Anda di halaman 1dari 16

WAWASAN KEBANGSAAN DAN NASIONALISME INDONESIA

PENENGAKAN HAM DI INDONESIA DAN HUB. DENGAN NEGARA


HUKUM
MAKALAH

DOSEN PENGAMPU :
SAHRU ROMADLONI, M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. Rr. Azzahra Wulanda A NIM : 52192150


2. Dania Maia Indah Ayu NIM : 52192151
3. Muhammad Ridha Naufal NIM : 52192153

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
BANYUWANGI
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami
kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Serta
shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita
mendapat safaatnya dikiamat nanti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan kami waktu untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sehat untuk perbaikan kedepannya.
Namun kami berharap makalah ini dapat berguna bagi banyak orang dan kami
khususnya. Amin......

Banyuwangi, 16 Desember 2020

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
- 1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
- 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
- 1.3 Tujuan....................................................................................................2
- 1.4 Manfaat..................................................................................................2
Bab II Pembahasan
- 2.1 Pengertian Negara Hukum.....................................................................3
- 2.2 Ciri-Ciri Negara Hukum.........................................................................3
- 2.3 Tipe Negara Hukum...............................................................................3
- 2.4 Indonesia Sebagai Negara Hukum.........................................................4
- 2.5 Pengertian Hak Asasi Manusia...............................................................5
- 2.6 Macam Hak asasi Manusia.....................................................................5
- 2.7 Dasar Hukum HAM di Indonesia..........................................................6
- 2.8 Hubungan HAM Dengan Negara Hukum..............................................9
- 2.9 Pelanggaran HAM dan Penangannannya di Banyuwangi.....................9
Bab III Penutup
- 3.1 Kesimpulan...........................................................................................12
- 3.2 Saran.....................................................................................................13
Daftar Pustaka
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah Negara Hukum baru dikenal pada abad XIX tetapi konsep Negara
Hukum telah lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntuntan keadaan.
Pemerintahan berdasarkan hukum adalah suatu prinsip dimana menyatakan bahwa
hukum adalah otoritas tertinggi dan bahwa semua warga negara tunduk kepada
hukum dan berhak atas perliindungannya. Secara sederhana supremasi hukum bisa
dikatakan bahwa kekuasaan pihak yang kuat diganti dengan kekuasaan berdasarkan
keadilan dan rasional.
HAM merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir yang berlaku
seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. HAM dilandasi dengan
sebuah kebebasan setiap individu dalam menentukan jalan hidupnya namun HAM
juga tidak terlepas dari kontrol bentuk norma-norma yang ada.
Negara hukum dan HAM tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Argumentasi
hukum yang dapat diajukan tentang hal ini, ditujukan dengan ciri negara hukum itu
sendiri, bahwa salah satu diantaranya adlah perlindungan terhadap hak asasi manusia.
Dalam negara hukum, hak asasi manusia terlindungi. Jika dalam suatu negara hak
asasi manusia tidak dilindungi, negara tersebut bukan negara hukum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Negara Hukum?
2. Bagamanakah ciri-ciri Negara Hukum?
3. Bagaimanakah tipe Negara Hukum?
4. Bagaimana Indonesia sebagai Negara Hukum?
5. Apa yang dimaksud Hak Asasi Manusia?
6. Apa saja macam-macam HAM?
7. Apa dasar hukum HAM di Indonesia?
8. Bagaimana hubungan Negara Hukum dan HAM?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
memahami arti dari Negara Hukum, mengetahui ciri dan tipe Negara hukum,
mengetahui Indonesia sebagai negara hukum, memahami makna dari Hak Asasi
Manusia, mengetahui macam dan apa yang menjadi dasar hukum HAM di indonesia,
mengetahui bagaimana bubungan antara Negara Hukum dan HAM.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah memberikan
pengetahuan dan informasi mengenai negara hukum dan HAM kepada pembaca.
Khususnya para mahasiswa bisa lebih memahami lagi tentang Negara hukum di
Indonesia, hubungan anatara HAM dengan Negara Hukum, dan juga tentang
Penegakan HAM di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara Hukum
Aristoteles, merumuskan negara hukum adalah negara yang berdiri di atas
hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat
bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negara dan sebagai daripada
keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga
negara yang baik. Peraturan yang sebenarnya menurut Aristoteles ialah peraturan
yang mencerminkan keadilan bagi pergaulan antar warga negaranya. Maka
menurutnya yang memerintah negara bukanlah manusia melainkan "pikiran yang
adil". Penguasa hanyalah pemegang hukum dan keseimbangan saja.

