Anda di halaman 1dari 6

REVIEW MATERI PERKULIAHAN

WAWASAN SOSIAL DAN BUDAYA MARITIM


 Pertemuan Pertama :
Pada pertemuan ini belum ada materi secara spesifik yang disampaikan, pembahasan hanya
berkisar antara kontrak kuliah dan perkenalan serta orientasi awal tentang materi Wawasan
Sosial Budaya Maritim.
Adapun isi dari kontrak kuliah yang disepakati pada pertemuan tersebut yaitu :
1. Penilaian
 Kehadiran = 40%
 Diskusi = 30%
 Tugas, mid dan final = 30%
2. Toleransi keterlambatan hanya lima belas menit.
Sehingga jika ada mahasiswa atau mahasiswi yang melanggar atau kriteria penilaian yang
tidak mencukupi maka harus siap menerima konsekuensinya. Walaupun alangkah lebih
baiknya jika konsekuensi atas berbagai pelanggaran yang mungkin terjadi dapat
dipaparkan secara jelas sehingga tidak ada kekeliruan di kemudian hari antara mahasiswa
dan dosen.

Pada pertemuan ini dosen juga membahas tentang materi Wawasan Sosial Budaya Maritim yang
juga berkaitan dengan visi dan misi Universitas Hasanuddin yang ingin menciptakan mahasiswa
dan mahasiswi atau civitas akademika yang berkarakter maritim. Adapun karakter maritim
diambil dari ciri khas dari Indonesia sendiri yang luas daerah lautnya lebih besar dari daerah
daratnya. Materi tentang Wawasan Sosial Budaya Maritim ini juga merupakan ciri atau dapat
disebut sebagai identitas dari Universitas Hasanuddin, karena sebagai komponen penting yang
melekat bagi lulusan Unhas sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang berkarakter maritim
sehingga mampu bermanfaat dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari sesuai
dengan latar belakang studinya masing masing. Karakter Maritim ini juga memang sesuai
dengan kondisi Indonesia secara keseluruhan, baik dari potensi alam dan sumber dayanya,
kondisi masyarakatnya, kondisi sosial dan budayanya, serta hal hal lain yang berkaitan erat
dengan karakter maritim. Sehingga saat selesai mengemban pendidikan di Universitas
Hasanuddin, mahasiswa dan mahasiswi Unhas mampu memanfaatkan dan mengelola dengan
baik sumber daya alam serta berbagai fenomena sosial yang terkait dengan kemaritiman
Indonesia.

Pada pertemuan pertama ini dosen juga menyampaikan tentang kegiatan diskusi dan kelas
pengganti yang akan lebih banyak dilakukan dalam LMS ( Learning Management System )
dalam bentuk diskusi virtual, serta berbagai kegiatan terkait proses belajar mengajar akan
diadakan atau diinformasikan melalui portal tersebut selain juga terdapat group whatsapp untuk
mempermudah komunikasi. Adapun link dari portal Learning Management System ini yaitu
lms2. unhas.ac.id/cl1/.

 Pertemuan Kedua :
Pertemuan kedua ini dilaksanakan dalam LMS (Learning Management System) sebagai
pengganti kekosongan kelas. Dalam pertemuan ini diadakan diskusi secara virtual dengan topik
“ Tradisi vs Hukum”.
Isi dari diskusi ini mengenai suatu kegiatan bernilai budaya dan memiliki nilai adat tinggi
yang dilaksanakan oleh Suku Lamalera di desa Lamalera, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan
tersebut berupa penangkapan Paus atau dalam bahasa penduduk lokal dikenal dengan sebutan
“baleo”. Kegiatan ini dipercaya telah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu oleh nenek moyang
masyarakat Lamalera dan sudah danggap sebagai kegiatan sakral yang sudah mendarah daging
dan sulit untuk ditinggalkan. Kegiatan ini juga telah mendapat perhatian dunia secara positif
sebagai sebuah warisan budaya yang dibaliknya mengandung nilai estetis dan budaya yang
sangat tinggi.
