Anda di halaman 1dari 12

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Produktivitas Kolam Budidaya Ikan di

Kawasan Minapolitan Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten


(Kasus di Desa Nganjat dan Desa Janti)
Nisita Laksmidevi
nisita.laksmi.d@mail.ugm.ac.id

Joni Purwohandoyo
joni_4778@yahoo.com

Abstract
Establishment of a region as a minapolitan area is a form of spatial arrangement to facilitate
fishery activities from upstream to downstream. Production and productivity of ponds become the
result obtained from fishery activities. The purpose of this research is to identify distribution pattern
of pond culture unit and spatial of minapolitan area in research location, to identify fish farmer
characteristic at research location, and to analyze factors influencing production and productivity of
cultivation ponds at research location.
The distribution patterns of ponds in the two villages are clustered so that the concentration of
space for fishery activities occurs and the government rearrange that through minapolitan area
spatial planning. Not all plans in that spatial planning have been executed these can be seen from the
existing condition in locations. Characteristics of fish farmers are varies, with dominant of fish
farmers aged from age 25-64 years old, has been through minimal formal basic education,
experienced in aquaculture for more than 7 years. The production factors used in this research that
have the most effect both on production and productivity are feed spent on fishes and ponds’ land
areas.

Keywords: Production, Productivity, Aquaculture Pond, Spatial Planning, Minapolitan Area

Abstrak
Penetapan suatu wilayah sebagai kawasan minapolitan adalah bentuk penataan ruang untuk
memudahkan kegiatan perikanan dari hulu ke hilir. Produksi dan produktivitas kolam merupakan
hasil yang didapat dari kegiatan perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola
persebaran unit kolam budidaya dan tata ruang kawasan minapolitan di lokasi penelitian,
mengidentifikasi karakteristik pembudidaya ikan di lokasi penelitian, dan menganalisis faktor yang
mempengaruhi produksi dan produktivitas kolam budidaya di lokasi penelitian.
Pola persebaran kolam pembudidayaan di kedua desa adalah mengelompok sehingga timbul
pemusatan ruang kegiatan budidaya yang kemudian diupayakan oleh pemerintah untuk ditata melalui
tata ruang kawasan minapolitan. Rencana dalam tata ruang tersebut belum semua dijalankan terlihat
dari keadaan eksisting di lapangan. Karakteristik pembudidaya ikan bervariasi dengan dominan
pembudidaya usia 25-64 tahun, telah menempuh minimal pendidikan formal dasar, lama budidaya
lebih dari 7 tahun. Faktor produksi yang digunakan dalam penelitian ini yang paling mempengaruhi
baik variabel produksi maupun produktivitas adalah habis pakan dan luas lahan kolam budidaya.

Kata Kunci: Produksi, Produktivitas, Kolam Budidaya, Tata Ruang, Kawasan Minapolitan

