Anda di halaman 1dari 32

Evidence Based Dan Critical Thinking

Dalam Pelayanan Kebidanan

“PEMBERIAN VITAMIN K PADA BAYI BARU LAHIR”

Disusun oleh :
Kelompok 7 (Kelas IB)
1. Sintha Makravela (204330809)
2. Siska Suryani (204330810)
3. Sri Devi (204330811)
4. Suci Atri Wahyuni (204330812)
5. Trivina Efrilia (204330813)
6. Vani Nopriyanti (204330814)

Dosen pembimbing
Haspita Rizki Syurya Handini, S.ST, M.Keb

PRODI DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wa rohmatullahi wa barokatuh.

Dengan mengucapkan do’a dan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan
berkat Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan MakalahEvidence Based
Dan Critical ThinkingDalam Pelayanan Kebidanantentang :“Pemberian Vitamin K Pada Bayi
Baru Lahir”.

Penyusunan dan Penulisan Makalah ini merupakan salah satu tugas dari proses
pembelajaran mata kuliah Evidence Based Dan Critical ThinkingDalam Pelayanan Kebidanan di
Program Studi DIV Kebidanan Alih Jenjang Jurusan Kebidanan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang Tahun Ajaran 2020/2021.

Dalam penulisan Makalah kami menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada,
sehingga kami merasa masih ada belum sempurna baik dalam isi maupun penyajiannya. Untuk
itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan Makalah
ini.

Wassalamu’alaikum Wa rohmatullahi wa barokatuh.

Padang,Desember 2020

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian Vitamin K.................................................................................................3
2.2 Sifat Vitamin K ..........................................................................................................5
2.3 Fungsi Vitamin K........................................................................................................5
2.4 Dampak Kekurangan Dan Kelebihan Vitamin K.......................................................7
2.5 Faktor-faktor pemberian Vitamin K...........................................................................8
2.6 Rendahnya cadangan Vitamin K................................................................................9
2.7 Penyebab defisiensi Vitamin K pada Bayi Baru Lahir ..............................................10
2.8 Jenis- jenis VKDB......................................................................................................11
2.9 Menisfestasi klinis......................................................................................................11
2.10 Pelaksanaan Pemberian vitamin K1 pada profilaksis...............................................12
BAB III TELAAH JURNAL
3.1 Telaah Kritisi Jurnal....................................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian..........................................................................................................23
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................27
5.2 Saran...........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin K termasuk vitamin larut lemak yang dapat diabsorpsi oleh traktus

gastrointestinal dengan adanya garam empedu. Vitamin K juga diperlukan untuk sintesis

faktor koagulasi II, VII, IX, X (kompleks protrombin), protein C dan S sebagai

antikoagulan, serta berperan dalam konversi faktor pembekuan tidak aktif menjadi aktif.

Sejak tahun 1930 seluruh kasus gangguan perdarahan pada bayi baru lahir didiagnosis

sebagai haemorrhagic disease ofnewborn (HDN), namun saat ini kasus perdarahan pada

neonatus yang disebabkan defisiensi vitamin K tidak lagi disebut HDN, melainkan Vitamin

K Deficiency Bleeding (VKDB). VKDB menyebabkan angka kematian yang tinggi dan

dapat menimbulkan gejala sisa neurologis pada bayi yang bertahan hidup. Asupan vitamin K

yang rendah pada bayi mempunyai peran penting dalam terjadinya VKDB.

Angka kejadian VKDB bervariasi antara 0,25-1,5% pada tahun 1961, dan menurun

menjadi 0–0,44% pada 10 tahun terakhir dengan adanya program pemberian profilaksis

vitamin K di Amerika Serikat. Insiden VKDB lambat sebesar 3,2 per 100.000 kelahiran di

Belanda, 20–25 per 100.000 kelahiran di Jepang, bahkan mencapai 116 per 100.000

kelahiran di Hanoi, Vietnam. Angka kematian akibat VKDB di Asia mencapai 1:1200

sampai 1:1400 kelahiran. Angka kejadian tersebut ditemukan lebih tinggi, mencapai 1:1500

kelahiran di daerah yang tidak memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi baru

lahir.Data mengenai VKDB secara nasional belum tersedia. Hingga tahun 2004 didapatkan

21 kasus di RSCM Jakarta, 17 kasus (81%) mengalami komplikasi perdarahan intrakranial

1
dengan angka kematian 19%, 6 kasus di RS Dr. Sardjito Yogyakarta dan 8 kasus di RSU Dr.

Soetomo Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian vitamin k?

2. Dampak kekurangan dan kelebihan Vit K adalah ?

3. Bagaimana pemberian Vit K pada bayi baru lahir?

1.3 Tujuan

Mahasisiwa mampu memahami, memberikan asuhan kebidanan dalam pemberian vitamin k

pada BBL

1.4 Manfaat

1. Dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk meningkatkan wawasan dan

pengetahuan tentang asuhan kebidanandalam pemberian vitamin k pada BBL.

2. Dapat melakukan upaya promotif dan preventif terkait perdarahan intracranial.

3. Mampu mengaplikasikan ilmu dan teori Evidence Based Dan Critical Thinking Dalam

Pelayanan Kebidanan yang diperoleh dalam masa perkuliahan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Vitamin K

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yang

berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan

darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein

lain seperti protein Z dan M yang belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan

darah. Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:  Vitamin K1 (phytomenadione),

terdapat pada sayuran hijau. Sediaan yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K

mixed micelles (KMM).  Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal

seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli. Vitamin K3 (menadione) yang

sering dipakai sekarang merupakan vitamin K sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada

neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik. Secara fisiologis kadar

faktor koagulasi yang tergantung vitamin K dalam tali pusat sekitar 50% dan akan menurun

dengan cepat mencapai titik terendah dalam 48-72 jam setelah kelahiran. Kemudian kadar

faktor ini akan bertambah secara perlahan selama beberapa minggu tetap berada dibawah

kadar orang dewasa. Peningkatan ini disebabkan oleh absorpsi vitamin K dari makanan.

