• Nama Bivalvia pertama kali digunakan oleh Carl Linnaeus pada tahun
1758 merujuk kepada hewan yang memiliki cangkang dua keping.
Kata Bivalvia berasal dari Bahasa Latin, bis = dua, dan valvae = daun
pintu.
• Saatini, nama yang sering digunakan adalah Pelecypoda, yang berarti
kaki-kapak. Nama yang lain adalah Lamellibranchiata, karena hewan
ini memiliki insang yang berbentuk lembaran.
• Banyak hewan lain yang memiliki dua keping cangkang tetapi tidak
termasuk Bivalvia, misalnya famili Juliidae (Gastropoda), anggota dari
filum Brachiopoda, dan Crustacea berukuran kecil (Ostracoda dan
Conchostracha).
• Pelecypoda atau Bivalvia atau Lamellibranchiata meliputi berbagai
jenis kerang, remis, kijing.
• Kebanyakan mereka hidup di laut, terutama di daerah litoral, beberapa
di daerah intertidal dan air tawar.
• Beberapa jenis laut hidup pada kedalaman sampai 5000 m.
• Umumnya terdapat di dasar perairan yang berlumpur atau berpasir,
beberapa hidup pada substrat yang lebih keras, seperti lempung, kayu
atau batu.
• Tubuh Pelecypoda pipih secara lateral dan seluruh tubuh tertutup dua
keping cangkang yang berhubungan di bagian dorsal dengan adanya
hinge ligament, yaitu semacam pita elastik yang terdiri atas bahan
organik seperti zat tanduk (conchiolin), bersambungan dengan
periostrakum cangkang.
• Kedua keping cangkang pada bagian dalamnya juga ditautkan oleh
sebuah otot aduktor anterior dan sebuah otot aduktor posterior, yang
bekerja secara antagonis dengan hinge ligament.
• Bila
otot aduktor rileks, ligament berkerut, maka kedua keping
cangkang akan terbuka. Demikian pula sebaliknya.
• Padakebanyakan Pelecypoda, untuk mempererat sambungan kedua
keping cangkang, di bawah hinge ligament terdapat gigi atau tonjolan
pada keping yang satu dan lekukan atau alur pada keping yang lain.
• Periostrakum adalah lapisan cangkang paling luar, dan menutupi dua
lapisan kapur atau lebih di bawahnya.
• MantelPelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup
seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang.
• Pada tepi mantel terdapat tiga lipatan: dalam, tengah, dan luar.
Lipatan dalam adalah yang paling tebal, berisi otot radial dan
melingkar. Lapisan tengah mengandung alat indera. Lapisan luar
sebagai penghasil cangkang.
• Tempatmelekatnya otot palial di sepanjang tepi cangkang
meninggalkan bekas berupa garis palial.
• Rongga mantel luas dan insang besar sekali karena berfungsi sebagai
alat pernapasan dan pengumpul makanan.
• Puncak cangkang disebut umbo, merupakan bagian cangkang yang
paling tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukkan garis
pertumbuhan cangkang.
• Pada kebanyakan Pelecypoda, air masuk melalui sifon aliran masuk
(inhalant siphon, incurrent siphon) di posterior, karena kedudukan
kerang dalam substrat lumpur atau pasir dengan bagian posterior
tersembul di atas permukaan substrat.
• Sifon
yang pendek ditemukan pada Anodonta, yang panjang pada Mya
dan Tagelus.
• Pelecypoda tidak memiliki kepala dan satu-satunya Moluska yang
tidak memiliki radula (bagian dari sistem pencernaan makanan).
• Cangkang tersusun atas kalsium karbonat, umumnya simetris
bilateral. Ukuran cangkang bervariasi, panjangnya mulai dari
beberapa mm sampai lebih dari 1 m, tetapi sebagian besar tidak lebih
dari 10 cm.
• Jumlah total spesies Pelecypoda sekitar 9200, termasuk dalam 1260
genera dan 106 famili. Pelecypoda bahari (termasuk spesies estuaria)
sekitar 8000 spesies, berasal dari 4 subkelas, 99 famili, dan 1100
genera. Famili kerang bahari terbanyak anggotanya adalah Veneridae
(lebih dari 680 spesies), kemudian diikuti oleh Tellinidae dan
Lucinidae (masing-masing lebih dari 500 spesies).
• Kerangair tawar terdiri atas 7 famili, yang terbanyak anggotanya
adalah Unionidae dengan 700 spesies.
• Pelecypoda sudah menjadi salah satu bahan makanan (seafood)
yang terkenal sejak zaman Romawi, baik dimasak atau mentah.
