Tujuan agama islam bersifat melintasi batas-batas ( passing over) kebutuhan manusiawi yang bersifat material. Yang bersifat humanis sekaligus transendental, lebih tinggi dan abadi. Dikatakan humanis karena islam mencakup kebutuhan manusia, baik individu, masyarakat, dan kemanusiaan. Agama islam memiliki tujuan yang bersifat transendental karena ia mencakup dimensi terdalam dalam diri manusia yaitu ibadah sebagai perwujudan ikatatan primordialnya dengan allah swt. Dalam bidang akidah, islam menganjurkan shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya sebagai kewajiban, karena kewajiban ini memiliki tujuan untuk membersihkan jiwa manusia dan mempertemukannya dengan tuhannya demi kedamaian manusia itu sendiri. Dengan anjuran itu pula manusia dapat bertindak secara adil baik dalam memenuhi kepentingan dengan sesama manusia, kepentingan sendiri, dan kepentingan dengan allah swt agar tecapai kemaslahatan. Dengan prinsip dan asas tersebut, agama islam dipersiapkan untuk mencapai satu tujuan yaitu kondisi manusiawi tertentu yang disebut al-maslahat. Al-maslahat ialah kondisi kehidupan manusia yang ditandai dengan terpeliharanya kebutuhan-kebutuhan dasar (al-dharuriyat) berupa fasilitas dan peluang yang aman dan bebas untuk melaksanakan ajaran islam (al-din), menjamin kelangsungan hidup (al-rafs), memperoleh pendidikan yang memadai (al-`aqil), memperoleh penghasilan yang layak (al-mal), dan memiliki keluarga yang terhormat (al-`irdh). Tugas ajaran islam dalam hal ini adalah menjaga dan mengendalikan sisi social sehingga masyarakat memiliki fasilitas dan peluang yang aman dan bebas untuk memnuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut secara adil dan manusiawi.1