SISTEM RESPIRASI
A. RINGKASAN MATERI
Sistem pernapasan atau respirasi terjadi ketika udara yang berupa oksigen masuk
melalui hidung menuju alveoli, kemudian oksigen tersebut mengalami difusi ke darah
untuk ditransportasikan ke seluruh tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai suatu
produk akhir metabolisme yang akan dibuang.
Alat pernapasan pada setiap jenis makhluk hidup berbeda tergantung pada habitat
yang makhluk hidup tempati atau menyesuaikan habitatnya. Seperti halnya pada hewan
memiliki berbagai macam saluran pernafasan seperti paru-paru yang dimiliki oleh
mamalia, reptilia, amphibi , Cacing (Annelida) dan Amphibia memiliki kulit yang
berfungsi juga sebagai tempat pertukaran gas. Ikan mengambil oksigen yang berada di
lingkungannya (air) dengan menggunakan sistem insang.
Sistem respirasi manusia terdiri dari bagian saluran udara dan bagian pernafasan.
Bagian saluran udara terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus, dan alveolus sebagai alat pernapasan terkecil. Rongga hidung berfungsi
sebagai jalan pernapasan dan penyaring udara yang masuk. Faring berfungsi sebagai
saluran masuknya udara setelah melewati hidung. Laring berfungsi sebagai jalan respirasi
saat inspirasi. Trakea berfungsi sebagai rongga masuk udara yang berhimpit dengan
esofagus yang berfungsi sebagai saluran pernafasan. Bronkus berfungsi sebagai saluran
pernapasan yang menghubungkan ke cabang bronkus. Alveolus berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas O2 dan CO2 diantara kapiler pulmonal dan alveoli. Yang terakhir adalah
paru-paru yang merupakan organ utama dalam sistem respirasi.
Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi saling berkaitan yaitu
respirasi internal dan respirasi eksternal. Respirasi eksternal terjadi di paru-paru di mana
oksigen berdifusi ke dalam darah dan karbondioksida berdifusi ke udara alveolar.
Respirasi internal terjadi pada jaringan yang melakukan metabolisme, di mana oksigen
berdifusi keluar dari darah dan karbondioksida berdifusi keluar dari sel. Dalam kedua
kasus, difusi terjadi melintasi membran pernapasan dari tinggi ke tekanan parsial rendah
sampai keseimbangan tercapai. Siklus respirasi terdiri dari siklus inspirasi dan ekspirasi.
Inspirasi adalah proses masuknya udara dalam paru-paru. Sedangkan ekspirasi adalah
proses keluarnya udara dari paru-paru.
Udara dari atmosfer dapat mengalir ke dalam paru karena ada perbedaan gradien
tekanan antara tekanan atmosfer, tekanan intra-alveolar, dan tekanan intra-pleura.
Perbedaan gradien tekanan dipengaruhi oleh perubahan volume paru. Perubahan ini tidak
luput dari peran otot pernapasan, dan juga berhubungan dengan sifat elastisitas paru
untuk mengembang dan mengempis. Hal tersebut yang membuat udara dapat mengalir ke
dalam paru dan dapat keluar kembali ke atmosfer.
Pertukaran gas terjadi melalui difusi, yaitu pergerakan zat dari konsentrasi tinggi
ke rendah zat. Pertukaran gas berbanding lurus dengan gradien tekanan parsial yang
melintasi membran pernapasan, tekanan parsial memperhitungkan baik konsentrasi dan
tekanan. Tekanan parsial gas berbanding lurus dengan konsentrasi gas dan tekanan.
B. RESPIRASI PADA HEWAN
1. Respirasi Pada Hewan Mamalia
.
