Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT DAN IDEOLOGI POLITIK

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Pendidkan Kewarganegaraan

Dosen pengampu: Bapak Syamsul Umam, S.HI, M.HI

Disusun oleh :

Kelompok I

1. Muhammad Riva Suryadin : 12401193097


2. Muhammad Kevin Bryanvitama : 12401193098
3. Wisnu Iqbal Juniara Bayhaqi : 12401193099
4. Tiara Amelia : 12401193130

SEMESTER 1
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH 1C
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
AGUSTUS 2019

1
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan” dalam bentuk
makalah, Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan
kita Nbiyullah Muhammad, SAW.

Dalam penuliasan makalah ini , kami menyadari bahwa sesuai dengan


kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul
“Filsafat dan Ideologi Politik” ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini, kami berharap dari makalah yang kami susun ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca. Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Tulungagung, 27 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................5
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................6
A. Latar Belakang.....................................................................................6
B. Cara Merujuk.......................................................................................7
C. Cara Menulis Daftar Rujukan..............................................................9
BAB III : PENUTUP.............................................................................................13
A. Kesimpulan........................................................................................13
B. Saran..................................................................................................13
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sejarah filsafat politik adalah studi tentang ide-ide dan institusi-institusi


yang berkembang sepanjang waktu menjelaskan pemahaman mengenai cara
bagaimana manusia membentuk dan mengimplementasikan aspirasi politik dan
social mereka. Namun, filsafat politik juga merupakan prinsip-prinsip universal
yang mendasari fenomena politik dalam semua situasi historisnya (Henry J.
Schmandt, 2009: 24-25).

Prinsip-prinsip filsafat politik menjadi dasar munculnya ideologi politik.


Ideologi berbeda dengan filsafat yang sifatnya merenung, ideologi mempunyai
tujuan untuk menggerakkan kegiatan dan aksi. Ideologi yang berkembang
dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dan pengalaman-pengalaman dalam
masyarakat dan sering mengadakan kompromi serta perubahan-perubahan yang
cukup luas (Miriam Budiardjo, 2008: 46). Contoh ideologi politik misalnya
demokrasi.

Ideologi politik dalam masyarakat akan menimbulkan interaksi yang


disebut sistem politik. Sistem politik merupakan organisasi yang di dalamnya
masyarakat berusaha merumuskan dan mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
sesuai dengan kepentingan bersama. Dalam sistem politik, terdapat lembaga-
lembaga atau struktur-struktur, seperti parlemen, birokrasi, badan peradilan, dan
partai politik yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu, yang selanjutnya
memungkinkan sistem politik tersebut untuk merumuskan dan melaksanakannya
kebijakan-kebijakannya.

Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang filsafat politik plato dan
aristoteles yang mendasari munculnya ideologi  dan sistem politik demokrasi.

4
2. Rumusan Masalah

1. bagaimanakah filsafat politik menurut plato dan aristoteles?


2. Bagaimana filsafat politik plato dan Aristoteles berkembang menjadi
ideologi politik?
3. Bagaimanakah ideologi politik yang berkembang menjadi sistem politik?

3. Tujuan

1. Mengetahui filsafat politik menurut Plato dan Aristoteles


2. Mengetahui filsafat politik plato dan Aristoteles yang berkembang menjadi
ideologi politik
3. Mengetahui ideologi politik yang telah berkembang menjadi sistem politik

5
BAB II

PEMBAHASAN

Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena


kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut bisaanya dianggap sebagai contoh awal
dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun,
arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah
berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
“demokrasi” di banyak negara.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini wajar, sebab demokrasi saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. Demokrasi
menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara
dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Berikut ini akan dijelaskan tentang filsafat
politik demokrasi yang mendasari lahirnya  ideologi politik demokrasi , dan
diwujudkan dalam sistem politik demokrasi.

1. Filsafat Politik

Sejarah teori politik berawal dari Plato, seorang filsuf Yunani yang
mengemukakan teori-teorinya melalui dialog dimana Socrates merupakan teman
bicaranya yang pokok. Plato mengungkapkan bahwa konsep fundamental yang
menjadi dasar filsafat politiknya, yaitu: Negara adalah lembaga yang alami dan
tujuan masyarakat politik adalah kebaikan bersama (Henry J. Schmandt, 2009:
59).