Sedangkan bayi baru lahir relatif kekurangan vitamin K karena berbagai alasan, antara lain

karena simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir, sedikitnya transfer vitamin K

melalui plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran cerna. Sediaan

vitamin K yang ada di Indonesia adalah vitamin K3 (menadione) dan vitamin K1

(phytomenadione).Yang direkomendasikan oleh berbagai negara di dunia adalah vitamin

3
K1. . 4 Australia sudah menggunakan vitamin K1 sebagai regimen profilaksis vitamin K

pada bayi baru lahir (sejak tahun 1961). Hasil kajian HTA tentang pemberian profilaksis

dengan vitamin K adalah vitamin K1 . Selain sediaan injeksi, terdapat pula sediaan tablet

oral 2 mg, tetapi absorpsi vitamin K1 oral tidak sebaik vitamin K1 intra muskular, terutama

pada bayi yang menderita diare. Disamping efikasi, keamanan, bioavailabilitas dan dosis

optimal, sediaan oral untuk mencegah PDVK masih memerlukan penelitian. Pemberian

vitamin K1 oral memerlukan dosis pemberian selama beberapa minggu (3x dosis oral,

masing-masing 2 mg yang diberikan pada waktu lahir, umur 3-5 hari dan umur 4-6 minggu),

sebagai konsekuensinya maka tingkat kepatuhan orang tua pasien merupakan suatu masalah

tersendiri.

Vitamin K merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan diberikan

kepada bayi baru lahir secara rutin untuk mencegah penyakit hemoragik atau Haemorrhagic

disease of Newborn (HDN).HDN adalah defisiensi faktor pembekuan yang tergantung

vitamin K atau kelompok protrombin.Perdarahan yang paling berbahaya adalah perdarahan

intrakranial yang dapat berakibat fatal.

Vitamin K merupakan vitamin larut dalam lemak yang memiliki peranan penting dalam

mengaktifkan zat-zat yang berperan dalam pembekuan darah, diantaranya zat yang dikenal

sebagai protrombin dan faktor-faktor pembekuan. Bayi baru lahir sangat membutuhkan

vitamin K karena bayi yang baru lahir sangat rentan mengalami defisiensi vitamin K ketika

proses pembekuan darah (koagulan) menurun dengan cepat dan mencapai titik rendah pada

usia 48-72 jam (Marmi, 2012).Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) PDVK dapat

terjadi spontan atau perdarahan karena proses lain seperti pengambilan darah vena atau pada

operasi, disebabkan karena berkurangnya faktor pembekuan darah (koagulasi) yang

4
tergantung pada vitamin K yaitu faktor II, VII, IX dan X. Sedangkan faktor koagulasi

lainnya, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit dalam batas normal.

2.2 Sifat Vitamin K

Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi,

asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam dua bentuk, keduanya terdiri atas

cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping. Vitamin K1 mempunyai rantai samping

fitil. Vitamin K2 merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya terdiri atas

beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping dengan 14 unit). Vitamin K3 terdiri atas

naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu mempunyai sifat larut air. Vitamin K atau

metadion baru aktif secara biologis setelah mengalami alkalilasi didalam tubuh (Almatsier,

2006).

2.3 Fungsi Vitamin K

Vitamin ini merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa protein termasuk

dalam pembekuan darah. Disebut juga vitamin koagulasi, vitamin ini bertugas menjaga

konsistensi aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Vitamin yang larut dalam

lemak ini juga berperan penting dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal. Selain

berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang terutama

jenis K1. Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal

(Winarno, 1986).

Vitamin K diperlukan untuk proses karboksilasi-gama pada residu glutamate untuk

membentuk tiga protein kunci yang terdapat dalam tulang, termasuk osteokalsin, yang

5
memiliki aktifitas tinggi dalam mengikat kalsium. Telah dilaporkan bahwa pada orang usia

lanjut status vitamin K berbanding terbalik dengan resiko fraktur (Barasi, 2007).

Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu protein

berupa asam glutamate (glu) menjadi gama-karboksi sglutamat (gla). Protein-protein ini

dinamakan protein-tergantung vitamin K atau gla-protein. Enzim karboksilase yang

menggunakan vitamin K sebagai kofaktor didapat di dalam membran hati dan tulang dan

sedikit di lain jaringan. Gla-protein dengan mudah dapat mengikat ion kalsium. Kemampuan

inilah yang merupakan aktifitas biologik vitamin K (Winarno, 1986).

Vitamin K sangat penting bagi pembentukan protombin. Kadar protombin yang

tinggi didalam darah merupakan indikasi baiknya daya pengumpalan darah. Pada proses

pembekuan darah, gama-karboksilasis terjadi di dalam hati pada residu asam glutamate yang

terdapat pada berbagai faktor pembekuan darah, seperti faktor II (Protombin), VII, VIII, IX,

dan X (Almatsier, 2006).

Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan langkah essensial

dalam pembekuan darah. Gla protein lain yang mampu mengikat ion kalsium terdapat

didalam jaringan tulang dan gigi sebagai osteokalsin dan gla-protein matriks. Kedua jenis

gla-protein ini mengikat hidroksiapatit yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Tanpa

vitamin K, tulang memproduksi protein yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat mengikat

mineral-mineral yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Gla protein juga ditemukan

pada jaringan tubuh lain seperti ginjal, pankreas, limpa, paru-paru, dan endapan

aterosklerotik namun fungsinya belum diketahui dengan pasti. Gla protein di dalam otak

diduga berperan dalam metabolisme sulfatida yang diperlukan untuk perkembangan otak

(Almatsier, 2006).

