Anda di halaman 1dari 41

Patofisiologi

5. PATOFISIOLOGI
PENYAKIT SARAF

Dr. H. ABDUR RIVAI, M.Kes.

D3 - Farmasi (Smt 3) 1
Fungsi Saraf
Saraf sebagai sistem koordinasi atau pengatur seluruh
aktifitas tubuh manusia mempunyai tiga fungsi utama:
a) Saraf sebagai alat komunikasi antara tubuh dan dunia di
luar tubuh. Hal ini dilakukan oleh alat indera yang
meliputi mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit. Karena
ada indera, dengan mudah kita dapat mengetahui
perubahan yang terjadi di luar tubuh kita.
b) Saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja organ
tubuh sehingga dapat bekerja serasi sesuai dengan
fungsi masing-masing.
c) Saraf sebagai pusat pengendali tanggapan atau reaksi
tubuh terhadap perubahan keadaan di sekitarnya.
karena saraf sebagai pengendali kerja alat tubuh maka
jaringan saraf terdapat pada seluruh alat tubuh.
D3 - Farmasi (Smt 3) 2
Sistem Saraf

D3 - Farmasi (Smt 3) 3
SISTEM SARAP PUSAT (SSP)

D3 - Farmasi (Smt 3) 4
Penyakit pada SSP
 Meningitis : Infeksi pada Selaput Saraf
 Encefalitis : Infeksi pada Otak
 Penyakit Alzheimer : degeneratif kortek serebri,
khususnya lobus frontalis - demensia
 Tumor
 Cedera (Komosio, Kontusio, Hematoma epidural,
Hematoma subdural, Hematoma intraserebral, fraktur
tengkorak)
 Hidrosefalus : Penumpukan cairan serebrospinalis.
 Stroke
 Hernia Diskus Vertebralis.
 Dll.
D3 - Farmasi (Smt 3) 5
MENINGITIS
 Meningitis : infeksi pada meningen
(selaput otak dan medula spinalis),
meliputi : duramater, arakknoid
dan piameter.
 Penyebab :
1) Komplikasi bakteremia, khususnya pneumonia,
empiema, osteomiielitis, endokarditis.
2) Komplikasi sinusitis,otitis media,ensefalitis, mielitis.

3) Abses otak : Neisseria meningitis, Hemofilus influensa,


streptokokus pneumonia, E coli.
4) Prosedur invasif pada trauma : faktur tengkorak, luka
tembus pada kepala, fungsi lumbal,.
5) Meningitis aseptik ok virus / mikroorganisme lain.

6) Tidak ditemukan D3 - Farmasi (Smt 3) 6


Patofisiologi Meningitis
 Mikroorganisme masuk melalui
- Darah
- Lobang langsung ke cairan serebrospinal : trauma
- melalui saraf cranial atau perifer
- mulut/hidung.
- Intrauterin pada bayi.
 Mikroorganisme  inflamasi  eksudat  css
mengental  sumbatan css  hidrosefalus.
 Eksudat  tekanan dalam otak meningkat 
edema  infark serebri  ensefalitis
D3 - Farmasi (Smt 3) 7
Tanda & Gejala Meningitis
 Panas, demam, menggigil, perasaan tdk enak.
 Sakit kepala, muntah, papiledema.
 Kaku kuduk
 Kejang pada punggung & ekstremitas (epistotonus)
 Fotofobia, diplopia.
 Gangguan kesadaran (delirium, stupor, koma)
 Pada bayi penonjolan fontanel (peningkatan
tekanan CSS), kedutan, kejang, koma.

