Anda di halaman 1dari 15

Maternitas

1. pemeriksaan DJJ dilakukan setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal.
2. injeksi oksitosin dilakukan 1 menit setelah bayi lahir, oksitosin yang disuntikkan 10 unit IM.
Tindakan ini dilakukan pada kala 2
3. Masase Uterus dilakukan segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, letakkan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras), Tindakan ini dilakukan pada kala 3
4. memimpin meneran dilakukan apabila bukaan sudah lengkap dengan ketuban sudah pecah dan
ibu ada keinginan meneran, Hal ini dilakukan pada kala 1
5. Amniotomi dilakukan apabila pada saat pemeriksaan dalam bukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban belum pecah, Aminotomi dilakukan pada kala 1
Pemeriksaan Leopold dibagi menjadi 4 yaitu
(a) Leopold I --> menentukan bagian janin pada fundus uteri
(b) Leopold II --> menentukan letak punggung janin dan letak bagian terkecil janin
(c) Leopold III --> menentukan bagian apa yang terdapat pada bagian terbawah dan apakah
bagian bawah janin sudah atau belum masuk PAP
(d) Leopold IV --> menentukan apa yang menjadi bagian bawah, attitude bayi (fleksi atau
ekstensi), dan seberapa jauh masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul.
Leopold ini juga bertujuan untuk meyakinkan hasil yang didapat dari leopold III (Megasar,
2015: 189-190).
Tinggi fundus uteri
1. 12 minggu ? 1/3 diatas simfisis
2. 16 minggu ? ½ simpisis – pusat
3. 20 minggu ? 2/3 diatas simpisis
4. 24 minggu ? setinggi pusat
5. 28 minggu ? 1/3 diatas pusat
6. 34 minggu ? ½ pusat – prossesus xifoideus
7. 36 minggu ? setinggi prossesus xifoideus
8. 40 minggu ? 2 jari di bawah prossesus xifoideus

1. Lochea rubra terjadi pada hari ke 1 – 3 postpartum, berwarna merah dan/atau merah tua ,
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik.
2. lochea albican tidak ada jenis lochea albican, yang ada untuk istilah albican ini adalah striae
Albican yaitu garis – garis putih agak mengkilat yang mengandung parut ( cicatrix) dari striae
gravidarum pada kehamilan yang lalu, terdapat pada multigravida.
3. lochea serosaJenis lochea ini terjadi pada hari 4 – 10 post partum berwarna merah kecoklatan,
terdiri dari darah lama, serum, leukosit.
4. lochea alba terjadi pda 11 – 28 hari postpartum, berwarna kekuningan/putih sampai hilang,
mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri.
5. lochea lividia Tidak ada jenis lochea lividia, istilah lividia ini digunakan untuk striae lividia
yaitu garis – garis membiru memanjang atau serong yang biasanya pada primigravida, pada
multigravida juga kadang ada.
NB : terdapat 3 jenis lochea yaitu lochea rubra, lochea serosa, lochea alba.

1. Postpartum baby blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya
hanya muncul sementara waktu, yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran
bayi. Tanda dan gejalanya antara lain cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak sabar,
tidak percaya diri, sensitif atau mudah tersinggung, serta merasa kurang menyayangi bayinya.
Peningkatan dukungan mental atau dukungan keluarga sangat di perlukan dalam mengatasi
gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas ini (Dahro, 2012).
2. fase taking in fase ini disebut juga fase ketergantungan yang dimulai setelah persalinan dan
merupakan adaptasi psikologis postpartum.
3. fase taking hold Fase ini merupakan salah satu adatasi psikologis postparum dan disebut juga
fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian. Terjadi antara hari kedua dan ketiga
postpartum.
4. fase letting go, fase ini termasuk pada salah satu adaptasi psikologis postpartum dan disebut
juga dengan fase mandiri. Pada fase ini berlangsung antara dua sampai empat minggu setelah
persalinan ketika ibu mulai menerima peran barunya.
5. Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai perasaan sedih dan berduka
berlebihan dan berkepanjangan.

1. amenore laktasi merupakan metode sementara yang mengandalkan pemberian ASI secara
eksklusif dengan cara kerja menunda/menekan terjadinya ovulasi dengan efektivitas tinggi
(keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan), tidak ada efek samping secara sistemik
dan tanpa biaya.
2. IUD adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahin. Efektifitasnya tinggi dengan
cara kerja menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba. Efek samping IUD
terjadinya perubahan siklus haid, haid lebih banyak dan lama, sekret vagina lebih banyak.
3. Pil KB merupakan alat kontrasepsi wanita yang berbentuk pil yang berisi hormon estrogen
dan progesteron dengan cara menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari
indung telur. Efek samping dari metode ini adalah perubahan dalam pola perdarahan haid,
sedikit pertambahan dan pengurangan berat badan, dan harus diminum pada waktu yang sama
setiap hari.
4. Suntik KB terdiri dari 2 jenis (cyclofem dan DMPA) cara kerjanya sama dengan metode KB
pil namun menimbulkan efek samping seperti gangguan haid, jerawat keputihan dan lain lain.
5. Implan merupakan alat yang diselipkan dibawah kulit yang biasanya dilengan atas bagian
dalam. cara kerja nya sama dengan KB Pil dengan jangka waktu 5 tahun. Efek samping
menimbulkan gangguan menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur, ketegangan
payudara, peningkatan berat badan serta membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk
insersi dan pencabutan.

