Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MATEMATIKA

“ PELUANG”

Di susun oleh :

HASYATI

Kelas XII ipa 5

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Upt. SMA negeri 11 Luwu

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Pertama sekali kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena dengan rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu.
Kami juga berterima kasih kepada teman teman yang telah meluangkan
waktunya untuk dapat bekerja sama dalam menyusun makalah ini.
Makalah ini berisikan materi Peluang. Dalam makalah ini kami
membahas konsep Usaha dan Energi, hukum kekekalan energy dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan fisika sederhana serta menyelesaikan soal-soal
yang konsep dan penerapan usaha dan enegi dalam kehidupan sehari-hari.
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam makalah kami ini, untuk itu kami mengharapkan kepada para
pembaca ataupun dosen yang menilai makalah ini agar dapat memberikan
masukan atau kritik yang membangun, agar dikemudian hari kami dapat
memperbaikinya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Teori peluang menyangkut dengan cara menentukan hubungan antara
sejumlah kejadian khusus dengan jumlah kejadian sebarang.Misalnya pada
kasus pelemparan uang sebanyak seratus kali, berapa kali akan munculnya
gambar.
Teori peluang awalnya diinspirasi oleh masalah perjudian. Awalnya
dilakukan oleh matematikawan dan fisikawan Itali yang bernama Girolamo
Cardano (1501-1576). Cardano lahir pada tanggal 24 September 1501.
Cardano merupakan seorang penjudi pada waktu itu. Walaupun judi
berpengaruh buruk terhadap keluarganya, namun judi juga memacunya untuk
mempelajari peluang. Dalam bukunya yang berjudul Liber de Ludo Aleae
(Book on Games of Changes) pada tahun 1565, Cardano banyak membahas
konsep dasar dari peluang yang berisi tentang masalah perjudian. Sayangnya
tidak pernah dipublikasikan sampai 1663.
Pascal kemudian menjadi tertarik dengan peluang, dan mulailah dia
mempelajari masalah perjudian. Dia mendiskusikannya dengan
matematikawan terkenal yang lain yaitu Pierre de Fermat (1601-1665).
Mereka berdiskusi pada tahun 1654 antara bulan Juni dan Oktober melalui 7
buah surat yang ditulis oleh Blaise Pascal dan Pierre de Fermat yang
membentuk asal kejadian dari konsep peluang.Berdasarkan pemaparan
mengenai teori peluang di atas maka penulis membuat sebuah makalah yang
berjudul ”Peluang”.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

2.1 Definisi Peluang


a. Definisi Peluang Klasik
Misalkan sebuah peristiwa E dapat terjadi sebanyak n kali diantara N
peristiwa yang saling eksklusif dan masing-masing terjadi dengan
kesempatan yang sama, maka peluang peristiwa E terjadi adalah n/N atau
P(E) = n/N
Contoh :
Eksperimen dengan melantunkan koin Rp 100,- sebanyak 1X
menghasilkan peristiwa-peristiwa yang terjadi :
1) muncul angka (G) = 1
2) muncul gambar (A) = 1
N=2
P(G) = ½ ; P(A) = ½
Sifat peluang klasik : saling eksklusif dan kesempatan yang sama
b. Definisi Peluang Empirik
Peluang empirik/frekuensi relatif terjadi apabila eksperimen
dilakukan berulang. Apabil kita perhatikan frekuensi absolut (=m) tentang
terjadinya peristiwa E untuk sejumlah pengamatan (=n), maka peluang
peristiwa itu adalah limit dari frekuensi relatif apabila jumlah pengamatan
bertambah sampai tak hingga P(E) = limit m/n
n N
Contoh
Eksperimen melantunkan sebuah dadu (1000X)
Peristiwa yang muncul : - muncul mata dadu 1 hingga
- muncul mata dadu 6
Event M1 M2 M3 M4 M5 M6 total
m 166 169 165 167 169 164 1000
P(M1) = 166/1000 ; P(M6) = 164/1000
c. Definisi Peluang Subjektif
1. Nilai peluang didasarkan kepada preferensi seseorang yang diminta
untuk menilai
2. Pada umumnya yang dinilai adalah peristiwa yang belum terjadi

