Skripsi Adelita Setiawan (101611133168)
Skripsi Adelita Setiawan (101611133168)
SKRIPSI
Oleh:
ADELITA SETIAWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
ADELITA SETIAWAN
NIM. 101611133168
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2020
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingannya kami dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN
FAKTOR RISIKO KANKER SERVIKS PADA WANITA USIA SUBUR DENGAN
PERILAKU PEMERIKSAAN IVA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NGAGEL REJO SURABAYA”, sebagai salah satu persyaratan akademis dalam
rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada Prof., Dr. Chatarina U. W, dr., M.S., M.P.H, selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga
terwujudnya skripsi ini.
Terima kasih dan penghargaan juga disampaikan pula kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
2. Dr. Atik Choirul Hidajah, dr., M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
3. Dr. Diah Indriani, S.Si., M.Si selaku koordinator Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga.
4. Bapak Ainur Fattah selaku lurah Ngagel Rejo dan perangkat kelurahan
Ngagel Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya
5. Kedua orang tua saya, Harmaniati dan Eko Setiawan dan Adik saya Aryasatya
Dwiki Setiawan selaku pendorong selaku pendukung dalam setiap kegiatan
penulis.
6. Teman seperjuangan saya Fransisca Putri Intan, Rani Latifah Filmira, Citra
Rachmawati, Nadharuth Febrizhya Abigael, Weldellin Yufuria C, Chatrine
Rahel A, Rohyatul Fadhila D, dan Aldilla Mazaya sebagai pejuang bersama
dan support system penulis.
7. Teman-teman KKN-59 Desa Rowotamtu Mas Rendy, Mbak Raja, Mbak
Dewita, Mbak Gita, Jeremia, Viola, Karina, Angie, dan Firly dan teman-
teman PKL Desa Sumengko Benny, Nokky, Rani, Ais, Mita, Meral, Sofia,
Tami, Dhiva, Belqys, Tyas yang telah memberikan doa dan semangat kepada
penulis.
8. Teman SMA penulis Arrizqi N, Aulia Nur R, Dewi Ana M yang selalu
memberikan semangat kepada penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga proposal skripsi ini berguna baik bagi kami sendiri maupun
pihak lain yang memanfaatkannya
Penulis
vi
ABSTRACT
Cervical cancer was a death cause that can be prevented by IVA examination.
But based on the health profile of Surabaya City, IVA examination coverage has
decreased. This study was conducted to analyze the relationship between parity,
married age, smoking behavior and family history of cervical cancer with IVA
examination behavior in working region Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya.
This research uses cross sectional design. The population in this study were
all women of childbearing age in the working region of Puskesmas Ngagel Rejo
Surabaya who were married. This research used cluster sampling method. The
amount of the sample was 163 respondents. The statistical tests used were Chi square
test, Prevalence Ratio (PR) and 95% CI.
Statistical analysis showed that there is a relationship between parity p= 0.018
(PR = 2.354; 95% CI: 1.146 - 4.832) and age of married p=0.002 ( PR = 3.05; 95%
CI: 0.160 - 0.668) with IVA examinations behavior in women of childbearing age in
working region of Puskemas Ngagel Rejo Surabaya in 2020. There is no relationship
between smoking behavior p=0.736 (PR = 3.05; 95% CI: 0.160 - 0.668) and family
history of cervical cancer getting married p=0.650 (PR = 2,146; 95% CI: 0,349 -
13,207) with IVA examinations behavior.