1
PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan untuk
Minapolitan merupakan wujud mengidentifikasi struktur dan pola ruang
implementasi dari konsep klaster oleh Porter kawasan minapolitan, mengidentifikasi
yaitu kegiatan yang mengklasterkan karakteristik pembudidaya ikan, dan faktor
kegiatan perikanan di suatu wilayah agar yang mempengaruhi produksi dan
meningkatkan daya saing (Yusuf & produktivitas kolam di kedua desa.
Trondsen, 2013). Konsep klaster ini banyak
METODE PENELITIAN
diadaptasi oleh pemerintah-pemerintah
Penelitian ini dilakukan di Desa
daerah dalam bentuk kebijakan untuk
Nganjat dan Desa Janti, Kecamatan
mengembangkan ekonomi lokal dan
Polanharjo dengan mengambil kolam
dianggap mampu memberikan dasar bagi
budidaya sebagai obyek penelitian.
kemakmuran perekonomian lokal maupun
Sampel data diambil berdasarkan
regional apabila kegiatan-kegiatan
purposive sampling dan area-based
perekonomian ini terkonsentrasi (Spencer,
sampling. Purposive sampling artinya
et al., 2010).
sampel yang digunakan adalah jumlah unit
Desa Nganjat dan Desa Janti adalah
kolam untuk mengetahui produksi dan
dua desa yang termasuk ke dalam Kawasan
produktivitas tiap unit kolam dan area-
Minapolitan Desa Nila di Kabupaten Klaten.
based sampling artinya sampel unit kolam
Kedua desa ini menjadi dua desa yang
telah merepresentasikan sebanyak lebih dari
dianggap memiliki kontribusi yang tinggi di
setengah luasan kolam budidaya
dalam kawasan minapolitan karena
keseluruhan di tiap lokasi penelitian.
memiliki hasil produksi tertinggi di
Sampel unit kolam yang digunakan
Kecamatan Polanharjo sedangkan
sebanyak 108 unit untuk Desa Nganjat dan
Kecamatan Polanharjo sendiri memiliki
123 unit untuk Desa Janti.. Data yang
hasil produksi tertinggi di Kabupaten Klaten
dikumpulkan berupa data primer dan data
(BPS Kabupaten Klaten, 2016).
sekunder. Data primer yang diperoleh
Desa Nganjat memiliki luas total
berupa interpretasi citra dan peta-peta
lahan kolam budidaya perikanan rakyat
terkait, observasi lapangan, dan wawancara
sebesar 25.288,66 m2 sedangkan Desa Janti
dengan para pembudidaya ikan dan
memiliki seluas 32.870,87 m2. Kedua desa
narasumber. Data sekunder yang diperoleh
minapolitan ini berangkat dari latar
berupa Citra Quickbird Desa Nganjat dan
belakang yang berbeda untuk sampai
Desa Janti Tahun 2015 dan dokumen
sebagai desa minapolitan. Desa Janti yang
Penyusunan Masterplan Kawasan
sudah lama menjadi desa pemancingan dan
Minapolitan Kabupaten Klaten Tahun 2009.
Desa Nganjat yang semula merupakan desa
Tujuan pertama penelitian
dengan kegiatan dan komoditas utama dari
mengidentifikasi pola persebaran kolam
kegiatan pertanian. Namun demikian, kedua
budidaya menggunakan metode Average
desa ini memiliki persamaan yaitu tidak
Nearest Neighbor (ANN) atau disebut juga
memiliki sumber mataairnya sendiri untuk
sebagai analisis tetangga terdekat yang
mengairi kegiatan perikanan yang ada.
dianalisis menggunakan perangkat lunak
Keunikan tersebut yang mendasari
SIG dengan perhitungan:
pemilihan lokasi sebagai lokasi penelitian ̅0
𝐷
ini. 𝐴𝑁𝑁 = ̅
𝐷𝐸