2.2 Ciri-Ciri Negara Hukum


Ciri-ciri suatu negara hukum adalah sebagai berikut:
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam
bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jamian bahwa ketentuan hukumnya dapat
dipahami, dapat dilaksanakan, dan aman dalam melaksanakannya.

2.3 Tipe Negara Hukum

Ada tiga tipe negara hukum, yaitu:


1. Negara Hukum Liberal
Tipe ini menghendaki agar negara berstatus pasif, artinya bahwa suatu negara
harus tunduk pada peraturan-peraturan negara. Penguasa dalam bertindak sesuai
dengan hukum. Di sini kaumu liberal menghendaki agar penguasa dan yang dikuasai
ada suatu persetujuan dalam bentuk hukum, serta persetujuan yang menjadi penguasa.

2. Negara Hukum Formil atau Division of Power


Negara hukum formil yaitu negara hukum yang mendapat pengesahan dari
rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu, harus
berdasarkan UU. Negara hukum formil ini diseebut juga negara demokratis yang
berlandaskan negara hukum.

3. Negara Hukum Materiil atau Sparation of Power


Negara hukum ini sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut dari
negara hukum formil; tindakan penguasa harus berlandaskan UU atau berlaku asas
legalitas yaitu dalam negara hukum materiil, tindakan penguasa dalam hal mendesak
demi kepentingan warga negara dibenarkan bertindak menyimpang dari UU atau
berlaku asas Opportunitas.

2.4 Indonesia sebagai Negara Hukum

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa "Negara Indonesia adalah
Negara Hukum" Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian Pasal UUD 1945
menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa
negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum. Sebelumnya, landasan
negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945
tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut:

1). Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat) tidak berdasar
atas kekuasaan belaka (Machsstaat).

2). Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

2.5 Pengertian Hak Asasi Manusia


Hak Asasi Manusia atau HAM adalah terjemahan dari Istilah Human Rights
atau The Right of Human. Secara terminolog istilah ini artinya adalah Hak-Hak
Manusia. HAM adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.
Di Indonesia hak-hak manusia pada umumnya lebih dikenal dengan istilah "hak
asasi" sebagai terjemahan dari basic rights (Inggris) dan grondrechten (Belanda) atau
bisa juga hak-hak fundamental (civil rights).

Adapun beberapa definisi HAM :


a. Austin-Ranney, HAM adalah uang kebebasan individu yang dirumuskan secara
jelas dalam kostitusi dan dijami pelaksanaannya oleh pemerintah.
b. John Locke, HAM adalah hak yang diberikan langsung oleh tuhan sebagai sesuatu
yang bersifat kodrati, artinya hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak
dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.
c. Menurut UU No. 39 Tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikatnya keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME. Hak itu merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.

2.6 Macam-Macam Hak Asasi Manusia

Berikut ini adalah macam-macam HAM:


a. Hak Asasi Pribadi (Pesonal Rights), adalah hak yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak, kebebasan
untuk aktif setiap organisasi atau perkumpulan dan sebagainya.
b. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights), adalah hak untuk memiliki, membeli, damn
menjual, serta memanfaatkan sesuatu.
c. Hak Asasi Politik (Politic Rights), adalah hak ikut serta dalam pemerintahan, hak
pilih maksudnya hak untuk dipilih.
d. Hak Asasi Hukum (Rights of Legal Equality), adalah hak untuk mendapatkan
perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
e. Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Culture Rights), adalah hak yang
menyangkut dalam masyarakat yakni untuk memilih pendidikan, hak untuk
mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
f. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights), adalah hak untuk mendapatkan perlakuan
tata cara peradilan dan perlindungan, misalnya peraturan dalam hal penahanan,
penangkapan, dan penggeledahan.