Fase – fase persalinan yaitu:

1. Kala I
Yaitu kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Kala
dibagi 3 fase, yaitu :
a. Fase Laten, Berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai pembukaan
3 cm
b. Fase Aktif ( pembukaan 4 – 10 / lengkap), Dibagi menjadi 3 fase :
1) Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
2) Fase dilatasi maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari
4 cm menjadi 9 cm
3) Fase diselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9
cm sampai lengkap.
2. Kala II, Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir.
Tanda Gejala Kala II :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan pada anus
c. Perineum Menonjol
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
3. Kala III, Dimulai segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir yang berlangsung tidak lebih dari
30 menit. Manajemen aktif kala III, terdiri dari :
a. Pemberian oksitosin dengan segera
b. Penegangan tali pusat terkendali
c. Massase uterus
4. Kala IV, Dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam post partum

a. Refleks Membuka Mata (E)

 4: Spontan
 3: Perintah Verbal (meminta pasien membuka mata)
 2: dengan rangsangan Nyeri (tekan pada syaraf supraorbita atau kuku jari)
 1: Tidak ada respon (dengan rangsangan nyeri pasien tidak membuka mata

b. Refleks Verbal (V)

 5: Orientasi baik dan bicara jelas (tidak ada disorientasi, dapat menjawab dengan kalimat yang
baik dan mengetahui dimana ia berada, termasuk hari, waktu dan bulan)
 4: Kacau (confused), (dapat berbicara dalam kalimat namun ada disorientasi waktu dantempat)
 3: Kata-kata yang tidak tepat (dapat mengucapkan kata kata, namun tidak berupa kalimat dan
tidak tepat)
 2: Mengerang (Suara yang tak berarti, tidak mengcapkan kata, hanya suara mengerang)
 1: Tidak ada respon atau jawaban
c. Refleks Motorik (M)
 6:Mengikuti Perintah (misalnya, suruh “angkat tangan”)
 5: Mengetahui letak rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, bila oleh rasa nyeri pasien
mengangkat tangannya sampai melewati dagu untuk maksud menapis rangsangan tersebut berati
ia dapat mengetahui lokasi nyeri)
 4: Reaksi menghindar terhadap nyeri (bergerak tanpa arah tidak tau lokasi nyeri)
 3: Fleksi abnormal (dekortikasi) (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan dengan objek
keras seperti ballpoint, pada jari kuku. Bila sebagai jawaban siku memfleksi, terdapat reaksi fleksi
terhadap nyeri (fleksi pada pergelangan tangan mungkin ada atu tidak ada)
 2: Ekstensi abnormal (Deserbasi) (dengan rangsangan nyeri tersebut diatas terjadi ekstensi pada
siku, ini selalu disertai fleksi spastik pada pergelangan tangan)
 1: Tidak ada respon (Sebelum memtuskan bahwa tidak ada reaksi harus diyakinkan bahwa
rangsangan nyeri memang cukup adekuat diberikan)

1. Somnolen: keadaan mengantuk berat yang masih dapat pulih bila dirangsang dan mampu
memberikan jawaban secara verbal, tetapi jika rangsangan berhenti pasien mudah tertidur
kembali.
2. Kompos mentis: sadar sepenuhnya, orientasi terhadap dirinya dan lingkungan baik, pasien dapat
menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik
3. Apatis: pasien tampak tidak merespon dan acuh tak acuh terhadap lingkungan
4. Delirium yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur-bangun yang
terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta.
5. Stupor: keadaan mengantuk yang dalam pasien dapat dibangunkan dengan rangsangan yang kuat
misalnya dengan nyeri tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan
jawaban verbal yang baik.

Anak

1. Refleks Gallant
Pada refleks ini bayi ditengkurapkan atau dipegang secara tengkurap. Lalu bagian sisi
punggung tepi, disentuh dengan jari membentuk garis dari atas ke bawah, dari dada ke perut.
Gerakan refleks berupa ayunan panggul bayi pada sisi yang sama usapan dan sentuhan
tersebut.
2. Refleks Morro
Adalah refleks yang muncul jika bayi dikagetkan oleh suara keras, gerakan mendadak atau
seperti memeluk, bila ada rangsangan, cahaya atau posisi secara mendadak. Seluruh tubuh
bayi bereaksi dengan gerakan kaget , yaitu gerakan mengayunkan/merentangkan lengan dan
kaki seolah ia akan meraih sesuatu dan menariknya dengan cepat ke arah dada dengan posisi
tubuh meringkuk seperti berpegangan dengan erat, mendorong kepala ke belakang, membuka
mata, dan mungkin menangis.
3. Reflek Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan. bayi merespon dengan mendorongnya keluar.
4. Reflek Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup
dengan rapat
5. Reflek Rooting
Jika seseorang mengusapkan sesuatu di pipi bayi, ia akan memutar kepala ke arah benda itu
dan membuka mulutnya.
jadwal imunisasi pada bayi usia 1 bulan adalah BCG dan polio 1.
 HB1 diberikan pada usia 2 bulan
 DPT 1 mulai diberikan pada usia 2 bulan.
 BCG2 tidak ada. Karena BCG diberikan hanya 1 kali
 Hib1 diberikan pada usia 2 bulan