2
̅0 :jarak rata-rata pengamatan tiap-tiap titik
𝐷 1. Jika nilai p (nilai sig. data) < taraf
data dengan tetangga terdekatnya, signifikansi (0,05) maka ada pengaruh yang
̅𝐸 :jarak rata-rata yang diharapkan dari data
𝐷 signifikan antar variabel.
yang diberikan dalam pola yang acak, dan 2. Jika nilai p (nilai sig. data) > taraf
indeks signifikansi (0,05) maka tidak ada pengaruh
Indeks ANN < 1: pola persebaran titik yang signifikan antar variabel sehingga
mengelompok (Ebdon, 1985). dikeluarkan dari model regresi.
Tujuan pertama juga
mengidentifikasi dan menganalisis hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
interpretasi peta-peta terkait dan dokumen
masterplan kawasan minapolitan. Tujuan Pola Persebaran Kolam
kedua menganalisis secara deskriptif Pola persebaran suatu obyek dapat
kuantitatif karakteristik pembudidaya ikan diidentifikasikan sebagai mengelompok
dengan variabel usia, pendidikan terakhir, (clustered), acak (random), atau menyebar
lama berbudidaya, pekerjaan utama, status (dispersed). Pola persebaran kolam
kepemilikan lahan kolam, dan keikutsertaan budidaya dibagi menjadi dua desa sebagai
dalam kelompok pembudidaya ikan. lokasi kajian yaitu di Desa Nganjat dan Desa
Tujuan ketiga menganalisis faktor Janti. Analisis pola persebaran ini dilakukan
yang mempengaruhi produksi dan untuk memudahkan dalam mengidentifikasi
produktivitas kolam menggunakan lebih lanjut mengenai kejadian dan proses
pendekatan fungsi produksi oleh Cobb- terbentuknya kawasan menjadi kondisi yang
Douglas (Dewi & Mulyo, 2015) dan analisis ada di lokasi penelitian (Boots & Getis,
menggunakan metode statistik regresi linear 1988).
berganda. Persamaan model regresi yang
Tabel 1. Hasil Perhitungan Analisis
digunakan adalah sebagai berikut:
Tetangga Terdekat
LnY1,2 = Ln α + β1 LnX1 + β2 LnX2 + β3
Hasil Desa Desa
LnX3 + β4 LnX4 + β5 LnX5 Perhitungan Nganjat Janti
dengan, ̅̅̅̅
𝐷𝑂 (meter) 15,19 16,79
Y1= produksi (kg) ̅̅̅̅
𝐷𝐸 (meter) 36,98 59,65
Y2 = produktivitas (kg/m2) ANN Index 0,41 0,28
X1= luas lahan kolam (m2) z-score -11,71 -15,31
X2= padat tebar benih (ekor/m2) p-value 0,00 0,00
(sumber: diolah dari analisis data penelitian, 2017)
X3= habis pakan (kg)
X4= usia pembudidaya (tahun) Hasil analisis menggunakan metode
X5= lama budidaya (tahun) Average Nearest Neighbor (ANN)
β1 - β5 = koefisien regresi menyatakan bahwa pola persebaran kolam
Untuk mengetahui uji regresi yang budidaya baik di Desa Nganjat dan Desa
dilakukan telah memiliki pengaruh yang Janti adalah mengelompok. Hal ini karena
signifikan antara variabel terikat dengan nilai indeks ANN dalam perhitungan
variabel bebas maka dilakukan pengujian bernilai kurang dari satu (<1).
signifikansi pada uji F sebagai berikut:

3
Gambar 1. Peta Jaringan Air dan Persebaran Kolam di Desa Nganjat
(sumber: diolah dari analisis data penelitian, 2017)

Gambar 2. Peta Jaringan Air dan Persebaran Kolam di Desa Janti


(sumber: diolah dari analisis data penelitian, 2017)

4
Gambar 1 dan 2 menunjukkan secara secara umum adalah susunan pusat-pusat
umum pola persebaran kolam di kedua desa permukiman dan sistem jaringan prasarana
mengelompok dikarenakan jarak antar dan sarana yang berfungsi sebagai
kolam yang berdekatan dalam areal wilayah pendukung kegiatan sosial ekonomi
yang tidak terlalu luas. Pembangunan kolam masyarakat yang secara hierarki memiliki
yang berdekatan ini dikarenakan kolam hubungan fungsional. Pola ruang secara
membutuhkan aliran air dari jaringan air umum adalah distribusi peruntukan ruang
yang ada. Jaringan air di Desa Nganjat dalam suatu wilayah yang meliputi
berasal dari dua sumber mataair yaitu peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
Umbul Ponggok dan gabungan Umbul peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
Jeblogan-Cobowo. Jaringan air di Desa Struktur ruang minapolitan
Janti berasal dari Umbul Nilo dan gabungan diidentifikasi dari pusat-pusat kegiatan dan
Umbul Nganten-Pelem. Sumber air ini jaringan prasarana serta sarana yang
masing-masing mengalirkan airnya memiliki hierarki dan bersifat fungsional.
membentuk jaringan air yang dan masuk di Desa Nganjat dan ditetapkan dalam
masing-masing desa tersebut. Jaringan air perencanaan kawasan minapolitan sebagai
kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat pusat kegiatan pembesaran dan Desa Janti
untuk dibangun kolam dan digunakan untuk sebagai pusat kegitan pembesaran dan
membudidayakan ikan. pemasaran. Secara hierarkis fungsi Desa
Pembangunan kolam dan aktivitas Janti lebih tinggi daripada Desa Nganjat
perikanan yang kemudian menjadi terpusat karena jenis kegiatan, prasarana dan sarana,
menyebabkan terbentuknya pusat kegiatan serta pelaku kegiatan perikanan di dalamnya
perikanan. Hal ini dapat diartikan jaringan lebih kompleks.
air adalah yang membentuk pusat kegiatan
Tabel 2. Perbandingan Rencana dan
perikanan di kedua desa. Adanya jaringan
Kondisi Eksisting Minapolitan Desa
air dengan debit yang melimpah dapat
Nganjat
digunakan masyarakat untuk melakukan
Rencana Kondisi Eksisting
budidaya ikan sebagai mata pencahariaan Zona Kawasan Kolam-kolam milik
mereka. Kolam pribadi yang sudah ada
sebelum rencana dan
masih ada hingga
Tata Ruang Kawasan Minapolitan sekarang
Sebelumnya telah diidentifikasi bahwa Zona Pengembangan Dibangun dengan DAK
Rencana Kolam di atas tanah desa
pola persebaran kolam budidaya yang ada di Rencana Tidak terdapat zona
dua desa adalah mengelompok. Pola Perdagangan perdagangan di lapangan,
persebaran kolam budidaya ikan ini kurangnya SDM yang
mengelola
membentuk kedua desa sebagai ruang Zona Rencana Hanya terdapat beberapa
kegiatan berbudidaya ikan yang terpusat Hunian Utara bangunan yang sejajar
dengan jalan besar
sehingga oleh pemerintah kemudian diatur
Zona Rencana Hunian kondisinya padat
dalam sebuah kebijakan tata ruang kawasan Hunian Selatan penduduk
khusus yang dinamakan sebagai kawasan Zona Persawahan Ada beberapa yang
dialihfungsikan sebagai
minapolitan. Dari ruang kegiatan yang kolam
memusat tersebut dapat diidentifikasi (sumber: diolah dari analisis data penelitian, 2017)
struktur ruang dan pola ruang kawasan
minapolitan di kedua desa. Struktur ruang

