kebudayaan ke dalam unsur-unsur dan sub unsurnya seperti yang terurai tadi.
Serupa dengan itu pemerincian . Dapat pula kita terapkan terhadap suatu unsur
kebudayaan universal, misalnya organisasi sosial. Demikian pula apabila cara
pemerincian itu kita terapkan terhadap unsur kebudayaan universal seperti
kesenian, maka akan ada adat-istiadat, aktivitas sosial,dan peralatan fisik mengenai
seni rupa, seni suara, seni gerak, seni sastra, seni drama dan sebagainya.
Dari contoh ini tampak bahwa di antara unsur-unsur golongan kedua ada pula
beberapa yang bersifat universal seperti sistem kekerabatan. Subunsur itu pasti ada
dalam tiap masyarakat dan kebudayaan di mana pun juga di dunia. Namun untuk
keperluan logika dari metode pemerincian, sistem kekerabatan sebaiknya tetap kita
masukkan saja ke dalam golongan adat atau kompleks budaya, dan tidak ke dalam
golongan unsur kebudayaan universal. Hal ini disebabkan karena sistem
kekerabatan hanya merupakan suatu sub unsur khusus dalam rangka organisasi
sosial.
Usaha pemerincian dapat kita lanjutkan untuk memerinci kompleks budaya dan
kompleks sosial dalam tema budaya dan pola sosial. Akhirnya masih ada satu tahap
pemerincian lagi, yaitu pemerincian dari tema budaya dan pola sosial ke dalam
gagasan dan tindakan. Dalam hal itu sub-sub unsur mas kawin misalnya dapat kita
perinci satu.
Integrasi Kebudayaan
1.Metode Holistik
Sudah sejak akhir abad ke-19 ada seorang ahli sosiologi dan antropologi Prancis,
bernama E. Durkheim, yang mengembangkan konsep representations collectives
dalam sebuah karangan berjudul Representation Individuelles et Representations
Collectives .19 Cara Durkheim menguraikan konsep itu pada dasarnya tidak
berbeda dengan cara ilmu psikologi menguraikan konsep berpikir. la juga
beranggapan bahwa aktivitas-aktivitas dan proses-proses rohaniah, seperti:
penangkapan pengalaman, rasa, sensasi, kemauan, keinginan, dan lain-lain itu,
terjadi dalam organ fisik dari manusia dan khususnya berpangkal di otak dan sistem
sarafnya.