Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR EKONOMI INFLASI,

PENGANGGURAN,
DAN PENDAPATAN
NASIONAL

KELOMPOK 1 :
SYAHRUL (A011181303)
NADIA J. CHANDRA (A021181012)
A. SRI WAFIQ AZIZAH RIDWAN
(A031181015)
NOOR AENI RAHMAN (A031181012)
NUR ANNISA ZJ (A031181026)
NURUL KHAIRUNNISA (A021181304)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
1. PENDAPATAN NASIONAL
A. Pengertian Pendapatan Nasional

Pada dasarnya pendapatan nasional terdiri dari dua kata yakni pendapatan
dan nasional. Pendapatan merupakan segala sesuatu yang dihasilkan dan diterima
oleh setiap individu baik dari kerja ataupun usahanya. Sedangkan nasional berarti
suatu negara. Bila diartikan dari gabungan dua kata dasar tersebut pendapatan
nasional diartikan sebagai nilai atau jumlah dari setiap hal yang bisa dihasilkan
atau diciptakan oleh sebuah negara. Namun jika diartikan secara lengkap
pendapatan nasional adalah jumlah total dari semua nilai produk suatu negara baik
yang berbentuk barang atupun jasa yang dihasilkan ataupun diperoleh dari segala
sektor diantaranya sektor ekonomi, masyarakat maupun sektor ekonomi
pemerintahan dalam kurun waktu 1 tahun.

B. Tujuan dan manfaat perhitungan pendapatan nasional

Tujuan mempelajari pendapatan nasional :

 Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu Negara

 Untuk memperoleh taksiran yang akurat nilai barang dan jasa yang dihasilkan
masyarakat dalam satu tahun

 Untuk membantu membuat rencana pelaksanaan program pembangunan yang


berjangka.

Manfaat mempelajari pendapatan nasional

 Mengetahui tentang struktur perekonomian suatu Negara

 Dapat membandingkan keadaan perekonomian dari waktu ke waktu antar


daerah atau antar propinsi

 Dapat membandingkan keadaan perekonomian antar Negara

 Dapat membantu merumuskan kebijakan pemerintah.


C. Perhitungan Pendapatan Nasional

1) Metode Produksi

Dijelaskan bahwa perhitungan pendapatan nasional dihitung dari


penjumlahan seluruh hasil produksi suatu produk baik barang maupun jasa
yang dihasilkan atau diperoleh dari seluruh pelaku kegiatan ekonomi yang ada
dalam satu negara serta dalam satu periode ekenomi tertentu kurang lebih tiap
tahun sekali. Misalkan dalam setahun itu produk baik barang maupun jasa
yang bisa diproduksi berjumlah seribu produk, maka hal tersebut harus
dikalikan dengan harga satuan yang mereka miliki untuk mendapatkan jumlah
atau besarnya pendapatan nasional negara tersebut dalam satu tahunnya.

{(P1 x Q1) + (P2 x Q2) + (P3 x Q3) + ….. + (Pn x Qn)}

Keterangan :
Y : Pendapatan nasional
P : Jumlah produk yang diproduksi
Q : Harga satuan suatu produk

2) Metode Pendapatan
Metode terakhir yang digunakan dalam perhitungan pendapatan adalah
metode pendekatan pendapatan, metode ini berfokus pada pendapatan dari
semua pelaku ekonomi atau pihak yang bersangkutan. Untuk mencari jumlah
atau besarnya pendapatan nasional metode ini menggunakan rumus
penjumlahan selururh pendapatan atau pemasukan yang diterima dan didapat
oleh semua pelaku ekonomi dari hasil penyediaan dan pengadaan segala
produk baik barang maupun jasa. Sama seperti metode lainnya periode atau
kurun waktu yang digunakan adalah kurang lebih satu tahun. Dalam hal ini
pendapatan bisa berupa upah atau gaji, sewa, bunga, keuntungan dan lain
sebagainya yang penting merupakan pemasukan.