Sistem pernapasan pada mamalia mirip seperti sistem pernapasan manusia. karena
manusia juga termasuk mamalia yang bernafas menggunakan paru-paru. Hewan yang
termasuk hewan mamalia merupakan hewan yang berkembang biak dengan cara melahirkan
dan menyusui anaknya seperti lumba-lumba, paus, sapi, anjing, kucing, dan lainnya. Secara
umum, hewan mamalia melakukan proses pernapasan melalui rongga hidung, faring, trakea,
bronkus, hingga paru-paru yang nantinya oksigen akan diikat oleh darah dan disebarkan ke
seluruh tubuh.
a. Proses Pernapasan pada Hewan Mamalia
Ketika hewan mamalia mengeluarkan napas (exhale), otot diafragma akan
melemas dan kembali ke posisi semula (melengkung ke atas), kemudian otot-otot
tulang rusuk juga lemas dan dibantu oleh kontraksi dari otot perut, sehingga
menyebabkan rongga dada mengecil, dan tekanan dalam rongga dada naik. Udara
yang dikeluarkan melalui paru-paru keluar melalui hidung sehingga membuat paru-
paru mengecil. Fase ini disebut dengan fase ekspirasi.
Ketika hewan mamalia menghirup napas (Inhale), otot diafragma akan
berkontraksi, kemudian otot-otot tulang rusuk akan berkontraksi sehingga rongga dada
membesar, dan menyebabkan tekanan dalam rongga dada berkurang. Udara yang
dihirup melalui hidung masuk ke dalam paru-paru sehingga membuat paru-paru
mengembang. Fase ini disebut dengan fase inspirasi.
b. Jumlah Oksigen dan Karbondioksida Harus Seimbang
Proses bernapas terjadi saat kita menghirup oksigen dan membuang
karbondioksida dalam tubuh. Jumlah karbondioksida yang dibuang serta oksigen yang
diserap harus seimbang. Kalau oksigen yang dihirup tidak mencukupi kebutuhan,
maka hewan akan mengalami Hipoksia.
Hipoksia adalah kondisi tubuh yang mengalami kekurangan oksigen yang dapat
memicu terjadinya asfiksia. Asfiksia adalah kondisi jaringan tubuh hewan mamalia
tidak mendapatkan oksigen, yang berakibat pada kematian hewan mamalia. Selain
kekurangan oksigen, hewan mamalia juga tidak boleh kelebihan oksigen. Hal ini dapat
memicu terjadinya oksidasi. Oksidasi yang terjadi pada tubuh hewan mamalia dapat
menyebabkan organ-organ dalam tubuh hewan mamalia hancur.
2. Respirasi Pada Ikan
Hewan yang termasuk ke dalam spesies aves ini diantaranya adalah hewan
unggas semacam berbagai jenis burung. Alat pernapasan yang dimiliki oleh aves
adalah 2 lubang hidung, paru-paru yang terhubung dengan kantong udara, trakea atau
batang tenggorok, faring yang akan menghubungkan rongga mulut dengan
trakea, kantong udara (pundi-pundi udara) depan dan belakang.
Kantong udara termasuk alat pernapasan, karena kantong udara memiliki
fungsi sebagai alat pernapasan saat terbang, selain itu juga dapat membantu
memperbesar ruang siring hingga memperkeras suara, mengatur berat jenis tubuh, dan
mengatur suhu tubuh.
Secara umum, sistem pernapasan pada hewan ini dapat dibedakan menjadi 2.
Yaitu ketika sedang terbang, dan ketika sedang tidak terbang.
a. Ketika sedang terbang:
Fase ekspirasi
Ketika terbang terjadi pada waktu sayap diturunkan. kantung udara
pangkal lengan mengempis, sampai kantung udara dada mengembang dan
mendorong udara keluar, sampai terjadi pergantian udara.
Fase inspirasi
Ketika terbang terjadi pada waktu sayap diangkat. kantung udara
pangkal lengan mengembang, hingga udara masuk ke kantung udara perut.
lalu udara dialirkan ke paru-paru dan sebagian masuk ke dalam kantung
udara, sampai darah mampu mengambil oksigen dari paru-paru.
b. Ketika sedang tidak terbang:
Fase Ekspirasi
Proses ini terjadi saat melemasnya rongga dada, hal ini akan membuat
tekanan pada paru-paru meningkat. Sehingga menyebabkan udara keluar
dari paru-paru menuju sistem pernafasan.
