Anda di halaman 1dari 2

Sinopsis Novel Sejarah

“LAUT BERCERITA”

“Matilah engkau mati


Kau akan lahir berkali-kali…”

Begitulah dua larik puisi yang menyambut kita di lembar pertama—puisi yang juga
akan menemani kita menyusuri halaman demi halaman, menjadi urat nadi dalam kisah ini.

Puisi tersebutlah yang menjadi penggerak Laut dan kawan-kawannya sesama aktivis
mahasiswa untuk menyuarakan pandangan mereka. Akan tetapi, tindakan mereka dibatasi
oleh tekanan yang mereka dapatkan dari pihak yang berkuasa. Perlawanan mereka berakhir
pengejaran dan penangkapan. Sebagian di antara mereka tidak pernah kembali,
meninggalkan rasa bersalah bagi para korban yang dipulangkan kepada keluarganya.
Keluarga dari para aktivis yang menghilang terus mencari dan menuntut keadilan atas
saudara, anak, atau kekasih mereka yang dihapuskan keberadaannya.

Dalam buku ini, Leila S Chudori mengundang kita untuk menyelami kasus
penghilangan orang secara paksa. Buku ini terdiri atas 2 bagian. Bagian pertama mengambil
sudut pandang seorang mahasiswa aktivis bernama Laut, menceritakan bagaimana Laut dan
kawan-kawannya menyusun rencana, berpindah-pindah dalam pelarian, hingga tertangkap
oleh pasukan rahasia.

Kontras, bagian kedua dikisahkan oleh Asmara, adik Laut. Bagian kedua mewakili
perasaan keluarga korban penghilangan paksa, bagaimana pencarian mereka terhadap
kerabat mereka yang tak pernah kembali. Juga tentang perasaan para korban selamat—
bagaimana terpenjaranya mereka atas kejadian tersebut.

Penulis fiksi historis tersebut mampu membuat tema kelam dalam novel ini
menyenangkan dibaca. Drama dan tragedi yang kental dan bernada nostalgik memberi
perasaanpilu dan melankolis bagi pembaca. Pembawaaan yang mengambil dua sudut
pandang berbeda membuat kita dapat berempati dan memahami posisi berbagai pihak yang
terlibat dalam kasus-kasus penghilangan orang secara paksa.

Demi membentuk akurasi pendalaman emosi yang baik bagi pembaca saat membaca
buku ini, penulis sendiri mewawancara langsung korban dan kerabat yang terlibat tragedi
penculikan aktivis tahun 1998. Bahkan, buku ini ditulis sebagai bentuk tribute bagi para
aktivis yang diculik, yang kembali dan yang tak kembali; dan keluarga yang terus menerus
sampai sekarang mencari jawab (Chudori 2017).

Novel ini cocok dibaca untuk orang-orang yang ingin mendalami tema penghilangan
orang secara paksa melalui aras psikologi korban atau bagi orang-orang yang mencari
bacaan yang dapat membawa suasana. Pembaca akan terus terseret dalam permainan
emosi karakter-karakternya hingga akhir cerita. Kisah dalam buku ini merupakan sepenggal
dari kisah kita bersama, menjadi bagian yang tak pernah terjelaskan dan tak akan
terlupakan.

Anda mungkin juga menyukai