6
Air Susu Ibu (ASI) tidak banyak mengandung vitamin K, sedangkan bakteri yang

dapat mensintesis vitamin K tidak segera tersedia di dalam saluran cerna bayi. Untuk

mencegah terjadinya gangguan pengumpalan darah yang dapat menyebabkan perdarahan,

bayi baru lahir dianjurkan mendapat vitamin K melalui mulut atau injeksi intramuscular.

Susu formula bayi sebaiknya difortifikasi dengan vitamin K (Almatsier, 2006).

2.4 Dampak Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K

Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan darah tidak dapat menggumpal,

sehingga bila ada luka atau pada opersi terjadi perdarahan. Kekurangan vitamin K karena

makanan jarang terjadi, sebab vitamin K dapat secara luas dalam makanan. Kekurangan

vitamin K terjadi bila ada gangguan absorpsi lemak (bila produksi empedu kurang atau pada

diare). Kekurangan vitamin K bisa juga terjadi bila seorang mendapat antibiotika sedangkan

tubuhnya kurang mendapat vitamin K dari makanan. Antibiotika membunuh bakteri di

dalam usus yang membentuk vitamin K. oleh karena itu, sebelum operasi biasanya diperiksa

terlebih dahulu kemampuan darah untuk menggumpal dan sebagai pencegahan diberi

suntikan vitamin K. Vitamin K biasanya diberikan sebelum operasi untuk mencegah

perdarahan berlebihan (Almatsier, 2006).

Jika Vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini

dapat menyebabkan perdarahan atau hemorrhargia. Bagaimanapun, kekurangan Vitamin K

jarang terjadi karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan

dalam makanan. Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka

masih steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, sedangkan air

7
susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah

vitamin K saat lahir (Rahayu, 2008).

Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena sedikitnya konsumsi sayuran

atau mengkonsumsi antibiotic terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh bakteri

menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. terkadang kekurangan Vitamin

K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan dan kurangnya garam empedu

(Purwanto, 2002).

Aspirin berlebihan dapat mencegah pembekuan darah normal dengan mengganggu

pembentukan platelet dan faktor-faktor tergantung vitamin K. diagnosa adanya difisiensi

vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala, antara lain hipoprotrombinemia, yaitu suatu

keadaan adanya defisiensi protrombin dalam darah. Selain itu, terlihat pula perdarahan

subkutan dan intramuskuler (Almatsier, 2006).

Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam bentuk

berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion. Gejala kelebihan vitamin K adalah anemia

hemolisis, hiperbilirubinemia, kernikterus, sakit kuning (jaundice) dan kerusakan pada otak

(Almatsier, 2006).

2.5 Faktor-faktor Pemberian Vitamin K pada Bayi yang Baru Lahir.

Menurut Heird (1995) terdapat beberapa faktor pemberian vitamin K pada bayi

yang baru lahir antara lain: akibat rendahnya cadangan vitamin K pada bayi yang baru

lahir, prematuritas, kadar vitamin K yang rendah pada air susu ibu (ASI), terlambatnya

kolonisasi bakteri usus yang disebabkan oleh terlambatnya pemberian makanan, ASI

eksklusif, diare berat, pemberian antibiotik.

8
2.6 Rendahnya cadangan vitamin K pada bayi yang baru lahir

Ibu yang baru melahirkan dan mengalami pendarahan sudah sering kita dengar.

Bagaimana bayi yang baru lahir? Ternyata bayi baru lahir atau neonates juga rawan

pendarahan. Malah kondisi itu data menyebabkan anak kekurangan darah. Dalam keadaan

normal, bayi baru lahir relative mengalami kekurangan vitamin K. Hal ini disebabkan

karena kondisi saluran cerna masih dalam keadaan steril (tidak ada bakteri normal usus)

sehingga vitamin K tidak dapat diproduksi. Selain itu fungsi organ hati sebagai tempat

metabolisme vitamin K juga belum dapat berfungsi secara matang terutama pada bayi

kurang bulan.

Vitamin K dapat diproduksi oleh bakteri normal dalam saluran cerna, akan tetapi

pada bayi baru lahir kurangnya kadar vitamin K inilah yang dapat menyebabkan bayi baru

lahir memiliki resiko untuk mengalami gangguan perdarahan. Menurut Heird (1995) bayi

baru lahir rawan terjadi pendarahan. Pendarahan yang biasanya terjadi adalah pendarahan

tali pusat, pendarahan yang terlihat di kulit, buang air besar (BAB) berdarah, hingga

muntah darah. “Dalam istilah medis disebut hemorrhagic disease of the newborn (HDN).

Umumnya HDN disebabkan kekurangan vitamin K, khususnya vitamin K1. HDN bisa

diklasifikasi menjadi tiga. Pertama, HDN klasik yang terjadi pada usia 1-7 hari. Gejala itu

timbul karena kekurangan vitamin K. Untuk itu, setiap bayi yang baru lahir harus

diberikan suntikan vitamin K1 untuk mencegah HDN. “Ini wajib, baik yang dilahirkan di

rumah sakit maupun dengan tenaga kesehatan lainnya.

9
2.7 Penyebab Defesiensi Vitamin K Pada BBL

Salah satu penyebab terjadinya defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir adalah karena

selama dalam rahim, plasenta kurang menghantarkan lemak dengan baik (padahal vitamin K

larut dalam lemak).Selain itu, saluran cerna bayi baru lahir masih steril, sehingga tidak dapat

menghasilkan vitamin K yang berasal dari flora di usus.Asupan vitamin K dari ASI pun

biasanya masih rendah. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut semua bayi baru

lahir harus diberi vitamin K injeksi 1 mg intramuscular pada paha kiri setelah satu jam

kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi selesai menyusu. Jika vitamin K tidak diberikan

pada BBL menyebabkan risiko untuk mengalami gangguan perdarahan atau lebih dikenal

dengan perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK).Hal terburuk yang dapat terjadi

adalah kematian pada bayi baru lahir (Marmi, 2012).