Fase Inspirasi
Pertama-tama, otot antar tulang rusuk berkontraksi, maka rongga dada
akan membesar. Hal ini menyebabkan udara dapat masuk ke dalam paru-
paru. Sebagian dari udara akan diteruskan melalui pundi-pundi udara.
1. Rongga Hidung
Rongga hidung dibentuk oleh tulang sejati(os) dan tulang rawan
(kartilago) , bagian hidung dipisahkan oleh suatu sekat (septum nasal) menjadi
bagian kanan dan kiri , dengan udara luar dihubungkan oleh lubang hidung dan
rongga hidung dihubungkan dengan faring yang berada dibawahnya , rongga
hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring kasar
terhadap benda asing yang masuk kedalam saluran pernafasan. Di dalam
rongga hidung juga terdapat reseptor sehingga kita bisa mencium aroma.
Fungsi utama hidung adalah sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur
kelembaban udara , pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra
pencium.
2. Faring (Tenggorokan)
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti
corong, yang besar dibagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak
pada bagian anterior kolumna vertebra. faring merupakan persimpangan antara
saluran hidung (nasofaring) dan saluran mulut (eso-faring), faring terdapat dua
saluran yaitu trakea yang dilalui oleh udara masuk menuju paru, dan
esofagus, yang dilalui oleh makanan menuju lambung. Udara dalam keadaan
normal masuk faring melalui hidung tapi udara juga dapat masuk melalui
mulut ketika hidung tersumbat karena faring adalah saluran bersama untuk
udara dan makanan. Fungsi faring adalah saluran masuknya udara setelah
melewati hidung.
3. Laring
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang
merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak di
pintu masuk trakea. Pada umumnya laring terbuka hanya saat makanan masuk
laring tertutup. Fungsi laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai jalan
respirasi yaitu pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah utuk
memperbesar rongga dada.
Laring terdiri dari a) Epiglotis, katup kartilago yang menutup dan
membuka saat menelan.b) Glotis, lubang antara pita suara dan laring c)
Kartilago tiroid, kartilago yang terbesar pada trakea terdapat pada bagian yang
membentuk jakun d) Kartilago krikoid, cincin kartilago yang utuh di laring
(terletak di bawah kartilago tiroid), e) Kartilago aritenoid , digunakan pada
pergerakan pita suara bersama kartilago tiroid, f) pita suara , sebuah ligamen
yang di kontrol oleh pergerakan otot yang menghasilkan suara dan menempel
pada lumen laring.
4. Trakea
Trakea merupakan perpanjangan laring yang bercabang menjadi dua
bronkus. Ujung cabang trakea disebut carina. Trakea bersifat sangat fleksibel,
berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf
C. Secara histologis dinding trakea dibedakan menjadi tunika mukosa, tunika
muskularis, dan tunika adventitia. Trakea berfungsi sebagai rongga masuk
udara.
5. Bronkus
Bronkus merupakan saluran napas yang berbentuk belahan dua trakea
pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus bercabang
menjadi 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan memiliki
bentuk yang lebih lebar , ukuran lebih pendek dan posisi lebih vertikal. h.
Sedangkan bronkus kiri memiliki ukuran lebih panjang diameternya lebih
sempit. Bronkus utama kanan akan bercabang menjadi 3 bagian yaitu lobus
kanan atas, bawah dan tengah. Sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi 2
bagian yaitu lobus kiri atas dan bawah. Fungsi bronkus adalah menyalurkan
udara dari trakea ke alveolus dan sebagai alat penyaringan. Bronkus memiliki
cabang- cabang yang lebih kecil yang disebut bronkiolus. Dan pada ujung
bronkiolus terdapat terminal berkelompok yang disebut alveolus.
6. Alveolus
Alveolus adalah kelompok kantung mirip anggur yang berdinding tipis
dan dapat mengembang di ujung cabang saluran napas penghantar. parenkim
paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru. Parenkim
tersebut mengandung berjuta-juta alveolus. Alveolus merupakan akhir dari
bronkiolus respiratorus sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2.