Di sisi lain, juga terdapat pihak yang mengecam kegiatan ini sebagai bentuk eksploitasi
terhadap kelangsungan hidup paus dan dianggap mampu mengganggu keseimbangan ekosistem
dan mempercepat kepunahan paus. Kegiatan ini dianggap mampu mempercepat kepunahan paus
karena proses perkembang biakan paus yang tergolong sangat lambat. Hal lain yang juga disoroti
mengenai kegiatan ini yaitu pelaksanaan yang tergolong berbahaya karena menggunakan alat
yang masih sangat sederhana sehingga sangat rawan dengan kecelakaan seperti rusaknya kapal
yang penduduk lokal sebut dengan istilah “peledang” sampai jatuh dan tenggelamnya penduduk
yang mencoba menangkap paus yang disebut dengan “lamafa” oleh penduduk lokal yang semua
itu mampu mengancam nyawanya.
Dari dua sudut pandang dan pendapat tersebut juga menghasilkan dua kubu dalam proses
diskusi yang terjadi dalam Learning Management System. Terdapat golongan yang mendukung
kegiatan tesebut dengan berbagai alasan positif dibalik kegiatan tersebut serta tak sedikit juga
mahasiswa yang termasuk dalam golongan kontraterhadap kegiatan tersebut karena dianggap
memiliki dampak negatif yang begitu besar.
Menurut golongan pertama yang mendukung kegiatan tersebut, kegiatan ini patut
dipertahankan sebagai bentuk tradisi dan budaya yang melekat erat dari masyarakat lokal yang
akan sangat sulit untuk diinterupsi bahkan untuk dipaksa berhentikan, karena sudah mendarah
daging bagi masyarakat lokal. Disamping alasan tradisi, hal lain yang juga dianggap mendukung
argumen ini yaitu:
1. Penggunaan alat tradisional yang sederhana berbeda dengan alat yang digunakan oleh
penangkap paus dari Jepang yang mampu menangkap paus dalam jumlah banyak
dalam sekali waktu tangkap, yang dalam hal ini telah membuat Pihak Jepang
mendapat larangan dari Mahkamah Internasional.
2. Jumlah tangkapan yang sedikit serta waktu tangkapan yang hanya dalam periode
tertentu, yang membuatnya berbeda dengan Jepang yang telah lebih dulu diberikan
larangan resmi internasional
3. Maksud dari penangkapan yang bukan sebagai mata pencaharian untuk meningkatkan
ekonomi penduduk tetapi lebih ke maksud sosial antar masyarakat demi
kelangsungan hidup saat menjalani masa paceklik dan tak ada maksud mengambil
keuntungan secara ekonomis.
4. Kegiatan ini juga mampu menarik perhatian turis baik dari turis lokal hingga
mancanegara sehingga mampu menambah nilai devisa negara dan membuka lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat lokal.
5. Jenis paus yang ditangkap juga jenis paus tertentu, bukan jenis paus yang langka dan
sudah terancam punah.
6. Kegiatan ini juga masih berada dalma cakupan peraturan atau undang undang yang
masih membolehkan kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat tradisional
7. Peran Pemerintah juga diharapkan mampu menetralisirkan keadaan serta memberikan
perhatian penuh hingga terjadi pengawasan terhadap kegiatan ini sehingga tidak
menyimpang dari tujuan awal yang mampu memberikan dampak negatif.
Sedangkan menurut golongan kedua, yang menganggap bahwa kegiatan ini lebih baik
jika dihentikan didukung oleh argumen yang menyatakan bahwa jumlah paus di dunia sudah
tidak banyak lagi dan dengan mempertahankan kegiatan ini mampu menganggu keseimbangan
ekosistem, tentu saja buakn sekarang namun dalam jangka panjang karena mampu membuat
paus tersebut terancam punah. Menurut mereka juga, dengan membicarakan dengan baik dan
pelan pelan secara bertahap dan berproses kepada masyarakat Lamalera, kegiatan ini secara
bertahap dapat dihentikan asalkan pemerintah mau turun tangan dan melakukannya dengan tegas
tanpa memberatkan masyarakat Lamalera. Selain itu alasan lain yang menurut golongan ini tidak
kalah penting yaitu resiko dan bahaya yang para penangkap paus tersebut hadapi setiap kali
melakukan penangkapan, dengan menggunakan alat sederhana saja tanpa pengamanan yang
cukup para penangkap paus tersebut pergi menantang maut untuk kegiatan berkedok “tradisi”.
Suatu hal yang miris, jika melihat perkembangan teknologi yang sekarang sudah sangat maju.
Pada akhirnya, diskusi dalam Learning Management System berakhir menjadi debat kusir
tanpa titik terang dan ke dua golongan saling berdebat dengan masing masing merasa paling
benar dan berusaha membenarkan argumen masing masing. Debatpun berakhir setelah waktu
yang ditentukan terlewati dan forum diskusi ditutup kembali.
 Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga ini, dosen mereview kembali diskusi yang dilakukan di Learning
Management System minggu lalu dan memberikan titik terang dari perdebatan mengenai topik
yang diangkat yang berjudul “Tradisi vs hukum”. Selain itu dosen juga menyampaikan materi
tentang BMI (Benua Maritim Indonesia) khususnya pengertian dan karakteristiknya.
Sebelum materi sesungguhnya dimulai, opini mahasiswa kembali digiring untuk berpikir
kritis tentang materi yang diangkat dalam diskusi. Pada pertemuan ini, dosen juga
menyampaikan opininya setelah melakukan berbagai penelitian dan mendapatkan info dari
berbagai sumber, dan menyatakan mendukung argumen tentang pro terhadap mempertahankan
kegiatan perburuan ikan pasu di Lamalera ini. Argumen yang mendukung pendapat ini, yaitu
berbagai alasan yang telah di ungkapkan sebelumnya, seperti peralatan yang digunakan masih
tradisional sehingga jumlah ikan yang ditangkap tidak banyak bahkan biasanya hanya satu ekor,
dan hal tersebut tidak mempengaruhi ekosistem dibandingkan dengan perburuan yang dilakukan
penangkap di Jepang.
Dosen juga mengungkapkan sebuah penelitian dengan kasus yang hampir sama mengenai
suatu suku yang melaksanakan perburuan terhadap babi hutan sebagai tradisi dengan maksud
agar nenek moyang mereka tidak marah, hal ini juga menyangkut kepercayaan penduduk lokal
tersebut. Di lain sis, peneliti menemukan bahwa selain alasan “tradisi” yang dipercayai
masyarakat tersebut, terdapat alasan lain yang sebenarnya tidak mereka sadari yaitu, perburuan
yang mereka lakukan akan membuat jumlah babi hutan tetap stabil dan tidak membludak
sehingga tidak membantu kehidupan manusia dan tidak merusak ladang yang telah mereka buat.
Nah, mungkin saja hal yang hampir sama terjadi beratus ratus tahun yang lalu, dimana terjadi
pembludakan jumlah paus yang mengganggu penangkapan ikan kecil yang dikonsumsi membuat
terciptanya mekanisme penagkapan ikan paus dengan kedok “tradisi” yang masyarkat tersebut
tidak sadari, hingga terus terjadi sampai sekarang.
Dilain sisi juga, tradisi yang sudah dipegang teguh dan telah mendarah daging ini sudah
sangat sulit dihentikan dan jika dilaksnakan interupsi maka akan terjadi perubahan tatanan sosial
di suku tersebut yang mungkin akan memberi dampak negatif dan perpecahan dikalangan
masyarakat. Jadi intinya, kegiatan tersebut masih bisa ditolerir asalkan masih dalam batasan
sebagai kegiatan tradisi dan tidak digunakan sebagai penunjang ekonomi penduduk untuk
mendapatkan keuntungan materi sehingga tidak menyimpang dan memberi efek negatif pada
ekosistem yang seimbang.
Selain mereview diskusi yang dilaksanakan dosen juga memberikan materi baru tentang
Benua Maritim Indonesia serta karaktristiknya. Adapun pengertian Benua Maritim Indonesia
memiliki 3 kompone utama, yaitu:
1. Wilayah perairang dengan hamparan pulau pulau didalamnya sebagai satu kesatuan
utuh yang alamiah antara darat, laut dan udara
2. Yang diatasnya tersusun atau tertata unik dengan sudut pandang iklim, cuaca,
keadaan airnya, tatanan kerak bumi dan keragaman biota
3. Serta tatana sosial budayanya.
Dari 3 tiga komponen utama diatas dapat diartikan bahwa Benua Maritim Indonesia
adalah sebuah wilayah perairang dengan hamparan pulau pulau diatasnya menjadi satu kesatuan
yang utuh antara darat, laut dan udara yang diatasnya tertata dengan unik sudut pandang iklim
dan cuaca, keadaa airnya, tatanan kerak bumi dan keragaman biota, serta tatanan sosial
budayanya.
