Anda di halaman 1dari 10

Budiman yunus

DIMENSI LINGKUNGAN

 Pengelolaan ekosistem perairan mempunyai fungsi utama sebagai (1)


mempertahankan ketersediaan sumberdaya alam (baik renawble resources dan
unrenawble resources), (2) memperkuat eksistensi pendukung kehidupan, (3)
memberikan jasa kenyamanan, (4) serta mengeliminasi ekosistem perairan
berfungsi penerima limbah.

 Ekosistem perairan terdiri dari massa air yang merupakan medium fluid selalu
bergerak dan berpindah sehingga sangat mudah dan cepat menyebarkan material
pollutan, proses ekologi dinamik, rentan terhadap perubahan, jaring-aring makanan
kompleks, produktivitas relatif tinggi, dan keanekaragaman hayati yang tinggi.

 Ekosistem perairan selalu mengalami variasi lingkungan menyebabkan kelimpahan


ikan dapat berubah secara dramatis. Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi
ketersediaan ikan, ikan dapat terpencar dalam area yang luas, atau terkonsenterasi
pada wilayah tertentu sehingga mudah tertangkap.

 Setiap fase siklus hidup ikan seperti dalam fase reproduksi, pemijahan,
pertumbuhan, dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dimana fase-fase awal
merupakan fase rentan sehingga berpengaruh terhadap kelimpahan berdasarkan
ruang dan waktu. Sehingga perubahan ketersediaan ikan tidak ditafsirkan sebagai
perubahan ukuran stok yang dapat menjurus pada kebijakan pengelolaan yang
salah yang dapat menyebabkan overfishing atau overinvestasi yang merugikan.

 Produktivitas stok tidak hanya bergantung pada daya dukung faktor-faktor


lingkungan alami tetapi dipengaruhi pula oleh aktivitas manusia seperti penggunaan
dinamit, sianida, trawl, pencemaran, kerusakan ekosistem pesisir.

 Pengelolaan perikanan harus mengkaji dampak aktivitas manusia terhadap stok


ikan dan habitat ikan, kemudian menghentikan dampak kegiatan manusia,
menyesuaikan upaya penangkapan berdasarkan perubahan produktivitas stok, serta
melakukan rehabilitasi dan pemulihan stok ikan maupun habitat ikan.

 Rencana pengelolaan harus pula merancang perbaikan habitat yang dapat


mempengaruhi perbaikan stok seperti artificial reef, marine afforestration,
pengendalian gulma, pengendalian pemangsa, pemulihan sempadan pantai dan
sungai, pemupukan danau pada level yang tepat, destratification dan aeration,
perbaikan habitat pemijahan, pengembangan alur ruaya (fish way), pencegahan
erosi dan abrasi pantai.

 Rehabilitasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perairan seperti pada


perairan darat: perbaikan kuantitas aliran air dan kualitas air, masukan sedimen
sumber pendangkalan, dan penyuburan berlebihan (eutrofikasi).
Budiman yunus

 Degradasi ekosistem dan pollusi telah menimbulkan permasalahan penurunan


keaneka ragaman hayati, kelangkaan dan kepunahan spesis, serta memberi
dampak sosial ekonomi seperti lapangan kerja tertutup, hasil panen turun,
pendapatan rendah, kemiskinan, dan sebagainya.

 Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan sumberdaya ikan harus memperhatikan


konsep-konsep sebagai berikut: (1) pemanfatan komponen ekosistem harus
dipandang di dalam sudut fungsional, tidak parsial, satu komponen tidak terpisah
dengan komponen lain, saling berinteraksi, dimana ekosistem terintegrasi dalam
suatu tatanan yang utuh, (2) pemanfaatan sumberdaya untuk kebutuhan masa kini
dan masa yang akan datang tanpa menurunkan kapasitas fungsi ekosistem, (3)
membuat ambang batas pemanfaatan sumberdaya sesuai dengan kapasitas
pulihnya atau tidak melampaui kapasitas pulihnya, (4) ekosistem sebagai penerima
limbah tidak melampaui kemampuan kapasistas dalam mendegradasikan limbah,
pengendalian dampak pencemaran seminimal mungkin, (5) secara ekonomi
permintaan sumberdaya tidak melampaui kemampuan suplai ekosistem, (6)
mengembangkan kawasan perlindungan habitat ikan melalui pengaturan kawasan
pemanfaatan, kawasan konservasi, dan kawasan preservasi.