Seluruh unit alveoli (zona respirasi) terdiri dari atas bronkiolus, duktus
alveolus dan alveolar sacs (kantung alveolus). Fungsi utama dari alveolus
adalah pertukaran gas O2 dan CO2 diantara kapiler pulmonal dan alveoli.
7. Paru-Paru
Paru terdiri dari 3 lobus kanan dan 2 lobus kiri. Pada lobus kanan lobus-
lobusnya antara lain yakni lobus superior, lobus medius dan lobus interior.
Sementara paru kiri hanya terdapat lobus superior dan lobus interior. Namun
pada paru kiri terdapat satu bagian di lobus superior kiri yang analog dengan
lobus meduis paru kanan, yakni disebut lingula pulmonalis . di antara lobus
paru kanan terdapat fissura yakni fissura horizontalis danoliqua , smentara
diantara lobus superior dan lobus interior paru kiri terdapat fissura obliqua.
Paru-paru adalah tempat dari bronkus, bronkiolus dan alveolus. Dan paru-paru
adalah organ utama pada sistem pernafasan.
2. Di dalam paru-paru udara terus kedalam bronkiolus dan berakhir di alveolus,
dalam alveolus oksigen masuk ke pembuluh kapiler akibat adanya perbedaan
tekanan di alveolus (paru) dengan tekanan di pembuluh kapiler.
3. Dari pembuluh kapiler yang ada di paru darah kembali ke jantung melalui vena
pulmonalis dan masuk kedalam atrium kiri, kemudian dari atrium kiri masuk ke
ventrikel kiri sebelum diedarkan ke seluruh tubuh melalui aorta.
4. Dari pembuluh aorta darah masuk ke arteri di seluruh tubuh sampai kemudian
ke pembuluh kapiler terjadilah kembali pertukaran oksigen dan
karbondioksida, sampai batas ini semua proses di atas disebut Respirasi
Eksternal
5. Oksigen diambil oleh sel untuk proses metabolisme yang menghasilkan energi
dan karbondioksida sebagai produk sisanya, karbondioksida tersebut lalu
dikeluarkan dari sel melalui pembuluh kapiler tadi. Proses ini juga terjadi akibat
perbedaan tekanan yang ada di pembuluh kapiler dengan yang ada di sel, dalam
proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di sel disebut juga Respirasi
Internal/selular
6. Karbondioksida dari sel yang sudah berada di pembuluh kapiler kemudian
dibawa kembali kedalam jantung melalui vena cava superior/inferior, masuk
kembali ke atrium kanan kemudian ke ventrikel kiri melalui arteri pulmonalis
kembali ke paru-paru sampai di pembuluh kapiler terjadi kembali pertukaran
antara oksigen dan karbondioksida, kemudian presesnya kembali lagi dari awal
dan begitu seterusnya.
PERTUKARAN GAS
Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung secara
difusi pasif sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien tekanan parsial. Peristiwa difusi
merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi ekstra. Tidak terdapat
mekanisme transpor aktif dalam pertukaran gas-gas ini. Suatu tekanan yang ditimbulkan
secara independen atau tersendiri oleh masing-masing gas dalam suatu campuran gas
disebut tekanan parsial gas.
Tekanan Parsial O2 dan CO2 Di Alveolus
Saat udara atmosfer memasuki rongga hidung udara di filtrasi, dihangatkan dan
dilembabkan maka segera udara tersebut akan jenuh oleh H2O. Pada suhu tubuh tekanan
parsial H2O sekitar 47 mmHg. Masing-masing gas dalam campuran gas udara atmosfer
akan “diencerkan” oleh tekanan uap air kemudian tekanannya akan menurun, dengan kata
lain tekanan campuran gas berubah menjadi 713 mmHg dalam saluran napas. Maka dapat
diperkirakan dalam udara lembab PN2 sekitar 563 mmHg dan PO2 150 mmHg. Di akhir
inspirasi, kurang 15% udara di alveolus adalah udara segar karena udara yang masuk selain
mengalami pelembaban juga bercampur dengan udara sisa ekspirasi sebelumnya dan udara
di dead space paru. Akibat dari pelembaban dan pertukaran udara alveolus yang rendah
maka PO2 di alveolus rerata adalah 100 mmHg.
