Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA III
LIPIDA

Disusun oleh :

Kelompok XXXVI
Adi Dwi Nugroho PT/08068
Aisyah Nur Azizah PT/08074
FaizahDwiyanti PT/08105
Muhammad Rio Rafif PT/08306

Ruth Eva Angelia PT/08320


Asisten : Wahyu Adi Setiawan

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA III

LIPIDA

Tujuan Praktikum
Praktikum acara lipida bertujuan untuk mengetahui adanya kelarutan
lipida pada macam pelarut. Praktikum acara lipida juga bertujuan
mengetahui derajat ketidakjenuhan asam lemak. Praktikum acara lipida
Mengetahui banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu
lemak serta Mengetahui terjadinya dehidrasi gliserol dan mengetahui
adanya lemak.

Teori dan Prinsip Kerja


Lipida adalah suatu senyawa yang tidak larut dalam air teteapi larut
dalam pelarut organik. Lipida terbentuk dari unit struktural yang bersifat
hidrofobik. Kebanyakan lipida adalah turunan dari asam lemak (Wijayanti,
2017). Senyawa lipida yang paling banyak di alam adalah minyak dan
lemak. Perbedaan antara senyawa lipida lemak dengan minyak adalah
pada konsistensi atau sifat fisik pada suhu kamar. Lipida memiliki bentuk
padat pada suhu kamar lemak sedangkan minyak memiliki bentuk cair.
Perbedaan titik cair dari lemak disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan
rangkap, panjang rantai karbon,dan bentuk cis atau trans yang terkandung
di dalam asam lemak tidak jenuh (Sartika, 2009). Lipida adalah sekelompok
senyawa non heterogen yang meliputi asam lemak dan turunannya, lemak
netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol (Ganong ,2008).
Lipida memiliki arti lain sebagai kelompok besar biomolekul dengan
gugus fungsional karboksil (-COOH) atau gugus ester (-COOR),yang tidak
dapat larut dalam air ,tapi larut dalam larutan non polar ,seperti eter
,aseton,bensin,karbontetraklorida,dan lain sebagainya (Baras, 2006). Lipid
akan larut dalam pelarut organik seperti aseton,alkohol,kloroform,eter dan
benzene (Bintang, 2006). Lipida dikelompokkan berdasarkan struktur dan
karakteristik nonpolarnya menjadi lemak(fat), lilin, fosfolipid, sfingolipid,
glikolipid, eikosanoat, steroid, lipoprotein dan vitamin yang larut dalam
lemak. Beberapa jenis lipid memiliki gugus polar dan nonpolar ,sehingga
lipida bersifat amfipatik akan membentuk misel di dalam air (Ritter,1996).
Lipida juga memiliki sifat saponifikasi selain dapat mengalami
ketengikan. Saponifikasi dilakukan dengan cara menambahkan basa pada
minyak atau lemak. Penambahan basa pada proses saponifikasi akan
bereaksi dengan asam lemak bebas membentuk sabun yang mengendap
dengan membawa serta lendir, kotoran dan sebagian zat
warna.Saponifikasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak
bebas dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas
dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga memmbentuk sabun (Zulkifli
dan Teti, 2014).
Asam lemak dibagi menjadi dua berdasarkan ikatan rangkap pada
rantai karbonnya yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
Asam lemak tidak jenuh adalah asam yang pada rantai hidrokarbonnya
terdapat ikatan rangkap seperti asam oleat dan asam linoleat. Asam lemak
jenuh adalah asam yang pada rantai hidrokarbonnya tidak terdapat ikatan
rangkap seperti asam butirat, asam palmitat dan asam stearate (Zulkifli dan
Teti,2014).