DIMENSI BIOLOGI SUMBERDAYA

o Sumberdaya ikan khususnya di daerah tropis memiliki spesis yang banyak tetapi
ukuran populasi kecil sehingga tekanan eksploitasi yang tinggi pada spesies
tertentu dapat menyebabkan lebih tangkap.

o Sumberdaya Ikan adalah sumberdaya dapat pulih (renawble resources) jika


diambil sebahagian maka sisa yang tertinggal memiliki kapasitas untuk
memperbaharui dirinya dengan cara berkembang biak. Justru, bagaimana
kapasitas pulih itu dapat berlanjut terus walaupun tetap dieksploitasi. Jumlah
cadangan yang tersisa sangat penting agar sumberdaya tetap pulih dengan
kecepatan tidak terlalu lama tergantung berapa besar yang ditangkap oleh
manusia.

o Secara potensial suatu sumberdaya tidak akan punah atau hilang karena bersifat
renawble resources tetapi karena eksploitasi tidak terkendali, degradasi
lingkungan dan pencemaran maka hasil tangkapan menurun yang terindikasikan
pada trend produksi dan terend unit upaya penangkapan.

o Kapasitas pulih Ikan terbatas, apabila ditangkap tanpa memperhatikan struktur


umur, jenis kelamin, kematangan gonad, jumlah lkan dewasa (reproduktor) dan
ukuran populasi. Kapasitas pulih ikan juga bergantung pada daya dukung alam
sebagai faktor pembatas yang menentukan reproduksi, pertumbuhan, ikan
memerlukan lingkungan yang cocok untuk melewati fase-fase siklus hidup.
Budiman yunus

o Reproduksi dan pertumbuhan setiap spesies juga berbeda tergantung pada


genetik dan lingkungan. Ada bereproduksi musiman atau sepanjang tahun,
tumbuh cepat atau lambat. Spesies yang reproduksi dan pertumbuhannya
lambat jika dieksploitasi intensif akan cepat mengalami lebih tangkap apalagi jika
kapasitasitas reproduksinya (fekunditasnya) rendah.

o Pada umumnya spesies mempunyai potensi reproduksi lebih dari cukup untuk
menjaga tingkat populasinya pada level yang tinggi, fekunditas biota air adalah
merupakan indikator potensi reproduksi yang sangat besar, tetapi peningkatan
populasi secara spektakuler dan secara reguler di alam tidak terjadi. Fakta ini
menunjukkan bahwa kendali utama pertumbuhan populasi bukan pada jumlah
fekunditas tetapi kendali lingkungan sangat effektif mempengaruhi fase-fase
perekembangan siklus hidup organisme.

o Kegagalan fase-fase siklus kehidupan ikan terjadi mulai dari fase telur sampai
fase dewasa akibat tekanan lingkungan seperti: produksi telur rendah,
pembuahan gagal, fertilisasi rusak, telur gagal menetas, kematian larva, mati
kelaparan, termangsa oleh predator, penyakit, perubahan temperatur ekstrim,
oksigen terbatas, effek toksik dalam air, kegagalan menemukan daerah
pemijahan, mati secara alami, dan tertangkap oleh manusia.

o Peningkatan populasi secara signifikan lebih besar pengaruhnya akibat


ketahanan lingkungan dibanding pengaruh potensi reproduksi, sehingga jelas
bahwa dalam praktek manajemen yang lebih menguntungkan adalah memilih
teknik untuk mengurangi tekanan lingkungan untuk meningkatkan populasi dan
memaksimumkan hasil. Disain lingkungan yang perlu diperhatikan seperti tempat
pemijahan, kontrol predator, kontrol pollusi, pengembangan sistem aliran, dsb.

o Harus disadari bahwa ada batas-batas kapasistas produksi perairan sehingga


hasilnya juga terbatas seperti suhu, oksigen, cahaya, hara, pollutan dsb.
Kapasitas produksi yang tinggi didukung oleh berbagai kombinasi faktor
lingkungan essensial bagi organisme, dan produksi akan menjadi rendah jika
faktor essensial tidak tersedia (Hukum Liebic).

o Ecologist menjelaskan bahwa habitat adalah tempat hidup ikan, niche adalah
peranan spesies dalam ekosistem, pengambilan ikan dari ekosistemnya oleh
manusia, manusialah yang berperan dalam pengurangan populasi, manusialah
melakukan perusakan langsung maupun tidak langsung. Degradasi stok ikan
dan habitat diwilayah pantai disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang pada
suatu saat mungkin surplus produksi akan habis. Oleh karena itu faktor
masyarakat perlu dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam proses
managemen perikanan.