It was concluded that women with multiple births (multiparous) and married
under ≤20 years have the opportunity to have an IVA examination. Need to do
socialization about the ease of IVA examination and the dangers of cervical cancer
risk factors for women of childbearing age.
vii
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xv
DAFTAR ARTI, LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH .............................. xvi
ix
SKRIPSI HUBUNGAN FAKTOR RISIKO… ADELITA S
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
DAFTAR TABEL
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
% = Persen
> = Lebih dari
≥ = Lebih dari sama dengan
< = Kurang dari
≤ = Kurang dari sama dengan
Daftar Singkatan
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker serviks atau bisa disebut kanker leher rahim yaitu penyakit yang
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang dapat ditularkan melalui
hubungan seksual, infeksi virus, dan personal hygiene yang rendah (Kusumawati,
Wiyasa dan Rahmawati, 2016). Kanker serviks adalah penyakit terbesar keempat
yang terjadi dengan perkiraan 570.000 kasus baru pada 2018 mewakili 6,6% dari
semua kanker wanita. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi di negara
Indonesia. Pada tahun 2018 penyakit kanker serviks merupakan penyakit dengan
jumlah kejadian dan kematian pada wanita terbanyak nomor dua di Indonesia. Angka
sedangkan angka kematian pada penyakit kanker serviks ini sebanyak 4.196
2015, Jawa Timur dan Jawa Tengah menjadi penyumbang kasus kanker terbanyak di
Indonesia yakni 1,1 % dengan estimasi 21.313 penduduk Jawa Timur dengan kanker
serviks dan 0,8% dengan estimasi sebanyak 98.692 penduduk Jawa Tengah. Kota
menjadi kota penyumbang kasus kanker yang tinggi pula (Kemenkes Republik
Indonesia, 2015).
bergizi. Selain itu upaya deteksi dini juga dapat dilakukan dengan menjalani skrining
(Rio dan Suci, 2017). Skrining bertujuan untuk mendeteksi perubahan pra kanker,
yang jika tidak diobati dapat menyebabkan kanker. Wanita yang ditemukan memiliki
kelainan pada skrining perlu ditindak lanjuti, untuk mencegah perkembangan kanker
atau untuk mengobati kanker pada tahapan awal. Telah banyak metode deteksi dini
kanker serviks diantaranya tes pap smear, tes IVA, kolposkopi, servikografi, sampai
dengan tes HPV. Namun pemeriksaan IVA menjadi metode deteksi dini yang sesuai
pemeriksaan IVA merupakan suatu upaya deteksi dini kanker serviks secara
sederhana dengan melakukan inspeksi atau melihat keadaan mulut rahim dengan
asetat 5% dan setelah sekitar sepuluh detik dilakukan observasi terhadap perubahan
yang berupa ada atau tidak ada warna memutih pada serviks yang mencerminkan
kondisi lesi pra kanker serviks. Fase ini merupakan tujuan utama dari skrining kanker
serviks. Keuntungan dari metode ini adalah sederhana, cepat, mudah, murah, tidak
nyeri, dan hasil langsung bisa dilihat tanpa interpretasi laboratorium. Metode ini
dapat dikerjakan pada low resource setting sehingga diutamakan untuk golongan
kesehatan, dan dapat dikerjakan oleh bidan di puskesmas (Mastutik et al., 2012).
untuk setiap wanita dalam kelompok usia sasaran (30-49 tahun). Namun saat ini
pelaksanaan IVA di Indonesia masih cukup rendah yakni sebesar 7,34% (Kemenkes
Indonesia pada Buletin Jendela Data dan Informasi Tahun 2015 mengatakan bahwa
2015).
