Anda di halaman 1dari 4

Nama : Farah Cindy Adilah

Kelas : HPI-A (Semester 6)

NIM : C93218082

PENDAPAT HUKUM (LEGAL OPINION)

Kasus Perempuan Belia Menikam Pria yang Hendak Memerkosanya

Link Kasus :

https://www.jpnn.com/news/detik-detik-perempuan-belia-menikam-pria-yang-hendak-
memperkosanya

A. Pendahuluan

Pembelaan terpaksa melampaui batas yaitu pembelaan yang langsung disebabkan oleh
guncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak dipidana. Dalam
hal ini terdapat suatu serangan yang melawan hukum yang dapat mengancam keselamatan atau
jiwa, sehingga seseorang tersebut dapat melakukan suatu pembelaan yang dilakukan di dalam
keadaan darurat atau istilah lain menyebutnya dengan “noodweer” sedangkan perlampauan
batas atas perbuatan pembelaan diri disebut dengan noodweer excess.

B. Permasalahan yang Dimintakan Legal Opinion


Seorang remaja putri di Timor Tengah Selatan (TTS) Nusa Tenggara Timur inisial MSK
(15) menjadi tersangka kasus pembunuhan terhadap pria ND (48) yang hendak
memperkosanya.
C. Bahan-Bahan Yang Berkaitan dengan Permasalahan
a. Tersangka ber inisial MSK masih berusia 15 tahun yang berarti masih dibawah umur,
b. Tersangka berasal dari Nusa Tenggara Timur.
c. Tersangka menggunakan pisau saat menusuk korban.
D. Dasar Hukum
Pasal 338 KUHP (15 tahun penjara) sub Pasal 351 (3) KUHP (7 tahun penjara) mengacu
pada Pasal 81 (2) UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
E. Uraian Fakta-Fakta dan Kronologis
Pada Rabu (10/2) lalu sekitar pukul 13.00 Wita, ND menuju ke rumah MSK untuk
membeli minuman keras (laru putih). Pada saat itu korban ND sempat mengajak MSK
untuk bertemu di pinggir pantai yang jaraknya 20 meter dari tempat kejadian peristiwa.
MSK mengiyakan dan pergi mengikuti ND dengan membawa sebilah pisau dan parang.
Saat itu pisau disimpan oleh MSK di saku belakang celana. "Setibanya di tempat
yang sudah dijanjikan korban (ND) menunggu tersangka (MSK). Menurut pengakuan
tersangka, keduanya sempat hubungan badan sebanyak satu kali saat pertemuan itu," ujar
Kabid Humas. Beberapa saat kemudian, korban pun mengajak lagi tersangka untuk
melakukan perbuatan terlarang. Namun MSK tidak mau dan saat itu ND memaksa MSK.
Tersangka MSK langsung menikam korban dengan menggunakan sebilah pisau yang
disimpan oleh tersangka di saku belakang celananya. “Tersangka meninggalkan korban
yang sudah ditusuk tersebut,"
F. Analisa Hukum
a. Bahwa analisis secara komprehensif perlu dilakukan oleh Penyidik untuk mengungkap
fenomena dibalik kejadian itu.
b. Bahwa penetapan status tersangka terhadap MSK oleh penyidik unit PPA Polres Timor
Tengah Utara merupakan langkah yang tepat karena MSK telah melakukan tindak
pidana pembunuhan (kejahatan yang paling serius terhadap kemanusiaan).
c. Bahwa pembunuhan merupakan kejahatan yang sangat berat dan dianggap sebagai
perbuatan yang tidak berkemanusiaan. Oleh karena itu dengan menetapkan MSK
sebagai tersangka, pihak kepolisian berusaha untuk mewujudkan perlindungan
kepentingan hukum atas kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het leven).
d. Bahwa penetapan MSK sebagai tersangka adalah sah karena penyidik telah memiliki
bukti permulaan yang cukup (Pasal 1, angka 14 UU no 8 tahun 1981 tentang HAP).
Adanya dalih untuk melindungi diri dan orang lain perlu dibuktikan lebih lanjut dengan
berbagai analisa ilmiah yang terpadu (pendekatan socio legal) untuk mengungkap fakta
yang sebenarnya dalam peristiwa a quo.
e. Fakta MSK masih dibawah umur harus dipahami dengan cermat karena yang
bersangkutan masih berumur 15 tahun.
f. Bahwa proses membela diri harus dibarengi dengan adanya ancaman riil dari si
penyerang. Terlebih jika belum diketahui apakah si penyerang bersenjata atau tidak
bersenjata (unarmed).
g. Mengenai ancaman pemerkosaan dan pemaksaan yang dilakukan ND memanglah
benar, bahkan ND sudah menyetubuhi tersangka sebanyak 1 kali.
h. Bahwa tindakan membela diri dengan menusukkan sebuah pisau langsung tepat ke
dada ND (jantung), merupakan Tindakan sengaja yang berniat (mens rea) untuk
mematikan dan bukan untuk melumpuhkan/melemahkan. Karena korban saat itu juga
bersiasat membawa pisau dan parang untuk membela diri.
i. Tindakan Penyidik Unit PPA Polres Timor Tengah Utara membebankan pertanggung
jawab an pidana pada MSK dengan Pasal 338 subs Pasal 351 Ayat (2) KUHP
merupakan langkah yang tepat sekali, yakni dengan mendepankan asas kemanfaatan
hukum (legal puposiveness).
G. Pendapat Hukum
Pembunuhan yang dilakukan MSK karena untuk perlindungan diri adalah dibenarkan,
karena tersangka MSK saat itu dipaksa oleh korban apalagi tersangka masih di bawah umur
yang berarti akan kesulitan melawan korban yang lelaki dewasa, meskipun benar
penusukan yang dilakukan MSK adalah untuk perlindungan diri tapi diketahui bahwa
meskipun korban memaksa tersangka untuk melakukan berhubungan badan lagi, tetapi
korban saat itu tidak membawa senjata untuk melukai tersangka, saat memaksanya
melakukan hal tersebut. Yang berarti korban tidak melakukan serangan ancaman yang
sampai membahayakan nyawa korban, tapi karena mungkin panik tersangka melawan
korban sendiri tanpa meminta bantuan seperti menjerit kepada orang-orang sekitar, jadi
meskipun membela diri namun pembelaan diri yang dilakukan tersangka kurang memenuhi
unsur-unsur dalam pasal 49 ayat (1) KUHP sebagai berikut :
- Harus ada serangan atau ancaman serangan yang melawan hukum
- Harus ada jalan lain untuk menghalalkan serangan atau ancaman serangan pada saat itu
- Perbuatan pembelaan harus seimbang dengan sifatnya serangan ancaman serangan