o Setiap organisme air mempunyai toleransi/kebutuhan faktor ingkungan yang


optimal, perubahan suatu faktor lingkungan akan berpengaruh terhadap
Budiman yunus

perubahan faktor lingkungan lain ke arah yang lebih kompleks. Jika faktor
lingkungan kurang baik maka kapasitas pulih rendah, dan apabila semakin buruk
maka stok ikan semakin menipis bahkan dapat punah. Suatu spesies tumbuh
dengan baik jika faktor lingkungan tetap dalam kondisi optimum, sebaliknya akan
menurun jika di luar kondisi optimalnya, bahkan dapat mematikan jika sudah
berada pada level kritis.

o Pengembangan penelitian sebagai bagian dari manajemen perikanan maka


setiap spesies yang akan dikelola harus diketahui (1) laju reproduksi dan
pertumbuhannya, (2) habitat dan tingkah lakunya,(3) lingkungan optimal yang
diperlukan dan (4) rentang toleransi lingkungan.

o Pertumbuhan stok dari waktu ke waktu bervariasi selain disebabkan oleh


intensitas penangkapan juga akibat faktor variasi lingkungan.

o Kajian stok harus menjadi landasan keputusan, analisis potensi stok dilakukan
secara ilmiah dengan metode standar yang disepakati sehingga dapat di ulang
dan dikomparasi.

o Panen tidak melebihi hasil rata-rata pertumbuhan bersih dari suatu stok, stok
yang sisa tidak boleh dibawah batas rujukan yang telah ditetapkan sebelumnya.

o Populasi ikan mungkin terdiri dari sejumlah stok atau spesis yang secara genetik,
prilaku, dan oseanografis terpisah dengan lainnya (multispesies).

o Pengelolaan harus memandang stok secara terpisah dan masing-masing


ditetapkan potensi lestarinya dan laju pemanfaatannya sehingga tidak
menyebabkan adanya spesies lain yang mengalami penipisan stok karena dan
kepunahan.

o Perlu menghindari penangkapan berlebih terhadap stok khusus untuk menjaga


keanekaragaman genetik dan heterozigositas.

o Penangkapan pada satu spesies target atau spesis non target (bycacth) akan
berdampak pada spesies lain karena adanya interaksi rantai makanan, yang
berpengaruh terhadap keseimbangan sistem sumberdaya. Spesises target
mungkin dapat terkendali pada posisi MSY tetapi non target bisa dibawah atau
melampaui MSYnya karena tidak terencana.

o Sumberdaya multispesis sulit ditangkap secara serentak dalam level potensi


lestari masing-masing spesies dalam suatu wilayah penangkapan dimana
terdapat hubungan pemangsa dan mangsa.

o Setiap spesies mempunyai ciri biologi sendiri membutuhkan cara penangkapan


spesifik yang dalam prakteknya sulit dilakukan.
Budiman yunus

o Mengatur kelimpahan mangsa dan pemangsa dan pengaruhnya terhadap


interaksi dan kelimpahan unsur lain sulit diramalkan.

o Penangkapan harus menjaga kelestarian keanekaragaman hayati dan


ekosistemnya misalnya tangkapan sampingan (bycatch) yang berlebihan dapat
merusak ekosistem dan rantai makanan serta komunitas biologi lainnya.

o Pemulihan populasi spesies yang telah menipis ke tingkat lebih tinggi di


persyaratkan oleh konvensi hukum laut internasional 1982 melalui penggunaan
hasil maksimum lestari (MSY).

o Sumberdaya mempunyai tingkat mobilitas berbeda, mobilitas tinggi seperti ikan


pelagik besar atau lkan peruaya jarak jauh (migrator) bertujuan untuk
melengkapi siklus hidupnya seperti untuk mijah, menuju daerah aman, atau
daerah makanan. Sumberdaya yang mobilitasnya sedang adalah Ikan pelagik
kecil yang beruaya disekitar perairan pantai, mobilitas rendah hanya beruaya
disekitar habitatnya misalnya ikan karang dan ikan demersal, sedangkan yang
bersifat inmobil atau bersifat menetap di dasar perairan (sedentari) atau bersifat
sessil di dasar seperti kekerangan.

o Sumberdaya yang memiliki tingkat mobilitas rendah seperti ikan karang dan ikan
demersal serta sumberdaya yang bersifat sessil seperti kekerangan lebih banyak
mengalami lebih tangkap dibanding dengan ikan pelagik.

o Sifat migrasi ikan menyebabkan pendugaan stok merupakan pekerjaan yang


sulit, sehingga pengelolaan perikanan bukanlah suatu hal yang mudah, akurasi
atau kebenaran estimasi stok sering menjadi perdebatan. Perpindahan populasi
Ikan dari suatu daerah ke daerah lain menyebabkan estimasi stok pada suatu
daerah mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari Stok sebenarnya. Berbagai
metode pendugaan stok moderen dapat diterapkan untuk meningkatkan nilai
akurasi stok seperti metoda akustik, sweapt area, inderaja, serta berbagal model
matematis.