Dalam menjelaskan Negara adalah lembaga yang alami, Plato berpegang pada
konsep Negara organik. Dia menegaskan bahwa Negara organik bukan rakyat
semata yang menjadi badan politik, meski ia jelas terdiri dari para individu.
Negara juga bukan orang-orang yang tinggal di wilayah geografis, meski wilayah
adalah salah satu unsur Negara. Dia menegaskan bahwa harus ada ikatan yang

6
menyatukan manusia secara bersama dalam asosiasi politik, ikatan ini adalah
keadilan. “Negara, saya katakana, muncul karena kebutuhan manusia;tidak ada
orang yang bisa mencukupi dirinya, tetapi semua dari kita memiliki banyak
keinginan dan (karena) banyak orang dibutuhkan untuk memenuhi keinginan-
keinginan tersebut, ada yang bertugas sebagai penolong atas yang lain, dan ketika
para mitra ini berkumpul dalam satu wilayah, maka kumpulan orang-orang inilah
yang disebut negara” (Henry J. Schmandt, 2009: 61).

Tugas utama Negara, sebagaimana diimpikan Plato, adalah untuk mengarahkan


kehidupan manusia agar mereka memperoleh kebahagiaan. Sedangkan tujuan
negara bukanlah untuk kebaikan individu atau kelas tertentu melainkan untuk
kebaikan atau kesejahteraan umum (Henry J. Schmandt, 2009: 63). Sepakat
dengan Plato, Aristoteles mengungkapkan bahwa negara merupakan institusi
moral yang ada untuk membantu manusia mencapai kesempurnaannya dan negara
yang benar berupaya menciptakan kesejahteraan bagi semua dan bukan hanya
untuk kebaikan sekelompok saja.Menurut Aristoteles, suatu bentuk negara boleh
dikatakan baik jika diarahkan pada kepentingan umum bukan kepentingan
penguasa. Maka, Politeia atau Republik dipandang sebagai bentuk negara paling
baik dalam politik. Dengan istilah Politeia, Aristoteles memaksudkan demokrasi
moderat, demokrasi dengan undang-undang dasar. Para warga negara dalam
politeia ini menunjuk pada kelas menengah yang kuat, untuk dapat menjamin
kelangsungan pemerintah dan keseimbangan antar golongan sangat kaya dan
golongan sangat miskin.

Dalam beberapa segi, Aristoteles meletakkan cetak biru demokrasi konstitusional


zaman modern. Tiga sumbangan Aristoteles yang tertanam di jantung pemikiran
demokrasi yakni: kebebasan pribadi, pemerintahan berdasarkan undang-undang
dasar (konstitusi), dan pentingnya kelas menengah yang besar (Diane Revitch &
Abigail Thernstrom, 2005: 12).

2. Ideologi Politik

Filsafat politik demokrasi yang diungkapkan oleh Plato dan Aristoteles menjadi
dasar ideologi politik yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

 Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik

7
Ciri paling mendasar dari setiap sistem demokrasi adalah ide bahwa para
warganegara seharusnya terlibat dalam hal tertentu disbanding pembuatan
keputusan-keputusan politik, baik langsung maupun melalui para wakil pilihan
mereka. Keterlibatan warga negara memiliki sejumlah unsur penting lainnya.
Unsur-unsur ini mencakup partisipasi aktif dalam suatu partai politik atau
kelompok penekan, atau menghadiri dan berpartisipasi dalam dengar pendapat
publik atau rapat-rapat politik yang lain. Bahkan tindakan sederhana untuk
membicarakan politik merupakan suatu tindakan keterlibatan dalam proses politik,
seperti menyampaikan ide pada seorang pejabat resmi.

 Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara

Persamaan mengandung lima ide yang terpisah dalam kombinasi yang berbeda,
yaitu: persamaan politik, persamaan dimuka hukum, persamaan kesempatan,
persamaan ekonomi, dan persamaan social atau persamaan hak. Tidak semua ide
ini selalu dipikirkan dalam arti persamaan. Pada dasarnya, definisi ini sangat
kompleks karena adanya frase dalam berbagai aspek yang relevan.

 Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai


oleh warga negara

Kebebasan adalah istilah yang paling umum.kemerdekaan bisaanya menunjuk


pada kebebasan sosial dan politik.