Penilaian APGAR Score :

1. Appearance atau warna kulit :


 0 : jika kulit bayi biru pucat atau sianosis
 1 : jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah merahan sedangkan ekstremitas
( tangan dan kaki) berwarna biru pucat.
 2 : jika seluruh tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerahan.
2. Pulse atau denyut jantung :
 0 : jika bunyi denyut jantung tidak ada atau tidak terdengar
 1 : jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari 100 x/menit
 2 : jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100 x/menit
3. Gremace atau kepekaan reflek bayi
 0 : jika bayi tidak berespon saat di beri stimulasi
 1 : jika bayi meringis, merintih atau menangis lemah saat di beri stimulasi.
 2 : jika bayi menangis kuat saat bayi diberi stimulasi
4. Activity atau tonus otot
 0 : jika tidak ada gerakan
 1 : jika gerakan bayi lemah dan sedikit.
 2 : jika gerakan bayi kuat
5. Respiration atau pernapasan
 0 : jika tidak ada pernapasan
 1 : jika pernapasan bayi lemah dan tidak teratur.
 2 : jika pernapasan bayi baik dan teratur

Klasifikasi Penilaian Apgar Score :

 0 – 3 : Asfiksia berat
Pada kasus ini bayi memerlukan perawatan yang lebih intensif dan memerlukan alat bantu
penapasan agar tidak terjadi gagal naafas atau henti napas.
 4 – 6 : Asfiksia sedang
Pada kasus ini bayi hanya membutuhkan tidakan pertolongan ringan, seperti membersihkan lendir
yang menutupi jalan pernapasan bayi.
 7 – 10 : Normal/vigorous baby
Pada keadaan ini bayi lahir dengan score APGAR normal, itu berarti bayi sehat.

1. Untuk mengeluarkan benda asing pada anak tersebut maka manuever yang tepat dilakukan
adalah dengan melakukan chest thrust .
2. Abdominal thrust dilakukan untuk pasein dewasa yang sadar, tidak sedang hamil dan tidak
obesitas.
3. Jaw thrust dilakukan untuk membuka jalan napas apda pasien trauma.
4. Back bows manuever tersedak pada bayi.
5. Suction dilakukan untuk membebaskan jalan napas dari cairan.

1. Gangguan eliminasi urin adalah disfungsi eliminasi urin (SDKI,2017).


2. Retensi urin adalah pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap (SDKI, 2017).
3. Inkontinensia urin fungsional merupakan pengeluaran urin tidak terkendali karena kesulitan
dan tidak mampu mencapai toilet pada waktu yang tepat.
4. Inkontinensia urin berlanjut merupakan pengeluaran urin yang tidak terkendali dan terus
menerus tanpa distensi atau perasaan penuh pada kandung kemih.
5. Inkontinensia urin refleks merupakan pengeluaran urin tidak terkendali pada saat volume
kandung kemih tertentu tercapai.

1. Grasping Reflex merupakan reflex pada bayi baru lahir dengan menggenggam/merenggut jari
ibu jika ibu menyentuh telapak tangannya. Genggaman tangan ini sangat kuat hingga ia bisa
menopang seluruh berat badan jika ibu mengangkatnya dengan satu jari tergenggam dalam
setiap tangannya. Gerakan refleks ini juga terdapat ditelapak kaki yang melengkung saat di
sentuh. Gerakan refleks ini hilang setelah beberapa bulan. Ia harus belajar menggenggam
dengan sengaja. Menurun setelah 10 hari dan biasanya menghilang setelah 1 bulan.Untuk
gerakan kaki berlanjut hingga 8 bulan
2. Sucking Reflex ,Refleks menghisap terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis
menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka. Refleks menghisap memudahkan bayi
yang baru lahir untuk memperoleh makanan sebelum mereka mengasosiasikan puting susu
dengan makanan. Menghisap adalah refleks yang sangat penting pada bayi. Refleks ini
merupakan rute bayi menuju pengenalan akan makanan.
3. Rooting Reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian pinggir
mulutnya. Sebagai respons, bayi memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya,
dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. Refleks menghisap dan mencari
menghilang setelah bayi berusia sekitar 3 hingga 4 bulan.
4. Refleks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi yang baru lahir yang terjadi akibat suara
atau gerakan yang mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi yang baru lahir itu melengkungkan
punggungnya, melemparkan kepalanya kebelakang, dan merentangkan tangan dan kakinya.
5. Refleks Babinski merupakan Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari
mencengkram ketika bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal.
Hilang di usia 4 bulan.