DIMENSI SOSIAL EKONOMI

 Sumberdaya perikanan dipandang sebagai stok modal yang jika dikelola dengan
baik akan memberi manfaat secara sosial ekonomi kepada stake holders: nelayan,
pengolah, pemasar, eksporter, industri, konsumen, penduduk dan sebagainya
sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara optimal dan berkelanjutan.

 Dimensi ekonomi mencakup keuntungan dan biaya yang bervariasi yang berkaitan
dengan tekanan pasar yang dinamik.
Budiman yunus

 Variabel sosial dan ekonomi saling berinteraksi, setiap keputusan dapat


berpengaruh terhadap distribusi pendapatan, kesempatan kerja, hak penggunaan,
kerjasama antar kelompok, kontribusi pangan, devisa, subsidi, dan biaya lain.

 Dimensi sosial dan ekonomi sering konflik sehingga harus hati-hati mencari
koinsidensi tujuan sosial dan tujuan ekonomi. Perikanan industri dimensi
ekonominya lebih unggul sedangkan perikanan skala kecil dimensi sosialnya lebih
unggul. Konflik terbesar akan terjadi pada perikanan multigear, dan multispesies
dalam suatu wilayah tangkap.

 Dimensi sosial berkaitan pula dengan prilaku interaksi antar individu atau antar
kelompok dalam suatu pola budaya, kebiasaan, adat, dan lembaga sebagai
perantara dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan.

KENDALA EKONOMI

 Tujuan pengelolaan perikanan adalah mereliasasikan seluruh potensi atau manfaat


ekonomi sepanjang waktu mulai dari produsen, konsumen, pengolah, dan pemasar
termasuk sewa atau pajak-pajak yang dapat ditarik.

 Permintaan pasar dan harga ikan yang optimal tidak berlaku dalam perikanan
karena dapat menjadi sumber terjadinya kelebihan tangkap dan pemborosan secara
ekonomi.

 Pengelolaan perikanan yang baik, tidak mengarah pada kegiatan perikanan jangka
pendek maupun jangka panjang yang menjurus ke dalam overfishing secara
ekonomi atau upaya penangkapan melampaui titik hasil ekonomi maksimum.

 Overfishing secara ekonomi disebabkan karena pengalokasian upaya (masukan)


berlebihan, seperti program kapitalisasi pada perikanan industri, yang menyebabkan
stok semakin menipis, akhirnya biaya penangkapan lebih besar dari hasil
tangkapan (overinvestasi).

 Upaya penangkapan tanpa mempertimbangkan adanya pengaruh fluktuasi


kelimpahan ikan, harga pasar, dan biaya operasi dapat menyebabkan penurunan
stok, sehingga otoritas pengelola harus selalu mengontrol upaya atau kapasitas
penangkapan berlebih, dan mempertahankan pada tingkat yang tepat berdasarkan
ruang dan waktu.

 Penyimpangan harga dapat pula menyebabkan investasi berlebih dan pemborosan


ekonomi, misalnya pemberian subsidi untuk peningkatan upaya seperti subsidi
BBM, Sarana Produksi, Keringanan pajak dan sebagainya.
Budiman yunus

 Interaksi negatif antara kapal-kapal industri berskala besar dengan nelayan skala
kecil pada suatu wilayah penangkapan dapat menyebabkan terjadinya perubahan
prilaku dan strategi penangkapan yang dapat mendorong terciptanya konflik dan
pengeluaran biaya yang signifikan.

 Konflik antara pengguna perairan dengan pengguna lain seperti penangkapan dan
pariwisata antara penangkapan dan pertanian di lahan atas sehingga otoritas perlu
meminimumkan konflik agar perikanan dapat memperoleh keuntungan optimal, hal
ini diatasi melalui dialog antar sektor, Perikanan, Pertanian, Pariwisata, Keuangan ,
dan Perencanaan melalui kebijakan makroekonomi dan strategi pembangunan lokal,
provinsi, atau Nasional.

 Kendala lain adalah adanya perbedaan kepentingan dan tujuan antara perikanan
internasional dan tujuan nasional seperti tingkat diskon, biaya produksi, selera
konsumen, dan harga ikan dipasar nasional.

 Pengelolaan perikanan perlu kajian konsekwensi ekonomi, terutama perkiraan nilai


perikanan sebagai opsi pengalokasian sumberdaya. Nilai bersih untuk masyarakat
adalah keuntungan atas semua biaya tenaga kerja dan modal yang digunakan.
Keuntungan negara atau otoritas pengelola lokal adalah sewa, pajak, retribusi,
perizinan, yang dibebankan pada tangkapan dan upaya. Penarikan pajak dan sewa
tidak hanya atas dasar keuntungan negara tetapi termasuk sebagai langkah
pembatasan upaya.

 Dalam menetapkan nilai perikanan yang diusahakan yang perlu dipertimbangkan


adalah unit produksi dan unit pengelolaan yaitu memasukkan semua faktor ekonomi
yang berdampak terhadap sumberdaya perikanan, unit produksi dikelompokkan
berdasarkan tipe alat seperti jaring, pancing, pukat, pabrik, dan sebagainya. Unit
pengelolaan tidak hanya mengatur sebagian unit produski saja seperti perikanan
industri saja karena bisa terjadi bias ekonomi dan perikanan skala kecil dapat
menghambat pencapaian tujuan secara keseleruhan.

DIMENSI TEKNOLOGI

 Pengaturan jenis alat, jumlah upaya, metode penangkapan, dimana dan kapan
menangkap bertujuan untuk mengendalikan tangkapan biomassa, ukuran, dan
umur.

 Otoritas pengelola harus menyadari bahwa nelayan selalu berupaya menemukan


cara baru meningkatkan teknologi, effektifitas, efisiensi penangkapan sehingga
cenderung meningkatkan mortalitas penangkapan walaupun jumlah upaya atau
jumlah hari trip telah dikendalikan, sehingga kemajuan teknologi perlu disesuaikan
kapasitasnya dengan upaya terhadap mortalitas tangkapan yang diinginkan.
Budiman yunus

 Perkembangan kapasitas teknologi dapat menyebabkan mortalitas penangkapan


berlebihan sehingga sulit menegakkan aturan upaya. Hal ini terjadi karena tekanan
sosial ekonomi, kebijakan ekonomi, tekanan politik, kesempatan lapangan kerja,
yang semuanya merupakan kebijakan ekonomi jangka pendek yang berakhir
dengan permasalahan jangka panjang karena dapat terjadi overfishing dan
pemborosan ekonomi.

 Investasi peningkatan kapasitas teknologi harus sesuai dengan kapasitas


reproduksi atau kapasitas suplai dari suatu stok secara lestari.

DIMENSI MANUSIA

 Manusia merupakan faktor penting yang menentukan status pengelolaan potensi


perikanan, sering tidak menjadi perhatian serius dalam pengelolaan, karena
dianggap sebagai subyek pengelolaan padahal manusia juga sebagai obyek
pengelolaan.

 Pengelolaan sumberdaya perikanan pada hakekatnya adalah pengelolaan


sumberdaya manusla (pengaturan tingkah laku) yang memanfaatkan
sumberdaya perikanan sehingga pengaturan kegiatan manusia dalam
pemanfaatan sumberdaya Ikan menjadi sangat penting dan perlu diutamakan.

 Kunci utama suksesnya pengelolaan perikanan bukan hanya pada sumberdaya


lkannya ataupun lingkungannya tetapi terletak pada sumberdaya manusianya
karena manusialah yang memanfaatkan sumberdaya Ikan.

 Manusia memiliki emosi, perasaan, keinginan, visi, tujuan, strategi, taktik,


kondisi sosial budaya, kondisi ekonomi, pengalaman, pengetahuan, teknologi,
peraturan yang kesemuanya menentukan sikap dan prilaku dalam praktek
pemanfaatan sumberdaya ikan.

 Secara sadar atau tidak sadar kebiasaan manusia memakai dinamit,


mengeksploitasi telur penyu, telur ikan, merusak terumbu karang, adalah
merupakan kebiasaan yang mengancam kelestariannya sumberdaya.
DIMENSI KELEMBAGAAN

 Lembaga pengelolaan berbeda-beda bentuk, mekanisme, struktur, cara berkumpul,


pengambilan keputusan, aturan-aturan, sifat pelayanan fungsinya antara lembaga
tradisional dan lembaga pemerintah.