Pada CO2 terjadi situasi serupa tetapi berkebalikan dengan O2 pada jalur napas.
Alveoli mengandung lebih banyak CO2 dan lebih sedikit O2 dibanding udara atmosfer
akibat produksi CO2 sebagai sisa metabolisme. Di kapiler paru CO2 berdifusi menuruni
gradien tekanannya dari darah ke alveoli, maka sewaktu di alveoli konsentrasi CO2 di
alveoli ditambahkan dengan konsentrasi CO2 yang terkandung 26 dalam udara inspirasi
sehingga tekanannya pun meningkat. Seperti halnya PO2, PCO2 di alveoli juga relatif tetap
tetapi dengan nilai yang berbeda yaitu 40 mmHg.
Gradien PO2 dan PCO2 Menembus Kapiler Paru
Ventilasi secara terus-menerus mengganti O2 alveolus dan mengeluarkan CO2
sehingga gradien parsial antara darah dan alveolus dipertahankan. Darah yang masuk ke
kapiler paru berasal dari vena sistemik yang relatif kekurangan O2 (PO2 40 mmHg) dan
relatif kaya CO2 (PCO2 46 mmHg). Karena PO2 di alveolus lebih tinggi dibandingkan
PO2 di kapiler paru yaitu 100 mmHg, maka O2 berdifusi menuruni gradien memasuki
kapiler paru hingga tidak ada lagi gradien tekanan parsial. Sehingga sewaktu meninggalkan
kapiler kembali ke sirkulasi, darah memiliki PO2 sama dengan alveolus yaitu 100 mmHg.
Gradien PCO2 memiliki arah yang berlawanan, yaitu darah yang memasuki kapiler
paru memiliki PCO2 lebih tinggi (46 mmHg) dibandingkan PCO2 di alveolus (40 mmHg),
sehingga terjadi difusi CO2 dari darah ke dalam alveolus sampai tidak ada lagi gradien
tekanan parsial.
Proses difusi melewati membran pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh darah meliputi
proses difusi gas dan proses difusi cairan. Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan
aliran cepat, ketika dekat alveoli kecepatannya berkurang sampai terhenti. Udara atau gas
yang baru masuk dengan cepat berdifusi atau bercampur dengan gas yang telah ada dalam
alveoli.
Pigmen Respirasi
Transpor O2
Transpor oksigen dalam darah terjadi dengan dua cara, yaitu dengan cara sederhana
(terlarut dalam plasma darah ) atau dengan cara diikat oleh pigmen respirasi, yaitu senyawa
khusus yang dapat mengikat dan melepas oksigen secara bolak-balik. Beberapa hewan
invertebrata sederhana mentranspor oksigen dengan cara melarutkannya dalam darah.
Sebenarnya, cara semacam itu tidak efektif, namun masih dapat memenuhi kebutuhan
tersebut karena invertebrata sederhana umumnya memiliki tingkat metabolisme yang
tendah.
Ada beberapa macam pigmen respirasi yang dapat ditemukan pada berbagai hewan.
Keberadaan pigmen respirasi dalam darah/ cairan tubuh benar-benar dapat meningkatkan
kapasitas pengangkutan oksigen secara bermakna. Sebagai contoh, keberadaan pigmen
hemoglobin dalam darah mamalia dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan O2 oleh
darah sebesar 20 kali lipat sehingga setiap 100 ml darah dapat membawa 20 ml oksigen.
Tanpa hemoglobin, darah hanya dapat mengangkut oksigen sebanyak 1 ml per 100 ml
darah.
Tabel Berbagai macam pigmen respirasi pada hewan dan ciri-cirinya
Nama Jenis Lokasi Warna Pigmen Contoh
Teroksigen Tak
Pigmen Loga Hewan
asi Teroksigen
m
asi
++
Hemosiani Cu Plasma Biru Tak ketam,
n berwarna udang laut,
siput
(Gastropod
a),
cephalopod
a.