manusia dalam kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor luar perilaku (non-behavior causes). Sedangkan perilaku
terbentuk dari tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor
pendorong. Faktor predisposisi merupakan faktor yang berasal dari diri suatu
individu. Faktor predisposisi ini terdiri dari usia pertama kali menikah, paritas, dan
diri suatu individu yang berasal dari orang lain. Faktor pendorong yang menjadi
bagian dari faktor risiko penyakit kanker serviks adalah riwayat keluarga yang
menderita kanker. Menurut Nordianti pada tahun 2018 kunjungan pemeriksaan IVA
berhubungan dengan faktor risiko kanker serviks dengan nilai p value = 0,008
(Nordianti dan Wahyono, 2018). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hakimah
tahun 2016 adanya hubungan antara paritas dengan deteksi dini kanker serviks
(Hakimah, 2016). Namun hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sri Dewi Handayani yang menyatakan bahwa paritas tidak berhubungan dengan
penelitian ini untuk membuktikan pula apakah faktor risiko perilaku merokok,
paritas, usia pertama menikah, riwayat keluarga yang menderita kanker serviks
ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya karena penemuan kasus yang
terlambat. Di Indonesia, kanker serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 70%-
nya ditemukan dalam kondisi stadium lanjut (>stadium IIB) (Soimah, 2017). Kanker
serviks sebenarnya dapat diobati hingga sembuh jika ditemukan saat stadium awal
sehingga prognosis masih baik. Namun jika telah mencapai stadium lanjut, prognosis
penderita kanker serviks juga menurun karena sel kanker yang telah mengalami
metastasis. Pada tahun 2016 lalu pemerintah juga telah mengajak masyarakat
khususnya wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan dini sebagai upaya
pencegahan kanker serviks. Salah satu upaya pencegahan kanker serviks dapat
dilakukan dengan pemeriksaan IVA. Kegiatan ini penting untuk dilakukan agar sel
kanker dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga pengobatan dapat dilakukan secepat
mungkin. Hal ini yang akan menurunkan jumlah kematian wanita akibat kanker di
Indonesia.
20000
15000 Cakupan IVA
10000 13551
10818 10601
5000
0
2015 2016 2017 2018
Gambar 1.1 Cakupan Perilaku Pemeriksaan IVA Di Kota Surabaya Tahun 2015-2018
IVA Kota Surabaya pada tahun 2015 sebanyak 10.818 atau sebanyak 2% wanita usia
subur melakukan pemeriksaan IVA (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015).
Pada tahun 2016 sebanyak 10.601 atau sebanyak 2% wanita usia subur melakukan
pemeriksaan IVA (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016). Sedangkan pada
tahun 2017 cakupan pemeriksaan IVA mengalami kenaikan menjadi 28.883 atau
sebanyak 6,03% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2017). Namun pada tahun
2018 cakupan pemeriksaan IVA mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni
menjadi 13.551 atau sebanyak 2,84% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2018).
Penurunan ini dipicu oleh perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA yang
juga rendah. Perilaku suatu individu terdiri dari beberapa faktor yaitu faktor
predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Pada faktor predisposisi terdiri
dari perilaku merokok, paritas, dan usia pertama menikah. Sedangkan pada faktor
pelayanan pemeriksaan IVA dengan fasilitas yang lengkap serta didukung oleh
tenaga kesehatan yang telah mumpuni. Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Surabaya
tahun 2018, diketahui bahwa jumlah wanita yang melakukan pemeriksaan IVA di
Puskesmas Ngagel Rejo masih terbilang rendah yaitu 810 dari 9.170 wanita yang
Faktor risiko kanker serviks pada wanita diantaranya usia, jumlah mitra
seksual, usia menikah, perilaku merokok, paritas, riwayat infeksi menular seksual,
membatasi beberapa variabel faktor risiko kanker serviks yaitu menurut perilaku
merokok, paritas, usia pertama menikah, dan riwayat keluarga menderita kanker
serviks. Sehingga rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
“Apakah ada hubungan antara faktor risiko kanker serviks (perilaku merokok, paritas,
usia pertama menikah, dan riwayat keluarga menderita kanker serviks) dengan
1.4 Tujuan
Menganalisis hubungan faktor risiko kanker serviks wanita usia subur dalam
pemeriksaan IVA.
1.5 Manfaat
serviks dan pemeriksaan IVA sebagai upaya perilaku deteksi dini penyakit
kanker serviks.