Bayi baru lahir cenderung mengalami defisiensi vitamin K karena cadangan vitamin K

dalam hati relatif masih rendah, sedikitnya transfer vitamin K melalui tali pusat, rendahnya

kadar vitamin K pada ASI, dan saluran pencernaan bayi baru lahir yang masih steril.4,5,13

Kekurangan vitamin K berisiko tinggi bagi bayi sehingga mengakibatkan Vitamin K

Deficiency Bleeding (VKDB).

Faktor risiko terjadinya VKDB antara lain ibu mengkonsumsi obat yang mengganggu

metabolisme vitamin K selama kehamilan, rendahnya sintesis vitamin K oleh bakteri usus,

gangguan fungsi hati (kolestasis), sindrom malabsorpsi, diare kronik, serta kurangnya

asupan vitamin K pada bayi yang mendapat ASI eksklusif.

10
2.8 Jenis-Jenis VKDB

VKDB dibagi menjadi VKDB dini, klasik, dan lambat berdasarkan pada usia saat

kelainan tersebut bermanifestasi.

1. VKDB dini timbul pada hari pertama kehidupan, sangat jarang dan biasanya terjadi

pada bayi dari ibu yang mengkonsumsi obat yang mengganggu metabolisme vitamin K.

2. VKDB klasik timbul pada hari ke 2 sampai 7 setelah lahir dan lebih sering terjadi pada

bayi yang kondisinya tidak optimal pada waktu lahir atau yang terlambat mendapatkan

suplementasi makanan.

3. VKDB lambat terjadi pada hari ke 8 sampai 6 bulan setelah lahir, dengan angka

kejadian tertinggi pada usia 1 sampai 2 bulan. Manifestasi tersering pada VKDB lambat

adalah perdarahan intrakranial dengan perdarahan subdural merupakan tipe yang paling

sering, ekimosis, perdarahan traktus gastrointestinal atau membran mukosa, suntikan

pada kulit, dan insisi operasi.

2.9 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah perdarahan, pucat dan hepatomegali

ringan.Perdarahan dapat terjadi spontan atau akibat trauma, terutama trauma lahir.Pada

kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan saluran cerna (muntah atau

berak darah).Perdarahan kulit sering berupa purpura, ekimosis atau perdarahan melalui

bekas tusukan jarum suntik.Tempat perdarahan yang utama adalah umbilikus, membran

mukosa, saluran cerna, sirkumsisi dan pungsi vena.Selain itu perdarahan dapat berupa

hematoma yang ditemukan pada tempat trauma, seperti sefal hematoma.Akibat lebih lanjut

11
adalah timbulnya perdarahan intrakranial yang merupakan penyebab mortalitas atau

morbiditas yang menetap.Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi tersering (63%) di

mana 80-100% berupa perdarahan subdural dan subaraknoid.

Pada . 5 perdarahan intrakranial didapatkan gejala peningkatan tekanan intrakranial

(TIK) bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala ataupun tanda. Pada sebagian besar

kasus (60%) didapatkan sakit kepala, muntah, anak menjadi iritabel, ubun-ubun besar

menonjol, pucat dan kejang.Kejang yang terjadi dapat bersifat fokal atau umum. Gejala yang

mudah dikenali adalah tangisan bayi yang melengking dengan nada tinggi (high pitch cry)

yang tidak bisa dihentikan walaupun bayi tersebut sudah ditenangkan dengan cara

meletakkan dipundak sambil dielus-elus punggungnya. Gejala lain yang dapat ditemukan

adalah fotofobia, edema papil, penurunan kesadaran, perubahan tekanan nadi, pupil anisokor

serta kelainan.

2.10 Pelaksanaan Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis

1. Cara Pemberian

a) Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.

b) Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi

dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml.

c) Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :

 Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml, kemudian

disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral sebanyak

1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.

12
 Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0

(uniject), dengan selang waktu 1-2 jam

d) Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara yang

sama.

e) Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan pada

kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.

f) Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.

Kriteria diagnosis VKDB ditegakkan jika perdarahan pada bayi disertai dengan PT dan

PTT yang memanjang, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit yang normal, aktivitas faktor

II, VII, IX, dan X menurun. Kadar PT yang normal dengan cepat (30-120 menit) setelah

pemberian vitamin K merupakan diagnosis pasti VKDB.Tidak adanya riwayat perdarahan

dalam keluarga menyokong diagnosis VKDB.

Pemberian secara intravena harus dipertimbangkan karena dapat menimbulkan reaksi

anafilaksis, meskipun jarang terjadi. Cara pemberian yang paling dianjurkan adalah secara

subkutan karena absorpsinya cepat, sedangkan pemberian secara intramuskular dihindari

karena dapat menyebabkan terbentuknya hematom yang besar. Kasus VKDB yang disertai

perdarahan luas dapat diberikan Fresh Frozen Plasma (FFP), atau kompleks protrombin. FFP

diberikan dengan dosis 10–15 ml/kg akan meningkatkan kadar faktor koagulasi yang

tergantung vitamin K sebesar 0,1–0,2 unit/ ml.

Terapi lain bersifat suportif terutama pada pasien dengan perdarahan intrakranial.

Respons pengobatan diharapkan dapat terjadi dalam waktu 4–6 jam, ditandai dengan

berhentinya perdarahan dan pemeriksaan fungsi hemostasis yang membaik. Pada bayi cukup

13
bulan, jika tidak didapatkan perbaikan dalam 24 jam maka harus dipikirkan kelainan yang

lain misalnya penyakit hati.