• Pada tahun 1950, FAO melaporkan bahwa perdagangan Bivalvia
mencapai 1.007.419 ton dan pada tahun 2010 mencapai 14.616.172
ton (meliputi 5.554.348 ton clams, cockles & ark shells, 1.901.314 ton
mussels, 4.592.529 ton oysters, dan 2.567.981 ton scallops).
Konsumsi kekerangan di Cina meningkat 400 kali lipat selama
periode 1970 sampai 1997.
• Kerangyang telah terjangkit bakteri atau virus dapat menimbulkan
penyakit kepada manusia yang memakannya secara mentah, bahkan
dapat mengakibatkan kematian.
• Paralytic
shellfish poisoning (PSP) adalah peristiwa keracunan yang
disebabkan mengonsumsi kerang yang telah mengandung racun
akibat memakan Dinoflagellata beracun.
• Banyak jenis kerang yang dapat dimakan oleh manusia, antara lain:
kerang darah (Anadara granosa), kerang hijau (Perna viridis), kerang
bulu (Anadara antiquata), dan tiram bakau (Crassostrea cucullata).
• Ketika
hidup di perairan yang tercemar, kerang dapat mengakumulasi
substansi logam berat (polutan), tetapi mereka tidak dapat mencerna
logam tersebut sehingga kadar logam tersebut meningkat di dalam
tubuhnya.
• Beberapa jenis kerang dijadikan sebagai bioindikator dan biofilter.
• Ada kerang yang hidup hanya pada lokasi yang terbatas (misalnya:
Villosa arkansasensis hanya hidup di sungai-sungai di Ouachita
Mountains di Arkansas dan Oklahoma). Sebaliknya, the golden
mussel (Limnoperna fortunei), secara mencolok tersebar luas mulai
dari kawasan Asia Tenggara sampai ke Argentina, dan menjadi
spesies asing invasif.
kerang darah
kerang hijau
kerang bulu
tiram
Villosa arkansasensis yang hidup
endemik di sungai-sungai di Ouachita
Mountains di Arkansas dan Oklahoma
Saccostrea commercialis
Mercenaria mercenaria
Bivalvia yang
Crassostrea gigas dibudidayakan Mytilus edulis
Ruditapes decussatus
Venerupis philippinarum
Pinnidae
Mytilidae Arcidae Laternulidae
Periplomatidae
Thraciidae Mactridae
Cucullaeidae Glycymerididae Crassatellidae
Glauconomidae
Lucinidae Thyasiridae
Corbiculidae Petricolidae
Mesodesmatidae
Veneridae
Solenidae Donacidae
Semelidae Solecurtidae
Psammobiidae
Tellinidae
Chamidae
Cardiidae
Pteriomorphia (Subclass)
Arcida (Order)
• Size: Maximum shell length 9 cm, commonly Arcoidea (Superfamily)
to 6 cm. Arcidae (Family)
Anadara (Genus)
• Habitat, biology, and fisheries: On muddy
bottoms,mainly in protected bays and
estuaries, or in mangroves. Often occurring in
dense populations. Intertidal and shallow
subtidal waters. Actively exploited or cultivated
in many areas of the Indo-West Pacific, this
species represents the most important
commercial ark. The name “blood cockle”,
often used for this species and for other large
species of Anadara and Scapharca, is due to
the respiratory pigment haemoglobin colouring
its tissues.
Perna viridis (Linnaeus, 1758)
kerang hijau
Pteriomorphia (Subclass)
Mytilida (Order)
Mytiloidea (Superfamily)
Mytilidae (Family)
Mytilinae (Subfamily)
• Size: Maximum shell length 16.5 cm, commonly Perna (Genus)
to 8 cm.
• Habitat, biology, and fisheries: Byssally
attached to various hard objects or substrates.
Littoral and sublittoral to a depth of 20 m.
Intense exploitation from natural beds and
aquaculture in many areas. This is the
economically most important species of
Mytilidae in China, Taiwan, and southeast Asian
countries such as India, Myanmar, Thailand,
Singapore, Indonesia, and the Philippines. Also
introduced for culture in Fiji Islands and eastern
Polynesia. These figures comprise the
production of “Mytilus viridis” from Malaysia and
Singapore and also production reported under
the name “Mytilus smaragdinus” from the
Philippines and Thailand; they all refer to the
same species.
• Size: Maximum shell length 48 cm, commonly to 30 cm.
Atrina vexillum (Born, 1778)
kampak-kampak
• Habitat, biology, and fisheries: In sandy-mud bottoms,
or in sandy eel-grass patches on reefs sublittorally, from Pteriomorphia (Subclass)
depths of 1 to about 35 m. Because it attains a large size,
this common species is probably one of the most Ostreida (Order)
economically important members of the family in the Indo- Pinnoidea (Superfamily)
West Pacific. The large posterior adductor muscle is highly Pinnidae (Family)
prized as food, and the black shell carved by natives in Atrina (Genus)
Polynesia to make decorative ornaments or plates.
Beautiful but very fragile black pearls are sometimes
produced by the animal.
• Maximum shell length 50 cm, commonly to 40
cm. Embedded in muddy sand and reef flats,
in littoral and adjacent subtidal shallow waters
to depths of about 10 m. Pinna bicolor Gmelin, 1791
• Species of minor economic importance, locally
kapak-kapak
collected for subsistence purposes. Pteriomorphia (Subclass)
• Indo-West Pacific, from East and southeast Ostreida (Order)
Africa, including Madagascar, Mauritius Island, Pinnoidea (Superfamily)
the Red Sea and the Persian Gulf, to New Pinnidae (Family)
Caledonia; north to Japan and south to South Pinna (Genus)
Australia. Generally absent from oceanic
islands of the central Indian Ocean and the
tropical West Pacific, but sporadically found in
Hawaii.
Pinctada margaritifera (Linnaeus, 1758)
tapis-tapis
Pteriomorphia (Subclass)
Ostreida (Order)
Pterioidea (Superfamily)
Pteriidae (Family)
Pinctada (Genus)
• Size: Maximum shell height 25 cm, commonly
to 13 cm.
• Habitat, biology, and fisheries: On various
bottoms, byssally attached to hard substrates
at least in the young stages. Mainly in clear
water under the influence of currents. Often in
dense colonies. Littoral and sublittoral to a
depth of 20 m. This large-sized, edible species
is commonly used for the mother-of-pearl
industry and pearl trade in many areas of the
Indo-West Pacific. It produces highly prized
dark pearls, which are collected both from
natural banks and by aquaculture.
Pinctada maxima (Jameson, 1901)
kerang mutiara
Pteriomorphia (Subclass)
Ostreida (Order)
Pterioidea (Superfamily)
Pteriidae (Family)
Pinctada (Genus)
• Size: Maximum shell height 30 cm, commonly to 20
cm.
• Habitat, biology, and fisheries: On various bottoms,
byssally attached to hard substrates or objects, at least
in the young stages. Mainly in clear water under the
influence of currents. Often in dense colonies. Littoral
and sublittoral to a depth of 60 m; most common
sublittorally, from depths of 5 to 30 m. This large-sized,
edible species is abundantly used for the mother-of-
pearl industry and pearl trade and has a great
economic importance in many areas. Cultivated in
China, Thailand, New Guinea, and the Philippines.
Pteria penguin (Röding, 1798)
kerang mutiara
Pteriomorphia (Subclass)
Ostreida (Order)
Pterioidea (Superfamily)
Pteriidae (Family)
Pteria (Genus)
• Size: Maximum shell length 30 cm,
commonly to 20 cm.
• Habitat, biology, and fisheries: Byssally
attached to rocks, corals, gorgonians and
other hard objects. Littoral and sublittoral,
from low tide levels to a depth of 35 m.
Collected for food and pearl trade.
Aquaculture in Thailand and in the central
Philippines.
• Distribution: Widespread in the Indo-West
Pacific, from East Africa and the Red Sea to
Fiji Islands; north to southern Japan and
south to northern Queensland.
Pteriomorphia (Subclass)
Pectinida (Order)
Pectinoidea (Superfamily)
Pectinidae (Family)
Pectininae (Subfamily)
Amusiini (Tribe)
Amusium (Genus)
Amusium pleuronectes (Linnaeus, 1758)
kipas-kipas • Size: Maximum shell length 10 cm, commonly to
8 cm.
• Habitat, biology, and fisheries: On sand and
mud bottoms. Sublittoral, from depths of 10 to 80
m. Active local exploitation in Thailand. This
species is commercially fished in Taiwan.
• Distribution: Eastern Indian Ocean and tropical
western Pacific, from Myanmar and Indonesia to
Papua New Guinea; north to Taiwan and
southern Japan, and south to Queensland.
Spondylus squamosus Schreibers, 1793
tiram batu
Pteriomorphia (Subclass)
Pectinida (Order)
Pectinoidea (Superfamily)
Spondylidae (Family)
Spondylus (Genus)
Pinna bicolor
Amusium pleuronectes
Pinctada margaritifera
Tridacna crocea Tridacna gigas
Tridacna squamosa
Hippopus hippopus
Meretrix meretrix