2.2 Kaidah Pencacahan


Kaidah pencacahan adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan
menentukan banyaknya cara suatu percobaan dapat terjadi. Menentukan
banyakya cara suatu percobaan dapat terjadi dilakukan dengan: aturan
penjumlahan, aturan perkalian.
a. Aturan Penjumlahan
Jika ada sebanyak a benda pada himpunan pertama dan ada sebanyak
b benda pada himpuan kedua, dan kedua himpuan itu tidak beririsan, maka
jumlah total anggota di kedua himpuan adalah a + b.
Contoh :
Jika seseorang akan membeli sebuah sepeda motor di sebuah dealer.
Di dealer itu tersedia 5 jeis Honda, 3 jenis Yamaha, dan 2 jenis Suzuki.
Dengan demikian orang tersebut mempunyai pilihan sebanyak 5 + 3 + 2 = 10
jenis sepeda motor.

b. Aturan Perkalian
Pada aturan perkalian ini dapat diperinci menjadi dua, namun keduanya
saling melengkapi dan memperjelas. Kedua kaidah itu adalah menyebutkan
kejadian satu persatu dan aturan pengisian tempat yang tersedia.
Menyebutkan kejadian satu persatu
Contoh :
Sebuah dadu dan sebuah uang logam dilempar secara bersamaan. Berapa
hasil yang berlainan dapat terjadi ?
penyelesaian
Dengan diagram pohon diperoleh:

Hasil yang mungkin : G1, G2, G3, G5, G6, A1, A2, A3, A4, A5, A6
Catatan : G1 artinya uang menunjukkan gambar dan dadu menunjukkan
angka 1.
Dengan demikian banyaknya cara hasil yang berkaitan dapat terjadi adalah
12 cara.
• Aturan pengisian tempat yang tersedia
Menentukan banyaknya cara suatu percobaan selalu dapat diselesaikan
dengan meyebutkan kejadian satu persatu. Akan tetapi, akan mengalami kesulitan
kejadiannya cukup banyak. Hal ini akan lebih cepat jika diselesaikan dengan
menggunakan aturan pengisian tempat yang tersedia atau dengan mengalikan.
Contoh
Alya mempunyai 5 baju dan 3 celana. Berapa cara Alya dapat memakai baju dan
celana?
Peyelesaian :
Misalkan kelima baju itu B1, B2, B3, B4, B5 dan ketiga celana itu C1, C2, C3. Hasil
yang mungkin terjadi adalah….
B1 B2 B3 B4 B5
C1 C1B1 C1B2 C1B3 C1B4 C1B5
C2 C2B1 C2B2 C2B3 C2B4 C2B5
C3 C3B1 C3B2 C3B3 C3B4 C3B5
Jadi banyaknya cara Alya dapat memakai baju da celana = 15 cara
Langkah diatas dapat diselesaikan dengan:

Jadi, ada 5  3 cara = 15 cara

• Permutasi dan Kombinasi


A. Permutasi
Permutasi adalah susunan objek-objek dengan memperlihatkan urutan tertentu.
a. Permutasi n objek berbeda yang setiap kali diambil seluruhnya (nPn)

Contoh:
Diketahui 4 siswa : Ary, Ani, Ali dan Asih akan ditempatkan pada 4 buah kursi.
Ada berapa cara untuk menempatkan siswa itu pada kursi yang berbeda ?
Jawab:
Kursi I dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 4 cara.
Kursi II dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 3 cara.
Kursi III dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 2 cara.
Kursi IV dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 1 cara.
Sehingga dengan prinsip dasar probabilitas, keempat kursi dapat ditempati oleh
keempat siswa dengan : 4 x 3 x 2 x 1 = 24 cara.

Atau
nPn = 4P4 = 4! = 4.3.2.1 = 24 cara.
b. Permutasi n objek berbeda yang setiap kali diambil sebagian (nPr)
Banyak permutasi n objek yang diambil r objek (0 < r < n) dinotasikan nPr atau P(n,

r) atau Prn (dibacaPermutasi r dari n) adalah :


nPr = n(n – 1)(n – 2) … (n – r + 1) atau

Pr =
n
(n − r)!
c. Permutasi n objek yang tidak semua berbeda
Banyaknya cara menyusun unsur dalam suatu baris, jika ada p unsur yang
sama dari satu jenis, q unsur dari jenis lain, dan seterusnya adalah :

P(n; n1,n2,....) = n!