Dari ketiga komponen tersebut, dua komponen utama mungkin juga dimiliki oleh negara
lain. Namun yang membedakan negara Indonesia dengan negara lainnya yaitu komponen
terakhir tentang sosial budaya mawyarakatnya. Dari beribu suku dan beragam latar belakang
masyarkat di Indonesia yang menimbulkan berbagai macam fenomena sosial dan budaya yang
membedakan negara kita dengan negara lainnya sekaligus memperkaya khazanah sosial budaya
Indonesia sendiri.
Adapun karakteristik benua maritim Indonesia yang memiliki berbagai kekayaan di
berbagai bidang kehidupan seperti darat, laut dan udara. Disetiap batas batas atau penjadaga
yang ada disini hidup kembali mereka masih memikirka banyak modanya suatu hari.
Dibagian ini dipaparkan karakter-karakteristik yang dimi;iki oleh indonesia, mulai dari
letaknya yang strategis, hingga kawasan yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Adapun
karakteristik dari Benua maritim Indonesia itu sendiri, yaitu :
1. Terdapat 17 ribua-an pulau yang tersebar baik yang berpenghuni dan tidak serta yang
bernama dan tidak
2. Diapit oleh benua Asia dan Australia, sehingga menjadi pintu ekonomi baik dari Eropa/
Asia ke Australia atau sebaliknya
3. Diapit oleh Samudra Hindia dan Samudra Pasifik yang sedikit banyak mempengaruhi
iklim di Indonesia
Adapun wilayah laut Indonesia sesuai dengan Konvensi Hukum Laut Tahun 1982, yaitu :
1. Batas laut teritorial yaitu 12 mil dari titik terluar sebuah pulau ke laut bebas. Berdasarkan
batas tersebut, negara Indonesia memiliki kedaulatan atas air, bawah laut, dasar laut, dan
udara sekitar termasuk kekayaan alam di dalamnya.
2. Batas landas kontinen, sebuah negara paling jauh 200 mil dari garis dasar ke laut bebas
dengan kedalaman tidak lebih dari 200 meter. Landas kontinen adalah dasar laut dari arah
pantai ke tengah laut dengan kedalaman tidak lebih dari 200 meter.
3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yaitu ditarik dari titik terluar pantai sebuah pulau sejauh
200 mil. Dengan bertambah luasnya Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) tentu memberikan
keuntungan bagi Indonesia yaitu bertambah luasnya perairan nadional, artinya bertambah
pula kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia dan terbentuknya peluang untuk
memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang terkandung di dalamnya dan di
dasar laut termasuk kekayaan alam yang terdapat di dalam tanah.
Sebenarnya dahulu, daerah laut resmi dari suatu negara hanya ditarik 12 mil dari garis
pantainya jadi, terkadang ada daerah laut yang tidak terjangkau berada di antara pulau pulau.
Namun setelah konvensi ini peraturan tersebut berubah dan menghasilkan peraturan tersebut
diatas dan laut yang berada diantara pulau pulau di Indonesia semuanya adalah kekuasaaan
Indonesia, karena ditinjau dari segi keamanan. Jadi di sini, laut berfungsi sebagai pemersatu,
bukan sebagai pemisah antar pulau yang satu dengan pulau yang lain.
Serta dengan berbagai aturan yang berlaku, mampu menjaga kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dari berbagai ancaman dari luar yang mengambil keuntungan secara
ilegal sehingga merugikan bangsa Indonesia di daerah perairan Indonesia.
Dari materi ini juga tercetus pertanyaan tentang tanggapan mengenai Tindakan Ibu Susi
Pudjiastuti yang melakukan pengeboman terhadap kapal nelayan asing yang menangkap ikan
di daerah perairan Indonesia secara ilegal. Topik ini kemudian diangkat menjadi topik
diskusi baru yang didiskusikan di Learning management System di kemudian hari.
Dalam diskusi tersebut, mahasiswa kembali terpecah dalam dua kelompok yang pro
terhadap tindakan tersebut dan yang kontra terhadap kebijakan itu.
Mahasiswa yang pro terhadap tindakan tersebut, mengajukan argumen tentang menjaga
kedaulatan NKRI haruslah dilakukan secara tegas, karena jika tidak, kerugian akan hasil
tangkapan nelayan indonesia akan terus bertambah tiap tahunnya, dan terbukti terjadi
penurunan kerugian dan peningkatan keuntungan tangkapan nelayan lokal setelah kebijakan
tersebut dilaksanakan. Publik internasional juga kebanyakan mendukung aksi tersebut, dan
menganggap bahwa Indonesia telah tegas dalam menjaga daerah kekuasaannya sehingga
tidak akan mudah di ganggu oleh pihak dari luar.