D3 - Farmasi (Smt 3) 8
Komplikasi Meningitis
 Peningkatan tekanan intrakranial.
 Hidrosefalus.
 Infark serebral.
 Gangguan nervus kranial : Neuritis optika (II) dan tuli
(VIII)
 Encefalitis.
 Paresis dan Paralisis.
 Endokarditis.
 Abses Otak.
 Serangan kejang dan bangkitan epilepsi.
 Koma
 Pada anak : retardasi mental, epilepsi, gangguan
pendengaran, efusi subdural.
D3 - Farmasi (Smt 3) 9
Penanganan Meningitis
 Antibiotika
 Manitol : mengurangi edema serebri.
 Antikonvulsan dan atau sedatif : kejang &
gelisah
 Aspirin/asetaminofen : sakit kepala & demam
 Tirah baring : mencegah peningkatan CSS
 Cegah hipertermi
 Pemberian cairan : harus hati-hati
 Perhatikan komplikasi lain : Endokarditis,
Pneumonia, dll.
D3 - Farmasi (Smt 3) 10
STROKE
 Adalah penyakit serebrovaskuler yg
mengakibatkan gangguan neurologik mendadak
akibat pembatasan/ terhentinya aliran
darah otak.
 Stroke menjelaskan infark serebrum.
 Istilah lain : Cerebrovaslumar Accident
(CVA)
 Serangan Otak (istilah di masyarakat) : untuk
mendidik masyarakat ok morbiditas dan
mortalitas stoke tinggi, sehingga perlu intervensi
yang cepat/segera.
D3 - Farmasi (Smt 3) 11
Klasifikasi STROKE
1. Iskemi-infark serebrum (80-85%)
1) Oklusi trombotik.
2) Oklusi Embolik
2. Perdarahan intrakranium (15-20%)
1) Intraserebrum atau parenkim : ok hipertensi
2) Subaraknoid: ok aneurisma dan malformasi arteriovena.
3) Subdural : biasanya ok traumatik
4) Epidural : ok traumatik.

D3 - Farmasi (Smt 3) 12
Klasifikasi STROKE
 Jenis lain yg disebut TIA (Transient Ischemic
Attack) atau stroke ringan.
 TIA terjadi ketika pasokan darah ke otak
mengalami gangguan sesaat yang biasanya
diawali dengan gejala pusing, penglihatan
ganda, tubuh secara mendadak terasa lemas,
dan sulit bicara.
 Meski hanya sesaat, tetap harus ditangani
secara serius. Karena hal ini biasanya
merupakan peringatan akan datangnya
serangan stroke berat.
D3 - Farmasi (Smt 3) 13
Patofisiologi STROKE
 Aliran darah ke otak terputus, 15-20 menit akan terjadi
infark/kematian jaringan.
 Tidak semua aliran darah terputus menyebabkan stroke,
ok tergantung adanya anastomosis pembuluh darah.
 Patologi berupa :
1) Kelainan pembuluh darah : aterosklerosis dan
trombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau
peradangan.
2) Gangguan aliran darah : Syok atau hiperviskositas
darah.
3) Gangguan aliran darah ok bekuan/embolus infeksi
dari jantung atau pembuluh darah ekstra kranium.
4) Ruptur vaskuler di dalam jaringan otak atau ruang
subaraknoid. D3 - Farmasi (Smt 3) 14
Perbedaan STROKE

D3 - Farmasi (Smt 3) 15
Gejala STROKE
 Mata dan mulut pada salah satu sisi wajah penderita
terlihat turun
 Lengan si penderita mengalami kelumpuhan saat
terserang stroke, karena itu mereka tidak mampu
mengangkat salah satu atau bahkan kedua lengannya
 Cara bicara penderita tidak jelas atau kacau, bahkan
ada juga penderita yang tidak bisa bicara sama sekali
walau mereka terlihat sadar

D3 - Farmasi (Smt 3) 16
Pengobatan STROKE
 Pengobatan stroke tergantung dari jenisnya, stroke
iskemik atau hemoragik.
 Pengobatan juga disesuaikan pada area otak mana
stroke terjadi.
 Pada umumnya stroke diobati dengan obat-obatan,
termasuk obat pencegahan untuk menurunkan
tekanan darah, menurunkan tingkat
kolesterol, dan menghilangkan pembekuan
darah.
 Dalam beberapa kasus, operasi diperlukan untuk
memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh stroke
hemoragik atau menghilangkan lemak di arteri.
D3 - Farmasi (Smt 3) 17
Dampak STROKE
 Stroke dapat berdampak pada kehidupan dan
kesejahteraan dalam berbagai aspek.
 Proses rehabilitasinya spesifik dan tergantung
pada gejala dan seberapa parah gejala tersebut.
 Sejumlah ahli dan spesialis, diantaranya adalah,
psikolog, ahli terapi okupasi, ahli terapi bicara,
perawat dan dokter spesialis, serta fisioterapi.
 Kerusakan akibat stroke bisa meluas dan
berlangsung lama.
 Penderita melakukan rehabilitasi dalam periode
panjang. Namun sebagian besar dari mereka
tidak akan pernah pulih sepenuhnya.
D3 - Farmasi (Smt 3) 18
Pencegahan STROKE
 Stroke dicegah dengan penerapan pola hidup
sehat.
 Risiko mengalami stroke akan berkurang jika
asupan makanan sehat, berolahraga teratur,
tidak merokok, dan tidak minum alkohol.
 Menurunkan tingkat kolesterol dan tekanan
darah tinggi dengan obat-obatan juga
mengurangi risiko terkena stroke.
 Pada sebagian orang, obat-obatan untuk
mencegah pembekuan darah serta obat untuk
menjaga kadar normal gula darah juga
penting untuk mencegah terjadinya stroke.
D3 - Farmasi (Smt 3) 19
HNP (SARAF KEJEPIT)
 Hernia Nucleus Pulposus
(HNP) adalah adalah gangguan
yang terjadi akibat adanya
penonjolan (hernia)
bantalan (nucleus pulposus)
di cakram antar ruas tulang
belakang (diskus)

 Dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang


(soft gel disc atau Nucleus Pulposus) mengalami tekanan
dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepit-
nya urat-urat syaraf yang melalui tulang belakang.
 HNP terutama terjadi pada usia 30 – 45 tahun.
 Laki-laki lebih sering daripada perempuan.
D3 - Farmasi (Smt 3) 20
Patofisiologi HNP
 Tulang belakang td tulang leher, tulang punggung, tulang
pinggang, tulang bokong dan tulang ekor.
 Tulang-tulang tersebut (kecuali tulang sacral), dipisahkan
oleh cakram (diskus).
 Didalam cakram terdapat bantalan yang lentur yang disebut
nucleus pulposus.
 Nucleus pulposus diselubungi oleh cincin serat jaringan
yang kuat yang disebut annulus fibrosus.
 Cakram berfungsi sebagai penyerap goncangan (shock
absorber) dan berperan penting dalam kelenturan
pergerakan tulang belakang, antara lain untuk memutar,
menunduk, menengadah dan sebagainya.
 Didalam tulang belakang terdapat sumsum tulang
belakang (medulla spinalis) yaitu sistem saraf yang
menghubungan otak dengan organ-organ tubuh dibawah.
 Sumsum tulang belakang terletak di belakang cakram. 21
D3 - Farmasi (Smt 3)
Patofisiologi HNP
 Bila cakram melemah, ada risiko terjadi robekan pada
anulus fibrosus, akibatnya bantalan/nucleus pulposus
dapat menonjol sehingga berpotensi menekan dan
menjepit sumsum tulang belakang atau saraf di
sekitarnya.
 Keadaan inilah yang disebut dengan HNP.
 HNP
90 – 95 % HNP terjadi di tulang pingggang (lumbal),
6 – 8 % di tulang leher (cervical) dan
1 – 2 % di tulang punggung (thoracal).

D3 - Farmasi (Smt 3) 22
Penyebab HNP
 Proses penuaan atau keausan yang disebut
degenerasi bantalan atau diskus intervertebra.
Seiring bertambahan usia, diskus tulang
belakang makin kehilangan beberapa kadar
airnya.
 Menggunakan otot-otot punggung saat
mengangkat benda berat
 Faktor Risiko :
1) Obesitas.
2) Pekerjaan.
3) Genetika.
D3 - Farmasi (Smt 3) 23
Gejala HNP
 Lengan atau kaki sakit.
Jika HNP di punggung/lumbal,  sakit intens di bokong,
paha dan betis serta kaki.
Jika HNP di leher, nyeri di bahu dan lengan.
Rasa sakit memburuk ketika batuk, bersin atau
menggerakkan tulang belakang ke posisi tertentu.
 Mati rasa atau kesemutan.
Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh yang disarafi
oleh saraf yang terkena.
 Kelemahan.
Otot yang dipersarafi oleh saraf yang terjepit cenderung
melemah dari waktu ke waktu. Sehingga mudah
tersandung, atau tidak kuat mengangkat atau memegang
barang. D3 - Farmasi (Smt 3) 24
HNP
 Pengobatan utama : menghindari posisi yang
menimbulkan rasa sakit, kemudian pengobatan HNP terdiri
dari obat, fisioterapi, dan operasi atau pembedahan.
 Obat nyeri : ibuprofen atau naproxen.
 Narkotika, jika rasa sakit tidak membaik seperti kodein /
kombinasi oxycodone-acetaminophen untuk waktu singkat.
 Obat gabapentin, duloxetine, tramadol dan
amitriptyline membantu mengurangi rasa sakit akibat
kerusakan saraf.
 Pelemas otot. Relaksan otot jika terdapat kejang otot.
 Suntikan kortison. Untuk mengurangi peradangan,
diberikan langsung ke daerah sekitar saraf tulang belakang.
 Terapi Panas atau es
 Traksi
 Stimulasi listrik
 Bedah HNP D3 - Farmasi (Smt 3) 25
Susunan Saraf Perifer
Saraf Kranial

D3 - Farmasi (Smt 3) 26
Susunan Saraf Perifer (Saraf Kranial)

D3 - Farmasi (Smt 3) 27
BELL’S PALSY (Sir Charles Bell)
 Adalah kelainan pada
saraf VII (Facialis)
yang menyebabkan
kelemahan atau
kelumpuhan tiba-tiba
pada otot di satu sisi
wajah.

 Penyebab:
Belum diketahui. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan,
penyakit ini terjadi karena virus yaitu Herpes Simpleks
yang membuat saraf bagian tepi wajah membengkak dan
terjepit, hingga membuat wajah tidak simetris

D3 - Farmasi (Smt 3) 28
Pencetus Bell’s Palsy
 Virus Herpes simplex (60-70% kasus),
virus lainnya : cytomegalovirus,
Epstein-Barr, rubella and mumps.
 Kongenital : ok trauma lahir (seperti
perdarahan intracranial/perdarahan
didalam kepala atau fraktur
tengkorak/patah tulang tengkorak).
 Riwayat terpapar udara dingin secara
terus menerus
D3 - Farmasi (Smt 3) 29
Gejala Bell’s Palsy
 Terjadi tiba-tiba : kelumpuhan ringan - total pada salah
satu sisi wajah  sulit tersenyum/menutup mata.
 Wajah melorot sehingga wajah sulit berekspresi.
 Dapat terjadi rasa nyeri di sekitar rahang atau di belakang
telinga pada salah satu sisi wajah.
 Sensitifitas terhadap suara akan meningkat pada sisi
wajah yang terpengaruh.
 Kadang timbul nyeri kepala.
 Penurunan kemampuan indera pengecap, sisi yg lumpuh.
 Penurunan jumlah air mata dan liur yang diproduksi
pada sisi yang terkena.
 Pada beberapa kasus, dapat terjadi di kedua sisi wajah,
walaupun hal tersebut jarang terjadi.
D3 - Farmasi (Smt 3) 30
Pencegahan Bell’s Palsy
 Hindari stres berlebihan agar imunitas tidak menurun.
 Jangan ganti suhu lingkungan secara ekstrem.
Misalnya, berpindah dari tempat panas ke ruangan dingin,
serta berlama-lama di situ.
 Hindari terkena paparan langsung angin kencang
dan dingin seperti AC atau membuka kaca mobil.
 Hindari wajah terkena suhu dingin secara tiba-tiba.
Misal, tidur nempelkan wajah di lantai kamar yang dingin.
 Hindari mandi di malam hari.
 Hindari mandi/cuci muka sehabis berolahraga.
 Jalani pola hidup sehat, rutin OR, berpikir positif
 Rutin senam wajah agar otot di wajah bergerak sehat.
 Tertawa dan tersenyumlah, agar saraf wajah aktif.
 Perbaiki system pertahanan tubuh (system imunitas).
 Jika muncul gejala, segera ke dokter, jangan ditunda!
D3 - Farmasi (Smt 3) 31
Pengobatan Bell’s Palsy
 Istirahat yang cukup
 Kortikosteroid (perdnison 40 -60 mg/hari per oral atau 1
mg/kgBB/hari selama 3 hari, diturunkan perlahan-lahan
selama 7 hari), diber mulai hari ke 5, gunanya untuk
meningkatkan peluang kesembuhan pasien.
 Penggunaan obat antivirus . Acyclovir (400 mg)-10 hr
 Untuk perawatan mata dapat menggunakan air mata
buatan atau menggunakan pelindung mata
 Kompres hangat wajah yg sakit selama 20 menit/hari.
 Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan
menggunakan tangan dari sisi wajah yang sehat.
 Latihan: tiup lilin, berkumur, mengunyah, minum dgn
sedotan, tersenyum, mengangkat alis, menarik pipi/alis.
 Pemanasan superfisial : infra red atau Shortwave
Diathermy atau Microwave Diathermy.
Stimulasi listrik
D3 - Farmasi (Smt 3) 32

Saraf Perifer Tulang Belakang

D3 - Farmasi (Smt 3) 33
Penyakit Saraf Perifer
 Miastenia Gravis (Myasthenia Gravis)-kelemahan otot
 Mononeuropati (kerusakan saraf perifer).
 Sindroma Guillain-Barr (Polineuritis asendens akut)
 Kelainan Perangsangan Otot
 Kelainan Pleksus (Bisa Membuat Nyeri & Kelemahan)
 Sindroma Saluran Torakikus (Nyeri Pada Tangan)
 Polineuropati Neuropati Herediter
 Atrofi Muskuler Spinalis Gangguan Perangsangan Otot
 Multiple Mononeuropathy .
 Gangguan Simpul Neuromuskular
 Poliomielitis
 Dll.
D3 - Farmasi (Smt 3) 34
Sindroma Guillain-Barr
 Sindrom Guillain-Barré adalah penyakit autoimun , sistem
kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi justru
menyerang sistem saraf perifer yang bertanggung jawab
mengendalikan pergerakan tubuh.
 Muncul gejala bertahap, diawali dari kesemutan dan nyeri
pada otot kaki serta tangan.
 Selanjutnya mengalami pelemahan pada kedua sisi otot
tubuh dari kaki dan menjalar ke bagian tubuh atas, bahkan
hingga ke otot mata, gangguan koordinasi.
 Kasus parah : berupa disfagia (sulit menelan), sulit
bicara, gangguan pencernaan, penglihatan
ganda/buram, kelumpuhan otot sementara (otot
wajah, kaki, tangan, pernapasan), hipertensi, aritmia/
ketidakteraturan detak jantung, hilang kesadaran/ pingsan.
D3 - Farmasi (Smt 3) 35
Penyebab Sindroma Guillain-Barr
 Belum diketahui secara pasti.
 Sebagian kasus sindrom Guillain-Barré terjadi sebelumnya
penderita mengalami sakit tenggorokan, pilek, atau flu,
maka para ahli menyimpulkan bahwa autoimun dipicu oleh
bakteri atau virus penyebab kondisi-kondisi yang mendasari
tersebut.
 Jenis bakteri yang juga bisa memicu adalah bakteri
campylobacter yang sering ditemukan pada kasus
keracunan makanan. Sedangkan dari golongan virus adalah
virus Epstein-Barr, virus cytomegalovirus pada
penyakit herpes, dan virus HIV.
 Karena merupakan penyakit autoimun, maka kondisi ini
tidak bisa ditularkan atau diturunkan secara genetik.
D3 - Farmasi (Smt 3) 36
Diagnosis Guillain-Barr
 Sering mengalami kesemutan, nyeri pada otot tangan
dan kaki, atau otot melemah secara progresif dari
bagian tubuh bawah menjalar ke atas.
 Sulit menelan, mengalami kelumpuhan sementara
pada wajah dan tungkai, sulit bernapas, bahkan
pernah pingsan.
 Diagnosis melalui pemeriksaan saraf :
1) Studi konduksi saraf untuk mengukur kecepatan
sinyal saraf
2) Elektromiografi yang bertujuan mengukur aktivitas
saraf otot.
 Pemeriksaan cairan serebrospinal (pungsi lumbal)
D3 - Farmasi (Smt 3) 37
Pengobatan Guillain-Barr
 Inti pengobatan adalah menangani antibodi, 2 metode
1) Pemberian immunoglobulin G intravena (IVIg).
2) Plasmaferesis atau penggantian plasma darah, dengan
menggunakan sebuah mesin khusus. Sel darah yang telah
bersih kemudian dikembalikan lagi ke dalam tubuh.
 Perawatan di rumah sakit membutuhkan waktu lama untuk
memonitor kondisi tekanan darah, denyut jantung, dan
sistem pernapasan penderita.
 Bila kesulitan bernapas, dibantu dengan mesin ventilator.
 20% Penderita gejala otot lemas sampai tiga tahun sejak
awal pemulihan.
 Terapi okupasi dan fisioterapi. dan terapi wicara.
D3 - Farmasi (Smt 3) 38
Komplikasi Sindroma Guillain-Barr

 Risiko kematian rendah, sekitar 5%.


 Kematian biasanya terjadi akibat
komplikasi obstruksi usus, gangguan
jantung, dan gagal napas.
 Orang yang memiliki riwayat sakit
paru-paru atau orang yang telah
berusia lanjut berisiko lebih tinggi
mengalami kematian.
D3 - Farmasi (Smt 3) 39
Sindroma Guillain-Barr

TOPIK ANTV Anak anak Penderita GBS.mp4

D3 - Farmasi (Smt 3) 40
D3 - Farmasi (Smt 3) 41

Anda mungkin juga menyukai