Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PASANG SURUT

OSEANOGRAFI FISIKA

NAMA : ASRIL MAHADI

NIM : L011191086

KELAS : OSEANOGRAFI FISIKA B

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN & PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
PASANG SURUT

Pasang-surut (pasut) merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di
laut, yakni suatu gerakan vertikal (naik turunnya air laut secara teratur dan berulang-
ulang) dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam
dari dasar laut. Gerakan tersebut disebabkan oleh pengaruh gravitasi (gaya tarik
menarik) antara bumi dan bulan, bumi dan matahari, atau bumi dengan bulan dan
matahari.
Pasang-surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal, yakni dorongan ke arah luar pusat rotasi. Hukum gravitasi Newton
menyatakan, bahwa semua massa benda tarik menarik satu sama lain dan gaya ini
tergantung pada besar massanya, sertajarak di antara massa tersebut. Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa, tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.
Sejalan dengan hukum di atas, dapat dipahami bahwa meskipun massa bulan lebih
kecil dari massa matahari tetapi jarak bulan ke bumi jauh lebih kecil, sehingga gaya
tarik bulan terhadap bumi pengaruhnya lebih besar dibanding matahari terhadap
bumi. Kejadian yang sebenarnya dari gerakan pasang air laut sangat berbelit-belit,
sebab gerakan tersebut tergantung pula pada rotasi bumi, angin, arus laut dan
keadaan-keadaan lain yang bersifat setempat. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke
arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi,
yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari
(WARDIYATMOKO & BINTARTO,1994).
Pasang-surut purnama (spring tides) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
berada dalam suatu garis lurus (matahari dan bulan dalam keadaan oposisi). Pada saat
itu, akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat
rendah, karena kombinasi gaya tarik dari matahari dan bulan bekerja saling
menguatkan. Pasang-surut purnama ini terjadi dua kali setiap bulan, yakni pada saat
bulan baru dan bulan purnama (full moon). Sedangkan pasang-surut perbani (neap
tides) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus, yakni
saat bulan membentuk sudut 90° dengan bumi. Pada saat itu akan dihasilkan pasang
tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang-surut perbani ini terjadi
dua kali, yaitu pada saat bulan 1/4 dan 3/4 (WARDIYATMOKO & BINTARTO,
1994).
Pasang-sumt laut dapat didefinisikan pula sebagai gelombang yang
dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi,matahari dan bulan. Puncak
gelombang disebut pasang tinggi (High Water/RW) dan lembah gelombang disebut
surut/pasang rendah (Low Water/LW).
Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang
pasang-surut atau tunggang pasut (tidal range) yang bisa mencapai beberapa meter
hingga puluhan meter. Periode pasang-surut adalah waktu antara puncak atau lembah
gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang-
surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit (SETIAWAN, 2006).
Menurut WIBISONO (2005), sebenarnya hanya ada tiga tipe dasar pasang-
surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya, yaitu sebagai berikut:
1. Pasang-surut tipe harian tunggal (diurnal type): yakni bila dalam waktu 24
jam terdapat 1 kali pasang dan 1 kali surut.
2. Pasang-surut tipe tengah harian/ harian ganda (semi diurnal type): yakni bila
dalam waktu 24 jam terdapat 2 kali pasang dan 2 kali surut.
3. Pasang-surut tipe campuran (mixed tides): yakni bila dalam waktu 24 jam
terdapat bentuk campuran yang condong ke tipe harian tunggal atau condong
ke tipe harian ganda.
Tipe pasang-surut ini penting diketahui untuk studi lingkungan, mengingat
bila di suatu lokasi dengan tipe pasang-surut harian tunggal atau campuran condong
harian tunggal terjadi pencemaran,maka dalam waktu kurang dari 24 jam, pencemar
diharapkan akan tersapu bersih dari lokasi. Namun pencemar akan pindah ke lokasi
lain, bila tidak segera dilakukan clean up. Berbeda dengan lokasi dengan tipe harian
ganda, atau tipe campuran condong harian ganda, maka pencemar tidak akan segera
tergelontor keluar. Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang-surut berubah
secara sistematis terhadap siklus bulan.
Rentang pasang-surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi
lantai samudera. Pasang-surut (pasut) di berbagai lokasi mempunyai ciri yang
berbeda karena dipengaruhi oleh topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk dan
sebagainya. Di beberapa tempat, terdapat beda antara pasang tertinggi dan surut
terendah (rentang pasut), bahkan di Teluk Fundy (Kanada) bisa mencapai 20 meter.
Proses terjadinya pasut memang merupakan proses yang sangat kompleks, namun
masih bisa diperhitungkan dan diramalkan. Pasut dapat diramalkan karena sifatnya
periodik, dan untuk meramalkan pasut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari
masing-masing komponen pembangkit pasut. Ramalan pasut untuk suatu lokasi
tertentu kini dapat dibuat dengan ketepatan yang cukup cermat (NONTJI, 2005).
Pasut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan seluruh
massa air yang bisa menimbulkan energi yang besar. Di perairan pantai, terutama di
teluk atau selat sempit, gerakan naik turunnya muka air akan menimbulkan
terjadinya arus pasut. Jika muka air bergerak naik, maka arus mengalir masuk,
sedangkan pada saat muka air bergerak turun, arus mengalir ke luar. NONTJI (2005)
mengatakan bahwa pengetahuan mengenai pasut sangat diperlukan dalam
pembangunan pelabuhan,bangunan di pantai dan lepas pantai, serta dalam hal lain
seperti pengelolaan dan budidaya di wilayah pesisir, pelayaran, peringatan dini
terhadap bencana banjir air pasang, pola umum gerakan massa air dan sebagainya.
Namun yang paling penting dari pasut adalah energinya dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan tenaga listrik.
Alat-Alat Pengukuran Pasang Surut
Beberapa alat pengukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tide staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter.
Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surutdi lapangan. Tide Staff (papan
pasang surut) merupakan alat pengukur pasang surut paling sederhana yang
umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian mukalautatau tinggi gelombang
airlaut.Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain
yang di cat anti karat.Syarat pemasangan papan pasang surut adalah :
1. Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih
tergenang oleh air
2. Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah
aliran sungai (aliran debit air).
3. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang
menyebabkan air bergerak secara tidak teratur
4. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk
diamati dan dipasang tegak lurus
5. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnyadermaga sehingga papan
mudah dikaitkan
6. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data
pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
7. Tanah dan dasarlaut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil
8. Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dariarusdan sampah.

2. Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik
dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan
airlaut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua
jenis yaitu :
1) Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat iniberdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang
dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat
(recording unit). Pengamatan pasang surut dengan alat ini banyak dilakukan,
namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasang surut.
2) Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gaugehampir sama dengan floating tide gauge,
namun perubahan naik turunnya airlautdirekam melalui perubahan tekanan pada
dasarlaut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini
dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut
tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.
3) Satelit
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya
system satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum system satelit altimetri
mempunyai tiga robjektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan
global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan
mukalaut rata-rata (MSL) global.
Prinsip dasar satelitaltimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan
pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver),
serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit
memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektro-magnetik (radar) ke permukaanlaut.
Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaanlautdan diterima kembali
olehsatelit.
Prinsip penentuan perubahan ke-dudukan mukalaut dengan teknik altimetry
yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertical dari satelit ke
permukaan laut. Karena tinggi satelit diatas permukaan ellipsoid referensi diketahui
maka tinggi mukalaut (Sea Surface Heightatau SSH) saat pengukuran dapat
ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka
laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan mukalaut
dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis
deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode
panjang dan fenomena sekularnya.
DAFTAR PUSTAKA

NONTJI, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta : 92-98.


WARDIYATMOKO, K. dan H.R. BINTARTO 1994. Geografi untuk SMU Kelas 1.
Erlangga.
Jakarta: 95-125.
WIBISONO, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo. Jakarta: 224 hal

Anda mungkin juga menyukai