NIM : 52192153
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari
proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini
lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori
apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar humanistik,
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri.
Adapun pendapat lain tentang teori humanisme ini, merupakan konsep belajar
yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada
potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Selain itu teori belajar humanistik sifatnya
sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses pembelajaran itu sendiri.
Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan dan bertujuan untuk memanusiakan manusia
itu sendiri serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dalam
artian memanusiakan manusia adalah perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu
sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.
B. Tokoh-Tokoh Teori Humanistik
1. Carl Rogers
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2)
belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang
tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan
tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori
humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam :
(1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif
terhadap belajar.
(3) membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai
kekuatan pendorong belajar.
(5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa
sebagaimana adanya.
2. Arthur W. Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka
enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba
memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.
7. mengembangkan siswa masalah ketulusan, respek dan menghargai orang lain, dan
terampil dalam menyelesaiakan konflik.
3. Abraham Harold Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua
hal, yaitu : (a) suatu usaha yang positif untuk berkembang; dan (b) kekuatan untuk
melawan atau menolak perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Hierarki
kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang
harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan
bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar
si siswa belum terpenuhi.
(1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan keamanan dan keselamatan, (3) kebutuhan
sosial, (4) kebutuhan penghargaan, dan (5) kebutuhan aktualisasi diri.
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu
kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh cara.
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
1) Teori humanisme lebih cocok untuk diterapkan dalam materi pelajaran yang
bersifat pembentukan karakter.
3) Teori ini mengharapkan siswa untuk menjadi manusia yang bebas, tidak terikat
oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau
etika yang berlaku.
4) Teori ini mendorong guru untuk dapat lebih mengenali peserta didiknya
1) Siswa yang tidak menyadari dan memahami potensi dirinya akan ketinggalan
dalam proses belajar.
2) Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam
proses belajar.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas,
jujur dan positif.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak
menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika
yang berlaku.
e) Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
h) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu
andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
4. Menghargai siswa
G. Source
https://www.academia.edu/35293965/Makalah_Teori_Humanistik_dan_Implementasinya_
dalam_Pembelajaran (Diakses, Senin 6 April 2020)
https://www.slideshare.net/puujipuuuj/makalah-teori-humanistik?from_action=save
(Published on Sep 14, 2014)