Berikut adalah penjelasan istilah positioning dari setiap opsi


 Fowler adalah posisi tidur dengan meninggikan kepala dan batang tubuh 45 – 90 derajat
 Semi fowler / Low fowler adalah posisi tidur dengan meninggikan kepala dan batang tubuh
15 – 45 derajat
 High fowler adalah posisi tidur dengan meninggikan kepala dan batang tubuh 90 derajat
 Orthopneic / tripod adalah menempatkan pasien dalam posisi duduk di sisi tempat tidur
dengan meja tidur di depan untuk bersandar dan atau posisi duduk di tempat tidur dan
bersandar /memeluk beberapa bantal ketika beristirahat.

1. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling
mengasuh, memberikan cinta kasih saling menerima dan mendukung.
2. Fungsi sosialisasi adalah proses berinteraksi anggota keluarga dengan lingkungan social.
3. Fungsi reproduksi : fungsi keluarga untuk meneruskan keturunan.
4. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
5. Fungsi perawatan kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang sakit.

Analisanya adalah:

1. pH 7.5, (tinggi = alkalosis);


2. HCO3 30 mmol/L (tinggi = metabolik),
3. PCO2 50 mmHg (tinggi = tidak normal, kompensasi).
4. Alkalosis Respiratorik Terkompensasi Penuh terjadi jika pH normal tapi cenderung di
ambang batas tinggi, PCO2 turun, diikuti dengan penurunan HCO3.
5. Alkalosis metabolik tidak terkompensasi terjadi jika terjadi peningkatan pH dan HCO3
namun PCO2 masih dalam batas normal.
6. Asidosis metabolik tidak terkompensasi terjadi jika terdapat penurunan nilai pH dan HCO3,
namun PCO2 masih dalam batas normal.
7. Asidosis respiratorik terkompensasi penuh terjadi jika terdapat nilai pH normal, namun
berada pada ambang nilai terendah, diikuti dengan peningkatan PCO2 dan HCO3

adapun SP harga diri rendah adalah:

1. SP 1 mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilki klien, membantu klien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih atau menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang telah dilatih dalam rencana harian.
2. SP 2 melatih klien melakukan kegiatan ke dua yang sesuai dengan kemampuan klien.
3. SP 3 melatih klien melakukan kegiatan ketiga yang sesuai dengan kemampuan klien
4. SP 4 melatih klien melakukan kegiatan ke empat yang sesuai dengan kemampuan klien

Strategi pelaksanaan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah kronik adalah:
1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien, bantu klien menilai
kemampuan, bantu klien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, bantu
klien untuk memilih kegiatan yang dapat klien lakukan dengan mandiri atau dengan bantuan
minimal, dan latih kemampuan pertama yang dipilih klien
2. Latih kemampuan kedua yang dipilih klien
3. Latih kemampuan ketiga yang dipilih klien
4. Latih kemampuan keempat yang dipilih klien

1. BVM (bag vave mask) mampu memberikan konsentrasi oksigen hingga mencapai 100%.
Indikasi pemberian terapi oksigen dengan menggunakan BVM adalah pasien dengan gagal
napas tipe 1 yang ditandai dengan adanya hipoksemia (PO2 rendah) dan desaturasi.
2. NRM tidak tepat karena NRM hanya mampu memberikan konsentrasi oksigen hingga 80-
90%
3. NC juga tidak tepat karena NC hanya mampu memberikan konsentrasi oksigen hingga 40%.
4. RM tidak tepat karena RM memberikan oksigen hanya dg konsentrasi 70-80%.
5. SM juga tidak tepat karena SM hanya mampu memberikan terapi oksigen 60-70%.

1. phantom limb, yaitu sensasi nyeri dirasakan pada bagian tubuh yg hilang (ex: bagian tubuh yang
diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis
2. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga abdomen, cranium dan
thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan.
3. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh darah, tendon dan
syaraf, nyeri menyebar dan lebih lama daripada cutaneus, (misal: sprain sendi).
4. Nyeri kronik, pengalam sensorik atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung lebih dari 3 bulan
5. Referred pain, Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal dari jaringan
penyebab

1. bunyi napas ronkhi basah. Dimana Ronchi adalah suara yang memiliki pitch yang rendah.
Ronchi berasal dari pergerakan udara akibat adanya obstruksi parsial dari sekret yang tebal di
bronkus atau organ setelahnya. Terjadinya suara napas ronkhi basah pada kasus ALO
disebabkan oleh adanya akumulasi cairan pada rongga alveoli.
2. stridor biasanya akan dijumpai pada kasus obstruksi jalan napas seperti pangkal lidah yang
jatuh ke belakang.
3. Wheezing biasanya dijumpai pada kasus asma.
4. crackles biasanya akan dijumpai pada kasus CHF dan Pulmonary Fibrosis.
5. vesikuler merupakan suara napas normal.