 Suatu sistem perwakilan

Tujuan utama sistem perwakilan dalam negara demokrasi adalah menyediakan


sarana bagi para warga negara untuk terbiasa dengan kontrol tertentu terhadap
pembuatan keputusan politik pada saat mereka tidak dapat secara langsung
membuat keputusan itu sendiri. Itu berarti, karena wakil tidak bisa mengabdi
seumur hidup, metode tertentu harus dirancang sehingga orang dapat
mempertahankan atau mencopot wakil dari jabatannya

 Suatu sistem pemilihan-kekuasaan mayoritas

(Lyman Tower Sargent, 1986: 43-63)

Pada abad ke 20 ini, demokrasi yang dikatakan sebagai rule of  law mengalami
pergeseran karena beberapa hal, yaitu:

8
1. Akibat akses yang ditimbulkan oleh industrialisasi dan paham kapitalisme,
yang berupa distribusi kekuasaan yang tidak merata
2. Tersebarnya paham sosialisme

Karena factor-faktor tersebut maka akhirnya menimbulkan Welfare State atau


Social Service State.

Beberapa masalah mendasar yang dihadapi ideologi demokrasi antara lain:

1. Bagaimana memodifikasi nilai-nilai dasar yang sejalan dengan peradaban


modern
2. Bagaimana meningkatkan partisipasi dalam kehidupan bernegara
3. Bagaimana mewujudkan tercapainya kebebasan dan persamaan

(Cholisin, 2011: 24-25)

3. Sistem Politik

Dari sudut pandang structural, sistem politik demokrasi secara ideal ialah sistem
politik yang memelihara keseimbangan antara konflik dan consensus. Artinya,
demokrasi memungkinkan perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan
diantara individu dan  kelompok, individu dan pemerintah, kelompok dan
pemerintah, bahkan diantara lembaga-lembaga pemerintah.

 Kebaikan Bersama

Persamaan kesempatan politik bagi setiap individu dijamin dengan hukum. Setiap
individu memiliki kebebasan untuk mengejar tujuan hidupnya. Untuk itu, setiap
individu harus menggunakan kesempatan politik dengan menggabungkan diri
dalam organisasi sukarela untuk bersama-sama mempengaruhi pemerintah dan
membuat kebijakan yang menguntungkan mereka. Selain itu, sistem ini
menekankan pada persamaan kesempatan ekonomi daripada pemerataan hasil
oleh pemerintah.

 Hubungan Kekuasaan

Dalam sistem politik demokrasi terdapat distribusi kekuasaan yang relative merata
diantara kelompok social dan lembaga pemerintahan. Situasi ini akan
menimbulkan persaingan dan saling kontrol antara kelompok yang satu dan

9
kelompok yang lain, antara lembaga pemerintah yang satu dengan yang lain, dan
antara kelompok sosial dan lembaga pemerintah. Setiap kelompok sosial berupaya
memperjuangkan kepentingan kelompok masyarakat yang mereka wakili, dan
berupaya keras pula untuk memelihara dan mempertahankan otonomi dari campur
tangan pemerintah dan kelompok lain.

 Legitimasi Kewenangan

Pronsip kewenangan dan legitimasi dalam sistem ini bersifat procedural (rule of 
law) yang diatur dalam konstitusi. Artinya, penguasa mendapatkan kewenangan
berdasarkan prosedur yang disusun dalam konstitusi atau peraturan perundang-
undangan, sedangkan anggota masyarakat menaati kewenangan penguasa karena
penguasa dipilih atau diangkat berdasarkan prosedur yang ditetapkan dalam
konstitusi atau peraturan perundang-undangan.

 Hubungan Politik dengan Ekonomi

Pemerintah tampil sebagai pihak yang mewakili kepentingan umum dalam


koordinasi unit ekonomi dan pemilikan sarana dan alat produksi, pemerintah akan
dapat memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa, dan mengadakan
redistribusi pendapatan kepada masyarakat sehingga kepincangan distribusi yang
ditimbulkan dengan mekanisme pasar dan pemilikan sarana dan alat produksi oleh
swasta dapatdiatasi. Pada pihak lain, pemerintah tidak hanya dapat mengatur
kegiatan kegiatan ekonomi swasta sehingga praktek-praktek monopoli dan
persaingan yang tak sehat dapat dicegah, tetapi juga dapat mengarahkan kegiatan
ekonomi swasta dengan kebijakan fiscal dan moneter sehingga tujuan masyarakat
umum dapat dicapai. Campur tangan pemerintah ini akan melahirkan consensus.
Dengan demikian, keseimbangan peranan swasta dan pemerintah menimbulkan
keseimbangan antara konflik dan consensus (Ramlan Surbakti, 2007: 228-231).

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa prinsip demokrasi adalah persamaan dan
kebebasan.