Klorokruor Fe ++ Plasma Hijau Hijau Cacing
in Polokhaeta
(pada
keempat
familinya
++
Hemeritrin Fe Plasma Merah Kuning Sipunkulid,
dan sel pucat brakhiopod
darah a, beberapa
Annelida
++
Hemoglobi Fe Plasma Merah Keunguan Beberapa
n dan sel cacing
darah pipih,
beberapa
Moluska,
hampir
semua
Vertebrata
Hemoglobin (biasa disingkat Hb) merupakan pigmen respiratori yang paling dikenal,
paling banyak dijumpai, dan cara kerjanya paling efisien. Hb ditemukan dalam darah
manusia, Protozoa, dan kebanyakan filum hewan. Hb tersusun atas senyawa porfirin besi
(hemin) yang berikatan dengan protein globin. pada daerah yang memiliki
tekanan/konsentrasi oksigen tinggi, seperti pada permukaan alveoli paru-paru, Hb sangat
mudah berikatan dengan oksigen dan membentuk oksihemoglobin. Sementara, pada daerah
yang memiliki tekanan oksigen rendah atau pH rendah, oksihemoglobin sangat mudah terurai
dan membebaskan oksigen.
Oksigen akan berikatan dengan hemin, tepatnya pada Fe++ yang terdapat pada pusat
gugus tersebut, dengan suatu ikatan yang longgar/lemah. Harus diingat bahwa proses
pengikatan molekul oksigen pada hemin tersebut bukanlah peristiwa oksidasi, melainkan
penggabungan antara Fe++ pada gugus hemin dan molekul O2.
Gambaran skematis struktur molekul hemoglobin manusia
E. GANGGUAN PENYAKIT
Sistem pernapasan manusia yang terdiri atas beberapa organ dapat mengalami
gangguan. Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau penyakit. Penyakit atau gangguan
yang menyerang sistem pernapasan ini dapat menyebabkan terganggunya proses
pernapasan.
1. Influenza
Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus. Penyakit ini
mudah menular dan cara penularannya bisa melalui kontak langsung dengan penderita.
Penyakit ini tidak bisa disembuhkan karena disebabkan oleh virus. Penderita bisa
sembuh dengan sendirinya jika kondisi badannya membaik. Gejala flu ini bervariasi
tergantung pada ketahanan tubuh penderita, mulai dari demam, sakit tenggorokan ,
pusing, batuk, pilek, bersin, dan mata yang berair. Selain gejala tersebut bisa juga
menimbulkan pegal linu otot dan tulang.
Upaya pengobatan yang dapat dilakukan :
1). Banyak beristirahat
2). Banyak mengkonsumsi air putih
3).Biladiperlukan dapat meminum paracetamol (asetaminofen)
untukmenurunkan panas dan nyeri sendi.
2. Bronkitis
Penyakit ini berupa peradangan saluran napas tepatnya pada selaput lendir dari
saluran bronkial. Umumnya penyakit ini disebabkan oleh terlalu sering terpapar asap
rokok, polutan udara, dan alergen. Gejala apabila terkena bronkitis yaitu batuk
berdahak, flu berkepanjangan, sulit menelan, dan sakit di dada.
Upaya pengobatan yang dapat dilakukan :
1). Tidak terlalu sering keluar rumah saat siang hari karena banyak polutan
udara. Jika terpaksa keluar rumah harus memakai masker supaya tidak terpapar
polutan.
2). Berhenti merokok atau menghindari orang yang sedang merokok
3). Dapat memberikan tambahan oksigen apabila merasa sulit bernapas
3. Asma
Asma merupakan suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan.
Peradangan saluran napas menyebabkan menyempitnya diameterlumen saluran napas
akibat kontraksi otot polos, bendungan pembuluh darah,pembengkakan dinding
bronchial, dan sekresi mukus yang kental. Gejala penyakit asma berupa mengi
episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Penyakit ini
paling sering diderita oleh anak.