Y=W+r+i+P
Keterangan :
Y : pendapatan nasional
W : wage (gaji atau upah), hal ini merupakan pemasukan yang diterima
oleh pemilik
r : rent (sewa) merupakan salah satu bentuk pemasukan yang diperoleh
oleh pemilik faktor produksi berupa tanah, gedung, harta dan lainnya.
i : interesrt (bunga) merupakan bentuk pemasukan yang diperoleh oleh
pemiliki faktor produksi yang berupa modal
P : profit (keuntungan) adalah pendapatan atau pemasukan yang diterima
oleh pemilik faktor produksi kewirausahaan.
3) Metode Pengeluaran
Metode pendekatan pengeluaran. Sesuai dengan namanya, metode ini
menghitung pendapatan nasional dengan menjumlahkan seluruh pos
pengeluaran yang dipakai untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk
baik yang berupa barang maupun jasa yang dilakukan oleh seluruh pelaku
kegiatan ekonomi, mulai dari ruang lingkup besar hingga kceil, yakni rumah
tangga konsumen, pemerintah, rumah tangga produksi (perusahaan), serta
sektor luar negeri yang ada, dan hal ini terjadi dan dihitung pada periode
ekonomi tertentu yang biasanya berlangsung selama satu tahun.

Y = C + I + G + (X-M)

Keterangan :

Y = Pendapatan nasional
C = Konsumsi rumah tangga
I = Investasi perusahaan
G = Pengeluaran yang dilakukan pemerintah (baik konsumsi dan
investasi)
(X-M) = Ekspor neto (selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor)

D. Konsep Pendapatan Nasional

1) PDB/GDP (Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product)


Produk Domestik Bruto, PDB dapat didefinisikan sebagai nilai barang dan
jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam waktu satu tahun, termasuk
barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara asing di dalam negeri.
Besarnya nilai PDB Indonesia ditentukan dengan menghitung jumlah barang
dan jasa akhir yang diproduksi oleh seluruh warga negara, tetapi tidak
mengikutsertakan nilai barang dan jasa atau pendapatan yang dihasilkan oleh
warga negara Indonesia di luar negeri. Istilah PDB digunakan untuk tingkat
nasional. Sedangkan untuk tingkat regional dikenal istilah Produk Domestik
Regional Bruto, PDRB. PDRB merupakan nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh masyarakat di satu wilayah (region), baik di tingkat provinsi
maupun kabupaten atau kota.
GDP= Pendapatan dalam Negeri+ Pendapatan Asing dalam Negeri
2) PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product)
Produk Nasional Bruto, PNB merupakan nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh setiap warga negara dalam jangka waktu satu tahun, termasuk
nilai barang dan jasa warga negara tersebut yang berada di luar negeri, tetapi
tidak termasuk nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara asing
di dalam negeri. Besarnya nilai PNB Indonesia ditentukan dengan menghitung
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara Indonesia (baik di
Indonesia maupun di luar negeri), tetapi tidak mengikut sertakan nilai barang
dan jasa atau pendapatan warga negara asing yang ada di
Indonesia.Pendapatan dari faktor-faktor produksi luar negeri yang ada dalam
suatu perekonomian dinotasikan sebagai FPLN, sedangkan faktor-faktor
produksi di dalam negeri dinotasikan sebagai FPDN.
RUMUS:
Pendapatan WNI dalam negeri+pendapatan WNI di luar negeri-
Pendapatan asing

3) NNP (Net National Product)


NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat
dalam periode tertentu, setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang
pengganti modal.
RUMUS :
NNP = GNP – Penyusutan

4) NNI (Net National Income)


NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat
setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax)
RUMUS :
NNI = NNP – Pajak tidak langsung

5) PI (Personal Income)
PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang
benar-benar sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan,
iuran asuransi, iuran jaminan social, pajak perseorangan dan ditambah dengan
transfer payment.
RUMUS :
PI = (NNI + transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi +
Iuran
jaminan social + Pajak perseorangan )
6) DI (Disposible Income)
DI (Disposible Income) adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang
sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya.
RUMUS :
DI = PI – Pajak langsung