 Persamaan

Persamaan mengandung lima ide yang terpisah yaitu:

 Persamaan politik

10
Persamaan politik adalah hak yang sama bagi semua warga negara untuk
berpartisipasi dalam semua urusan negara. Persamaan ini misalnya dalam hak
suara, dan kemampuan untuk dipilih menjadi pejabat pemerintah.

a. Persamaan dimuka hukum

Setiap warga negara sama dihadapan hukum dan haknya diberikan tanpa
diskriminasi untuk mendapatkan perlindungan hukum yang sama.

b. Persamaan kesempatan

Persamaan ini terkait dengan stratifikasi sosial dan sistem mobilitas yang
mengandung prinsip:

 Setiap individu dalam masyarakat dapat mengalami peningkatan dan


penurunan dalam sistem kelas atau status sejalan dengan kemampuan dan
penerapan kemampuan.
 Tidak adanya halangan butan yang akan membatasi seseorang untuk
mencapai kemampuan dan kerja keras yang ingin dicapainya.

c. Persamaan ekonomi

Persamaan ini berarti:

 Setiap individu dalam suatu masyarakat harus memiliki tingkat pendapatan


yang sama
 Setiap individu dalam masyarakat harus diberi jaminan minimum dibidang
ekonomi, karena tanpa keamanan, kemerdekaan dan persamaan-persamaan
lain yang penting bagi demokrasi sangat sulit, bahkan tak mungkin
dicapai.

d. Persamaan ekonomi

Persamaan ini mengacu pada tidak adanya perbedaan-perbedaan status dan kelas
yang telah dan masih dikenal diseluruh masyarakat dalam hal ini, persamaan
sosial mencakup aspek-aspek persamaan kesempatan.

 Kebebasan

11
Istilah kebebasan, kemerdekaan dan hak sering digunakan dalam pengertian yang
dapat saling dipertukarkan. Pendapat ini beralasan, bahwa ketiga istilah itu
mengacu pada kemampuan bertindak tanpa pembatasan-pembatasan atau dengan
pengekangan yang terbatas pada cara-cara khusus tertentu.

Disamping itu, banyak para sarjana yang lebih suka membuat perbedaan secara
cermat antara ketiga istilah itu. Perbedaannya sebagai berikut “kebebasan” adalah
istilah yang paling umum. Kemerdekaan adalah biasanya mengacu pada
kebebasan social dan politik. Hak mengacu pada kebebasan yang mendapat
jaminan hukum. Sumber hak dapat bersifat alamiah (hak asasi) dan yang berasal
dari pemerintah (hak sipil) (Cholisin dkk, 2007: 83-85).

12
BAB III

KESIMPULAN

Filsafat politik demokrasi pada awalnya dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles
yang mengatakan bahwa tugas negara adalah untuk mengarahkan kehidupan
manusia agar mereka memperoleh kebahagiaan. Sedangkan tujuan negara
bukanlah untuk kebaikan individu atau kelas tertentu melainkan untuk kebaikan
atau kesejahteraan umum. Pemikiran tersebut lalu berkembang menjadi ideologi
politik demokrasi yang mengutamakan partisipasi warganegara dalam politik
sehingga segala kebijakan-kebijakan politik yang dibuat tidak bertentangan
dengan kepentingan warga negara.

Partisipasi warga negara dalam politik  bisa secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung yaitu warga negara berperan serta secara pribadi dalam
pertimbangan-pertimbangan dan pemilihan atas berbagai masalah pokok. Seluruh
warga negara ikut berdebat dan menegakkan hukum. Sedangkan secara tidak
langsung (perwakilan) dengan memilih warga lain untuk berdebat dan
menegakkan hukum.

Ideologi politik demokrasi ini menjadi dasar terbentuknya sistem politik


demokrasi, dimana hak-hak warga negara dijamin oleh hukum sehingga kebaikan
bersama dapat terwujud. Selain itu, dalam sistem politik demokrasi, pemerintah
menjadi penengah dalam konflik yang terjadi sehingga tidak meluas dan
perdamaian pun dapat terwujud.

13
DAFTAR PUSTAKA

Cholisin. 2011. Ideologi Ideologi politik. Hand out

Cholisin dkk. 2007. Dasar Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta. UNY Press. Cetakan
Ketiga

Diane Revitch & Abigail Thernstrom. 2005. Demokrasi: Klasik dan Modern.
Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Miriam Budiardjo. 2008. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Ikrar Mandiriabadi.
Edisi Revisi. Cetakan Pertama.

Ramlan Surbakti. 2007. Memahami Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia. Cetakank


keenam.

Schmandt, Henry J. 2009. Filsafat Politik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Cetakan


Ketiga.

Sergeant, Lyman Tower. 1986. Ideologi Politik Kontenporer. Jakarta. PT Bina


Aksara.

14

Anda mungkin juga menyukai