Bayi baru lahir yang tidak mendapatkan profilaksis vitamin K memiliki risiko tinggi

terjadinya perdarahan akibat VKDB, seperti pada kasus di atas.Pemberian profilaksis

vitamin K merupakan hal yang penting dilakukan pada semua bayi baru lahir. Jenis vitamin

K yang digunakan sebagai profilaksis adalah vitamin K1 (phytomenadione) dengan cara

pemberian secara intramuskular ataupun oral. Intramuskular dengan dosis tunggal 1 mg pada

seluruh bayi baru lahir. Pemberian oral dengan dosis 2 mg diberikan tiga kali, yaitu pada

saat bayi baru lahir, pada umur 3-7 hari, dan pada umur 4–8 minggu.

Vitamin K3 (menadion) yang dikonversi menjadi menaquinone di hati merupakan

bentuk sintesis dari vitamin K yang bersifat larut dalam air, tetapi sudah tidak

direkomendasikan untuk diberikan karena menyebabkan anemia hemolitik dan ikterus.

Profilaksis vitamin K1 berperan menurunkan tingkat mortalitas, morbiditas, serta kerugian

secara farmakoekonomi akibat defisiensi vitamin K. Angka kematian pada VKDB dengan

manifestasi perdarahan intrakranial dapat mencapai 25% dan kecacatan permanen mencapai

50–65%.Biaya yang diperlukan untuk injeksi vitamin K1 ataupun vitamin K oral tidak

sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan jika menderita VKDB.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 Nomor

HK.03.01//Menkes/146/I/2010 tentang Harga Obat Generik untuk Fitomenadion (Vitamin

K1) injeksi 10mg/ml adalah Rp. 978,00 sampai Rp. 1.222,00 dan Fitomenadion tablet salut

gula 10 mg adalah Rp. 680,00 sampai Rp. 850,00. Pasien VKDB pada kasus ini harus

mengeluarkan total biaya sebesar Rp 9.568.600,00 untuk biaya rawat di RS, pemeriksaan,

dan obat-obatan, bahkan belum termasuk biaya perjalanan dari pulau, dan biaya hidup untuk

14
keluarga yang menjaga pasien selama di Jakarta.23 Tindakan preventif dengan pemberian

profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir adalah hal penting yang harus diingat oleh

penolong persalinan. Bayi baru lahir yang tidak mendapatkan profilaksis vitamin K memiliki

risiko tinggi terjadinya perdarahan akibat VKDB.Petugas kesehatan perlu mewaspadai

terjadinya manifestasi VKDB lambat pada bayi yang mengalami perdarahan intramuskular

setelah injeksi vaksin.

Persiapan Melakukan Suntikan Intra Muskular

1) Letakan bayi dengan posisi punggung di bawah.

2) Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan suntikan intramuskular

(IM)

a) Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih dipilih karena resiko kecil

terinjeksi secara IV atau mengenai tulang femur dan jejas pada nervus skiatikus)

b) Muskulus deltoideus (Mengandung sedikit lemak atau jaringan subkutan sehingga

memudahkan penyuntikan). Area ini digunakan hanya untuk pemberian imunisasi

bukan untuk pemberian obat lain.

Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular

1) Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan identifikasi suntikan vitamin

K1 di paha kiri dan suntikan imunisasi HB0 di paha kanan.

2) Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah direndam dalam

larutan antiseptik dan biarkan mengering.

3) Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.

4) Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya.

15
5) Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan menggunakan ibu

jari dan jari telunjuk.

6) Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit.

7) Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak menusuk

dalam vena.

a) Bila dijumpai darah:

 Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat.

 Pasang jarum steril yang baru ke semprit.

 Pilih tempat penyuntikkan yang lain.

 Ulangi prosedur diatas b. Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan

tekanan kuat dalam waktu 3-6 detik.

8) Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan dengan bola kasa

steril kering.

9) Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi

2. Logistik

 Sediaan Vitamin K1 : Ampul 10 mg/1ml.

 Semprit steril sekali pakai 1 ml dengan jarum 26 G (semprit tuberculin).

 Menghitung kebutuhan berdasarkan :

 Sensus desa ( jumlah penduduk ).

 Proyeksi angka kelahiran ( CBR x Jumlah Penduduk ) menjadi Kebutuhan vitamin

K1 sesuai jumlah bayi baru lahir.

 Penyimpanan sediaan Sediaan disimpan di tempat yang kering, sejuk dan terhindar

dari cahaya.

16
BAB III

TELAAH JURNAL

3.1 Telaah Kritisi Jurnal

Judul : Vitamin K prophylaxis for prevention of vitamin K deficiency bleeding

(Pengaruh pemberian Vitamin K Provilaksi Pencegahan Perdarahan terhadap defisiensi

Vitamin K)

 Menelaah Artikel menggunakan Critical Appraisal of a Meta-analysis or Systematic

Review

1. Did the study address a clearly focused question? /Apakah penelitian tersebut

menjawab pertanyaan yang terfokus dengan jelas?

Jawab : YA

Merumuskan clinical question: PICO

P (Patient) : Neonatus dan bayi usia kurang 1 tahun

I (Intervention) : Pemberian Vit K Provilaksis

C (Comparator) : Tidak diberikan Vit K Provilaksis

O (Outcome) : Pencegahan Perdarahan kekurangan vitamin K

2. Was a comprehensive literature search conducted using relevant research databases

(i.e. ABI/INFORM, Business Source Premier, PsycINFO, Web of Science, etc.) /

Apakah pencarian literatur komprehensif yang dilakukan menggunakan database

penelitian yang relevan (mis. ABI / INFORM, Business Source Premier, PsycINFO,

Web of Science, dll.) ?