2. PENGANGGURAN DAN INFLASI

A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.
Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara
terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga
pada tahap awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap
berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya
daya beli masyarakat. Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu
manakala harga-harga secara umum turun dari periode sebelumnya (nilai
inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli
masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi,
misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%,
sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan
mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan
daya beli sebesar 5% juga
B. Jenis-jenis Inflasi
Jenis-jenis inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan
berbagai faktor yang membedakannya.
Berdasarkan asalnya :
1) Inflasi Dalam Negeri (Domestic Inflation)
Adalah inflasi yang terjadi didalam negeri, umumnya disebabkan karena
defisit anggaran belanja yang dibiayai oleh percetakan uang baru, kenaikan
upah, gagal panen dll.
2) Inflasi Luar Negeri (Imported Inflation)
Adalah inflasi yang disebabkan karena naiknya harga barang-barang
impor, yang terjadi karena kenaikan tarif impor barang atau karena
tingginya biaya produksi di luar negeri.
Berdasarkan tingkat tingginya inflasi :
3) ringan (dibawah 10% pertahun)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah, biasanya kurang dari 10%
setahun, kenaikan harga berjalan secara lambat dan biasanya berlangsung
relatif lama.
4) Inflasi sedang (10% sampai 30% pertahun)
Inflasi berkisar antara 10%–30% per tahun yang ditandai dengan kenaikan
harga yang cukup besar dan biasanya berlangsung relatif singkat
5) Hiper inflasi (diatas 100% pertahun)
Hiperinflasi adalah inflasi yang sangat tinggi atau tak terkontrol. Garis
pembatas antara inflasi wajar dengan hiperinflasi agak kabur. Namun para
ekonom kontemporer umumnya menggunakan istilah hiperinflasi untuk
situasi yang tingkat harga meningkat melewati level 50% per bulan atau
per tahun. Hiperinflasi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya.
Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Karena
naiknya harga secara drastis sehingga mencapai 4 digit (>100%).
C. Penyebab Inflasi
1. Inflasi karena permintaan (Demand Pull inflation)
Demand Pull Inflation atau infalsi karena permintaan disebabkan
karena permintaan atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu
barang. Inflasi tarikan permintaan juga dikenal dengan nama Philips Curve
Inflation. Secara umum inflasi ini disebabkan karena penawaran dan
permintaan terhadap jasa atau barang di dalam negeri untuk jangka
panjang yang di butuhkan masyarakat dengan jumlah besar.
Secara umum inflasi ini sering terjadi pada perekonomian negara yang
memiliki pertumbuhan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi di negara
tersebut menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat yang tinggi. Hal ini
pengeluaran yang melebihi kemampuan produksi suatu jasa atau barang.
Kemampuan daya beli msyarakat yang berlebih ini kemudian
menyebabkan inflasi.
Di Indonesia, inflasi penarikan permintaan bisa terjadi karena
permintaan terhadap barang atau jasa yang reltif tinggi dibanding dengan
ketersediaannya. Dalam pengertian ekonomi makro inflasi jenis ini
digambarkan sebagai aggregate demand yang lebih besar atau melebihi
kapasitas perekonomian.
2. Inflasi karena kenaikan biaya produksi (Cost push inflation)
Inflasi kenaikan biaya produksi atau cost push inflation disebabkan
karena adanya dorongan kenaikan biaya produksi dalam jangka waktu
tertentu secara terus menerus. Secara umum inflasi kenaikan biaya
produksi ini disebabkan karena desakan biaya faktor produksi yang terus
naik. Kenaikan Biaya faktor produksi biasanya diakibatkan oleh beberapa
hal:
a. Turunnya nilai tukar mata uang dalam negeri dengan mata uang asing
atau depresiasi. Kenaikan nilai tukar mata uang juga menyebabkan
bahan baku atau barang dari luar negeri menjadi semakin mahal.
b. Inflasi di luar negeri khususnya negara partner dagang menyebabkan
barang dan produk dari luar negeri juga semakin mahal.
c. Ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja dan permintaan barang
produksi membuat pemerintah akan menaikkan harga produksi. Salah
satu cara menikkan harga produksi adalah dengan menaikkan upah
atau gaji karyawan serta merekrut karyawan baru dengan tawaran gaji
atau upah yang lebih tinggi. Kebijakan yang seperti ini menyebabkan
biaya produksi meningkat, sehingga harga barang produksi juga
menjadi naik.

Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi biasanya terjadi


di negara dengan pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang atau
tumbuh pesat namun dengan angka pengangguran yang cukup rendah. Di
negara yang seperti ini, supply tenaga kerja terbatas namun permintaan akan
suatu barang produksi tinggi.

Selain itu inflasi karena guncangan penawaran juga dapat terjadi


karena faktor lain seperti bencana alam dan lain sebagainya. Namun juga bisa
terjadi karena pemerintah menaikkan harga suatu barang tertentu

D. Dampak Inflasi terhadap Pendapatan Masyarakat


Beberapa masalah sosial yang timbul akibat inflasi, di antaranya
menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi
pendapatan, dan terganggunya stabilitas ekonomi.
1. Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat
Tingkat kesejahteraan rakyat, umumnya diukur dengan daya beli
masyarakat dari pendapatan yang diperolehnya. Adanya inflasi
menyebabkan daya beli masyarakat semakin rendah, khususnya bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tetap (kecil). Sebagai contoh,
jika seseorang memperoleh pendapatan tetap setiap bulannya sebesar
Rp500.000,00, sedang laju inflasi sebesar 10%, ia akan mendapat kerugian
berupa penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni
Rp50.000,00. Dengan kata lain, inflasi sangat merugikan masyarakat yang
berpenghasilan tetap dan kecil tersebut.
2. Memburuknya Distribusi Pendapatan
Dampak negatif inflasi terhadap tingkat kesejahteraan sebenarnya
dapat dihindari jika laju pertumbuhan tingkat pendapatan lebih besar dari
laju inflasi tersebut. Dengan kata lain, bagi pihak yang memperoleh
kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi
akan mendapatkan keuntungan karena adanya inflasi. Akan tetapi, dalam
kenyataannya di masyarakat hanya segelintir orang yang memiliki
kemampuan meningkatkan pendapatannya melebihi laju inflasi. Dengan
demikian, inflasi hanya menyebabkan terjadinya pola pembagian
pendapatan masyarakat menjadi lebih timpang. Inflasi ibarat pajak bagi
orang yang berpendapatan tetap dan merupakan subsidi bagi mereka yang
berpendapatan tidak tetap.
3. Terganggunya Stabilitas Ekonomi
Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan
masa depan (ekspektasi) para pelaku ekonomi. Dengan perkiraan bahwa
harga-harga akan terus naik, konsumen melakukan pembelian barang dan
jasa yang lebih banyak dari seharusnya. Bagi produsen, perkiraan akan
naiknya harga barang dan jasa mendorong mereka menunda penjualan
untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Penawaran barang dan jasa
berkurang. Akibatnya, kelebihan permintaan membesar dan mempercepat
laju inflasi. Kondisi ekonomi secara keseluruhan menjadi lebih buruk.
Selain ketiga dampak yang telah disebutkan di atas, inflasi
berpengaruh bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, yaitu
menurunnya daya beli masyarakat terhadap barang atau jasa. Namun bagi
masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap adanya inflasi tidak
menimbulkan pengaruh yang berarti terhadap daya beli.
4. Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator ekonomi yang digunakan untuk mengetahui


laju inflasi selama periode tertentu, di antaranya Indeks Harga Konsumen
(IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), dan Indeks Harga
Implisit (IHI).

a. Indeks Harga Konsumen (IHK)

IHK adalah indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan


jasa yang biasa dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Indeks
Harga Konsumen digunakan untuk melihat inflasi dari sisi konsumen.
Jadi, Indeks Harga Konsumen mengukur tingkat harga barang atau jasa
yang dianggap mencerminkan konsumsi masyarakat secara rata-rata.
IHK biasanya dihitung berdasarkan suatu survei biaya hidup di daerah
perkotaan yang dilakukan secara berkala. Secara umum, jenis barang
dan jasa dalam IHK dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar,
yaitu makanan, pakaian, perumahan, serta aneka barang dan jasa

b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

IHPB adalah indeks yang menunjukkan tingkat harga barang


dan jasa yang diterima oleh produsen pada berbagai tingkat produksi.
Indeks Harga Perdagangan Besar digunakan untuk melihat inflasi dari
sisi produsen. Jadi, IHPB menggambarkan besarnya perubahan harga
pada tingkat harga perdagangan besar ataupun harga grosir dari
sejumlah komoditas tertentu yang diperdagangkan di suatu negara atau
daerah. IHPB dikelompokkan ke dalam lima sektor utama, yaitu
pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, ekspor, serta impor
migas maupun nonmigas.

c. Indeks Harga Implisit (Deflator PDB)

Indeks Harga Implisit (Deflator PDB) adalah indeks yang


menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang biasa dibeli
konsumen dalam jumlah yang besar dan biasanya meliputi wilayah
yang lebih luas. Indeks Harga Implisit digunakan untuk melihat inflasi
dari sisi perekonomian secara makro. Indeks Harga Implisit (IHI) atau
PDB deflator diperoleh dengan membagi PDB nominal (PDB harga
berlaku) dengan PDB riil (PDB harga konstan) pada tahun tertentu.

5. Cara Menanggulangi Inflasi

Untuk menanggulangi inflasi dapat ditempuh tiga kebijakan, yaitu


sebagai berikut.

a. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah melalui Bank


Sentral sebagai pemegang otoritas moneter yang berkaitan dengan
pengendalian jumlah uang beredar serta pengaturan tingkat suku bunga
dan kredit. Kebijakan moneter biasanya lebih efektif dalam mengatasi
masalah inflasi daripada untuk mendorong ekspansi kegiatan ekonomi
dalam jangka pendek. Hal tersebut disebabkan oleh inflasi dan dapat
diatasi dengan mengendalikan permintaan total masyarakat melalui
pengurangan jumlah uang beredar. Instrumen yang biasanya dipakai
dalam kebijakan moneter oleh Bank Sentral dalam menanggulangi atau
mengatasi masalah inflasi, yaitu sebagai berikut :

b. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah setiap usaha untuk memberikan


kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk membeli atau menjual
surat-surat berharga milik negara. Kegiatan penjualan surat berharga
oleh pemerintah di pasar terbuka akan mengurangi cadangan wajib
bank umum. Dengan demikian, di masyarakat jumlah uang beredar
akan berkurang dan kenaikan harga-harga pun dapat ditekan.

c. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran


pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat
mempengaruhi permintaan total dan akan mempengaruhi harga. Inflasi
dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal
seperti pengurangan pengeluaran pemerintah dan kenaikan pajak akan
dapat mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.

Kebijakan fiskal dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu sebagai


berikut.

1) Meningkatkan penerimaan pajak, dengan memberlakukan tingkat


pajak yang tinggi bagi unit usaha yang tidak memproduksi
kebutuhan pokok masyarakat atau dengan mengenakan jenis-jenis
pajak baru.

2) Mengurangi pengeluaran pemerintah, dengan jalan menunda atau


menghapuskan pengeluaran yang bukan prioritas.