Sedangkan para mahasiswa yang kontra terhadap tindakan tersebut juga tidak sedikit, dan
menganggap bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan yang bisa dibilang penyia nyiaan
sumber daya. Menurut mereka kapal kapal nelayan tersebut juga akan sangat bermanfaat bila
diambil saja dan diberikan atau dikelola kembali oleh nelayan Indonesia sehingga akan lebih
bermanfaat ketimbang di tenggelamkan dengan cara pengeboman yang mampu merusak
ekosistem di laut dan bisa saja terdapat atau terjadi tumpahan minyak dari bahan bakar kapal
yang tersisa sehingga akan menambah deret panjag pencemaran laut yang terjadi di
Indonesia. Menurut mereka puing puing dari kapal yang hancur tersebut dapat merusak
terumbu karang yang ada dilaut dan merusak kehidupan bawah laut Indonesia. Akan lebih
baik jika kapal tersebut di kelola kembali oleh nelayan, atau dihibahkan kepada sekolah
sekolah kelautan, atau dapat juga dilelang atau dijual kembali dan hasil dari penjualan atau
pelelangan tersebut dipakai untuk mengelola dan mengkoordinasikan tentang nelayan di
Indonesia.
Namun, seperti forum diskusi sebelumnya, diskusi itu berakhir tanpa titik terang dan baru
mendapat kejelasan pada pertemuan ke empat.
 Pertemuan ke empat
Pada pertemuan kali ini, dosen membahas tentang diskusi dari topik yang diangkat pada
minggu sebelumnya tentang topik yang berjudul “dimanfaatkan atau ditenggelamkan”. Topik
yang berasal dari pertanyaan salah satu mahasiswa tersebut mampu menggiring berbagai
argumen yang kemudian tertuang dalam debat dalam forum diskusi yang terjadi di Learning
Management System (LMS). Nah pada pertemuan ini dosen menjelaskan dan memberikan
titik terangg bagi kedua belah golongan yang terpecah bahwa, alasan diberlakukannya
kebijakan Ibu Susi Pudjastuti itu sendiri sebenarnya bukan berasal dari kebijakan pribadi,
akan tetapi adalah sebuah realisasi dari Undang Undang yang telah lama ada dan berlaku di
Indonesia, tentang penenggelaman kapal asing yang melakukan tindakan ilegal di wilayah
teritorial kekuasaan Indonesia. Jadi, Ibu Susi sebenarnya tidak melakukan atau mengadakan
sebuah kebijakan baru yang dikemudian hari menjadi sebuah tindakn yang menuai pro dan
kontra berbagai pihak. Akan tetapi melakukan tugasnya untuk menegakkan keadilan serta
menegakkan kedaulatan Indonesia khususnya di daerah perairan kekuasaan indonesia dengan
menenggelamkan kapal asing sebagai wujud dari undang undang. Hal tersebut dianggap baru
karena sebelumnya menteri menteri tak ada yang berani melakukannya padahal hal tersebut
telah diatur oleh undang undang dan dampaknya, Indonesia mendpat kerugian besar akibat
masih maraknya kegiatan illegal fishing dia daerah Indonesia dan menurunkan pendapatan
nelayan indonesia sendiri. Namun setelah kebijakan tersebuut dilakukan, tidak hanya
meningkatkan pendapatan nelayan dalam negeri tapi Indonesia juga mendaptkan pengakuan
dari publik internasional sebagai negara yang mampu menjaga kekuasaan teritorinya secara
tegas. Dan indonesia menjadi negara yang disegani di dunia internasional.
Fakta lain mengenai kegiatan tersebut adalah, kegiatan pengeboman tidak dilakukan dengan
menghancurkan kapal tersebut secara berkeping keping hancur tanpa ada hasil apa apa,
melainkan kapal tersebut dihancurkan dari bagian tengah bawah kapal atau lambung kapal
sehingga kapal lama kelamaan akan tenggelam dan jatuh dalam bentuk yang masih relatif
utuh ke dasar laut, sehingga bangkai atau bekas dari kapal tersebut mampu menjadi rumah
baru layaknya terumbu karang bagi ikan ikan di laut sehingga menarik ikan ikan yang telah
sempat menjauh dari garis pentai, kembali dekat dan memberikan keuntungan lagi terhadap
nelayan Indonesia karena akan lebih dekat untuk mendapatkan ikan sehingga bahan bakar
yang dignakan juga lebih sedikit sehinggga menghemat biaya yang dikeluarkan dengan hasil
yang tetap maksimal.