Menurut MTBS 2015, klasifikasi campak:

1. Campak : Campak sekarang atau dalam 3 bulan terakhir


2. Campak dengan komplikasi pada mata dan/atau mulut : Ada nanah pada mata atau ada luka
pada mulut
3. Campak dengan komplikasi berat : ada tanda bahaya umum atau adanya kekeruhan pada
kornea mata atau ada luka di mulut yang dalam atau luas

1. Assosiative Play adalah permainan yang sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
anak lain. Dimana anak bermain dengan kelompok, dengan aktivitas yang sama, dapat saling
meminjamkan mainan, tetapi belum terorganisir dengan baik.(Ex : Permainan robot-robotan,
mobil-mobilan, masak-masakan.)
2. Option Skill Play sifatnya memberikan keterampilan pada anak.. (Ex : Bermain sepeda.)
3. Option Sense Play sifatnya memberikan kesenangan pada anak, kesenangan tersebut
diperoleh dengan memegang objek tertentu. Anak memberikan perhatian dan menstimulasi
indera mereka. (Ex : Bermain boneka, pasir dan air.)
4. Social afektif play permainan ini merupakan permainan dimana anak belajar memberi respon
terhadap stimulus yang diberikan oleh lingkungan. (Ex : Permainan Ciluk Baa, orang tua
mengajak anak bermain ciluk baa.)
5. Dramatic Play bersifat mengajak anak bermain imajinasi atau bermain peran. (Ex : Anak
bermain peran sebagai dokter atau perawat.)

Interpretasi kekuatan otot dinilai dalam derajat :

 5 : Kekuatan normal; seluruh gerakan dapat dilakukan berulang-ulang tanpa terlihat adanya
kelelahan
 4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan benar dan dapat melawan tahanan ringan dan
sedang dari pemeriksa
 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat/gravitasi
 2 : Di dapatkan gerakan tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat/gravitasi
 1 : Kontraksi minimal dapat terasa atau teraba pada otot yang bersangkutan tanpa mengakibatkan
gerakan
 0 : Tidak ada kontraksi sama sekali. Paralisis total.

Perencananan keperawatan komunitas terdiri atas beberapa tahapan yaitu;

1. Memprioritaskan diagnosis komunitas


2. Menetapkan sasaran intervensi yang diharapkan
3. Menetapkan tujuan yang diharapkan
4. Menetapkan intervensi keperawatan (Kemenkes, 2016).

Tahapan proses kehilangan terdiri dari lima tahapan yaitu:

1. Penyangkalan (denial): reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan adalah
tidak percaya, syok, diam, terpaku, gelisah, bingung, mengingkari kenyataan, serta berprilaku
seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang.
2. Marah (anger): tahapan kedua seseorang akan mulai menyadari tentang kenyataan kehilangan.
perasaan marah yang timbul terus meningkat, yang diproyeksikan kepada orang lain atau
benda disekitarnya.
3. Penawaran (Bargaining): terjadi setelah perasaan marah dapat tersalurkan.
4. Depresi: tahap diam padafase kehilangan. Individu menarik diri, tidak mau berbicara dengan
orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik, individu menolak makan, susah tidur, letih,
dan penurunan libido.
5. Penerimaan (acceptance): fokus pemikiran terhadap sesuatu yang hilang mulai berkurang.
Penerimaan terhadap kenyataan kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang
tersebut mulai dilepaskan secara bertahap dan dialihkan kepada objek lain.

1. Autonomy yaitu menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang


keperawatannya
2. Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik untuk mencegah terjadinya
kesalahan atau kejahatan. Contoh : Klien mendapat program latihan untuk memperbaiki
kondisi kesehatan secara umum, namun perawat menasehati agar program tidak dilakukan
saat ini karena alasan resiko serangan jantung.
3. Non-maleficence (tidak merugikan)
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya/
cedera secara fisik dan psikologik.
4. Fidelity (Menepati janji)
Tanggung jawab seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan klien. Untuk mencapai hal tersebut,
perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada klien.
5. Confidentiality (Kerahasiaan)
Prinsip ini menekankan bahwa informasi tentang klien haruslah dijaga kerahasianya.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa digunakan untuk keperluan
pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan
harus dihindari.
6. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas. Contoh : perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi,
klien, sesama teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis
obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang
memberi tugas delegatif dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

1. KELUARGA BESAR (EXTENDED FAMILY) Keluarga ini merupakan keluarga dengan


pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang
tua, kakak/adik dan keluarga dekat lainnya.
2. KELUARGA INTI (NUCLEAR FAMILY) merupakan keluarga yang teridi dari seorang ayah
yang mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak.
3. KELUARGA ADOPSI merupakan Keluarga yang terbentuk dengan menyerahkan tanggung
jawab sah dari orang tua kandung ke orang tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan saling
menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak.
4. KELUARGA ASUH Merupakan keluarga yang terbentuk dari sebuah layanan kesejahteraan
anak, yaitu anak ditempatkan di rumah yang terpisah dari salah satu orang tua atau kedua
orang tua kandung untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan fisik serta emosional
mereka.
Berikut adalah 8 Tahap Perkembangan keluarga
 Tahap I : Keluarga pasangan baru Tahap ini disebut Tahap pernikahan. Pembentukan
pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk
keluarga asli sampai ke hubungan intim yang baru.
 Tahap II : Chidbearing Family. Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.
 Tahap III : Keluarga dengan anak sekolah. Dimulai ketika anak pertama berusia 2 ½ tahun
dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun.
 Tahap IV : Keluarga dengan anak sekolah. Dimulai ketik anak pertama memasuki sekolah
dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas,
sekitar usia 13 tahun
 Tahp V : Keluarga dengan anak remaja. Dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun.
Biasanya tahap ini berlangsung selama enam sampai tujuh tahun, walaupun dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di
rumah pada usia 19 atau 20 tahun.
 Tahap VI : Keluarga melepaskan dewasa muda. Dimulai dengan perginya anak pertama dari
rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah.
 Tahap VII : Orang tua paruh baya.merupakan masa pertengahan bagi orang tua. Dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah
satu pasangan.
 Tahap VIII : Keluarga lansia dan pensiunan. Dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua
pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian
pasangan lain (Duvall & MIller, 1985)

1. Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasr secara
minimal.
2. Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal namun belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis seperti pendididkan, keluarga
berencana, interaksi dan tramsportasi. Terlihat pada kasus bahwa keluarga diatas kebutuhan
terpenuhi minimal, interaksi kurang, dan kebutuhan pendidikan anak-anak tidak terpenuhi.
3. Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar dan
sosial psikologi secara keseluruhan namun belum dapat mememnuhi secara keseluruhan
development needs seperti menabung.
4. Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga yang sudah mampu memenuhi seluruh kebutuhannya
namun belum dapat memeberikan sumbagan aktif demi kepentingan sosial kemasyarakatan.
5. Keluarga sejatera tahap III plus adalah keluarga yang sudah mampu memenuhi seluruh
kebutuhannya dan dapat memeberikan sumbagan aktif demi kepentingan sosial kemasyarakatan

Algoritma pada pasien dengan henti jantung henti napas menurut AHA, yaitu :

1. Amankan penolong, area, dan pasien;


2. Cek respon pasien;
3. Aktifkan emergency service;
4. Cek nadi karotis berbarengan dengan cek pergerakan dinding dada;
5. Jika nadi dan napas tidak ada. start kompresi 30 : 2 pada orang dewasa;
6. lakukan CPR selama 2 menit dengan mempertahankan high quality CPR;
7. Evaluasi tiap 2 menit.

indeks katz secara berurutan sebagai berikut:

 Indeks katz A : mandiri untuk 6 aktivitas


 Indeks katz B : mandiri untuk 5 aktivitas
 Indeks katz C : mandiri, kecuali bathing dan satu fungsi lain
 Indeks katz D : mandiri, kecuali bathing, dressing dan 1 fungsi lain
 Indeks katz E : mandiri, kecuali bathing, dressing, toileting dan satu fungsi lain
 Indeks katz F : mandiri, kecuali bathing, dressing, toileting, transferring dan satu fungsi lain
 Indeks katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 aktivitas.

1. Orthopnea adalah kesulitan bernafas apabila berbaring telentang karena redistribusi aliran darah
dari bagian-bagian tubuh ke jantung dan paru-paru.
2. Paroxysmal Nocturnal Dispnea adalah sesak napas yang terjadi setelah pasien tidur beberapa jam
di malam hari yang terjadi karena akumulasi cairan dalam paru ketika sedang tidur dan
merupakan manifestasi spesifik dari gagal jantung kiri.
3. Dispnea adalah perasaan sulit benapas pada saat beraktivitas merupakan manisfetasi gagal jantung
yang paling umum akibat terganggunya pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli
serta meningkatnya tahanan aliran udara
4. Hiperpnea adalah peningkatan ventilasi paru yang dihubungkan dengan kebutuhan metabolism
karena kebutuhan okdigen meningkat (ex: pada asidosis, anoksia)
5. Eupnea adalah pola pernapasan normal yang spontan dan bersifat involunteer dengan frekuensi 13
- 20x/menit.

1. Mantoux test/ tuberculin skin test merupakan tes yang dilakukan untuk mendiagnosa penyakit
Tuberkulosis. Mantoux test dilakukan dengan menyuntikkan suatu protein yang berasal dari
kuman TBC ke bawah kulit.
2. Test Elisa (enzym-linked immunsorbent assay) merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi
adanya antibodi terhadap HIV. ELISA bereaksi terhadap antibodi yang ada dalam serum
dengan memperlihatkan warna yang lebih tua jika terdeteksi antibodi virus dalam jumlah
besar.
3. Western blot adalah pemeriksaan yang lebih spesifik untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap HIV.
4. CD4 adalah pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa jumlah sel CD4 di dalam darah. CD4
merupakan bagian sel darah putih yang bertugas untuk menjaga kekebalan tubuh. Metode
pemeriksaan CD4 menggambarkan fungsi sistem imun secara garis besar.
5. Hitung Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari
sistem kekebalan tubuh. Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan
adanya proses infeksi atau radang akut.

