DOSEN PENGAMPU :
SAHRU ROMADLONI, M.Pd
DISUSUN OLEH :
Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami
kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Serta
shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita
mendapat safaatnya dikiamat nanti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan kami waktu untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sehat untuk perbaikan kedepannya.
Namun kami berharap makalah ini dapat berguna bagi banyak orang dan kami
khususnya. Amin......
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
- 1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
- 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
- 1.3 Tujuan....................................................................................................2
- 1.4 Manfaat..................................................................................................2
Bab II Pembahasan
- 2.1 Pengertian Negara Hukum.....................................................................3
- 2.2 Ciri-Ciri Negara Hukum.........................................................................3
- 2.3 Tipe Negara Hukum...............................................................................3
- 2.4 Indonesia Sebagai Negara Hukum.........................................................4
- 2.5 Pengertian Hak Asasi Manusia...............................................................5
- 2.6 Macam Hak asasi Manusia.....................................................................5
- 2.7 Dasar Hukum HAM di Indonesia..........................................................6
- 2.8 Hubungan HAM Dengan Negara Hukum..............................................9
- 2.9 Pelanggaran HAM dan Penangannannya di Banyuwangi.....................9
Bab III Penutup
- 3.1 Kesimpulan...........................................................................................12
- 3.2 Saran.....................................................................................................13
Daftar Pustaka
BAB I : PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah memberikan
pengetahuan dan informasi mengenai negara hukum dan HAM kepada pembaca.
Khususnya para mahasiswa bisa lebih memahami lagi tentang Negara hukum di
Indonesia, hubungan anatara HAM dengan Negara Hukum, dan juga tentang
Penegakan HAM di Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara Hukum
Aristoteles, merumuskan negara hukum adalah negara yang berdiri di atas
hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat
bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negara dan sebagai daripada
keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga
negara yang baik. Peraturan yang sebenarnya menurut Aristoteles ialah peraturan
yang mencerminkan keadilan bagi pergaulan antar warga negaranya. Maka
menurutnya yang memerintah negara bukanlah manusia melainkan "pikiran yang
adil". Penguasa hanyalah pemegang hukum dan keseimbangan saja.
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa "Negara Indonesia adalah
Negara Hukum" Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian Pasal UUD 1945
menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa
negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum. Sebelumnya, landasan
negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945
tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut:
1). Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat) tidak berdasar
atas kekuasaan belaka (Machsstaat).
2). Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
HAM dan Negara Hukum mempunyai kaitan yang amat erat, tanpa kita sadari
HAMdan negara hukum adalah dua sisi mata uang yang berbeda, keduanya memang
berbedanamun keberadaannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Ayu, 2011).
Negara hukum adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak
berdasaratas kekuasaan belaka (Machtsstaat) dan pemerintahannya berdasar atas
sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Negara hukumdengan penegakan HAM ibarat dua sisi mata uang dengan
sisi yang berbeda. Negara Hukumdan HAM tidak bisa dipisahkan. Indonesia sebagai
Negara Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 Undang-undang nomor 39/1999yaitu Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaanmanusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajibdihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orangdemi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Ayu, 2011).
Peristiwa Geger Santet atau pembunuhan terhadap dukun santet yang terjadi
di Banyuwangi pada 1998 sudah berlangsung lebih dari 21 tahun. Saat ini, setelah 21
tahun sejak Reformasi 1998, pengungkapan kasus hukumnya belum juga tuntas.
Peristiwa ini bermula dari pembunuhan akibat kesalahpahaman sekelompok orang
mengenai santet. Bagi mereka yang tidak paham dengan sosiologi masyarakat
Banyuwangi, santet diidentikkan dengan perbuatan kejam melalui perantara sihir.
Santet juga erat kaitannya dengan Banyuwangi. Bahkan stigma ini sudah dikenal oleh
masyarakat di luar kota ini.
Ada beberapa klasifikasi tersendiri mengenai santet yang ada di Banyuwangi.
Klasifikasi ini berdasarkan dampak yang ditimbulkan akibat santet tersebut, yaitu
santet merah, santet kuning, santet putih dan santet hitam. Santet merah merupakan
santet yang bersifat pelaris saja. Jika seseorang yang berjualan tak laku, maka
biasanya menggunakan santet ini agar dagangannya laris. Santet kuning merupakan
santet bersifat memikat. Seperti "jaran goyang" dan "sabuk mangir" yang digunakan
untuk memikat lawan jenis.
Sementara itu, santet putih biasanya dilakukan oleh kiai untuk menetralisasi
santet merah, santet kuning, dan santet hitam. Biasanya kiai memberikan minuman
khusus yang ditujukan oleh seseorang. "Orang sakit meminta kesembuhan ke kiai
dengan minum air yang sudah didoakan. Itu merupakan santet putih namanya," ujar
Latif. Adapum, santet hitam merupakan hal yang paling berbahaya. Melalui ilmu
hitam ini, seseorang yang jadi sasarannya bisa mati.