Gambar 1. Struktur Asam Lemak Jenuh


(Susilo et al., 2019)
Gambar 2. Struktur Asam Lemak Tidak Jenuh
(Susilo et al., 2019).
Asam lemak tidak jenuh mudah mengadakan reaksi pada ikatan
rangkapnya. Asam lemak dengan gas hidrogen dan katalis Ni dapat terjadi
reaksi hidrogenasi, yaitu pemecahan ikatan rangkap menjadi tunggal.
Ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh juga dapat mengalami
oksidasi yang menyebabkan putusnya ikatan C=C dan terbentuknya gugus
-COOH (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009)
Minyak kelapa yang mengandung asam lemak jenuh dan asam
lemak tidak jenuh dengan presentase yang hampir sama dapat mengalami
perubahan aroma dan cita rasa selama penyimpanan. Perubahan ini
disertai dengan terbentuknya senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan
kerusakan minyak. Kerusakan minyak secara umum disebabkan oleh
proses oksidasi dan hidrolisis (Suastuti,2009).
Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi. Prinsip kerja yang digunakkan
adalah lemak atau lipida akan larut pada larutan nonpolar seperti kloroform
dan eter. Lemak atau lipida tidak akan larut didalam air. Umumnya asam
lemak larut dalam eter atau alcohol panas (Susilo et al., 2019).
Uji Angka Iod. Prinsip kerja yang digunakkan adalah terjadi adisi
ikatan rangkap pada asam lemak oleh Iod yang terdapat dalam pereaksi
Hubl. Semakin banyak minyak yang diteteskan maka ikatan rangkap
semakin sedikit dan semakin jenuh. Minyak kelapa, minyak jagung, dan
minyak olive termasuk minyak tidak jenuh sehingga termasuk minyak yang
mempunyai ikatan rangkap yang mudah diadisi oleh Iod (Nilawati et al.,
2008).
Uji Angka Asam. Prinsip kerja yang digunakkan adalah semakin
banyak KOH yang dibutuhkan maka asam lemak bebas semakin banyak.
Jika asam lemak bebas semakin banyak maka angka asam semakin tinggi
Semakin banyak KOH yang ditambahkan menunjukkan bahwa larutan
minyak tersebut memiliki angka asam yang tinggi (Prihandana et al., 2006).
Uji Akrolein. Lemak akan dihidoksi menjadi asam lemak dan gliserol,
gliserol ditambah KHSO4 terdehidrasi menghasilkan akrolein dan air.
Akrolein dapat diperoleh dengan cara dehidrasi secara katalis gliserol .
Akrolein bila dipijarkan dalam cahaya matahari, akan berubah menjadi resin
tak larut, dioksidasikan oleh udara menjadi asam akrilat (Hadyana, 2002).

Uji Noda Lemak. Prinsip kerja yang digunakkan yaitu jika tepung di
tambahkan dengan eter lalu ditaruh di droplet akan menguap dan jika
diusap dengan kertas minyak akan membentuk noda. Terdapatnya noda
pada kertas minyak menandakan adanya lemak pada tepung. Tepung
kedelai mengandung lemak sebanyak 14,3 % sedangkan tepung gandum
hanya mengandung lemak sekitar 1,3 % (Lukito dan Prayugo, 2007).
Materi dan Metode

Materi

Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum lipida adalah tabung


reaksi, gelas ukur, rak tabung, corong, kertas saring, pengaduk, bunsen,
penjepit tabung, pipet tetes, erlemenyer, droplet, obyek dan dek glas, buret,
labu takar dan pipet ukur.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktiukum lipida adalah
larutan kloroform, eter, air, larutan Na2CO3 1%, larutan empedu encer,
pereaksi Hubl, minyak kelapa, minyak jagung, minyak olive, minyak hewan,
margarin, indikator fenolftalein, larutan gliserol, KHSO4, kertas minyak,
tepung gandum dan tepung kedelai.

Metode

Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi. Lima tabung reaksi


disiapkan. Tabung pertama diisi 2 ml larutan kloroform, tabung reaksi ke-2
diisi 2 ml eter, tabung reaksi ke-3 diisi 2 ml air, tabung reaksi ke-4 diisi
larutan Na2CO3 , dan tabung reaksi ke-5 diisi larutan empedu encer
sebanyak 2 ml. Masing-masing larutan ditambahkan dengan minyak kelapa
sebanyak 3 tetes, kemudian tabung reaksi digojok sampai minyak kelapa
dan larutan menjadi homogen. Perubahan masing-masing tabung reaksi
dilihat dan dicatat tabung reaksi mana saja yang larut dan tidak larut.

