MAKALAH
Pendidkan Kewarganegaraan
Disusun oleh :
Kelompok I
SEMESTER 1
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH 1C
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
AGUSTUS 2019
1
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan” dalam bentuk
makalah, Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan
kita Nbiyullah Muhammad, SAW.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................5
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................6
A. Latar Belakang.....................................................................................6
B. Cara Merujuk.......................................................................................7
C. Cara Menulis Daftar Rujukan..............................................................9
BAB III : PENUTUP.............................................................................................13
A. Kesimpulan........................................................................................13
B. Saran..................................................................................................13
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang filsafat politik plato dan
aristoteles yang mendasari munculnya ideologi dan sistem politik demokrasi.
4
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini wajar, sebab demokrasi saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. Demokrasi
menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara
dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Berikut ini akan dijelaskan tentang filsafat
politik demokrasi yang mendasari lahirnya ideologi politik demokrasi , dan
diwujudkan dalam sistem politik demokrasi.
1. Filsafat Politik
Sejarah teori politik berawal dari Plato, seorang filsuf Yunani yang
mengemukakan teori-teorinya melalui dialog dimana Socrates merupakan teman
bicaranya yang pokok. Plato mengungkapkan bahwa konsep fundamental yang
menjadi dasar filsafat politiknya, yaitu: Negara adalah lembaga yang alami dan
tujuan masyarakat politik adalah kebaikan bersama (Henry J. Schmandt, 2009:
59).
Dalam menjelaskan Negara adalah lembaga yang alami, Plato berpegang pada
konsep Negara organik. Dia menegaskan bahwa Negara organik bukan rakyat
semata yang menjadi badan politik, meski ia jelas terdiri dari para individu.
Negara juga bukan orang-orang yang tinggal di wilayah geografis, meski wilayah
adalah salah satu unsur Negara. Dia menegaskan bahwa harus ada ikatan yang
6
menyatukan manusia secara bersama dalam asosiasi politik, ikatan ini adalah
keadilan. “Negara, saya katakana, muncul karena kebutuhan manusia;tidak ada
orang yang bisa mencukupi dirinya, tetapi semua dari kita memiliki banyak
keinginan dan (karena) banyak orang dibutuhkan untuk memenuhi keinginan-
keinginan tersebut, ada yang bertugas sebagai penolong atas yang lain, dan ketika
para mitra ini berkumpul dalam satu wilayah, maka kumpulan orang-orang inilah
yang disebut negara” (Henry J. Schmandt, 2009: 61).
2. Ideologi Politik
Filsafat politik demokrasi yang diungkapkan oleh Plato dan Aristoteles menjadi
dasar ideologi politik yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
7
Ciri paling mendasar dari setiap sistem demokrasi adalah ide bahwa para
warganegara seharusnya terlibat dalam hal tertentu disbanding pembuatan
keputusan-keputusan politik, baik langsung maupun melalui para wakil pilihan
mereka. Keterlibatan warga negara memiliki sejumlah unsur penting lainnya.
Unsur-unsur ini mencakup partisipasi aktif dalam suatu partai politik atau
kelompok penekan, atau menghadiri dan berpartisipasi dalam dengar pendapat
publik atau rapat-rapat politik yang lain. Bahkan tindakan sederhana untuk
membicarakan politik merupakan suatu tindakan keterlibatan dalam proses politik,
seperti menyampaikan ide pada seorang pejabat resmi.
Persamaan mengandung lima ide yang terpisah dalam kombinasi yang berbeda,
yaitu: persamaan politik, persamaan dimuka hukum, persamaan kesempatan,
persamaan ekonomi, dan persamaan social atau persamaan hak. Tidak semua ide
ini selalu dipikirkan dalam arti persamaan. Pada dasarnya, definisi ini sangat
kompleks karena adanya frase dalam berbagai aspek yang relevan.
Pada abad ke 20 ini, demokrasi yang dikatakan sebagai rule of law mengalami
pergeseran karena beberapa hal, yaitu:
8
1. Akibat akses yang ditimbulkan oleh industrialisasi dan paham kapitalisme,
yang berupa distribusi kekuasaan yang tidak merata
2. Tersebarnya paham sosialisme
3. Sistem Politik
Dari sudut pandang structural, sistem politik demokrasi secara ideal ialah sistem
politik yang memelihara keseimbangan antara konflik dan consensus. Artinya,
demokrasi memungkinkan perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan
diantara individu dan kelompok, individu dan pemerintah, kelompok dan
pemerintah, bahkan diantara lembaga-lembaga pemerintah.
