknya jenis codec ini terkenal dengan ukuran filenya yang kecil karena
menggunakan MPEG4 Part 2 compression. Seperti tertulis diatas versi pertamanya
yaitu versi 3.11 diberi nama “DivX DivX bersifat closed source sedangkan untuk versi
open sourcenya adalah XviD yang mampu berjalan juga di Linux.

 MPEG (Motion Picture Expert Group)


1. Merupakan file terkompresi lossy.
2. MPEG-1 untuk format VCD dengan audio berformat MP3.
3. MPEG-1 terdiri dari beberapa bagian:
4. Synchronization and multiplexing of video and audio.
5. Compression codec for non-interlaced video signals.
6. Compression codec for perceptual coding of audio signals.
 MP1 or MPEG-1 Part 3 Layer 1 (MPEG-1 Audio Layer 1)
 MP2 or MPEG-1 Part 3 Layer 2 (MPEG-1 Audio Layer 2)
 MP3 or MPEG-1 Part 3 Layer 3 (MPEG-1 Audio Layer 3)

format turunan MPEG


1. MPEG-1 beresoluasi 352×240.
2. MPEG-1 hanya mensupport progressive scan video.
3. MPEG-2 digunakan untuk broadcast, siaran untuk direct-satelit dan cable tv.
4. MPEG-2 support interlaced format.
5. MPEG-2 digunakan dalam/pada HDTV dan DVD video disc.
6. MPEG-4 digunakan untuk streaming, CD distribution, videophone dan broadcast
television.
7. MPEG-4 mendukung digital rights management.

 RealVideo dan RealMedia


Adalah codec video yang dikembangkan oleh RealNetworks pada tahun 1997. Berbeda
dengan codec video lainnya, RealVideo telah dioptimasi untuk streaming video melalui
jaringan IP. Menggunakan PNA Protocol atau Real Time Streaming Protocol. Biasanya
berpasangan dengan RealAudio yang dikemas dalam RealMedia. RealNetworks juga
menyediakan player yang disebut RealPlayer untuk audio dan video.

 Windows Media Video (WMV)


adalah bagian dari sistem Windows Media buatan Microsoft. Adalah sebuah codec
untuk mengencode film dan mentransform slide show yang berisi format bitmap
kedalam video terkompres. WMV sebenarnya adalah versi proprietary dari MPEG-4.
Video Stream sering dikombinasikan dengan Audio Stream dalam format WMA,
dengan video WMV yang dikemas kedalam kontainer AVI atau ASF.

Sumber :
http://www.wikipedia.com/
http://digilib.petra.ac.id
http://pdfdatabase.com/index.php?q=teknik+teknik+kompresi+suara+video+audio
http://lecturer.ukdw.ac.id/anton/download/multimedia4.pdf
Istilah HD (High Definition) dalam perfilman
Tentang Teknologi High Definition

Pernahkah kita berpikir, kenapa film yang diputar di bioskop tampak sangat bagus dan
berbeda. Nah, itulah yang dinamakan dengan dunia High Definition. Ketika High
Definition telah menjadi sebuah realitas yang booming dikalangan masyarakat, banyak
dari ahli teknis dengan penemuan teknologi yang selalu baru membuat masyarakat
menjadi bingung. hal ini pun terjadi ketika kita mulai membedakan Blu-ray dan HD DVD.
Sebenarnya, High Definition merupakan suatu perkembangan resolusi yang digunakan
menjadi lebih bagus atau lebih baik dari sekarang.

High Definition sendiri sebenarnya telah digunakan sebagai contoh yang terdapat di HD
TV atau High Definition Television dan juga HD DVD. Oleh karena itu, untuk lebih
mengenal High Definition, kita harus mengenal 3 faktor penting, yaitu tentang resolusi,
aspek rasio, dan frame rate (tingkat frame).

Resolusi merupakan kumpulan dari beberapa pixel yang menjadi satu, sedangkan pixel itu
sendiri merupakan bagian terkecil yang berbentuk persegi dan mempunyai tiga warna,
yaitu merah, hijau, dan biru, atau RGB (Red Green Blue). Sebagai contoh, apabila kita
mempunyai sebuah foto dengan format JPEG atau JPG, kemudian kita lakuakan zoom
(perbesar) secara terus menerus, maka hasil yang didapat adalah gambar dalam foto itu
akan menjadi pecah-pecah berbentuk seperti kotak-kotak, seperti itulah pixel yang
dimaksud. Semakin banyak jumlah pixel yang digunakan, maka semakin jernih kualitas
gambar yang dihasilkan.

Resolusi yang digunakan untuk menentukan High Definition ada tiga format, yaitu:
 720p.
Merupakan format resolusi yang mempunyai ukuran asli 1280 x 720 pixels. Gambar
yang ditampilkan dalam resolusi ini biasanya akan terlihat nyata.
Selain itu, gambar yang dihasilkan dalam resolusi ini terlihat halus tanpa ada
bagian yang pecah sama sekali.