Jawab : YA

17
MEDLINE, Embase, Cochrane TENGAH, Web of Science, CINAHL,IndMed dan

situs uji klinis (www.clinicaltrials.gov) hingga September 2009.

3. Is the search systematic and reproducible (e.g. were searched information sources

listed, were search terms provided)? / Apakah pencarian sistematis dan dapat

direproduksi (misalnya apakah sumber informasi yang dicari terdaftar, apakah istilah

pencarian disediakan)?

Jawab : YA

Kami awalnya mencari basis data bibliografi elektronik termasuk

MEDLINE, Embase, Cochrane TENGAH, Web of Science, CINAHL, IndMed dan

situs uji klinis (www.clinicaltrials.gov) hingga September 2009. Kami menggunakan

istilah pencarian berikut untuk mencari Medline: (Bayi ATAU INFAN * ATAU

neonat *) DAN (profilaksis vitamin K).

Istilah serupa digunakan untuk pencarian database lainnya. Tidak ada

batasan bahasa yang digunakan. Kita nanti memperbarui pencarian pada Desember

2013. Karena alasan praktis kami hanya dapat memperbarui pencarian di MEDLINE,

Cochrane CENTRAL dan IndMed.

Proses konferensi terkait — misalnya, PediatrikPertemuan tahunan

Masyarakat Akademik untuk tahun 2000 hingga 2013—Kita juga mencari abstrak

yang relevan. Untuk identifikasi lebih lanjutpercobaan yang sedang berlangsung,

situs web www.clinicaltrials.gov adalahdicari.Kami memindai judul dan abstrak

kutipan yang diambilmengecualikan mereka yang jelas tidak relevan.Kami

mengambilteks lengkap dari studi yang tersisa untuk mengidentifikasi artikel yang

relevan.Itustrategi pencarian dirangkum dalam Informasi Tambahan.

18
4. Has publication bias been prevented as far as possible (e.g. were attempts made at

collecting unpublished data)? / Apakah bias publikasi sejauh mungkin dicegah

(misalnya, apakah ada upaya untuk mengumpulkan data yang tidak dipublikasikan)?

Jawab : YA

Ekstraksi data dilakukan menggunakan data pra-desainformulir ekstraksi

diuji-coba oleh penulis ulasan (MJS, PK danRA). Kami mengekstraksi informasi

tentang pengaturan studi(negara,tipe populasi dan status sosial ekonomi), intervensi

studi (tipepengobatan konvensional, deskripsi vitamin K yang digunakan

termasukdosis dan frekuensi), ukuran sampel, lama tindak lanjut,

pengacakanprosedur, penyembunyian alokasi, risiko bias dan hasilseperti yang

tercantum di atas.

Untuk hasil dikotomis, jumlah total peserta untuksetiap kelompok dan jumlah peserta

yang mengalami suatu acaradiekstraksi. Tiga penulis ulasan (MJS, PK dan AC)

secara independenmenilai kualitas metodologis dari studi yang dipilih.Penilaian

kualitas uji coba acak dilakukan dengan menggunakankriteria standar

penyembunyian alokasi, penyamaran dankelengkapan tindak lanjut (diklasifikasikan

sebagai ya, tidak, atau tidak jelas).Ketidaksepakatan antara penulis diselesaikan

dengan konsensus.\

5. Are the inclusion and exclusion criteria clearly defined (e.g.population, outcomes of

interest, study design) / Apakah kriteria inklusi dan eksklusi didefinisikan dengan

jelas (misalnya populasi, hasil yang diminati, desain studi)?

Jawab : YA

19
Tiga penulis ulasan (MJS, PK dan AC) secara independen menilai kualitas

metodologis dari studi yang dipilih. Penilaian kualitas uji coba acak dilakukan

dengan menggunakan kriteria standar penyembunyian alokasi, penyamaran

dankelengkapan tindak lanjut (diklasifikasikan sebagai ya, tidak atau tidak jelas).

Ketidaksepakatan antara penulis diselesaikan dengan konsensus. Analisis statistic

Untuk tujuan pertama, data dari studi yang tersedia adalah ditabulasi untuk

mendapatkan median kejadian VKDB di LMICs dan negara-negara berpenghasilan

tinggi. Kami bermaksud untuk mengumpulkan kejadian jika data yang relevan

tersedia.

6. Was the methodological quality of each study assessed using predetermined quality

criteria? / Apakah kualitas metodologis dari setiap studi dinilai menggunakan kriteria

kualitas yang telah ditentukan sebelumnya?

Jawab : YA

Studi observasional termasuk survei populasi serta uji coba terkontrol secara acak

(RCT) dengan survei cross-sectional.

7. Are the key features (population, sample size, study design, outcome measures,

effect sizes, limitations) of the included studies described? / Apakah ciri-ciri utama

(populasi, ukuran sampel, desain penelitian, ukuran hasil, ukuran efek, batasan) dari

penelitian yang disertakan dijelaskan?

Jawab : YA

Populasi adalah neonatus dan bayi hingga usia1 tahun memenuhi syarat untuk

dimasukkan. Dengan desain penelitian cross sectional dan termasuk uji coba RCT.

20
8. Has the meta-analysis been conducted correctly? / Apakah meta-analisis telah

dilakukan dengan benar?

Jawab : YA

Meta-analisis studi dengan data lengkap dilakukan dengan menggunakan Stata

11.2(StataCorp, College Station, TX, USA). Kami menggunakan efek tetap model

untuk meta-analisis. Untuk hasil yang pasti, risiko relative (RR) dan interval

kepercayaan 95% (CI) dilaporkan. Untuk yang signifikan menemukan, jumlah yang

diperlukan untuk mengobati (NNT) dihitung bersama dengan 95% CI.

9. Were the results similar from study to study? / Apakah hasil penelitian sama dari

penelitian ke penelitian ?