B. Kombinasi
Kombinasi adalah susunan dari unsur-unsur yang berbeda tanpa
memperhatikan urutan unsur-unsur itu.Kombinasi dari n objek yang diambil r
n n 
objek dinotasikan nCr atau C(n, r) atau Cr atau r adalah :
 
 

n!
Cr=
n
r!(n − r)!
Melalui contoh berikut ini, dapat dibedakan antara
permutasi dan kombinasi.
• Pengambilan 3 huruf dari 4 huruf yang ada (A, B, C, D).
Kombinasi (4C3) : ABC, ABD, ACD, BCD
Permutasi (4P3) : ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, CBA
ABD, ADB, BAD, BDA, DAB, DBA
ACD, ADC, CAD, CDA, DAC, DC

BCD, BDC, CBD, CDB, DBC, DCB

Jadi, 4C3 . 3! = 4P3 atau 4C3 = 4 P3


3!

Pr = n!
Sehingga kita peroleh: nCr = n

r! r!(n − r
Contoh:
Ada berapa cara 2 bola merah, 3 bola biru, dan 4 bola putih dapat dipilih dari
suatu kotak yang berisi 4 bola merah, 6 bola biru, dan 5 bola putih ?
Jawab:
2 bola merah dapat dipilih dari 4 bola dalam 4C2 cara.
3 bola biru dapat dipilih dari 6 bola dalam 6C3 cara.
4 bola putih dapat dipilih dari 5 bola dalam 5C4 cara.

Dengan prinsip perkalian, banyaknya cara memilih bola yang diminta :


4! 6! 5!
4C2 x 6C3 x 5C4 = x x
2!.2! 3!.3! 4!.1!

= 4.3.2! x 6.5.4.3! x 5.4!


2.1.2! 3.2.1.3! 4!.1
= 6 x 20 x 5
= 600 cara

2.4 peluang suatu kejadian

a. pengertian peluang suatu kejadian

Setiap proses yang menghasilkan suatu kejadian disebut percobaan.


Misalnya kita melemparkan sebuah dadu sebanyak satu kali, maka hasil yang
keluar adalah angka 1, 2, 3, 4, 5 atau 6. Semua hasil yang mungkin dari suatu
percobaan disebut ruang sampel, biasanya dinyatakan dengan S, dan setiap hasil
dalam ruang sampel disebut titik sampel. Banyaknya anggota dalam S dinyatakan
dengan n(S).
Jika ruang sampel S mempunyai anggota yang berhingga banyaknya dan
setiap titik sampel mempunyai kesempatan untuk muncul yang sama, dan A suatu
kejadian munculnya percobaan tersebut, maka peluang kejadian A dinyatakan
dengan :

n( A)
P(A) =
n(S )

P(A) = Peluang muncul A


n(A) = banyaknya kejadian A
n(S) = banyaknya kemungkinan kejadian S
Contoh:
Sebuah mata uang logam dilempar satu kali. Berapa peluang munculnya “Angka”
?
Jawab:
Ruang sampel S = {A, G} maka n(S) = 2.
Kejadian A = {A}, maka n(A) = 1
n( A) 1
Jadi, P(A) = =
n(S ) 2
Contoh:
Dalam setumpuk kartu bridge (remi) diambil satu kartu secara random (acak).
Tentukanpeluang yang terambil adalah kartu As !
Jawab:
Banyaknya kartu bridge adalah 52, berarti n(S) = 52
n(As) = 4
n( As)
Jadi, P(As) = = 4 =1
n(S ) 52 13

2.4.1 Tafsiran Peluang Kejadian


Jika kejadian K dalam ruang sampul 5 selalu terjadi, maka n (K) = n (5).
Sehingga besar peluang kejadian K adalah:
n(K)
P (K) = =1
n(5)
Kejadian K yang selalu terjadi dalam ruang sampul 5 disebut kepastian.
Kemustahilan Kepastian
• •
0 0  P (K)  1 1
Sedangkan kejadian K dalam ruang sampul 5 tidak pernah terjadi maka n
(K) = 0, yang dinamakan kemustahilan, sehingga :
n(K)
P (K) = =0
n(5)
Oleh karena itu nilai peluang itu terbatas yaitu 0  P (K)  1

2.5Kejadian Majemuk

Apabila dua kejadian atau lebih dioperasikan sehingga menghasilkan


kejadian baru, maka kejadian baru itu disebut kejadian majemuk.
1) Dua kejadian A dan B sembarang

