I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perempuan dengan segala kelebihan dan kekurangannya memang
menjadi sumber inspirasi yang menarik untuk dikaji. Dalam masyarakat saat ini,
perempuan masih dianggap sebagai makhluk yang lemah dibandingkan dengan
kaum laki-laki. Perempuan hanya dianggap sebagai pelengkap dan hanya bisa
mengembangkan peranannya sebagai istri dan ibu. Dengan segala keunikannya
perempuan menjadi hal yang sering dijadikan tema dalam sebuah karya sastra.
Karya sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang
obyeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa
sebagai mediumnya (Semi, 1993: 8). Karya sastra merupakan gambaran
kehidupan hasil rekaan seseorang, yang sering kali diwarnai oleh sikap latar
belakang dan keyakinan pengarang. Novel adalah salah satu bentuk karya sastra
yang menyajikan cerita fiksi dalam bentuk tulisan dan kata-kata, yang mempunyai
unsur intrinsik dan ekstrinsik. Hal ini dimungkinkan karena persoalan yang
dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan kemanusiaan.
Novel Mendhung Kesaput Angin merupakan novel yang menceritakan
mengenai sosok perempuan Jawa yang berpikiran maju dan berani mengambil
sikap untuk tidak bergantung dengan orang lain terutama laki-laki. Novel ini
adalah sebuah bentuk wujud penggambaran emansipasi yang dituangkan oleh Ag.
Suharti dengan dilatarbelakangi budaya Jawa pada masa awal kemerdekaan.
Dalam karya-karyanya, Ag. Suharti menyajikan sosok perempuan yang tegar dan
mandiri. Terutama dalam novel Mendhung Kesaput Angin yang sangat jelas
digambarkan ketegaran sosok Kadarwati yang berani menentukan nasibnya
sendiri.
Dalam novel ini pembaca dihadapkan pada ketidakadilan yang dialami
tokoh perempuan yang ada di dalamnya. Salah satunya adalah Kadarwati yang
harus menikah dengan orang yang tidak dicintainya, dan diapun harus mengalami
pengkhianatan yang dilakukan oleh suaminya yang kedua. Partiningsih adalah
perempuan yang membuat kehidupan keluarga Kadarwati terpecah juga tidak
mendapatkan haknya. Partiningsih dinikahi hanya untuk menyelamatkan bayinya
agar waktu lahir mempunyai bapak, setelah itu dia diceraikan.
Dalam sebuah karya sastra, kesetaraan gender seringkali digambarkan
dengan adanya persoalan yang muncul di jalan cerita dalam hubungan antara
tokoh laki laki dan tokoh perempuan. Dalam sebuah karya sastra, sang pengarang
bisa dengan leluasa mengungkapkan bermacam konflik bahkan yang tidak
dijumpai dalam kehidupan sehari hari secara nyata. Walaupun berwujud sebuah
karya imaginatif, pengarang bisa menampilkan dengan bebas semua fenomena
fenomena sosial berikut pesan yang hendak diungkapkan tanpa terkungkung
dengan realitas data.
Berdasarkan uraian tersebut analisis gender disini berarti menganalisis
ketidakadilan yang diterima oleh semua tokoh perempuan. Sesungguhnya
perbedaan gender tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan
ketidakadilan gender, tetapi selama ini perbedaan gender dalam beberapa hal
mengantarkan pada ketidakadilan gender. Dalam novel Mendhung Kesaput Angin
itu sendiri terdapat ketidakadilan gender yang diterima oleh tokoh perempuan,
baik tokoh utama ataupun tidak, untuk itu analisis gender sangat menarik untuk
diteliti dalam novel ini.
Pengertian Konsep Gender
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan perbedaan
perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan yang bersifat
bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak kecil. Pembedaan ini sangat
penting, karena selama ini sering sekali mencampur adukan ciri-ciri manusia yang bersifat
kodrati dan yang bersifat bukan kodrati (gender). Perbedaan peran gender ini sangat
membantu kita untuk memikirkan kembali tentang pembagian peran yang selama ini
dianggap telah melekat pada manusia perempuan dan laki-laki untuk membangun gambaran
relasi gender yang dinamis dan tepat serta cocok dengan kenyataan yang ada dalam
masyarakat. Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran
telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana
manusia beraktivitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender ini melekat pada cara pandang
kita, sehingga kita sering lupa seakan-akan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan
abadi sebagaimana permanen dan abadinya ciri biologis yang dimiliki oleh perempuan dan
laki-laki.
dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial
budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dengan demikian gender adalah hasil kesepakatan antar manusia yang tidak bersifat kodrati.
Oleh karenanya gender bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke
waktu berikutnya. Gender tidak bersifat kodrati, dapat berubah dan dapat dipertukarkan pada
manusia satu ke manusia lainnya tergantung waktu dan budaya setempat.