5
Tabel 2 menunjukkan perbandingan ditetapkan Desa Nganjat sebagai sentra
perencananaan zoning kegiatan perikanan kegiatan pembesaran dan Desa Janti sebagai
dan kondisi eksisting di Desa Nganjat. sentra kegiatan pembesaran dan pemasaran.
Beberapa perencanaan telah berjalan sesuai Desa Nganjat pada Gambar 3
rencana namun zona perdagangan masih menunjukkan penggunaan lahan yang
belum berfungsi sesuai rencana. dominan adalah sawah. Kolam-kolam
budidaya dibangun di dekat atau di areal
Tabel 3. Perbandingan Rencana dan
persawahan tersebut. Hal ini terjadi karena
Kondisi Eksisting Minapolitan Desa Janti
kolam-kolam menjadi mudah dalam
Rencana Kondisi Eksisting
Zona Kawasan Dibangun dengan DAK di mendapatkan pengairan yang bukan untuk
Kolam (Zk) atas tanah desa keperluan rumah tangga. Lahan kolam juga
Zona Rencana Tidak berfungsi dengan baik
Pemasaran (Zp) karena kurang SDM yang
banyak yang merupakan pengalihan fungsi
mengelola dari sawah. Pengalihan fungsi ini dilakukan
Zona Rencana Tidak berfungsi dengan baik karena lahan dinilai sudah tidak produktif
Pengolahan Ikan karena kurang SDM yang
Timur (Zo1) mengelola lagi untuk ditanam dengan tanaman
Zona Rencana Tidak berfungsi dengan baik produksi. Pengalihan dari sawah menjadi
Pengolahan Ikan karena kurang SDM yang kolam diharapkan kegunaan yang lebih
Barat (Zo2) mengelola
Zona Ada alihfungsi lahan menjadi produktif untuk masyarakat.
Persawahan kolam Penggunaan lahan di Desa Janti juga
Daerah Zoning permukiman di masih didominasi oleh persawahan. Kolam-
Permukiman rencana kurang
menggambarkan kondisi kolam budidaya juga banyak yang dibangun
permukiman saat rencana di dekat areal persawahan karena alasan
dibuat
yang sama dengan di Desa Nganjat.
(sumber: diolah dari analisis data penelitian, 2017)
Perbedaan dengan Desa Nganjat adalah
Tabel 3 menunjukkan perbandingan adanya penetapan kawasan khusus
perencananaan zoning kegiatan perikanan perikanan. Dari kawasan khusus perikanan
dan kondisi eksisting di Desa Janti. Desa dapat ditemukan banyak kolam budidaya
Janti memiliki fungsi kegiatan pemasaran yang dibangun di atasnya. Kawasan
dalam perencanaannya akan tetapi zoning perikanan ini awalnya merupakan pusat
kegiatan dan prasarana yang mendukung pemancingan yang kini banyak dialihkan
pemasaran belum berfungsi sesuai dengan sebagai rumah makan dan kolam-kolam
rencana. Hal ini dikarenakan kurangnya budidaya. Jika dilihat dari Gambar 4,
SDM yang dapat mengelola kegiatan kawasan kawasan perikanan ini sangat dekat
pemasaran yang memusat di desa ini. dengan sumber mataair Nilo sehingga
sangat bagus untuk pengairan kolam
Identifikasi pola ruang yang terbaik budidaya.
adalah menggunakan peta penggunaan
lahan (Rustiadi, et al., 2011). Di dalam
perencanaan kawasan minapolitan