3) Mengadakan pinjaman pemerintah, yaitu mengurangi pembayaran


yang dilakukan pada masyarakat dan mengembalikan lagi di
kemudian hari (misalnya dalam bentuk pension)
d. Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan
menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat
digunakan untuk mengukur laju inflasi
1) ConsumerPriceIndex (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran
rumah tangga dalammembeli sejumlah barang bagi keperluan
kebuthan hidup
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year: Cost of marketbasket in
base year) x 100% 
2) Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar
seperti harga bahan mentah (rawmaterial), bahan baku atau barang
setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
3) GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan
indeks CPI dan PPI, dimanaindeks ini mencangkup jumlah barang
dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP,sehingga jumlahnya
lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%

3. PENGANGGURAN

A. Pengertian

Pengangguran adalah suatu kondisi dimana seseorang yang ingin bekerja dan
mempunyai kemampuan di bidang masing-masing tetapi dikarenakan terbatasnya
suatu pekerjaan yang tersedia dan tidak memadai bahkan bisa juga tidak
tersedianya lapangan kerja. Pengangguran juga dapat didefinisikan sebagai berikut
yaitu seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif
sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat
memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.

Golongan penduduk yang termasuk sebagai angkatan kerja adalah Penduduk


yang berumur antara 15 hingga 65 tahun kecuali ibu rumah tangga yang lebih
suka menjaga keluarganya. Orang yang belum mencapai umur 65 tahun tetapi
sudah pensiun dan tidak mau bekerja lagi. Pengangguran sukarela yaitu golongan
penduduk dalam lingkungan umur tersebut yang tidak aktif mencari pekerjaan.

Pengangguran menyebabkan produktivitas masyarakat berkurang sehingga


banyak menyebabkan timbulnya kemiskinan, tingkat kriminalitas meningkat dan
masalah sosial lainnya yang akan terjadi. Yang jika dalam jangka waktu yang
panjang dapat menyebabkan kekacauan politik dan sosial disuatu negara ini
sehingga dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi disuatu negara sehingga dapat mengakibatkan menurunnya GNP dan
pendapatan perkapita disuatu Negara. Hal demikian sangat dapat membahayakan
untuk suatu Negara bahkan jika suatu Negara tersebut sedang berkembang pesat
disuatu bidang.

B. Jenis-jenis pengangguran :

1. Pengangguran friksional (frictional unemployment)

Adalah suatu jenis pengangguran yang disebabkan oleh tindakan


seorang pekerja untuk meninggalkan kerjaannya dan mencari kerjaan lebih
baik lagi atau mencari kerjaan yang lebih sesuai dengan keinginannya. Contoh
:

Seorang guru di Medan, misalnya berhenti bekerja karena mengikuti


suaminya yang dipindahkan ke Jakarta. Di tempat yang baru ini guru tersebut
mencari kerjaan kembali.

2. Pengangguran Musiman (seasonal unemployment)

Adalah suatu keadaan dimana seseorang harus menganggur, karena


adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek. Contoh :

Petani, misalnya akan selalu dapat digolongkan sebagai penganggur


musiman karena mereka tidak selalu dapat bekerja sepanjang tahun. Dan
diantara menanam dan panen meraka harus menganggur karena beberapa
bulan diperlukan agar tanamannya mendapatkan hasil.

3. Pengangguran siklikal
Adalah jenis pengangguran yang disebabkan karena adanya imbas dari
naik turunnya siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah
daripada penawaran pekerjaan

4. Pengangguran struktural

Adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan ekonomi


(berkembang atau mengalami kemunduran), yang disebabkan karena
perkembangan teknologi, persaingandari luar negeri atau luar daerah, dan
pertumbuhan yang pesat dari kawasan lain. Contoh :

Sebelum industri komputer berkembang permintaan yang besar ke atas


untuk mesin tik. Dengan penggunaan computer yang semakin meluas,
permintaan mesin tik pun menjadi berkurang dan industrinya mengalami
kemunduran,dan sebagian pekerja dalam industri ini akan menganggur.

5. Pengangguran sukarela

Adalah pengangguran yang dikarenakan adanya kesempatan kerja


tetapi orang yang menganggur itu tidak bersedia menerimanya pada tingkat
gaji yang berlaku.