 1080i.
Merupakan format resolusi yang mempunyai ukuran asli 1920 x 1280. Gambar
yang ditampilkan dalam format ini lebih bagus dibandingkan dengan 720p karena
resolusi yang semakin besar.
Selain itu, dengan resolusi ini gambar terlihat secara detail, dimana setiap warna
yang ditampilkan seperti aslinya.

 1080p.
Merupakan format resolusi yang mempunyai ukuran asli 1920 x 1080 pixels.
Sebenarnya resolusi 1080i sama dengan resolusi 1080p, tetapi ada beberapa
perbedaan, diantaranya adalah terlihat dari tingkat kedetailan gambar yang
dihasilkan oleh 1080p lebih bagus dari pada 1080i. Selain itu, gambar yang
dihasilkan lebih nyata lagi.

Sebenarnya huruf "i" pada 1080i merupakan kepanjangan dari Interlance.


Interlance adalah suatu teknik untuk meningkatkan kualitas gambar tanpa harus
menggunakan banyak bandwith, sedangkan untuk huruf "p" pada 720p dan 1080p
merupakan kepanjangan dari Progressive. Progressive adalah suatu teknik untuk
menampilkan maupun mentransmisi gambar bergerak ke dalam setiap garis pada
frame.

Selain resolusi, ada juga tentang aspek rasio. Aspek rasio adalah rasio antara lebar
dan tinggi yang terlihat pada layar. Sebagai contoh, sebesar apapun ukuran layar
yang digunakan oleh sebuah televisi (TV), pasti mempunyai sebuah aspek rasio,
dimana apabila setiap penambahan 4 inci lebar layar maka hal itu juga akan
berpengaruh dengan penambahn 3 inci tinggi layar. Itu berarti, rasio yang
digunakan oleh TV itu adalah 4:3. hal ini berguna untuk menampilkan suatu
pencitraan yang baik layaknya seperti mata kita ketika melihat sebuah objek. Selain
aspek rasio 4:3, kita juga mengenal aspek rasio dengan perbandingan 16:9 yang
biasa digunakan dalam format High Definition.

Aspek rasio 4:3 hanya memilki luas lebih 33 persen dari tinggi, sedangkan 16:9
memiliki luas lebih 78 persen dari tinggi. Sebenarnya perbandingan aspek rasio
masih banyak, tetapi yang banyak digunakan biasanya hanya 4:3 dan 16:9.

Ada dua tipe dari aspek rasio, yaitu :


 Original Aspect Ratio (OAR).
yaitu merupakan aspek rasio yang masih original tanpa ada perbuahan dan
digunakan oleh pembuat film atau produksi visual ketika membuat suatu produk
visual.
Modified Aspect Ratio MAR. Yaitu merupakan aspek rasio yang telah
mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan jenis layar tertentu.

 frame rate.
Frame rate atau tingkatan frame merupakan berapa banyak rate yang berjalan
di dalam suatu frame, artinya sebuah sebuah video akan berjalan lebih mulus
jika di dalam suate frame banyak rate-nya.
Seperti halnya yang terjadi pada resolution, frame rate juga dipengaruhi oleh
interlance dan progressive yang terjadi ketika suatu virtual dijalankan.

Ada beberapa frame rate yang digunakan secara umum, yaitu :


 60i.
Merupakan frame rate yang berarti memilki 60 bagian interlance, dimana dapat
disamakan jumlah frame yang digunakan berjumlah 29.97 frame.

 60p.
Merupakan frame rate yang berarti memilki 60 bagian progressive, dimana
jumlah frame sama dengan 60i yaitu 29.97 frame.

 50i.
Merupakan frame rate yang berarti memiliki 50 bagian interlance, dimana dapat
disamakan jumlah frame yang digunakan berjumlah 25 frame.

 50p.
Merupakan frame rate yang berarti memiliki 50 bagian progressive, dimana
jumlah frame sama dengan 50i yaitu 25 frame.

 30p.
Merupakan frame rate yang berarti memiliki 30 bagian progressive, dimaana
dapat disamakanjumlah frame yang digunakan berjumlah 25 frame.

Frame rate yang digunakan oleh High Definition adalah frame rate 50p dan 60
p, tetapi kadang-kadang ada yang menggunakan 30p. Sedangkan untuk 50i dan
60i biasanya digunakan oleh siaran broadcast dan DVD. Saat ini, hampir semua
peralatan multimedia menyediakan fasilitas HD dengan kelebihan-kelebihan
yang variatif. Jadi, dengan berbekal pengetahuan di atas, kita bisa mengetahui
tipe-tipe barang HD yang cocok dengan selera kita.

sumber : http://www.facebook.com/refy.rafael

Anda mungkin juga menyukai