1. Eritema adalah warna kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh vasodilatasi kapiler, dapat
terjadi pada berbagai infeksi sistemik, penyakit kulit dan alergi. Pada kasus, eritema kemungkinan
disebabkan oleh alergi terhadap pemakaian antibiotik.
2. Sianosis adalah warna kebiruan pada kulit karena darah yang banyak mengandung reduced-Hb
3. Ikterik adalah warna kekuningan pada kulit karena pengaruh bilirubin
4. Palor adalah warna kulit kepucatan yang dapat terjadi karena gangguan vaskularisasi atau
vasospasme
5. Melanosis adalah kelainan warna kulit akibat berkurang atau bertambahnya pembentukan pigmen
melanin pada kulit.

1. pleural friction rub yaitu suara akibat gesekan pleura bernada rendah, kisi-kisi, atau bunyi berderit
yang terjadi saat permukaan pleura yang meradang selama respirasi. Lebih sering didengar pada
inspirasi daripada ekspirasi. Pleural friction rub akan berhenti saat pernapasan berhenti (pasien
menahan napas sebentar).
2. crackles adalah suara napas tambahan yang bersifat intermiten, nonmusical, sangat singkat, dan
lebih terasa selama inspirasi. Suara rambut yang digosok di antara jari-jari seseorang sering
digunakan sebagai contoh untuk menggambarkan jenis suara ini. Sering terdengar pada pasien
COPD, bronchitis, atelectasis dll.
3. wheezing adalah bunyi yang terus menerus, bernada tinggi, musikal, biasanya terjadi saat
ekspirasi yang dihasilkan oleh udara yang mengalir melalui bronki yang menyempit,
menyebabkan fluttering dan resonansi dinding bronkial. Biasanya disebabkan oleh penyempitan
bronkus, terutama COPD, asma, dan bronkitis.
4. Ronchi adalah suara seperti mendengkur bernada rendah yang mungkin terjadi sepanjang siklus
pernafasan, sering ditandai dengan sekresi di dalam saluran napas yang besar dan dapat didengar
pada kondisi sekresi meningkat, seperti pada fibrosis kistik, pneumonia, bronkitis, edema paru,
atau emphysema.
5. Stridor adalah suara keras, kasar, terus menerus, bernada tinggi selama inspirasi; Ini
mengindikasikan obstruksi jalan napas proksimal. Suara ini dibuat oleh udara yang mengalir
melalui trakea atau laring yang menyempit dan paling keras di atas trakea. Kondisi ini biasanya
darurat medis dan harus dikenali sejak dini. Diagnosis yang mungkin timbul dengan stridor
meliputi epiglottitis, disfungsi pita suara, croup, dan edema jalan nafas (yang bisa menjadi
sekunder akibat trauma atau reaksi alergi).

berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan luka bakar diklasifikasikan menjadi :

a. Luka bakar derajat I


Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (Superficial), kulit kering, hiperemik
memberikan floresensi berupa eritema, tidak dijumpai bulae. Nyeri karena ujung-ujung saraf
sendorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-7 hari.
b. Luka bakar derajat II (Partial thickness burn)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian superfisial dermis. Respon
yang timbul berupa reaksi inflamasi akut disertai roses eksudasi. Nyeri karena ujung-ujung
saraf sensorik teriritasi.
Luka bakar derajat II dapat dibedakan menjadi dua :
a. Derajat II dangkal (superficial partial thickness burn)
Kerusakan mengenai epidermis dan seoertiga bagian superfisial dermis. Dermal epidermal
junction mengalami kerusakan sehingga terjadi epidermolisis yang diikuti terbentuknya lepuh
(bulae). Lepuh ini merupakan karakteristik luka bakar derajat II dangkal. Bila epidermis
terlepas, terlihat dasar luka berwarna kemerahan, kadang pucat, edematus dan eksudatif.
Folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan terjadi secara
spontan umumnya memerlukan waktu 10-14 hari
b. Derajat II dalam (Deep partial thickness burn)
Kerusakan mengenai hampir seluruh (dua per tiga bagian superficial) dermis. Apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Sering dijumpai eskar
tipis di permukaan. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya penyembuhan memerlukan waktu lebih dari dua minggu.
c. Luka bakar derajat III (full thickness burn)
d. Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam. Apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Tidak
dijumpai bulae. Kulit yang terbakar berwarna pucat atau lebih putih. Terjadi koagulasi protein
pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar. Secara teoritis tidak dijumpai rasa
nyeri bahkan hilang sensasi karena ujung-ujung serabut saraf sensorik mengalami kerusakan.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epithelialisasi spontan baik dari tepi luka
(membrane basalis), maupun dari apendises kulit yang memiliki potensial epithelialisasi.

a. Personal sosial menilai penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap
kebutuhan perorangan. Dalam kasus, anak diminta menyebutkan nama temannya, yang
menunjukan bahwa anak mampu bersosialisasi dengan anak-anak lain.
b. Motorik kasar menilai duduk, jalan, melompat, gerakan umum otot besar. Pada kasus,
kejadian anak berlari itu hanya tindakan anak bukan uji yang sedang dilakukan oleh petugas
kesehatan.
c. Motorik halus menguji koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda
kecil.
d. Bahasa indikator pemeriksaan bahasa menguji kemampuananak dalam mendengar, mengerti
dan menggunakan bahasa.

e. Kognitif indikator yang dinilai pada pemeriksaan Denver II.