Uji Angka Iod. Tabung reaksi diisi larutan kloroform sebanyak 12 ml


dan ditambahkan pereaksi Hubl sebanyak 12 tetes. Larutan dalam tabung
reaksi dibagi menjadi 4 tabung reaksi, tabung reaksi pertama ditambahkan
tetesan minyak kelapa sampai warna merah muda hilang, tabung reaksi ke-
2 ditambahkan beberapa tetes minyak jagung sampai warna merah muda
hilang, tabung reaksi ke-4 ditambahkan beberapa tetes minyak zaitun
sampai warna merah muda hilang, dan tabung reaksi ke-5 ditambahkan
beberapa tetes minyak hewan sampai warna merah muda hilang.
Perubahan yang terjadi pada larutan dicatat dan berapa banyak tetesan
minyak yang ditambahkan sampai warna menjadi hilang.

Uji Angka Asam. Dua tabung reaksi disiapkan. Tabung reaksi


pertama diisi sampel 2,5 minyak kelapa dan tabung reaksi ke-2 diisi 2,5
sampel margarin. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 12,5 ml eter,
0,25 ml indikator fenolftalein. Larutan tersebut divorteks dan dititrasi dengan
0,1 N KOH sampai warna larutan menjadi pink. Volume KOH dan
perubahan pada masing-masing larutan dicatat.

Uji Akrolein. Dua tabung reaksi disiapkan, tabung reaksi pertama


diisi dengan 0,5 minyak kelapa dan tabung reaksi ke-2 diisi dengan 0,5 ml
gliserol, masing–masing tabung reaksi reaksi ditambahkan 1 ml KHSO4 dan
dipanaskan dengan diamati bau yang dihasilkan dan bandingkan antara
tabung satu dan tabung ke-2.

Uji Noda Lemak. Dua tabung reaksi disiapkan. Tabung reaksi


pertama diisi dengan 0,5 sendok tepung gandum dan tabung ke-2 diisi
dengan 0,5 sendok tepung kedelai. Kedua tabung reaksi ditambahkan eter
dan digojok sampai tidak terlalu banyak endapan tepung, kemudian larutan
diteteskan pada droplet. Eter dibiarkan menguap lalu diusap menggunakan
kertas minyak dan diamati noda pada kertas minyak.
Hasil dan Pembahasan