2.7 Dasar Hukum HAM di Indonesia

Dasar hukum yang dijadikan landasan dalam pemajuan dan perlindungan


HAM di Indonesia terdapat dalam perundang-undangan. Pengaturan HAM dengan
menggunakan peraturan perundang-undangan masing-masing mempunyai kelebihan
dan kelemahan. Kelebihan pengaturan HAM dalam UUD/konstitusi memberikan
jaminan kepastian hukum yang sangat kuat, karena perubahan dan atau penghapusan
pasal-pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia dilakukan
melalui proses amandemen dan referendum. Sedangkan kelemahannya dala konstitusi
hanya memuat aturan yang bersifat global, seperti ketentuan tenrang HAM dalam
konstitusi Republik Indonesia. Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki
Negara Republik Indonesia, yakni:

1. Pengaturan HAM dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


(Amandemen) Jaminan atas pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia menurut
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai berikut:
a. Kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, tercantum pada Alinea 12
b. Pertama Pembukaan UUD 1945.
c. Hak asasi manusia sebagai hak warga negara, tercantum dalam batang tubuh UUD
1945 Pasal 27, 28, 28D Ayat (3), 30, dan 31.
d. Hak asasi manusia sebagai tiap-tiap penduduk, tercantum dalam batang tubuh
UUD 1945 Pasal 29 Ayat (2).
e. Hak asasi manusia sebagai hak perorangan/individu, tercantum dalam batang tubuh
UUD 1945 Pasal 28A-28J.
2. Pengaturan HAM dalam Ketetapan MPR, dapat dilihat dalam TAP MPR Nomor
XVII Tahun 1998 tentang Pelaksanaan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap HAM
dan Piagam HAM Nasional.

3. Pengaturan HAM dalam Undang-Undang


Adapun undang-undang pengaturan HAM yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah,
sebagai berikut:

a. UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan, Perlakuan


atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat.
b. UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat.
c. UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU Nomor 25 Tahun
1997 tentang Hubungan Perburuhan.
d. UU Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen.
e. UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 105 tentang
Penghapusan Pekerja secara Paksa.
f. UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 tentang
Usia Minimum Bagi Pekerja.
g. UU Nomor 21 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO
h. Nomor 11 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan
i. UU Nomor 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU Nomor 11 Tahun 1993 tentang
Tindak Pidana Subversi.
j. UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi.
k. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
l. UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
m. UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
n. UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
4. Pengaturan HAM dalam Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden
Adapun pengaturan HAM dalam peraturan pemerintah dan keputusan presiden,
sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 1999


tentang Pengadilan HAM.
b. Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 181 Tahun 1998 tentang Pendirian Komisi
Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Wanita.
c. Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak
Asasi Manusia Tahun 1998-2003, yang memuat rencana ratifikasi berbagai instrumen
hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa serta tindak lanjutnya.
d. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak
Asasi Manusia pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Surabaya,
dan Pengadilan Negeri Makassar.
e. Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak
Asasi Manusia Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001.
f. Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi 14
g. Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
h. Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1993 tentang Komnas HAM
2.8 Hubungan HAM Dengan Negara Hukum

HAM dan Negara Hukum mempunyai kaitan yang amat erat, tanpa kita sadari
HAMdan negara hukum adalah dua sisi mata uang yang berbeda, keduanya memang
berbedanamun keberadaannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Ayu, 2011).
Negara hukum adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak
berdasaratas kekuasaan belaka (Machtsstaat) dan pemerintahannya berdasar atas
sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Negara hukumdengan penegakan HAM ibarat dua sisi mata uang dengan
sisi yang berbeda. Negara Hukumdan HAM tidak bisa dipisahkan. Indonesia sebagai
Negara Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 Undang-undang nomor 39/1999yaitu Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaanmanusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajibdihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orangdemi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Ayu, 2011).