Upaya pengobatan yang dapat dilakukan :
1). Duduk dan ambil napas pelan-pelan dengan stabil. Mencoba untuk tetap
tenang, karena panik justru akan semakin memperparah serangan asma.
2). Menyemprotkan obat inhaler untuk asma setiap 30-60 detik, maksimal 10
semprotan
4). Menghubungi ambulans apabila penderita tetap kesulitan bernapas atau
pingsan
4.Tubercolosis (TBC)
TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini dapat menyerang seluruh organ tubuh manusia, namun yang
paling sering diserang adalah paru-paru (maka secara umum sering disebut sebagai
penyakit paru-paru / TB Paru-paru). Bakteri ini menyerang paru-paru sehingga pada
bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil. Penyakit ini menyebabkan proses difusi
oksigen yang terganggu karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding alveolus. Jika
bagian paru-paru yang diserang meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil.
Akibatnya napas penderita terengah-engah. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
kerja sebagian otot pernapasan yang berfungsi untuk pertukaran udara paru-paru,
mengurangi kapasitas vital dan kapasitas pernapasan, mengurangi luas permukaan
membran pernapasan, yang akan meningkatkan ketebalan membran pernapasan
sehingga menimbulkan penurunan kapasitas difusi paru-paru TBC dapat menyebabkan
kematian.
Upaya Pengobatan yang dilakukan :
1). Pergi ke dokter dan menkonsumsi obat berupa antiseptic yang diberikan
2). Memakai masker supaya tidak menular ke orang lain
3). Istirahat yang cukup
4). Apabila TBC sudah tahap serius, maka harus mendapatkan perawatan yang
intensif di Rumah Sakit
5.Pneumonia
Pneumonia atau Logenstekingyaitu penyakit radang pari-paru yang disebabkan
oleh Diplococcus pneumoniae. Namun penyebab yang paling sering ialah serangan
bakteria streptococcus pneumonia atau pneumokokus Akibatnya, terjadi peradangan
sehingga alveolus dipenuhi oleh nanah dan lendir sampai oksigen sulit berdifusi
mencapai darah. Gejala yang timbul dari penyakit ini yaitu batuk, sakit dada, demam,
dan kesulitan bernafas.
Upaya pengobatan yang dilakukan :
1). Banyak berisitirahat
3). Tidak melakukan kegiatan berlebih
4). Mengkonsumsi obat berupa antibiotic dan lainnya sesuai resep dari dokter.
F. UPAYA MENJAGA KESEHATAN DARI PENYAKIT
❏ Istirahat yang cukup supaya daya tahan tubuh optimal.
❏ Olahraga secara teratur supaya sehat dan tidak gampang terkena sakit.
❏ Mengkonsumsi banyak air putih.
❏ Selalu memakai masker apabila beraktifitas di luar rungan supaya tidak
terpapar polutan yang membahayakan tubuh.
❏ Memiliki ventilasi rumah yang baik supaya sirkulasi di dalam rumah
terjaga.
G. DAFTAR RUJUKAN
Black, J., & Hawks, J. (2014). Keperawatan medikal bedah untuk hasil yang diharapkan
8th ed vol. 3. (Terj. dr. Joko Mulyanto, et al). Jakarta: SalembaMedika
Butterworth J.F., Mackey D.C., Wasnick J.D. 2013. Clinical Anesthesiology. 5th(ed). New
York: McGraw-Hill Companies
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan:
Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga
Guyton A.C., Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Alih Bahasa:
Irawati, Ramadani D, Indriyani. Editor Bahasa Indonesia: Setiawati. Jakarta: EGC
Martini, F., Nath, J., & Bartholomew, E. (2012). Fundamental of anatomy & physiology
9th ed. San Fransisco: Pearson Education
Petersson J., Glenny R.W. Gas Exchange And Ventilation–Perfusion Relationships In The
Lung. European Respiratory Journal, 2014; 44: 1023– 1041.
Sherwood, L. (2009). Fisiologi manusia : Dari sel ke sistem 6th ed. Jakarta: EGC