Jenis Operasi Notasi


Tidak A atau komplemen A A1 = Ac
A dan B AB
A atau B AB
Untuk sembarang kejadian A dan B berlaku:
n (A  B) = n (A) + n (B) – n (A  B)
kedua ruas dibagi dengan n (S) maka:
n(A  B) n(A) n(B) n(A  B)
= + −
n(S) n(S) n(S) n(S)

P (A  B) = P(A) + P(B) – P (A B)


2) Tiga kejadian A, B dan C sembarang :

P (A  B  C) = P (A) + P (B) + P (c) – P (A  B) – P (A  C)

– P (B  C) + P (A  B  C)
Contoh
Sebuah dadu di lambungkan sekali, tentukan peluang muncul mata dadu genap atau
prima
Penyelesaian :
Ruang sampul S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
n (S) = 6
muncul mata genap A = {2, 4, 6}  n (A) = 3
muncul mata prima B = {2, 3, 5}  n (B) = 3
muncul mata genap dan prima = {2}  n (A  B ) = 1
muncul mata genap atau prima:
P (A  B) = P (A) + P (B) – P (A A  B)
3 3 1
= + −
6 6 6
5
=
6
Contoh :
Dari 45 siswa pada suatu kelas, diketahui 28 siswa senang matematika, 22
siswa bahasa inggris, dan 10 siswa suka kedua-duanya. Jika seorang siswa dipilih
secara acak, tentukan peluang yang terpilih siswa yang menyukai matematika atau
bahasa Inggris!
Penyelesaian :

Peluang terpilih yang suka matematika atau bahasa Inggris ialah :


P (M  B) = P (M) + ( P (B) – P (M  B)
28 22 10
= + −
45 45 45
30
=
45
6
=
7
Jadi peluang yang terpilih siswa yang menyukai matematika atau bahasa Inggris
3
adalah .Kejadian majemuk dapat dikelompokkan sebagai berikut:
4
a. Komplemen suatu kejadian

n−a
P (Ac) =
n

= n−a
n n
a
=1–
n
P (Ac) = 1 – P (A)

Contoh :
Sebuah dadu dilempar sekaliu, tentukan peluang munculnya mata dadu lebih dari
dua.
Penyelesaian :
Cara I
Sebuah dadu dilempar sekali, maka U (S) = 6
Jika A = {mata dadu kurang dari sama dengan 2}
Maka Ac = {mata dadu lebih dari 2}
Sehingga :
Ac = {3, 4, 5, 6}
n (Ac) = 4
c
P(Ac) = n(A ) = 4 = 2
n(S) 6 3
2
Jadi peluang munculnya mata dadu lebih dari 2 adalah
3
Cara II
Sebuah dadu dilempar sekali, maka n (S) = 6
Jika A = {mata dadu kurang dari sama dengan 2}
= {1, 2}
n(A) = 2

P(A) = n(A) = 2 = 1
n(S) 6 3

Sehingga :
P (Ac) = 1 – P (A)
1
=1–
3
2
=
3
2
Jadi peluang munculnya mata dadu lebih dari 2 adalah
3

• Dua kejadian yang saling bebas


Kejadian A dan B dikatakan saling bebas jika kejadian A tidak
mempengaruhi kejadian B. Jika dua buah dadu ditos, maka angka yang muncul
pada dadu pertama jika mempengaruhi angka yang muncul pada dadu kedua.
Dalam hal ini dikatakan kedua dadu saling bebas.
Contoh 1 :
Dadu merah dan dadu putih ditos. Tentukan peluang :
a. Pada dadu merah muncul angka satu.
b. Pada dadu putih muncul angka enam.
c. Pada dadu merah muncul angka satu dan pada dadu putih muncul angka
enam.
Penyelesaian :
Dua dadu ditos, maka n(S) = 6 x 6 = 36
A = {dadu merah muncul angka satu}
= {(1,1), (1,2),(1,3),(1,4),(1,5),(1,6)}, n(A) = 6
𝑛(𝐴) 6 1
P(A) = = =
𝑛 (𝑆) 36 6

Jadi, peluang pada dadu merah muncul angka satu adalah 1


6

B = {dadu putih muncul angka enam}


= {(1,6), (2,6), (3,6), (4,6), (5,6), (6,6)}, n(B) = 6
𝑛 (𝐵) 6 1
P(B) = = =
𝑛 (𝑆) 36 6