6
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan di Desa Nganjat
(sumber: diolah dari analisis data penelitian, 2017)

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan di Desa Janti


(sumber: diolah dari analisis data penelitian, 2017)

7
Karakteristik Pembudidaya Ikan usia yang produktif yang ditetapkan oleh
Karakteristik pembudidaya ikan di WHO.
lokasi penelitian beragam. Pembudidaya Tingkat pendidikan pembudidaya ikan
yang menjadi sampel dalam penelitian ini baik di Desa Nganjat maupun Desa Janti
berjumlah 17 orang untuk Desa Nganjat dan dominan pada tingkat SMA. Pada penelitian
31 orang untuk Desa Janti. Karakteristik ini tidak ditemukan pembudidaya ikan yang
pembudidaya secara umum ditunjukkan sama sekali tidak menempuh pendidikan
pada Tabel 4. formal sehingga semua pembudidaya yang
ada minimal telah menempuh pendidikan
Tabel 4. Karakteristik Pembudidaya Ikan
setingkat sekolah dasar.
Desa Nganjat dan Desa Janti
Pekerjaan utama pembudidaya ikan
Desa Desa Janti
Variabel Nganjat belum tentu adalah pembudidaya itu sendiri.
Karakteristik
jml % jml % Di Desa Janti pekerjaan sebagai
Usia 15-24 0 0 1 3 pembudidaya ikan belum dominan sebagai
(tahun) 25-44 9 53 12 39
pekerjaan utama mereka. Untuk Desa
45-64 5 29 17 55
>64 3 18 1 3 Nganjat sendiri sudah 71% pembudidaya
Pendidi- SD 1 6 2 6 dalam penelitian ini menjadikan
kan SMP 6 35 6 20 pembudidaya ikan sebagai pekerjaan utama
SMA 9 53 16 52 mereka.
Diploma 0 0 2 6
Lama berbudidaya pembudidaya ikan di
S1 1 6 5 16
kedua desa sama-sama dominan di lebih dari
Pekerja- Pembudi- 12 70 10 32
an daya tujuh tahun lamanya. Tujuh tahun ini
Utama murni dihitung dari waktu penetapan desa sebagai
PNS/Pera 1 6 5 16
ngkat desa kawasan minapolitan hingga
Petani 1 6 4 13 implementasinya sekarang. Hal ini berarti
sawah sudah banyak pembudidaya yang
Wiraswast 2 12 4 13
a 1 6 2 6
melakukan budidaya sebelum penetapannya
Pensiunan 0 0 6 20 sebagai kawasan minapolitan dan hanya
Lainnya
beberapa saja yang merupakan
Lama ≥ 7 tahun 13 76 27 87
Berbudi- < 7 tahun 4 24 4 13 pembudidaya baru.
daya Status kepemilikan lahan kolam di Desa
Status Pribadi 3 18 17 55
Lahan
Nganjat dominan pada sewa sedangkan
Sewa 12 70 13 42
Kolam Pribadi 2 12 1 3 Desa Janti dominan pada milik pribadi. Hal
dan sewa ini dapat dihubungkan dengan awal dari
Keikut- Ikut 7 41 22 71 Desa Janti yang pembudidayanya banyak
sertaan Tidak 10 59 9 29
Pokda- yang memiliki kolam pemancingan pribadi.
kan Pembudidaya ikan yang tergabung
(sumber: data primer yang diolah, 2017) dalam kelompok pembudidaya ikan
Usia pembudidaya ikan di Desa Nganjat (pokdakan) di Desa Janti lebih dominan
didominasi pada rentang 25-44 tahun daripada yang tidak. Untuk Desa Nganjat
sedangkan untuk Desa Janti pada rentang perbandingan antara yang ikut dengan tidak
45-64 tahun. Rentang usia yang dominan di hampir sebanding namun lebbih dominan
kedua desa masih termasuk dalam rentang pada yang tidak ikut pokdakan.