Jawab : YA

Sebanyak 5 survey nasional pada VKDB yang dilakukan dijepang selama 20 tahun

dari tahun 1981 ke 2004 tidak menggambarkan neonatus menerima vitamin K

profilaksis pada saat survey pertama, tetapi hampir semua neonatus menerima

vitamin K Profilaksis selama survey berikutnya. Kejadian VKDB menurun hampir

empat kali dari 10,5 per 10.000 kelahiran hidup pada saat survey pertama menjadi

2,8 (95% Cl 2,0-3,8) per 10.000 kelahiran hidup pada tahun 1988 (survey ketiga) dan

lebih lanjut untuk 1,9 (1,2-3,0) per 10.000 kelahiran hidup oleh kelima penelitian.

10. Is the effect size practical relevant? / Apakah ukuran efek relevan praktis?

Jawab : YA

21
11. How precise is the estimate of the effect? Were confidence intervals given? /

Seberapa tepat perkiraan efeknya? Apakah interval kepercayaan diberikan?

Jawab : YA

RR akhir VKDB pada bayi yang menerima IM vitamin K profilaksis dibandingkan

dengan bayi yang tidak menerima profilaksis 0,01 (95% Cl 0,001-0,21) RR pada bayi

yang menerima profilaksis oral 0,35 (0,13-0,93).

12. Can the results be applied to your organization? / Bisakah hasilnya diterapkan ke

organisasi Anda?

Jawab : YA

Mengingat resiko tinggi mortalitas dan morbilitas pada bayi dengan akhir VKDB,

sangat dianjurkan pemberian vitamin K Profilaksis secara IM untuk semua neonatus

di setiap kelahiran

22
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

Sebanyak 883 kutipan diambil, 722 di antaranya dikeluarkan setelah menyaring judul

/ abstrak. Dari 161 kutipan yang tersisa, 15 ditemukan memenuhi syarat untuk dimasukkan

dalam tinjauan (Gambar 1]. Beban VKDB terlambat pada populasi yang tidak menerima

vitamin K profilaksis.

Tabel 1 mencantumkan penelitian yang memberikan data tentang kejadian VKDB pada bayi

yang tidak menerima kelahiran profilaksisat vitamin K. Hampir semua studi yang terdaftar

adalah studi surveilans di mana rumah sakit yang berbeda diminta untuk melaporkan kasus

penyakit perdarahan pada bayi baru lahir yang dirawat selama periode studi.

Tabel 2 merangkum perkiraan beban pengaturan VKDB yang terlambat. Beban kisaran

interkuartil median dalam tidak adanya profilaksis adalah 35 (10,5 hingga 80) per 100.000

kelahiran hidup; beban median di negara-negara berpenghasilan tinggi dan LMIC adalah 80

(72 hingga 80) dan 8,8 (5,8 hingga 17,8) per 100.000 hidup kelahiran, masing-masing.

Pengaruh profilaksis vitamin K pada VKDB klasik. Hanya dua percobaan9,10

tentang profilaksis vitamin K termasuk penyakit perdarahan klasik pada bayi baru lahir

sebagai salah satu variabel hasil yang telah ditentukan (Tabel 3).

Sutherland dkk. menggunakan dua dosis berbeda vitamin K3 (100 mcg dan 5 mg)

dan membandingkannya dengan plasebo. Neonatus yang terdaftar diberi ASI atau susu

formula dan ditindaklanjuti untuk terjadinya perdarahan hingga keluar dari rumah sakit

23
(biasanya pada hari keempat atau kelima kehidupan). Terdapat penurunan yang signifikan

dalam kejadian perdarahan apapun (RR 0,73; 95% CI 0,56 hingga 0,96) serta perdarahan

sedang hingga berat (RR 0,19; 0,08 hingga 0,46; NNT 74, 47 hingga 177) setelah profilaksis

vitaminK (Tabel 3).

Dalam studi oleh Vietti et al. vitamin K1 (5mgIM) diberikan kepada neonatus laki-

laki yang lahir pada hari genap selama masa percobaan 3 bulan. Ada penurunan yang

signifikan dalam kejadian perdarahan sekunder setelah sunat pada neonatus yang menerima

profilaksis vitamin K (RR 0,18, 0,08 hingga 0,42; NNT 9, 6 hingga 15). Hasil dari dua

penelitian tidak dapat dipadukan karena perbedaan sifat dari hasil (perdarahan spontan vs

perdarahan pasca sunat).

Tingkat respons dalam survei adalah58,2 dan 67%, masing-masing, untuk dua

periode waktu. VKDB (total= 830) dilaporkan terutama pada bayi yang diberi ASI eksklusif

(92%)yang tidak menerima profilaksis vitamin K saat lahir (90%). Itukejadian VKDB

menurun secara signifikan dari 72 per 100.000 hidupkelahiran pada periode waktu

sebelumnya menjadi 4,2 hingga 7,8 per 100.000 kelahiran hidupdi periode

selanjutnya.15Insiden perdarahan intrakranial adalahtinggi (82%) seperti tingkat fatalitas

kasus (24%).Pooled analysis dari dua studi dari Jerman dan theInggris menunjukkan

penurunan yang signifikan dalam kejadian tersebutketerlambatan VKDB setelah profilaksis

vitamin K IM.

Efek vitamin K pada VKDB akhir saat ini tersedia hanya dari empat studi surveilans.