 Effektifnya lembaga tergantung mutu dan fungsi organisasi, bentuk interaksi, dan
tingkat keabsahan. Kelompok yang berkepentingan lebih effektif sebagai anggota
Budiman yunus

seperti kelompok produksi, pemasar, konservasi, komunitas alat tangkap dan tipe
sumberdaya.

 Lembaga pengelolaan perikanan dapat menjalin kerjasama dengan pihak


berkepentingan seperti sumber informasi, informasi pasar, konsultan, bimbingan,
dengan menetapkan tanggungjawab dan pendelegasian kewenangan, jika layak
maka pihak berkepentingan dapat menyiapkan biaya otoritas operasional
pengelolaan perikanan.

 Lembaga bersifat dinamis, perlu dievaluasi secara berkala, perlu adopsi tatanan
kelembagaan agar berfungsi lebih effektif, tatanan kelembagaan pengelolaan
perikanan harus fleksible, negosiasi ulang dapat dilakukan untuk memperbaiki
langkah pengelolaan, negara harus meninjau ulang kinerja otoritas pengelolaan
dalam waktu 3-5 tahun.

FUNGSI LEMBAGA

 Mengidentifikasi dan melaksanakan aturan, prosudure, yang dapat digunakan


secara lestari untuk pencapai tujuan pengelolaan perikanan.

 Peraturan memuat tentang hak dan kewajiban yang didukung oleh perangkat
kebijakan; sifat dan luas hak, syarat akses, kebijakan fiskal, pajak, sewa dan
sebagainya yang aturannya dibuat oleh negara atau otoritas melalui sistem hukum
dan disetujui pada tingkat kebijakan.

 Pengelolaan perikanan bertanggung jawab mensyaratkan adanya satu atau lebih


otoritas lembaga pengelolaan perikanan dengan fungsi:

1. Mengidentifikasi pihak berkepentingan dan mengawasi perumusan tujuan


pengelolaan.
2. Dalam bekerjasama dengan pihak berkepentingan, tujuan dan kriteria ditetapkan
dalam rencana pengelolaan sebagai keputusan dan dilakukan evaluasi,
pengaturan, dan penyesuaian atau perubahan.
3. Ada jaminan langkah pengelolaan melalui pemantauan, pengendalian, dan
pengawasan (MCS).
4. Mengkoordinasi pengumpulan dan analisis data dan informasi yang diperlukan
dalam pengelolaan.
5. Melakukan negosiasi dan lobby dengan pengguna lain atau diluar perikanan
yang memberi dampak terhadap perikanan.
6. Bertanggungjawab atas kawasan atau wilayah pengelolaan sumberdaya
perikanan yang tepat.

 Suatu otoritas pengelolaan dapat menggabungkan dengan sub struktur atau badan-
badan lain bila diperlukan untuk menjalankan berbagai fungsi, atau terdiri dari badan
otonomi yg terpisah secara politis, geografis, atau konteks perikanan berdasarkan
Budiman yunus

wewenang dan mandat, yang penting komunikasi dan umpan balik berjalan secara
efisien dan effektif.

 Jika negara mendelegasikan pengelolaan ke tingkat lokal atau kelompok maka


harus jelas fungsinya serta batas-batas yurisdiksi wilayah pengelolaannya, tatanan
pengalokasian sumberdaya, hak-hak akses, proses konsultasi, pengumpulan dan
analisis data dan informasi, serta sistem penegakan hukum.

 Kelembagaan pengelolaan stok ikan pelintas batas, ikan stradling, peruaya jarak
jauh dan perikanan laut lepas diatur dalam Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982 ,
Konvensi PBB tahun 1995, agenda 21, Konvensi PBB tahun 1992 (UNEC).
Kerangka kelembagaan dalam tatanan perikanan internasional, regional, antar
negara, dimana setiap negara mempunyai otoritas pengelolaan untuk mencapai
keseimbangan dan kepentingan bersama.

 Bila terjadi tumpang tindih tanggungjawab otoritas pengelolaan suatu kawasan lebih
dari satu otoritas dapat dinbentuk mekanisme kerjasama atau tatanan kelembagaan
bilateranal, regional yang spesifik, kerjasama tersebut meliputi pengumpulan data
biologi, sosial, ekonomi, lingkungan dengan metode seragam dan meliputi
jangkauan distribusi stok.

Anda mungkin juga menyukai