8
Faktor yang Mempengaruhi Produksi 221,68 kg dari luas kolam 13.473,64 m2 dan
Kolam Budidaya Ikan (Y1) Desa Janti sebesar 314,76 kg dari luas kolam
16.411,47 m2.
Data produksi kolam budidaya
didapat dari hasil wawancara dengan Hasil analisis regresi linear berganda
pembudidaya yang kolamnya menjadi terhadap variabel terikat produksi
sampel dalam penelitian. Didapatkan bahwa menggunakan pendekatan fungsi Cobb-
produksi kolam di Desa Nganjat sebesar Douglas ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Regresi Linear Berganda terhadap Produksi Kolam
Variabel Koefisien Regresi Sig. t
Konstanta 2,309 0,000
Luas lahan kolam (X1) 0,437 0,000
Habis pakan (X2) 0,417 0,000
Padat tebar benih (X3) dikeluarkan TS
Usia pembudidaya (X4) dikeluarkan TS
Lama budidaya (X5) dikeluarkan TS
R2 0,439
Sig. F 0,000
N 231
Keterangan: TS= tidak signifikan
(sumber: data primer yang diolah, 2017)

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:


LnY1 = Ln2,309 + 0,437 LnX1 + 0,417 LnX2
Variabel selain luas lahan dan habis luas lahan kolam yang mereka budidayakan.
pakan dikeluarkan dari persamaan karena Pembudidaya telah mengetahui banyaknya
nilai signifikansinya lebih besar dari sig. α pakan yang akan mereka berikan pada ikan
(0,05). Hasil dari analisis regresi diperoleh sehingga hasil produksi yang didapat lebih
variabel luas lahan dan habis pakan adalah optimal.
yang paling mempengaruhi produksi kolam. Kontribusi dari kedua variabel yang
Tabel di atas menunjukkan semakin besar mempengaruhi dapat diketahui dari nilai R2.
luas lahan kolam dan banyaknya jumlah Nilai R2 sebesar 0,439 artinya kedua
pakan yang dihabiskan untuk variabel bebas tersebut memiliki kontribusi
pembudidayaan maka semakin tinggi sebesar 43,9% dalam mempengaruhi
produksi ikan yang didapat. produksi kolam budidaya. Adapun sisanya
Luas lahan kolam menjadi faktor dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
yang mempengaruhi produksi dapat terdapat dalam model persamaan. Faktor
dikarenakan semakin kolam memiliki eksternal seperti permintaan pasar yang
ukuran yang lebih luas maka semakin fluktuatif dapat mempengaruhi
banyak ikan yang ditampung. Banyaknya pembudidaya dalam memproduksi ikan.
pakan yang dihabiskan juga secara langsung Pembudidaya akan memilih untuk lebih giat
sangat mempengaruhi produksi kolam. Hal membudidayakan untuk disesuaikan
ini karena berat hasil produksi ini didapat panennya ketika musim permintaan ikan
dari banyak pakan yang diserap oleh ikan tinggi.
yang dibudidayakan. Para pembudidaya di
lokasi penelitian telah banyak melakukan Faktor yang Mempengaruhi
trial and error juga berbagi informasi Produktivitas Kolam Budidaya Ikan (Y2)
mengenai penggunaan pakan yang benar.
Penggunaan pakan juga disesuaikan dengan
9
Data produktivitas kolam budidaya dikatakan cukup besar dengan jumlah unit
didapat juga dari hasil wawancara dengan kolam yang lebih sedikit dari Desa Janti.
pembudidaya yang kolamnya menjadi
sampel dalam penelitian. Didapatkan bahwa Hasil analisis regresi linear berganda
produktivitas kolam di Desa Nganjat sebesar terhadap variabel terikat produktivitas
16,45 kg/m2 dari 108 unit kolam dan Desa menggunakan pendekatan fungsi Cobb-
Janti sebesar 19,18 kg dari 123 unit kolam. Douglas ditunjukkan pada Tabel 6.
Nilai produktivitas Desa Nganjat dapat