Ada 5 fungsi perawatan kesehatan keluarga :

1. kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga


2. Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga
3. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
4. Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5. Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

1. undulasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui edema atau penumpukan
cairan berlebih pada abdomen dengan cara melakukan palpasi pada daerah abdomen. Tes
undulasi positif menandakan adanya penumpukan cairan/asites pada abdomen. Pada
pemeriksaan perkusi akan ditemukan bunyi yang redup/dullness dengan melakukan
pengetukan dari daerah mid-abdomen ke arah lateral. Ascites (+) bila terjadi perubahan bunyi
dari timpani ke redup pada lokasi yang sama.
2. Timpani merupakan bunyi normal yang ditemukan pada pemeriksaan perkusi abdomen.
3. Blumberg’s sign ini merupakan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan palpasi limpa
dimana terasa sakit jika ditekan ujung jari perlahan-lahan ke dinding abdomen di area kiri
bawah, kemudian secara tiba-tiba menarik kembali jari-jari.
4. Hepatic Rub merupakan bising pembuluh darah abnormal pada auskultasi abdomen yang
terdengar diatas dan di kanan umbilikus seperti bunyi bergerumuh/gesekan telapak tangan
yang kuat.
5. Bruit merupakan bising pembuluh darah abnormal yang ditemukan pada auskultasi abdomen
dari karsinoma pankreas di kiri regio epigastrium dan splenik friction rub di lateral kiri
abdomen, seperti aliran yang melewati celah sempit, periodik sesuai kontraksi sistolik.

Berdasarkan rumus rule of nine : derajat luka bakar umum dibagi menjadi :

 kepala leher 9 %
 lengan 9%
 badan depan 18%
 badan belakang 18 %
 tungkai 36 %
 genitalia/ perineum 1 %
Pada anak- anak umur 5 tahun :

 Kepala : 17 %
 Lengan : 9% --> 18%
 Badan depan : 18%
 Badan belakang : 18%
 Tungkai : 14 % -->28%
 Genitalia : 1%

a. sirkumstansial adalah pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan,
b. flight of idea adalah pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada
hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan,
c. blocking adalah pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali,
d. Tangensial adalah pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai tujuan,
e. Tidak tepat, inkoheren adalah gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimatpun sulit
ditangkap maknanya

Klasifikasi Ulkus decubitus (National Pressure Ulcer Advisory Panel / NPUAP, 2007):

 Derajat I: apabila dijumpai kulit yang utuh, berwarna merah pucat yang terlokalisir pada
daerah penonjolan tulang.
 Derajat II: dijumpai hilangnya ketebalan sebagian epidermis, dermis, atau keduanya. Dapat
juga dilihat adanya lepuh berisi serum.
 Derajat III: hilangnya ketebalan seluruh kulit atau nekrosis jaringan subkutis. Lemak subkutis
dapat terlihat, namun tulang, tendon, atau otot tidak terlihat.
 Derajat IV: terjadi hilangnya seluruh ketebalan kulit dengan nekrosis yang luas atau
kerusakan pada otot, tulang, atau jaringan pendukung lainnya (misalnya fasia, tendon, atau
kapsul sendi).

 P = Paliatif (Penyebab),
 Q = Quality (Kualitas),
 R = Region =( Penyebaran ),
 S = severity (tanda dan gejala nmyeri),
 T = Time (Waktu timbulnya nyeri ).

GERONTIK
1. Terapi Aktivitas Kelompok bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar
pengalaman, dan mengubah perilaku.
2. terapi berkebun tujuan terapi ini untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu
luang.
3. terapi kognitif” bertujuan agar daya ingat tidak menurun.
4. terapi okupasi bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas
dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
5. Terapi musik untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan fantasi
mengenang masa lalu (Maryam, 2008).

Lokasi pemasangan Elektroda EKG


o Merah (RA) lengan kanan
o Kuning (LA) lengan kiri
o Hijau (LF) tungkai kiri

TANDA-TANDA INFEKSI

a. Kalor (panas)
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab terdapat lebih banyak
darah yang disalurkan ke area terkena infeksi/ fenomena panas lokal karena jaringan-jaringan
tersebut sudah mempunyai suhu inti dan hiperemia lokal tidak menimbulkan perubahan.
b. Dolor (rasa sakit)
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung saraf. Pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif
lainnya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu pembengkakan jaringan yang meradang
mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit.
c. Rubor (Kemerahan)
Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi
peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar, dengan demikian
lebih banyak darah yang mengalir kedalam mikro sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang
sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang, dengan cepat penuh terisi darah. Keadaan ini
yang dinamakan hiperemia atau kongesti.
d. Tumor (pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah
kejaringan interstisial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut
eksudat.
e. Functiolaesa
Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan sakit disrtai sirkulasi dan
lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga organ tersebut terganggu dalam menjalankan
fungsinya secara normal. (Yudhityarasati, 2007, Potter & Perry, 2013).

Anda mungkin juga menyukai