Kapal kapal yang juga akan dibom atau ditenggelamkan tersebut juga telah dilakukan
pengosongan terhadap bahan bakar yang ada didalamnya sehingga dapat dipastikan bahaya
pencemaran minyak di laut indonesia sangat minim.
Dengan adanya kegiatan ini juga, membantu menegakkan kedaulatan rakyat Indonesia di
mata dunia, sehingga memberikan efek jera terhadap para nelayan asing yang mencuri ikan
sehingga mereka harus berpikir dua kali jika mau melakukan hal yang sama.
Fakta lain mengenai argumen golongan kontra terhadap kebijakan tersebut yaitu
menyarankan pemanfaatan kembali kapal nelayan asing bagi nelayan lokal akan
menimbulkan maslah baru seperti pengelolaan yang mungkin tidak akan maksimal karena
akan ada oknum oknum yang berusaha untuk mengambil keuntungan dalam pengelolaannya
jadi akan kurang maksimal diterima oleh nelayan Indonesia. Bahkan jika ingin dibagi begitu
saja, akan sulit karena jumlah nelayan yang tidak sedikit sementara jumlah kapal yang hanya
beberapa tidak mencukupi jika harus dibagi sehingga akan muncul masalah baru jika dipaksa
untuk dibagi ke nelayan lokal.
Hal lain yang penting juga dipertimbangkan dari segi harga diri atau kebanggaan Indonesia
terhadap kegiatan tersebut, jika kapal nelayan asing tersebut kemudian diambil dan
dimanfaatkan kembali, maka harga diri Indonesia dimata dunia akan jatuh, karena dianggap
tidak mampu untuk mengadakan kapal nelayan sendiri dan menggunakan kapal bekas dari
negara lain, hal ini tentu akan menjatuhkan nama Indonesia di mata dunia.
Intinya kebijakan yang dilakukan olehIbu Susi Pudjiastuti telah berada dalam koridor yang
benar karena telah sesuai dengan aturan undang undang dan tidak melangggar aturan lain dan
tidak memberikan efek negatif yang sebanding dengan efek positif yang diberikan lebih
banyak bagi nelayan Indonesia.
Selain melakukan kebijakan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan lain
yang mampu menarik kembali warga pesisir untuk menjadi nelayan karena dari berbagai
ssurvei yang dialkukan dari tahun ketahun pengurangan warga indonesia yang menjadi
nelayan terus meningkat dan memilih beralih profesi lainnya yang diaanggap
menguntungkan. Namun telah ada beberapa kebijakan seperti jaminan sosial untuk para
nelayan sehingga keluarganya dapat tenag karena akan mendapakan kompensasi dari
pemerintah jika terjadi kemungkinan terburuk saat nelayan pergi menangkap ikan di laut.
Semua itu dilakukan untuk menjaga ciri indonesia sebaga negara maritim yang
menyandarkan mata pencahariannya dari sumber daya kemaritiman yang tersedia terlampau
banyak di indonesia.
Selain mereview diskusi tersebut, pada pertemuan ini dosen juga membahas tentang daerah
pesisir. Beliau menjelaskan bahwa daerah yang termasuk daerah pesisi adalah daerah yang
merupakan daerah pertemuan batas darat dan laut , ke arah darat meliputi daerah yang
terendam air dan masih mendapat pengaruh besar dari laut seperti angin laut, masih adanya
konsentrai yang tinggi serta masih terpengaruh oleh pasang surut air laut, serta kearah laut
yang masih dipengaruhi fenomena lam yag terjadi di darat seperti proses sedimentasi atau
pengendapan dari daratan dan aliran air tawar ke laut dari daratan. semua daerah yang masih
mendapat pengaruh tersebut masih termasuk daerah pesisir.
Selain wilayah pesisir dijelaskan juga tentang batas wilayah udara Indonesia yang tertuang
dalam Deklarasi Bogota, 1976 dan juga wilayah GSO (Geostationery Satelite Orbit) yang
merupakan daerah udara diatas daerah khatulistiwa sebagai tempat menerbangkan satelit dan
orbit satelit di seluruh dunia yang juga melewati Indonesia sehingga mampu memberikan
dampak positif dan banyak keuntungan bagi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai