DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : V (Lima)
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Skenario Kasus 1
Seorang Laki-laki usia 40 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan bengkak pada kaki
kirinya. Bengkak ini sudah dirasakannya sejak 1 bulan lalu, yang makin lama makin terasa berat, ia
mengeluh sering demam yang hilang timbul. Penderita belum pernah memeriksakan diri
sebelumnya
1. Bengkak / Edema
Edema merupakan manifestasi umum kelebihan volume cairan yang membutuhkan perhatian
khusus. Pembentukan edema sebagi akibat dari perluasan cairan dalam kompartemen cairan
interstisiel, dapat terlokalisir
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan tindakan dalam penanganan kaki bengkak atau edema ?
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etiologi
1. Adanya kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra
vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung)
menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan
mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema).
2. Obstruksi limfatik
Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka cairan
tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe
akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk
mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan
saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat
juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki
gajah/elephantiasis).
3. Permeabilitas kapiler yang bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas.
Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe. Daya permeabilitas ini bergantung kepada
substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat
pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya
ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan
sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak
cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler
dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
a) Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air
protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai
cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis
oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung
kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala
albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan.
Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum
b) Tekanan osmotic koloid
Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat
melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu
jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler
bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan
edema. Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue
tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang
renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat
tersebut mudah timbul edema.
c) Retensi natrium dan air
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk
(intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni
menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler
(cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema. Retensi natrium dan air dapat
diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis dan
sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH,
testosteron, progesteron atau estrogen).
Derajat terjadinya oedema:
1+ : menekan sedalam 2mm akan kembali dengan cepat
2+ : menekan lebih dalam (4mm) dan akan kembali dalam waktu 10-15 detik
3+ : menekan lebih dalam (6mm) akan kemabli dalam waktu >1 menit, tampak bengkak
4+ : menekan lebih dalam lagi (8mm) akan kembali dalam waktu 2-5 menit, tampak sangat
bengkak yang nyata.
pada 1 ekstremitas (unilateral) : disebabkan oleh obstruksi pada vena atau pembuluh
limfe,misalnya : trombosis vena dalam, obstruksi oleh tumor, limfedema primer, edema
stasis pada ekstremitas yang mengalami kelumpuhan.
pada 2 ekstremitas (bilateral), biasanya pada ekstremitas bawah : disebabkan oleh
obstruksi vena cafa inferior, tekanan akibat asites masif atau massa intra abdomen
pada muka (facial edema) : disebabkan oleh obstruksi pada vena cafa superior dan reaksi
alergi (angioedema) asites (cairan di rongga peritoneal) hidrotoraks (cairan di rongga
pleura) = efusi pleura.
pada ekstremitas bawah, terutama setelah berdiri lama dan disertai dengan edema pada
paru : disebabkan oleh kelainan jantung
pada mata, terutama setelah bangun tidur : disebabkan oleh kelainan ginjal dan gangguan
ekskresi natrium
asites, edema pada ekstremitas dan skrotum : sering disebabkan oleh sirosis atau gagal
jantung
Edema idiopatik : edema yang disertai dengan peningkatan berat badan secara cepat dan
berulang, biasanya terjadi pada wanita usia reproduktif
Hipotiroid : merupakan mix-edema, biasanya terdapat di pre-tibial
Obat-obatan : steroid, estrogen, vasodilator
Kehamilan
Makan kembali setelah puasa
Edema
1. Berkurangnya protein dari plasma
gagal jantung, kegagalan pompa vena : paralisis otot, latihan, peningkatan curah jantung
tekanan hidrostatik (HPc) meningkat
3. Meningkatnya permeabilitas kapiler
Hal ini diakibatkan oleh kehilangan albumin serum yang berlebihan atau pengurangan sintesis
albumin serum. Penyebab terpenting peningkatan kehilangan albumin adalah suatu penyakit ginjal
tertentu yang disertai permeabilitas tidak normal pada albumin. Karena keseimbangan cairan
tergantung pada sifat osmotik protein serum maka keadaan yang disertai oleh penurunan
konsentrasi protein ini dapat mengakibatkan edema. Pada sindrom nefrotik sejumlah besar protein
hilang dalam urin dan penderita menjadi hipoproteinemia. Hipoproteinemia pada hepar dapat
berupa sirosis hati.
2.3 Diagnosis
Gagal jantung kongestif: Penurunan curah jantung atau fraksi ejeksi menyebabkan
kongesti vena paru dan perifer yang mengakibatkan edema paru dan edema perifer.
Edema bersifat bilateral dan simetris.
Penyakit hati: Edema bilateral yang disebabkan oleh kongesti vena porta yang mengarah
pada peningkatan permeabilitas kapiler dan penurunan tekanan onkotik plasma karena
penurunan sintesis albumin oleh hati.
Penyakit ginjal: Edema bilateral yang disebabkan oleh kehilangan protein, terutama
albumin seperti sindrom nefrotik dan peningkatan volume plasma karena retensi ginjal
dan aktivasi faktor neurohumoral.
Insufisiensi vena: Biasanya, edema bilateral yang disebabkan oleh kegagalan aliran balik
vena akibat kerusakan sistem vena dalam kronis dan / atau ketidakmampuan.
Trombus vena dalam: Biasanya bersifat akut dan unilateral yang disebabkan oleh
obstruksi vena dalam
Limfedema: Kronis sering setelah obstruksi limfatik akibat trauma atau pembedahan.
Penyebab umum lainnya di negara berkembang adalah filariasis. Lokasi dapat
ekstremitas atas atau bawah tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Myxedema: Edema jaringan lunak pada pasien dengan hipotiroidisme berat dan lanjut. Ini
biasanya terkait dengan fitur hipotiroid lain seperti bradikardia, sembelit, dan penambahan
berat badan.
Angioedema dan urtikaria: Sekunder terhadap reaksi alergi seperti gigitan serangga, obat-
obatan.
Selulitis: Edema dengan tanda-tanda infeksi seperti demam, peningkatan jumlah sel
darah putih. Paling umum pada pasien yang mengalami obesitas dan kondisi medis kronis
seperti diabetes mellitus.
Lipedema: Kronis, dimulai sekitar atau setelah pubertas. Terutama melibatkan paha, kaki,
bokong. Suku cadang kaki, pergelangan kaki, dan dada.
Obat-diinduksi: Onset adalah minggu setelah dimulainya pengobatan. Edema pitting yang
lembut sembuh dalam beberapa hari setelah menghentikan obat yang menyinggung. [15]
Apnea tidur obstruktif: Kronis sekunder akibat hipertensi paru. Pasien biasanya
mengalami kelelahan di siang hari, mendengkur, dan obesitas.
Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema. Penyebab
edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:
3. Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena , akan disertai peningkatan
tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena. peningkatan tekanan
kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung
kongestif. Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena. Salah satu
contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang sering terjadi pada masa
kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena –vena besar yang mengalirkan darah dari
ekstremitas bawah pada saat vena-vena tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan
darah di vena ini menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya edema regional di ekstremitas
bawah.
Pada umumnya jika pasien memiliki demam dan kaki bengkak dapat berhubungan jika kaki
bengkak tersebut disebabkan infeksi. Kondisi ini perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
apakah akar permasalahan kaki bengkak tersebut seperti kondisi berikut ini
Perawatan untuk edema menyeluruh sangat tergantung pada etiologi. Langkah pertama dalam
perawatan adalah mengobati penyebab yang mendasarinya. Contoh-contoh tertentu, seperti
edema paru, dapat menjadi kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan terapi segera.
Dalam kasus lain, pengurangan cairan interstitial dapat dilakukan lebih lambat. Jika retensi terjadi
karena penyebab kompensasi, seperti pada sirosis atau gagal jantung, maka pengeluaran cairan
dengan diuretik perlu seimbang karena volume darah arteri, dan dengan demikian perfusi jaringan,
dapat dikompromikan selama perawatan. Ketika edema disebabkan oleh gagal jantung, sindrom
nefrotik, atau retensi natrium, mobilisasi cairan edema dapat terjadi dengan cepat. Khususnya,
ketika seorang pasien mengalami anasarca, pengeluaran dua hingga tiga liter cairan dalam 24 jam
dapat diterima tanpa perubahan klinis yang signifikan dalam volume plasma.
Modifikasi diet juga dapat membantu mengurangi kelebihan cairan dan mempertimbangkan
mengurangi asupan natrium makanan menjadi 2 g / dL dan meningkatkan asupan protein menjadi
1 g / kg / dL jika ada hipoalbuminemia. Diuretik, khususnya loop diuretik seperti furosemide,
bumetanide, dan torsemide, dapat mengurangi cairan edema. Perhatian harus diambil ketika
menggunakan diuretik pada pasien dengan sirosis dan asites hati tanpa edema perifer atau
dengan edema lokal karena vena obstruksi limfatik, atau keganasan. Kasus-kasus ini dapat
menyebabkan hipovolemia setelah penurunan cairan. Profil klinis untuk edema tergantung pada
etiologi, dan penatalaksanaan dipertahankan dengan analisis yang cermat terhadap penyakit yang
mendasari pasien.
2.8 Prognosis
Edema perifer adalah manifestasi umum dari berbagai penyakit mulai dari gagal jantung lanjut,
penyakit hati hingga pembengkakan lokal akibat reaksi alergi. Oleh karena itu prognosis
tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Edema adalah akumulasi abnormal cairan di dalam ruang interstitial (celah di
antara sel) atau jaringan tubuh yang menimbulkan pembengkakan. Pada kondisi yang
normal secara umum cairan tubuh yang terdapat diluar sel akan disimpan di dalam dua
ruangan yaitu pembuluh darah dan ruang – ruang interstitial. Apabila terdapat gangguan
pada keseimbangan pengaturan cairan tubuh, maka cairan dapat berakumulasi
berlebihan di dalam ruang interstitial sehingga menimbulkan edema. Namun apabila
cairan sangat berlebih maka kelebihan cairan adakalanya dapat berkumpul di ruang
ketiga yaitu rongga – rongga tubuh seperti perut dada dan rongga perut.
3.2 Saran
Sebaiknya melakukan pencegahan lebih dahulu agar tidak terjadinya oedema lebih baik,
seperti pencegahan yang disarankan oleh Arthur C Guyton yaitu:
a. Factor yang dihasilkan oleh compliance jaringan yang rendah pada tekanan negative
besarnya sekitar 3 mmHg.
b. Factor yang dihasilkan oleh peningkatan aliran limfe ialah sekitar 7 mm Hg.
c. Faktor yang disebabkan oleh bersihan protein dari uang interstisial adlah 7 mmHg.
DAFTAR PUSTAKA