Tabel 6. Hasil Regresi Linear Berganda terhadap Produktivitas Kolam


Variabel Koefisien Regresi Sig. t
Konstanta 2,305 0,000
Luas lahan kolam (X1) -0,583 0,000
Habis pakan (X2) 0,437 0,000
Padat tebar benih (X3) dikeluarkan TS
Usia pembudidaya (X4) dikeluarkan TS
Lama budidaya (X5) dikeluarkan TS
R2 0,318
Sig. F 0,000
N 231
Keterangan: TS= tidak signifikan
(sumber: data primer yang diolah, 2017)

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:


LnY2= Ln 2,305 - 0,583 LnX1 + 0,437 LnX2
Variabel selain luas lahan dan habis terlalu luas. Pembudidayaan ikan tersebut
pakan dikeluarkan dari persamaan karena sesuai dengan penetapan konsep
nilai signifikansinya lebih besar dari sig. α minapolitan yang mampu memberdayakan
(0,05). Hasil dari analisis regresi diperoleh perikanan rakyat dengan lahan kolam yang
variabel luas lahan dan habis pakan adalah terbatas.
yang paling mempengaruhi produksi kolam.
Tabel di atas menunjukkan semakin besar Variabel habis pakan memiliki
luas lahan kolam maka nilai produktivitas hubungan yang berbanding lurus dengan
kolam menurun. Namun, produktivitas produktivitas. Variabel habis pakan
meningkat ketika semakin banyak jumlah terhadap produktivitas dapat dikatakan
pakan yang dihabiskan. hampir sama dengan yang terjadi pada
variabel produksi. Variabel habis pakan ini
Hasil analisis regresi menunjukkan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
luas lahan kolam memiliki hubungan produktivitas karena berpengaruh langsung
berbanding terbalik dengan produktivitas terhadap tumbuh kembang dari ikan yang
kolam. Hal ini terjadi karena luas lahan dibudidayakan. Banyak pakan yang
dalam produktivitas berperan sebagai diberikan akan membuahkan ikan yang
pembagi dari nilai produksi yang didapat. beratnya semakin besar sehingga hasil
Tingginya produktivitas disebabkan oleh produksinya tinggi dan produktivitas juga
banyaknya produksi yang didapat dengan terpengaruh.
luas lahan sebagai media yang tidak terlalu Kontribusi dari kedua variabel yang
luas. Pembudidaya ikan tetap dapat mempengaruhi dapat diketahui dari nilai R2.
memproduksi ikan dengan hasil yang tinggi Nilai R2 sebesar 0,318 artinya kedua
meskipun memiliki luas lahan yang tidak variabel bebas tersebut memiliki kontribusi
10
sebesar 31,8% dalam mempengaruhi pengalaman budidaya di atas tujuh tahun,
produktivitas kolam budidaya. Adapun pemanfaatan lahan kolam di Desa
sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain Nganjat didominasi pada lahan sewa
yang tidak terdapat dalam model persamaan.
sedangkan Desa Janti didominasi pada
Faktor eksternal seperti yang dapat
dimungkinkan mempengaruhi produksi juga lahan milik pribadi, dan tidak semua ikut
dapat mempengaruhi produktivitas. Ketika dalam kelompok pembudidaya ikan
pembudidaya memutuskan untuk lebih giat (pokdakan).
dalam membudidayakan ikan untuk 3. Variabel bebas yang mempengaruhi baik
mengantisipasi datangnya musim produksi maupun produktivitas adalah
permintaan tinggi maka ketika panen akan luas lahan dan banyaknya pakan yang
terjadi musim panen raya. Musim panen
dihabiskan.
raya ini terjadi ketika pembudidaya serentak
melakukan panen dan kolam-kolam SARAN
budidaya sanggup untuk memproduksi ikan 1. Rencana tata ruang dan keadaan
lebih tinggi dari masa-masa pembudidayaan
eksisting di lokasi terdapat perbedaan
biasa. Ikan yang diproduksi lebih tinggi dari
masa pembudidayaan normal menjadikan karena beberapa sarana dan prasarana
nilai produktivitas kolam saat itu tinggi. tidak diadakan atau beroperasi dengan
semestinya. Perlu adanya peninjauan
KESIMPULAN
kembali alasan atau hambatan dari tidak
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, diadakan atau beroperasinya beberapa
pengolahan, dan analisis data yang telah sarana dan prasarana yang telah
dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian tercantum dalam rencana tata ruang.
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 2. Pembudidaya perlu dorongan motivasi
1. Pola persebaran kolam budidaya di lokasi dan penambahan fasilitas yang semakin
penelitian adalah mengelompok. memudahkan dalam berbudidaya ikan.
Pengelompokkan terjadi karena jarak Hal ini agar dapat membuat pekerjaan
antar kolam yang berdekatan dan harus sebagai pembudidaya ikan ini menjadi
dekat dengan jaringan air. lebih menguntungkan.
Pengelompokkan kolam budidaya ini 3. Faktor produksi yang belum
membentuk ruang kegiatan budidaya memberikan pengaruh signifikan perlu
perikanan yang memusat di lokasi yang untuk diupayakan agar dapat
kemudian diupayakan oleh pemerintah memberikan pengaruh yang baik.
untuk ditata melalui tata ruang kawasan Pemberian pelatihan yang sesuai dengan
minapolitan. Keadaan eksisting di lokasi kemampuan dan kemauan pembudidaya
penelitian masih belum sesuai dengan diharapkan dapat meningkatkan
rencana tata ruang kawasan minapolitan produksi dan produktivitas kolam
yang ada karena beberapa sarana dan sehingga pendapatan pembudidaya juga
prasarana belum diadakan atau meningkat.
beroperasi dengan semestinya. DAFTAR PUSTAKA
2. Pembudidaya didominasi oleh rentang
BPS Kabupaten Klaten, 2016. Klaten dalam
usia antara 25-64 tahun, menempuh
Angka Tahun 2015. Klaten: BPS
minimal pendidikan formal dasar, Kabupaten Klaten.
memiliki pekerjaan utama diluar Dewi, D. K. & Mulyo, J. H., 2015. Analisis
membudidayakan ikan, memiliki Produksi Budidaya Ikan Lele (Clarias