Tersangka MKS tetap dikenai Pasal 338 KUHP (15 tahun penjara) sub Pasal 351 (3)
KUHP (7 tahun penjara) mengacu pada Pasal 81 (2) UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak yang menyebutkan pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada
anak paling lama 1/2 dari masa hukuman orang dewasa.

H. Kesimpulan
a. Bahwa penanganan kasus a quo oleh Kapolres Timor Tengah Utara adalah sudah tepat
sesuai tupoksi Polri ( Pasal 1, angka 14 UU no 8 tahun 1981 tentang HAP dan Pasal 66
Ayat (1) dan (2) PERKAP 12 tahun 2009).
b. Bahwa alasan MKS membunuh karena membela diri (Pasal 49 KUHP) tidak bisa
digunakan sebagai pembenar alasan penghapus sifat melawan hukum yang
membebaskan tersangka dari pertanggungan jawab pidana.
c. Tersangkan tetap dijatuhi hukuman pidana menurut pasal Pasal 338 KUHP namun
karena MKS mash dibawah umur, jadi ada pengurangan hukuman menjadi 1/2 dari
masa hukuman orang dewasa menurut sub Pasal 351 (3) KUHP (7 tahun penjara)
mengacu pada Pasal 81 (2) UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.
d. Jadi penyidik tidak hanya melakukan proses penyidikan berdasarkan KUHP semata,
tetapi juga memperhatikan dan menjalankan UU tentang perlindungan anak dan UU
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
I. Saran-Saran
Bahwa demi kemaslahatan kemanusian dan demi keamanan, sebaiknya MSK
diamankan di direhabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Yang Memerlukan
Perlindungan Khusus (BRSAMPK) guna mendapatkan pendampingan dari psikolog, untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dan demi mengurangi tekanan psikologis
karena trauma atas pelecehan seksual yang dialaminya.

Anda mungkin juga menyukai