Anda di halaman 1dari 2

Contoh-contoh dalam alinea berikut ini akan mengilustrasikan sistem pemerincian

kebudayaan ke dalam unsur-unsur dan sub unsurnya seperti yang terurai tadi.
Serupa dengan itu pemerincian . Dapat pula kita terapkan terhadap suatu unsur
kebudayaan universal, misalnya organisasi sosial. Demikian pula apabila cara
pemerincian itu kita terapkan terhadap unsur kebudayaan universal seperti
kesenian, maka akan ada adat-istiadat, aktivitas sosial,dan peralatan fisik mengenai
seni rupa, seni suara, seni gerak, seni sastra, seni drama dan sebagainya.

Dari contoh ini tampak bahwa di antara unsur-unsur golongan kedua ada pula
beberapa yang bersifat universal seperti sistem kekerabatan. Subunsur itu pasti ada
dalam tiap masyarakat dan kebudayaan di mana pun juga di dunia. Namun untuk
keperluan logika dari metode pemerincian, sistem kekerabatan sebaiknya tetap kita
masukkan saja ke dalam golongan adat atau kompleks budaya, dan tidak ke dalam
golongan unsur kebudayaan universal. Hal ini disebabkan karena sistem
kekerabatan hanya merupakan suatu sub unsur khusus dalam rangka organisasi
sosial.

Setiap subunsur sudah tentu mempunyai peralatannya sendiri-sendiri, yang secara


konkret terdiri dari benda-benda kebudayaan. Dari contoh-contoh tersebut di atas
segera tampak bahwa di antara unsur-unsur golongan ketiga ini pun ada yang
bersifat universal, yaitu perkawinan. Unsur itu boleh dikata terdapat dalam semua
masyarakat di dunia. Namun, seperti halnya contoh sistem kekerabatan tersebut di
atas, demi logika sistematik pemerincian, maka sistem perkawinan tidak kita sebut
unsur kebudayaan universal, tetapi tetap kompleks budaya dan kompleks sosial
saja.

Usaha pemerincian dapat kita lanjutkan untuk memerinci kompleks budaya dan
kompleks sosial dalam tema budaya dan pola sosial. Akhirnya masih ada satu tahap
pemerincian lagi, yaitu pemerincian dari tema budaya dan pola sosial ke dalam
gagasan dan tindakan. Dalam hal itu sub-sub unsur mas kawin misalnya dapat kita
perinci satu.

Integrasi Kebudayaan
1.Metode Holistik

Seorang sarjana antropologi tidak hanya bertugas menganalisis judayaan dengan


mengetahui berbagai cara untuk memerincinya dalam unsur-unsur yang kecil, dan
mempelajari unsur-unsur kecil secara detail, tetapi ia juga bertugas untuk dapat
memahami kaitan antara tiap unsur kecil itu, dan ia harus juga mampu melihat itan
antara setiap unsur kecil itu dengan keseluruhannya.
2.Pikiran Kolektif

Sudah sejak akhir abad ke-19 ada seorang ahli sosiologi dan antropologi Prancis,
bernama E. Durkheim, yang mengembangkan konsep representations collectives
dalam sebuah karangan berjudul Representation Individuelles et Representations
Collectives .19 Cara Durkheim menguraikan konsep itu pada dasarnya tidak
berbeda dengan cara ilmu psikologi menguraikan konsep berpikir. la juga
beranggapan bahwa aktivitas-aktivitas dan proses-proses rohaniah, seperti:
penangkapan pengalaman, rasa, sensasi, kemauan, keinginan, dan lain-lain itu,
terjadi dalam organ fisik dari manusia dan khususnya berpangkal di otak dan sistem
sarafnya.

3.Fungsi Unsur-unsur Kebudayaan

Ada beberapa sarjana antropologi lain yang mencoba mencapai pengertian


mengenai masalah integrasi kebudayaan dan jaringan berkaitan antara unsur-
unsurnya, dengan cara meneliti fungsi unsur unsur itu. Seorang sarjana antropologi,
M.E. Spiro, pernah mendapatkan bahwa dalam karangan ilmiah ada tiga cara
pemakaian kata «fungsi»22 itu, ialah: a) menerangkan «fungsi» itu sebagai
hubungan antara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu menerangkan kaitan antara
satu hal dengan hal yang lain menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal
dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang terintegrasi .
«Fungsi» dalam arti pertama selain dalam bahasa ilmiah, juga merupakan salah
satu arti dalam bahasa sehari-hari; arti kedua sangat penting dalam ilmu pasti, tetapi
juga mempunyai arti dalam ilmu-ilmu sosial, antara lain dalam ilmu antropologi;
sedangkan dalam arti ketiga terkandung kesadaran para sarjana antropologi akan
integrasi kebudayaan itu.

Anda mungkin juga menyukai