2.9 Pelanggaran HAM dan Penanganannya di Banyuwangi

Peristiwa Geger Santet atau pembunuhan terhadap dukun santet yang terjadi
di Banyuwangi pada 1998 sudah berlangsung lebih dari 21 tahun. Saat ini, setelah 21
tahun sejak Reformasi 1998, pengungkapan kasus hukumnya belum juga tuntas.
Peristiwa ini bermula dari pembunuhan akibat kesalahpahaman sekelompok orang
mengenai santet. Bagi mereka yang tidak paham dengan sosiologi masyarakat
Banyuwangi, santet diidentikkan dengan perbuatan kejam melalui perantara sihir.
Santet juga erat kaitannya dengan Banyuwangi. Bahkan stigma ini sudah dikenal oleh
masyarakat di luar kota ini.
Ada beberapa klasifikasi tersendiri mengenai santet yang ada di Banyuwangi.
Klasifikasi ini berdasarkan dampak yang ditimbulkan akibat santet tersebut, yaitu
santet merah, santet kuning, santet putih dan santet hitam. Santet merah merupakan
santet yang bersifat pelaris saja. Jika seseorang yang berjualan tak laku, maka
biasanya menggunakan santet ini agar dagangannya laris. Santet kuning merupakan
santet bersifat memikat. Seperti "jaran goyang" dan "sabuk mangir" yang digunakan
untuk memikat lawan jenis.
Sementara itu, santet putih biasanya dilakukan oleh kiai untuk menetralisasi
santet merah, santet kuning, dan santet hitam. Biasanya kiai memberikan minuman
khusus yang ditujukan oleh seseorang. "Orang sakit meminta kesembuhan ke kiai
dengan minum air yang sudah didoakan. Itu merupakan santet putih namanya," ujar
Latif. Adapum, santet hitam merupakan hal yang paling berbahaya. Melalui ilmu
hitam ini, seseorang yang jadi sasarannya bisa mati.
Dikutip dari TEMPO.CO, Banyuwangi--Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) menilai Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menghambat
penyelidikan tragedi pembantaian dukun santet pada 1998-1999. Dampaknya,
Komnas HAM kesulitan mengakses dokumen penting yang berkaitan dengan
peristiwa itu.
Wakil Ketua Komnas HAM Muhammad Nurkhoiron mengatakan, salah satu
dokumen yang tidak diberikan adalah radiogram dari Bupati Banyuwangi saat itu,
Purnomo Sidik, saat tragedi berdarah pembunuhan berantai terhadap dukun santet
sedang terjadi. Radiogram itu cukup penting karena berisi nama-nama orang yang
diduga dukun santet dan akhirnya menjadi sasaran pembantaian.
Selain radiogram, Pemerintah Banyuwangi juga menolak menginventarisasi
jumlah korban dalam tragedi itu sesuai permintaan Komnas HAM sejak 2010.
Termasuk juga menolak memberikan program pemulihan trauma dan bantuan sosial
terhadap keluarga korban. Padahal, banyak keluarga korban yang saat ini masih
trauma dan terkucil dari masyarakat karena stigma buruk sebagai keluarga dukun
santet.
Komnas HAM datang ke Banyuwangi untuk menyelesaikan penyelidikan
tragedi pembantaian dukun santet yang telah dimulai sejak 2015. Nurkhoiron bersama
enam stafnya datang ke Polres Banyuwangi untuk meminta dokumen visum korban.
Setelah itu, mereka ke Pengadilan Negeri untuk mengambil 50 salinan putusan
terhadap terpidana pelaku pembantaian.
Selain di Banyuwangi, penyelidikan juga dilakukan ke Jember, Jawa Timur
dan Pangandaran, Jawa Barat. Komnas HAM telah bertemu dengan puluhan saksi
korban, pelaku, aparatur negara, kepolisian dan pengadilan. Hasil penyelidikan
sementara, Komnas HAM memasukkan kasus ini sebagai pelanggaran HAM berat
karena dilakukan dengan sistematis serta meluas ke sekitar lima daerah.
Rencananya, penyelidikan ditargetkan rampung pada September 2017 dan
hasilnya akan diberikan ke Kejaksaan Agung. Namun, hingga saat ini pemerintah
belum juga berhasil mengungkap kasus Geger Santet. Kabar terbaru, pada Januari
2019 silam, Komnas HAM telah meminta Presiden Joko Widodo untuk turun tangan
dalam upaya pemulihan korban peristiwa pembunuhan berkedok dukun santet pada
tahun 1998-1999. Komnas HAM juga menyerahkan hasil penyelidikan Geger Santet
kepada Kejaksaan Agung pada 14 November 2018. Namun, hingga sekarang belum
ada tanda penuntasan kasus tersebut.
Asisten Pemerintahan Pemkab Banyuwangi, Chairul Ustadi, membantah bila
daerahnya tak mendukung Komnas HAM. Menurut dia, Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi tak memiliki radiogram era Purnomo Sidik itu karena bukan jenis arsip
resmi yang harus disimpan. "Bukan karena kami tak kooperatif, tapi karena tidak
pernah tahu dimana radiogram itu disimpan," katanya. Menurut Ustadi, tragedi
tersebut telah diselesaikan pada masa pemerintahan saat itu, termasuk pemulihan
trauma pada keluarga korban. Meski begitu, pemkab berkomitmen untuk mendukung
Komnas HAM untuk menyelidiki kembali kasus tersebut. "Kami welcome dan
support," katanya.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Negara Hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan
kekuasaan dan pemerintahnya tidak berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar)
bukan absolute (kekuasaan yang tidak terbatas).