Jadi, peluang pada dadu putih muncul angka enam adalah 1


6

a. 𝐴 ∩ 𝐵 = 1,6 , 𝑛 𝐴 ∩ 𝐵 = 1
𝑛(𝐴 ∩ 𝐵) 1
𝑃𝐴∩𝐵= =
𝑛(𝑆) 6
1
𝑃𝐴∩𝐵 = 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑙𝑖𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 ∶
6
1 1
𝑃𝐴∩𝐵 = 𝑥
6 6
𝑃 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝑃 𝐴 𝑥 𝑃(𝐵)
Jadi, peluang pada dadu merah muncul angka satu dan pada dadu putih
muncul angka enam adalah 1 .Dari pembahasan contoh 1 diperoleh rumus sebagai
36

berikut :𝑃 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝑃 𝐴 𝑥 𝑃(𝐵)
• Dua kejadian Bersyarat
Dua kejadian atau lebih yang terjadi secara berurut dikatakan kejadian tak
bebas (kejadian bersyarat) apabila kejadian yang satu mempengaruhi peluang
terjadinya kejadian yang lain.
Rumus :
Jika kejadian A dan B bersyarat, maka :
𝑃 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝑃 𝐴 𝑥 𝑃(𝐵/𝐴)
𝑃(B/A) artinya peluang B dimana kejadian A sudah terjadi.
𝐂𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡 ∶
Didalam sebuah kotak terdapat 3 bola merah dan 4 bola putih. Dari dalam
kotak tersebut diambil dua bola secara berturut-turut tanpa pengembalian.
Tentukan peluang bahwa kedua bola tersebut berwarna merah.
Pembahasan :
Supaya kedua bola tersebut berwarna merah maka pada pengembalian
pertama dan kedua harus berwarna merah.Peluang terambilnya bola merah pada
3
pengambilan pertama adalah 𝑃 𝐴 = . Kejadian A sudah terjadi sehingga di
7

dalam kotak tinggal 2 bola merah dan 4 bola putih. Peluang terambilnya bola
1
merah pada pengambilan kedua adalah P(B/A) = 2 = .
6 3
1
𝑃 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝑃 𝐴 𝑥 𝑃(𝐵/𝐴)= × =
3 3
=
1
7 3 21 7

Jadi, peluang bahwa kedua bola yang terambil berwarna merah adalah 1.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan didalam makalah ini kita dapat mempelajari matematika
tentang peluang. Pada bab peluang, materinya meliputi kaidah pencacahan,
permutasi,kombinasi, ekspansi binominal, ruang sampel, peluang, frekuensi
harapan, komplemen dan kejadian majemuk
Permutasi adalah susunan yang berbeda yang dapat dibentuk dari n
unsur yang diambil dari n unsur atau sabagai unsur. Kombinasi adalah
susunan beberapa unsur yang diambil dari sebagian atau semua unsur suatu
himpunan tanpa memperhatikan urutannya.
Ruang sampel adalah himpunan yang memuat semua hasil yang
mungkin dari suatu percobaan. Peluang kejadiaan adalah himpunan bagian
dari ruang sampel. Frekuensi harapan adalah hasil kali peluang kejadian
dengan gabungkan dua atau lebuh kejadian sederhana.Sifat-sifat peluang,
misalnya S suatu ruang sampel dan A suatu kejadian pada ruang sampel S.
a. Jika A = Ø maka P (A) = O
b. Nilai peluang kejadian A, yaitu P (A) berkisar dari O sampai 1 (O ≤ P (A)
≤ 1).
c. Jika S ruang sampel maka P (S) = 1.

3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis susun, penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu, keterbatasaan ini
kiranya akan dapat diminimalis dengan partisipasi pembaca untuk
memberikan saran dan kritik yang konstruktif agar makalah kedepan dapat
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://20matematika/peluang/Mawar%20Berduri%20di%20Tepi%20Jurang%20%
20MAKALAH%20PELUANG.htm
http://genius.smpn1-
mgl.sch.id/file.php/1/ANIMASI/matematika/Teori%20Peluang/materi01.html
http://mtksmampsw.wordpress.com/kelas-xi/kelas-xi-ipa-semester-i/peluang/
http://matematikanet.blogspot.com/2009/01/teori-peluang.html
http://Cara%20Menentukan%20Peluang%20Kejadian%20Majemuk%20dan%20
Kejadian%20Bersyarat%20-%20Rumus%20Matematika.htm

Anda mungkin juga menyukai