Uji Kelarutan dan terjadinya Emulsi


Tujuan dilakukan uji kelarutan untuk mengetahui adanya kelarutan
lipida pada beberapa macam pelarut. Prinsip kerja uji kelarutan dan
terjadinya emulsi adalah lemak dapat larut pada senyawa polar dan non
polar. Rahayu dan Giriaso (2014) menyatakan bahwa penambahan
Na2CO3 terhadap lemak menyebabkan terjadinya reaksi saponifikasi atau
penyabunan. Lemak jika direaksikan dengan larutan empedu encer akan
terjadi reaksi emulsi. Percobaan ini digunakan beberapa pelarut,
diantaranya yaitu pencampuran khlorofom dan eter berfungsi sebagai
pelarut nonpolar, dan penambahan aquades sebagai pelarut polar,
pencampuran Na2CO3 yang berperan sebagai pelarut basa dengan lemak
akan menyebabkan reaksi penyabunan atau saponifikasi dan penambahan
larutan empedu encer sebagai koagulator. Berdasarkan uji kelarutan dan
terjadinya emulsi yang dilakukan, diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel
1. Sebagai berikut
Tabel 1. Hasil uji kelarutan dan terjadinya emulsi
Tabung Perlakuan Hasil
1 Kloroform Minyak kelapa larut
2 Eter Minyak kelapa larut
3 Akuades Minyak kelapa tidak larut
4 Na2CO3 Terjadi reaksi penyabunan
5 Empedu encer Terjadi emulsi
Berdasarkan hasil praktikum dalam tabel diatas dapat diketahui
minyak kelapa pada tabung 1 dan tabung 2 mengalami kelarutan. Hal ini
dikarenakan minyak hanya dapat larut pada zat pelarut nonpolar. Eter dan
kloroform termasuk zat pelarut nonpolar yang dapat melarutkan minyak
kelapa. Tabung 3 minyak kelapa tidak dapat bercampur dengan aquades,
karena aquades merupakan pelarut polar yang tidak dapat melarutkan
minyak tersebut. Hasil yang diperoleh sesuai denga literatur. Sumbono
(2014) menyatakan bahwa triasilgliserida adalah molekul hidrofibik
nonpolar bersifat tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut
nonpolar seperti kloroform, benzena, atau eter yang sering dipergunakan
untuk ekstrasi lemak dari jaringan. Triasilgliserida akan terhidrolisis jika
dididihkan dengan asam atau basa.
Tabung 4 diisi Na2CO3 akan terjadi reaksi penyabunan. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan literatur. Larutan Na 2CO3 merupakan larutan
garam bersifat basa jika bertemu dengan lemak atau minyak terjadi reaksi
berupa reaksi penyabunan. Hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur.
Rahayu dan Giriarso (2014) menyatakan bahwa reaksi asam lemak dan
minyak dengan basa kuat akan menghasilkan garam dari asam lemaknya
dan gliserol. Garam dari asam lemak ini disebut sabun, reaksi yang
dilakukan disebut reaksi penyabunan.
Tabung 5 larutan empedu cair ditetesi dengan 3 tetes minyak
kelapa, reaksi yang terjadi adalah reaksi emulsi yang dilakukan oleh larutan
empedu. Larutan empedu mengandung beberapa bahan diantaranya
berupa pigmen, Na2CO3 (anorganik), dan kolesterol. Kolesterol tersebut
termasuk ke dalam nonpolar dan dapat membentuk garam empedu atau
asam kholat. Emulsi lemak tersebut terjadi ketika kolesterol berhasil
mengikat lemak lalu diselubungi oleh pigmen dan Na 2CO3. Poedjiadi (2006)
menyatakan bahwa asam asam empedu yang terdapat dalam cairan
empedu dan berfungsi sebagai emulgator. Garam asam empedu berfungsi
sebagai emulgator, maka lemak dalam usus dapat dipecah-pecah menjadi
partikel-partikel kecil sebagai emulsi, sehingga luas permukaan lemak
bertambah besar. Hal ini menyebabkan proses emulsi berjalan lebih cepat.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil adalah perbandingan fase
pendispersi dan fase terdispersi. Yuliasari dan Hamdan (2012) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran droplet suatu emulsi
adalah rasio perbandingan fase terdispersi dan fase pendispersi, tipe dan
konsentrasi emulsifier, teknik serta kondisi homogenisasi seperti tekanan
dan jumlah siklus.
Uji Angka Iod
Uji Angka Iod dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui derajat
ketidakjenuhan asam lemak. Prinsip kerja yang digunakkan adalah terjadi
adisi ikatan rangkap pada asam lemak oleh Iod yang terdapat dalam
pereaksi Hubl. Semakin banyak minyak yang diteteskan maka ikatan
rangkap semakin sedikit dan semakin jenuh. Yurleni (2016) menyatakan
bahwa Semakin banyak jumlah tetesan minyak yang dibutuhkan untuk
mengubah warna larutan dari merah muda menjadi bening, maka semakin
tinggi derajat kejenuhan minyak tersebut. kloroform berfungsi untuk