Ciri-ciri suatu negara hukum adalah sebagai berikut:


a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam
bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jamian bahwa ketentuan hukumnya dapat
dipahami, dapat dilaksanakan, dan aman dalam melaksanakannya.
Tipe negara hukum diantaranya: Negara Hukum Liberal, Negara Hukum Formil,
Negara Hukum Materiil.
Indonesia sebagai Negara Hukum tertera pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa "Negara Indonesia adalah Negara Hukum".
HAM adalah hak yang sudah melekat dalam diri manusia yang keberadaannya
harus dihormati, dijunjung tinggi, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu. Hak itu
meliputi hak personal, hukum, ekonomi, politik, sosial dan budaya maupun hak
peradilan. Di Indonesia HAM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
39 Tahun 1999.
Antara Negara Hukum dan HAM tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Argumentasi hukum yang dapat diajukan tentang hal ini, ditunjukkan dengan ciri
negara hukum itu sendiri, bahwa salah satu diantaranya adalah perlindungan terhadap
Hak Asasi Manusia.
3.2 Saran
Kita sebaiknya mencari informasi lebih tentang Negara Hukum dan HAM
agar lebih memahami kedua bahan pembahasan di atas. Kita sebagai mahasiswa dan
generasi penerus bangsa, sudah semestinya membantu pemerintah untuk terus
menegakkan HAM di Indonesia. Rakyat juga harus membantu mewujudkannya
dengan mematuhi segala peraturan perundang-undangan yang ada dalam negara
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5c0df4e3ab12ae7109081b55/maka
lah-negara-hukum-dan-ham?page=all (Diakses pada Kamis, 16 Desember 20 20)
https://www.academia.edu/8432637/Makalah_KWN_Negara_Hukum_dan_HAM_
(Diakses pada Kamis, 16 Desember 2020)
https://www.slideshare.net/AdityaSetiaBasuki/362666914-
hubunganantarahamdgnnegarahukumdanhamdgndemokrasi (Published on May 4,
2018)
https://nasional.kompas.com/read/2019/05/17/15584021/pembunuhan-dukun-santet-
1998-kesalahan-memahami-budaya-hingga-motif-politik?page=all (Published on
May 17, 2019)
https://nasional.tempo.co/read/895047/komnas-ham-banyuwangi-hambat-
penyelidikan-kasus-dukun-santet/full&view=ok (Published on July 27, 2017)

Anda mungkin juga menyukai