Kebaikan Bersama
Persamaan kesempatan politik bagi setiap individu dijamin dengan hukum. Setiap
individu memiliki kebebasan untuk mengejar tujuan hidupnya. Untuk itu, setiap
individu harus menggunakan kesempatan politik dengan menggabungkan diri
dalam organisasi sukarela untuk bersama-sama mempengaruhi pemerintah dan
membuat kebijakan yang menguntungkan mereka. Selain itu, sistem ini
menekankan pada persamaan kesempatan ekonomi daripada pemerataan hasil
oleh pemerintah.
Hubungan Kekuasaan
Dalam sistem politik demokrasi terdapat distribusi kekuasaan yang relative merata
diantara kelompok social dan lembaga pemerintahan. Situasi ini akan
menimbulkan persaingan dan saling kontrol antara kelompok yang satu dan
9
kelompok yang lain, antara lembaga pemerintah yang satu dengan yang lain, dan
antara kelompok sosial dan lembaga pemerintah. Setiap kelompok sosial berupaya
memperjuangkan kepentingan kelompok masyarakat yang mereka wakili, dan
berupaya keras pula untuk memelihara dan mempertahankan otonomi dari campur
tangan pemerintah dan kelompok lain.
Legitimasi Kewenangan
Pronsip kewenangan dan legitimasi dalam sistem ini bersifat procedural (rule of
law) yang diatur dalam konstitusi. Artinya, penguasa mendapatkan kewenangan
berdasarkan prosedur yang disusun dalam konstitusi atau peraturan perundang-
undangan, sedangkan anggota masyarakat menaati kewenangan penguasa karena
penguasa dipilih atau diangkat berdasarkan prosedur yang ditetapkan dalam
konstitusi atau peraturan perundang-undangan.
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa prinsip demokrasi adalah persamaan dan
kebebasan.
Persamaan
Persamaan politik
10
Persamaan politik adalah hak yang sama bagi semua warga negara untuk
berpartisipasi dalam semua urusan negara. Persamaan ini misalnya dalam hak
suara, dan kemampuan untuk dipilih menjadi pejabat pemerintah.
Setiap warga negara sama dihadapan hukum dan haknya diberikan tanpa
diskriminasi untuk mendapatkan perlindungan hukum yang sama.
b. Persamaan kesempatan
Persamaan ini terkait dengan stratifikasi sosial dan sistem mobilitas yang
mengandung prinsip:
c. Persamaan ekonomi
d. Persamaan ekonomi
Persamaan ini mengacu pada tidak adanya perbedaan-perbedaan status dan kelas
yang telah dan masih dikenal diseluruh masyarakat dalam hal ini, persamaan
sosial mencakup aspek-aspek persamaan kesempatan.
Kebebasan
11
Istilah kebebasan, kemerdekaan dan hak sering digunakan dalam pengertian yang
dapat saling dipertukarkan. Pendapat ini beralasan, bahwa ketiga istilah itu
mengacu pada kemampuan bertindak tanpa pembatasan-pembatasan atau dengan
pengekangan yang terbatas pada cara-cara khusus tertentu.
Disamping itu, banyak para sarjana yang lebih suka membuat perbedaan secara
cermat antara ketiga istilah itu. Perbedaannya sebagai berikut “kebebasan” adalah
istilah yang paling umum. Kemerdekaan adalah biasanya mengacu pada
kebebasan social dan politik. Hak mengacu pada kebebasan yang mendapat
jaminan hukum. Sumber hak dapat bersifat alamiah (hak asasi) dan yang berasal
dari pemerintah (hak sipil) (Cholisin dkk, 2007: 83-85).
12
BAB III
KESIMPULAN
Filsafat politik demokrasi pada awalnya dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles
yang mengatakan bahwa tugas negara adalah untuk mengarahkan kehidupan
manusia agar mereka memperoleh kebahagiaan. Sedangkan tujuan negara
bukanlah untuk kebaikan individu atau kelas tertentu melainkan untuk kebaikan
atau kesejahteraan umum. Pemikiran tersebut lalu berkembang menjadi ideologi
politik demokrasi yang mengutamakan partisipasi warganegara dalam politik
sehingga segala kebijakan-kebijakan politik yang dibuat tidak bertentangan
dengan kepentingan warga negara.
Partisipasi warga negara dalam politik bisa secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung yaitu warga negara berperan serta secara pribadi dalam
pertimbangan-pertimbangan dan pemilihan atas berbagai masalah pokok. Seluruh
warga negara ikut berdebat dan menegakkan hukum. Sedangkan secara tidak
langsung (perwakilan) dengan memilih warga lain untuk berdebat dan
menegakkan hukum.
13
DAFTAR PUSTAKA
Cholisin dkk. 2007. Dasar Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta. UNY Press. Cetakan
Ketiga
Diane Revitch & Abigail Thernstrom. 2005. Demokrasi: Klasik dan Modern.
Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Ikrar Mandiriabadi.
Edisi Revisi. Cetakan Pertama.
14