11
gariepinus): Pendekattan Fungsi
Produksi Cobb Douglas. Jurnal
Perikanan , XVII(2), pp. 54-60.
Dinas Pekerjaan Umum Kab. Klaten, 2017.
Data Sumber Mataair Kecamatan
Polanharjo, Klaten: Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Klaten.
Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2009.
Penyusunan Masterplan Minapolitan
Desa Nila Kabupaten Klaten.
Kabupaten Klaten: Dinas Pertanian
Kabupaten Klaten.
Ebdon, D., 1985. Statistics in Geography.
s.l.:Blackwell.
ESRI, 2005. How Average Nearest
Neighbor Works.
Situs:http://pro.arcgis.com/
[Diakses tanggal 8 November 2017].
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
Marham, R. & Tjokropandojo, D. S., 2015.
Potensi Pengembangan Kawasan
Minapolitan di Kecamatan Berbah,
Kabupaten Sleman. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota B
SAPPK ITB, p. 179–188.
Rustiadi, E., Saefulhakim, S. & Panuju, D.
R., 2011. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Spencer, G. M., Vinodrai, T., Gertler, M. S.
& Wolfe, D. A., 2010. Do Clusters
Make a Difference? Defining and
Assessing their Economic Performance.
Regional Studies, Volume 44, pp. 697-
715.
Yusuf, M. & Trondsen, T., 2013. Improving
Indonesia's Competitiveness:
Innovation, Value Chains and Cluster-
Bases for Realising Huge Potential of
Marine and Fisheries. International
Journal of Organizational Innovation,
Volume 6, p. 111–118.

12

Anda mungkin juga menyukai