6. Pengangguran terpaksa

Adalah pengangguran yang diakibatkan apabila seseorang bersedia


menerima pekerjaan pada tingkat gaji yang berlaku , tetapi pekerjaan itu tidak
bersedia. Contoh :

Seseorang yang memang sangat ingin mendapatkan pekerjaan tetapi


perusahaan tersebut tidak membutuhkan karyawan lagi atau persyaratannya
untuk menjadi karyawan tersebut tidak sesuai atau kurang.

7. Pengangguran tersembunyi

Adalah pengangguran yang keadaan dimana suatu jenis kegiatan


ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang
diperlukan. Contoh :
Dalam kegiatan ekonomi dapat dijalankan secara efisien dengan
menggunakan 5 pekerja, tetapi pekerja yang sebenarnya adalah 8 orang.Dalam
contoh ini kelebihan 3 pekerja tersebut yang digolongkan sebagai penganggur
tersembunyi.

8. Pengangguran setengah menganggur

Adalah keadaan pengangguran dimana seseorang, pekerja itu


melakukan kerja jauh lebih rendah dari jam kerja yang normal.

4. Hubungan antara Inflasi dengan Pengangguran

Setiap negara mengharapkan untuk mencapai tahap kegiatan ekonomi pada


tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi. Dalam prakteknya, hal ini sulit
dilakukan. Ahli- ahli ekonomi menyadari bahwa hubungan antara tingkat inflasi
( prosentase ) dengan tingkat pengangguran ( prosentase ) adalah berbanding terbalik,
artinya semakin tinggi tingkat pengangguran maka tingkat inflasi akan semakin
rendah dan sebaliknya.semakin rendah tingkat pengangguran maka inflasi akan
semakin tinggi.

Kalau hubungan ini digambarkan secara statistik dalam kurva salib sumbu,
dimana sumbu tegak mewakili tingkat inflasi sedang sumbu datar mewakili tingkat
pengangguran, maka bentuk kurva yang terjadi adalah melandai dari kiri atas kekanan
bawah. Secara teori kalau terjadi pengurangan jumlah penganggur ( yang bekerja
bertambah ) maka jumlah barang yang diminta akan bertambah. Tekanan permintaan
ini akan menekan inflasi keatas dan sebaliknya. Secara teori amat jelas apabila
pengangguran mencapai 0 % maka tingkat inflasi juga akan tinggi tak terkendali .
Dengan demikian tingkat inflasi harus dikendalikan oleh pemerintah sampai pada
tingkat tertentu yang tetap mendorong produksi barang barang, tapi juga dapat terbeli
oleh sebagian terbesar konsumen.

Sebagai risikonya apabila pemerintah menetapkan tingkat inflasi tersebut


diatas, maka akan ada tingkat pengangguran pada tingkat tertentu. Tingkat inflasi
merupakan salah satu tolok ukur keberhasialan pemerintah dalam pembangunan
ekonomi. Secara umum tingkat inflasi yang dapat diterima untuk setiap negara adalah
pada level antara 2% sampai dengan 4 %. Dengan demikian secara teori menurut
kurva diatas maka setiap negara pasti ada tingkat penggangguran atau sejumlah orang
yang tidak dapat terserap dalam kesempatan kerja yang tersedia.

Orang orang yang demikian inilah yang sering disebut dengan penganggur
alamiah. Mereka mengangur bukannya tak mau bekerja, tapi yang pertama adalah
kemampuan sumber sumber produksi untuk menyerapnya terbatas, sedang yang
kedua adalah sebagai dampak kebijaksanaan pemerintah untuk mempertahankan
tingkat inflasi pada level tertentu. Karena tingkat penganggur pada level tertentu ini
merupakan tolok ukur keberhasilan pemerintah dalam bidang ekonomi , maka
pemerintah setiap negara berusaha untuk mencapainya, yaitu dengan berusaha
menambah kemampuan kapasitas produksi.

Anda mungkin juga menyukai