melarutkan lemak, pereaksi Hubl mengandung iod dalam alkohol dan
sedikit HgCl2 yang berfungsi sebagai katalisator. Miwada dan Simpen
(2016) menyatakan bahwa ekstraksi dengan pelarut secara prinsip adalah
ekstraksi dengan melarutkan minyak atau lemak dalam pelarut minyak atau
lemak seperti kloroform, eter, atau heksana. Fitriana dan Fitri (2019)
menyatakan bahwa Iod Hubl digunakan sebagai indikator perubahan.
Berdasarkan praktikum Uji Angka Iod yang dilakukan didapatkan hasil pada
tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Angka Iod
Tabung Perlakuan Hasil (tetes)
1. Minyak Kelapa 17
2. Minyak Jagung 16
3. Minyak Hewan 11
4. Minyak Olive 13
Berdasarkan hasil praktikum dalam tabel diatas dapat diketahui hasil
larutan yang paling tinggi tingkat derajat ketidak-jenuhannya adalah larutan
pada tabung 1 dan tabung 2. Hal ini dapat diketahui dari banyak nya tetesan
minyak yang digunakan untuk mengubah warna larutan yang semula
berwana merah muda menjadi warna bening. Semakin sulit lemak untuk
larut maka semakin tinggi angka iodnya (Nollet,2011).
Semakin banyak minyak yang dibutuhkan maka semakin sedikit
ikatan rangkapnya artinya minyak tersebut semakin jenuh. Jadi pada
keempat minyak yang telah diuji, minyak kelapa lah yang paling jenuh.
Silalahi (2006) mengatakan bahwa lemak hewani lebih banyak
mengandung asam lemak jenuh sedangkan lemak nabati mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh. Berdasarkan literatur yang ada didapatkan
hasil percobaan sudah sesuai dengan literatur. Faktor yang dapat
mempengaruhi hasil praktikum adalah sifat fisik pada minyak yang
dipengaruhi oleh kejenuhan pada minyak. Suhardjo dan Kusharto (2010)
menyatakan bahwa tingkat kejenuhan asam lemak amat mempengaruhi
sifat fisik serta macam asam lemak
Uji Angka Asam
Uji angka asam bertujuan untuk mengetahui banyaknya asam lemak
bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak. Hambali (2006)
menyatakan bahwa angka asam adalah banyaknya miligram basa yang
ditambahkan untuk menetralkan asam-asam dalam 1 miligram minyak. Eter
digunakan sebagai pelarut lemak dan penambahan indikator PP sebagai
penunjuk larutan telah mencapai titik puncak titrasi yang ditandai dengan
warna merah muda. Berdasarkan praktikum uji angka asam yang dilakukan
didapatkan hasil pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Angka Asam
Tabung Perlakuan Angka asam (mg KOH/g)
1. Margarin 2,5
2. Minyak Kelapa 1,8
Berdasarkan hasil praktikum dalam tabel diatas dapat diketahui
margarin memerlukan 1,1 ml KOH dan pada minyak kelapa dibutuhkan 0,8
KOH untuk menetralkan asam asam dalam minyak. Angka asam yang
didapat pada margarin sebesar 2,5 mg KOH/gram dan pada minyak kelapa
sebanyak 1,8 mg KOH/gram. Hasil menunjukkan besarnya angka asam
yang dihasilkan berbanding lurus dengan jumlah ml KOH 0,1 N yang
dibutuhkan untuk titrasi. Poedjiadi dan Supriyanti (2005) menyatakan
bahwa jika kadar angka asam tinggi, maka asam lemak bebas yang
dihasilkan juga tinggi. Hasil yang didapat juga diperoleh jumlah angka asam
margarin lebih besar ketimbang minyak kelapa. Alamsyah (2005)
menyatakan bahwa minyak kelapa memiliki bilangan peroksida dan angka
asam yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang lain seperti magarin,
minyak kedelai dan lain-lain. Berdasarkan literatur yang didapatkan, hasil
dinyatakan sudah sesuai dengan teori. Ramakrishnan et al.,. (2001)
menyatakan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi perbedaan angka
asam pada hasil percobaan yaitu dekomposisi lemak selama penyimpanan,
tindakan bakteri, dan bahan kimia yang terdapat pada sampel minyak
kelapa dan margarin.
Uji Akrolein
Uji akrolein bertujuan untuk mengetahui terjadinya dehidrasi gliserol.
Akrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna, menguap, memiliki bau
khas. Akrolein diperoleh dengan cara dehidrasi secara katalis gliserol.
Hadyana (2002) menyatakan bahwa akrolein bila dipijarkan dalam cahaya
matahari, akan berubah menjadi resin tak larut, dioksidasikan oleh udara
menjadi asam akrilat. Prinsip kerja uji akroelin adalah lemak akan dihidrolis
menjadi asam lemak dan gliserol. Penambahan KHSO4 berfungsi untuk
memberikan suasana basa pada larutan. Minyak berfungsi sebagai sumber
asam lemak dan gliserol. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi
hidrolisis gliserol. Berdasarkan praktikum uji akrolein yang dilakukan
didapatkan hasil pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Akrolein
Tabung Perlakuan Hasil
1 Minyak kelapa Bau menyengat
2 Gliserol Bau lebih menyengat
Berdasarkan hasil praktikum dalam tabel diatas dapat diketahui
tabung 2 yang berisi gliserol menghasilkan bau yang lebih menyengat dari
tabung 1 yang berisi minyak kelapa. Tabung 1 minyak kelapa yang
dipanaskan dengan KHSO4 mengalami hidrolisis sehingga menghasilkan
asam lemak dan gliserol. Tabung 2 gliserol yang dipanaskan dengan
KHSO4 mengalami dehidrasi menghasilkan akrolein dan H 2O. Oleh karena
itu, dehidrasi gliserol terdapat pada tabung 2, sedangkan pada tabung 1
belum mencapai dehidrasi gliserol.Minyak kelapa sebanyak 0,5 ml dan
gliserol sebanyak 0,5 ml berfungsi sebagai indikator pada larutan. Larutan
KHSO4 berfungsi untuk mengdehidrasikan gliserol menjadi larutan akrolein.
Pereaksi KHSO4 merupakan pereaksi yang bersifat hidroskopis yang
mempercepat terjadinya aldehid. Pemanasan menggunakan bunsen
berfungsi untuk menghidrolisis asam lemak menjadi gliserol dan membantu
dalam mempercepat proses hidrolisis. Nigam (2007) menyatakan bahwa
gliserol jika di panaskan dengan kalium hidrogen sulfat akan mengalami
dehidrasi sehingga mengeluarkan bau menyengat yang di sebut akrolein.
Hal ini sesuai dengan hasil praktikum. Faktor yang mempengaruhi
ketengikan adalah volume oksigen yang ada di dalam larutan. Maharani et
al., (2012) menyatakan bahwa semakin sedikit volume oksigen maka
proses ketengikan semakin lambat. Oksigen dapat mempercepat
kerusakan lemak, yaitu dengan terjadinya ketengikan secara oksidatif pada
bahan pangan yang berlemak.
Uji Noda Lemak
Uji noda lemak bertujuan untuk mengetahui adanya lemak.Eter
berfungsi sebagai pelarut lemak karena lemak hanya larut pada senyawa
nonpolar. Eter digunakan untuk pelarut karena eter memiliki titik didih yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan khloroform sehingga lebih efektif
untuk digunakan sebagai pelarut. Prinsip kerjanya adalah penambahan
larutan eter lalu digojok menyebabkan terbentuknya lapisan bening dan
endapan, larutan tersebut diteteskan pada droplet, eter kemudian dibiarkan
menguap. Pengojokan dilakukan untuk menghomogenkan larutan.
Penambahan tepung gandum berfungsi sebagai sumber enzim lipase.
Berdasarkan praktikum uji akrolein yang dilakukan didapatkan hasil pada
tabel 5 berikut:
Tabel 5. Hasil Pengamatan Uji Noda Lemak
Tabung Perlakuan Hasil
1 Tepung gandum Terdapat sedikit noda
2 Tepung kedelai Terdapat banyak noda
Berdasarkan hasil praktikum dalam tabel diatas dapat diketahui pada
kertas minyak yang diusapkan pada tetesan tabung pertama dengan
tepung gandum lebih sedikit noda lemaknya dibandingkan dengan kertas
minyak yang diusapkan pada tepung kedelai. Hal ini dikarenakan tepung
kedelai mengandung lemak yang lebih banyak. Lukito dan Prayugo (2007),
menyatakan bahwa tepung kedelai mengandung lemak sebanyak 14,3 %
sedangkan tepung gandum hanya mengandung lemak sekitar 1,3 %.
Berdasarkan literatur yang ada, hasil dinyatakan sudah sesuai dengan
literatur. Faktor yang mempengaruhi hasil praktikum adalah kadar lemak
pada larutan. Kadar lemak mempengaruhi terbentuknya noda pada kertas
minyak sebagaimana hasil yang didapat pada praktikum dimana banyaknya
noda dipengaruhi oleh kadar lemak yang berbeda pada kedua larutan.
Rahmat (1997) menyatakan bahwa kandungan lemak pada kedelai lebih
banyak daripada gandum karena sebagian besar kandungan dalam biji
gandum adalah karbohidrat, sedangkan pada kedelai kandungan lemak
dan proteinnya lebih banyak.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa lipida larut dalam pelarut nonpolar, tidak larut dalam pelarut polar,
sponifikasi pada larutan basa dan emulsi pada larutan empedu. Derajat
ketidakjenuhan minyak yang paling tinggi dimiliki oleh minyak kelapa,
minyak jagung, minyak olive, minyak hewan. Margarin memiliki angka asam
yang tinggi dari minyak kelapa. Lipida dapat mengalami ransiditas karena
hidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Kandungan lemak pada tepung
kedelai lebih tinggi dibandingkan dengan tepung gandum. Angka Asam
yang didapat pada sampel margarin sebesar 2,5 mg KOH/gram dan pada
sampel minyak kelapa sebesar 1,8 mg KOH/gram.
Daftar Pustaka