Dikutip dari TEMPO.CO, Banyuwangi--Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) menilai Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menghambat
penyelidikan tragedi pembantaian dukun santet pada 1998-1999. Dampaknya,
Komnas HAM kesulitan mengakses dokumen penting yang berkaitan dengan
peristiwa itu.
Wakil Ketua Komnas HAM Muhammad Nurkhoiron mengatakan, salah satu
dokumen yang tidak diberikan adalah radiogram dari Bupati Banyuwangi saat itu,
Purnomo Sidik, saat tragedi berdarah pembunuhan berantai terhadap dukun santet
sedang terjadi. Radiogram itu cukup penting karena berisi nama-nama orang yang
diduga dukun santet dan akhirnya menjadi sasaran pembantaian.
Selain radiogram, Pemerintah Banyuwangi juga menolak menginventarisasi
jumlah korban dalam tragedi itu sesuai permintaan Komnas HAM sejak 2010.
Termasuk juga menolak memberikan program pemulihan trauma dan bantuan sosial
terhadap keluarga korban. Padahal, banyak keluarga korban yang saat ini masih
trauma dan terkucil dari masyarakat karena stigma buruk sebagai keluarga dukun
santet.
Komnas HAM datang ke Banyuwangi untuk menyelesaikan penyelidikan
tragedi pembantaian dukun santet yang telah dimulai sejak 2015. Nurkhoiron bersama
enam stafnya datang ke Polres Banyuwangi untuk meminta dokumen visum korban.
Setelah itu, mereka ke Pengadilan Negeri untuk mengambil 50 salinan putusan
terhadap terpidana pelaku pembantaian.
Selain di Banyuwangi, penyelidikan juga dilakukan ke Jember, Jawa Timur
dan Pangandaran, Jawa Barat. Komnas HAM telah bertemu dengan puluhan saksi
korban, pelaku, aparatur negara, kepolisian dan pengadilan. Hasil penyelidikan
sementara, Komnas HAM memasukkan kasus ini sebagai pelanggaran HAM berat
karena dilakukan dengan sistematis serta meluas ke sekitar lima daerah.
Rencananya, penyelidikan ditargetkan rampung pada September 2017 dan
hasilnya akan diberikan ke Kejaksaan Agung. Namun, hingga saat ini pemerintah
belum juga berhasil mengungkap kasus Geger Santet. Kabar terbaru, pada Januari
2019 silam, Komnas HAM telah meminta Presiden Joko Widodo untuk turun tangan
dalam upaya pemulihan korban peristiwa pembunuhan berkedok dukun santet pada
tahun 1998-1999. Komnas HAM juga menyerahkan hasil penyelidikan Geger Santet
kepada Kejaksaan Agung pada 14 November 2018. Namun, hingga sekarang belum
ada tanda penuntasan kasus tersebut.
Asisten Pemerintahan Pemkab Banyuwangi, Chairul Ustadi, membantah bila
daerahnya tak mendukung Komnas HAM. Menurut dia, Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi tak memiliki radiogram era Purnomo Sidik itu karena bukan jenis arsip
resmi yang harus disimpan. "Bukan karena kami tak kooperatif, tapi karena tidak
pernah tahu dimana radiogram itu disimpan," katanya. Menurut Ustadi, tragedi
tersebut telah diselesaikan pada masa pemerintahan saat itu, termasuk pemulihan
trauma pada keluarga korban. Meski begitu, pemkab berkomitmen untuk mendukung
Komnas HAM untuk menyelidiki kembali kasus tersebut. "Kami welcome dan
support," katanya.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara Hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan
kekuasaan dan pemerintahnya tidak berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar)
bukan absolute (kekuasaan yang tidak terbatas).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5c0df4e3ab12ae7109081b55/maka
lah-negara-hukum-dan-ham?page=all (Diakses pada Kamis, 16 Desember 20 20)
https://www.academia.edu/8432637/Makalah_KWN_Negara_Hukum_dan_HAM_
(Diakses pada Kamis, 16 Desember 2020)
https://www.slideshare.net/AdityaSetiaBasuki/362666914-
hubunganantarahamdgnnegarahukumdanhamdgndemokrasi (Published on May 4,
2018)
https://nasional.kompas.com/read/2019/05/17/15584021/pembunuhan-dukun-santet-
1998-kesalahan-memahami-budaya-hingga-motif-politik?page=all (Published on
May 17, 2019)
https://nasional.tempo.co/read/895047/komnas-ham-banyuwangi-hambat-
penyelidikan-kasus-dukun-santet/full&view=ok (Published on July 27, 2017)