Efek gabungan dari dua studi dengan data lengkap menunjukkan penurunan 98% (95% CI

90 to100%) dalam insiden VKDB terlambat setelah vitamin Kprofilaksis IM . Dengan

24
asumsi risiko kontrol menjadi 80 per 100.000 kelahiran hidup (insiden median di LMIC),

NNT untuk mencegah satu kasus tambahan perdarahan klinis utama pada masa bayi karena

defisiensi vitamin K adalah 1275 (95% CI 1042 hingga 1667). , NNT tidak kecil tetapi

kemudahan ketersediaan obat, kemudahan pemberian (dosis tunggal saat lahir yang tidak

melibatkan kunjungan tambahan untuk keluarga atau penyedia layanan kesehatan), biaya

rendah17 dan kurangnya efek samping mayor , memiringkan keseimbangan untuk

mendukung profilaksis universal saat lahir.

Antara dua rute pemberian vitamin K, rute IM ditemukan lebih bermanfaat daripada

rute oral di dua studi dari Jerman dan Inggris. RR yang dilaporkan untuk rute IM dan oral

adalah 0,03 dan 0,2, masing-masing, dalam penelitian sebelumnya13 dan 0,01 dan 0,35,

masing-masing, dalam penelitian terbaru.14 Kerugian dari vitamin K oral mungkin karena

penyerapan yang buruk dan durasi efek yang lebih pendek. Memang, beberapa dosis oral

vitamin K tampaknya menawarkan keuntungan lebih dari satu dosis oral. Misalnya, dalam

studi survei Inggris, risiko VKDB yang secara signifikan lebih tinggi diamati pada bayi yang

menerima dosis tunggal vitamin K oral dibandingkan pada mereka yang menerima

IMprofilaksis saat lahir (RR 24,53; 95% CI 7,4 hingga 81); tidak ada perbedaan yang

ditemukan pada bayi yang menerima beberapa dosis oral melebihi minggu pertama

kehidupan (RR 3.64; 0.82 hingga 16.3) .19 Tinjauan Cochran juga tidak menemukan bukti

perbedaan antara rute oral dan IM dalam efeknya pada indeks biokimia status koagulasi.20

Dibandingkan dengan Profilaksis IM, dosis oral multipel lebih cepat dan tidak memiliki

risiko teoritis mutagenisitas.17,21 Namun, tidak mudah tersedia di banyak LMIC.

Ulasan ini memiliki batasan utama. Pertama, kami tidak mengevaluasi keamanan

intervensi. Meskipun penelitian selanjutnya tidak mengkonfirmasi hubungan antara

25
profilaksis vitamin K IM dan risiko kanker anak, kemungkinan teoritis dari mutagenisitas

tidak dapat disingkirkan. Kedua, bukti efek pada lateVKDB hanya tersedia dari studi

surveilans. Karena tingkat respons yang rendah dalam banyak survei ini, kejadian aktual

VKDB yang terlambat mungkin dianggap remeh. Implikasi bagi pembuat kebijakan Dengan

manfaat signifikan yang diamati dalam insiden VKDB, pembuat kebijakan dan pemangku

kepentingan lainnya cenderung memberikan nilai tinggi untuk administrasi rutin Vitamin K

IM (1 mg) saat lahir. WHO sekarang juga merekomendasikan reprofilaksis rutin di semua

negara dengan sumber daya terbatas.8 Implikasi bagi para peneliti Ada kebutuhan yang pasti

untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan dosis kecil (antara 100 dan 1000 mcg) vitamin

K IM pada bayi prematur. Selain itu, efek dari beberapa dosis oral vs vitaminK IM dalam

termneonat perlu dievaluasi secara sistematis.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ada bukti dari penelitian observasional tersebut bahwa pemberian IM rutin 1 mg

vitamin K saat lahir mengurangi kejadian VKDB terlambat selama masa bayi. Mengingat

tingginya risiko mortalitas dan morbiditas pada bayi dengan VKDB terlambat,

tampaknya disarankan untuk memberikan profilaksis vitamin K IM untuk semua

neonatus di kelahiran.

5.2 Saran

Setelah diberikan asuhan kebidanan ini diharapkan,

1. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pola piker penulis dalam menemukan,

memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang berbeda serta

memberikan asuhan berdasarkan standar asuhan kebidanan.

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat sebagai bahan evaluasi kemampuan mahasiswi menguasai asuhan kebidanan

berdasarkan Evidence Based Dan Critical ThinkingDalam Pelayanan Kebidanan.

27
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of pediatrics. 2003. Policy statement, committee on fetus and


newborn.Controversies concerningvitamin K and the newborn. Pediatrics;112:191-2.

Barasi, M. 2007. At a Glance ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Casnuri, Tika Sari. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Tingkat Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir. The Shine Cahaya
Kebidanan. 2018
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Pedoman Teknis Pemberian Injeksi
Vitamin K1 Profilaksis pada bayi Baru Lahir. Jakarta ; Kemenkes Republik Indonesia.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2012. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Hermaya, T. 1992. Ensiklopedi Kesehatan. Jakarta: PT.Cipta Adi Kusuma


Heird WC. 1995. Vitamin Deficiencies and excesses. Dalam:Behrman RE,
Kliegman Lanzkowsky P. Manual of pediatrichematology and oncology. Edisi ke-2.
New York: Churchiil livingstone; h.239-49.

Kumar D, Greer FR, Super DM. 2001. Vitamin K status ofpremature infants:
Implications for current recommendations.pediatrics 2001; 108:1117-22.
Pedoman Teknis Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis Pada Bayi Baru Lahir. Kemenkes RI.
2011;

Purwanto. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta :Grafidian

Rahayu. 2008. Vitamin K. Malang :Universitas Muhammadiyah Malang.

Rusdiana. 2004. Vitamin. Sumatera Utara : Penerbit Universitas Sumatera Utara.

Sandjaja. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.


Surjono E, Wijaya E, Clarissa E. Pentingnya Profilaksis Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir.
Damianus J Med. 2011;

Wilson, E.D., K.H. Fisher dan P.A. Gracia. 2001. Principle of nutrition.New York: John
Wiley & Son,ed.
Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

28
29

Anda mungkin juga menyukai