Barras ,F. 2006. Kardiologi Molekuler. Yayasan KardiaI qratama. Jakarta.


Fitriana, Y.A.N. dan A.S.Fitri. 2019. Uji lipid pada minyak kelapa, margarin,
dan glisero. Sainteks. 16(1):19-23.
Ganong, W. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.edisi 22. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Hadyana, P.A. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka. Jakarta.
Hambali, E. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Lukito, A., dan S. Prayugo. 2007. Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Maharani, D.M., N.Bintoro, dan B. Rahardjo. Kinetika perubahan ketengikan
(rancidity) kacang goreng selama proses penyimpanan. Agritech.
32(1):15-22
Miwada, I.N.S., dan Simpen. 2016. Kajian waktu curing asam asetat dan
rasio kombinasi kloroform-etanol untuk ekstraksi protein kulit ceker.
Jurnal Ilmu Peternakan. 16(1):28-31.
Nigam, A., dan A. Ayyagan. 2007. Lab Manual in Biochemistry. Erlangga.
Jakarta.
Nilawati, S., D. Krisnatuti, B. Mahendra, dan O. G. Jing. 2008. Care Yourself
Colesterol. Penerbit Plus. Jakarta.
Poedjiadi, A.,dan T. Supriyanti. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Poedjiadi, A. dan Supriyanti, T. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press.
Depok.
Prihandana, R., R. Hendroko, dan M. Nuranim. 2006. Menghasilkan
Biodiesel Murah: Mengatasi Polusi & Kelangkaan BBM. Agromedia
Pustaka. Jakarta Selatan.
Rahmat. 1997. Kacang Hijau dan Budi Daya Pasca Panen. Kanisius.
Yogyakarta.
Ramakrishnan, S., K.G. Prasannan, dan R. Rajan. 2001. Textbook Of
Medical Biochemistry third ed. Orient Logman. New York.
Ritter ,P. 1996. Biochemistry. Brooks. Publisher Company. California.
Sartika, R. A. D. 2009. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh, dan asam
lemak trans terhadap kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. 2(4):154-160.
Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Suastuti, N. G. A. M. D. A. 2009. Kadar Air dan Bilangan Asam dari Minyak
Kelapa yang Dibuat denganCara Tradisional dan Fermentasi. Jurnal
Kimia. 3(2):69-74.
Suhardjo dan C.M. Kusharto. 2010. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Susilo, Rosyidi, Jaya, Apriliani, 2019. Dasar Teknologi Hasil Ternak. UB
Press. Malang.
Wijayanti, N. 2017 .Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi. UB Press.
Malang.
Yuliasari, S., dan Hamdan. 2012. Karakterisasi Nanoemulsi Minyak Sawit
Merah yang Disiapkan Dengan High Pressure Homogenizer.
Prosiding Insinas. Bengkulu.
Zulkifli., M. dan E. Teti. 2014. Sabun dari Distilat Asam Lemak Minyak
Sawit:Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(4):170-177.
Lampiran

1. Perhitungan

ml titrasi (KOH 0,1N) x 5,6


Rumus angka asam = ml sampel

Angka Asam yang didapat:

1,1 x 5,6
-Sampel margarin = = 2,5 mg KOH/gram
2,5

0,8 x 5,6
-sampel minyak kelapa = = 1,8 mg KOH/gram
2,5
2. Dokumentasi

Gambar 1. Uji kelarutan dan Gambar 2. Uji Angka Iod


Terjadinya Emulsi

Gambar 3. Uji Akrolein Gambar 4 . Uji Angka asam

Gambar 5. Uji Noda Lemak


3. Bukti Sitasi
4. Lembar Kerja

Anda mungkin juga menyukai