2. Bagi pembaca
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi dan
3. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan dapat
keputusan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim / serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90 % dari
kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10 % sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada servikal yang menuju ke dalam rahim
(Rahayu, 2015). Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel
Virus). Virus ini bersifat eksklusif dan spesifik karena hanya bisa tumbuh dan
menyerang sel- sel manusia, terutama pada sel epital mulut. Virus ini dapat masuk ke
dalam tubuh melalui permukaan kulit, alat kelamin, mulut dan tenggorokan. HPV
merupakan virus dengan ukuran yang sangat kecil dan bisa menular saat bagian
vagina mengalami luka saat melakukan hubungan seksual. Infeksi HPV umumnya
terjadi setelah wanita melakukan hubungan seksual dan umumnya terjadi pada usia
sekitar 25 tahun. Sebagian infeksi HPV bersifat hilang timbul sehingga tidak
terdeteksi dalam kurun waktu dua tahun setelah infeksi. Hanya sebagian kecil saja
dari infeksi tersebut menetap dalam jangka lama sehingga menimbulkan kerusakan
lapisan lendir menjadi pra kanker. Infeksi HPV biasanya terlihat dalam bentuk pupil
(papilloma). Sebanyak 90 % dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang
melapisi serviks dan 10 % sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
penyakit pada suatu individu. Pada kanker serviks, riwayat alamiah penyakit dimulai
sejak terjadinya paparan yaitu HPV/Human Papilloma Virus tipe 16 dan 18 hingga
terjadinya penyakit sampai pada tahap kesembuhan atau kematian. Kanker serviks
merupakan kanker yang menyerang bagian bawah (leher) uterus yang berhubungan
dengan vagina. Agen utama kanker serviks adalah HPV/Human Papilloma Virus tipe
Kanker serviks dimulai dari infeksi awal oleh HPV, namun sebagian besar
infeksi oleh HPV tidak berkembang sampai kanker serviks. infeksi awal oleh HPV
bisa berkembang menjadi displasia atau bisa menghilang dengan spontan. Sebagian
besar wanita yang terinfeksi HPV akan mengalami displasia tingkat rendah yang
disebut CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia 1) yang dalam beberapa bulan atau
tahun terinfeksi. Sebagian besar CIN 1 menghilang secara spontan dalam periode 2-3
tahun terutama pada wanita usia < 35 tahun. Diperlukan monitor pada displasia
tingkat rendah namun tidak perlu diobati. Beberapa kasus displasia rendah akan
mengalami progresi menjadi displasia tingkat tinggi yang disebut CIN 2/3.
Sekitar 15% infeksi HPV yang persisten akan berkembang menjadi CIN 2/3
dalam periode 3-4 tahun, baik melalui CIN 1 atau tidak. CIN 2/3 merupakan
prekursor kanker serviks, oleh karena itu perlu dilakukannya pengobatan. Kanker
serviks memiliki masa laten yang sangat panjang, yaitu hingga 20 tahun. 30-70% lesi
prakanker (CIN 2/3) dapat berkembang menjadi kanker invasif dalam periode waktu
10 tahun. Kanker serviks seringkali terjadi pada wanita usia > 40 tahun, terlebih lagi
ringan (CIN 1), displasia sedang (CIN 2), displasia berat/ karsinoma in-situ (CIN 3)
serviks timbul di Squamo Columnar Junction (SCJ), yaitu batas epitel yang melapisi
ektoserviks dan endoserviks kanalis serviks yang secara histologik terjadi perubahan
dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu
epitel kuboid pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh beberapa hal yakni
faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. SCJ pada wanita muda berada di luar ostium
uteri eksternum, sedangkan pada wanita > 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis
serviks. Oleh karena itu pada wanita muda SCJ yang berada di luar ostium ekstrum
rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang nantinya memicu displasia dari SCJ
tersebut.
Pada proses karsinogenesis asam nukleat HPV bersatu dengan gen dan DNA
tuan rumah sehingga menyebabkan mutasi sel. Sel yang telah bermutasi akan
berkembang menjadi sel diplastik sehingga nantinya akan terjadi kelainan epitel yang
1. Keputihan
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium pra klinik (karsinoma insitu dan
mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering tidak
dijumpai gejala. Awalnya, keluar cairan mukus yang encer, keputihan seperti krem
tidak gatal, kemudian menjadi merah muda lalu kecoklatan dan sangat berbau bahkan
2. Perdarahan Vagina
Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah perdarahan di luar siklus
haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama makin banyak atau perdarahan
terjadi di antara 2 masa haid. Perdarahan terjadi akibat terbukanya pembuluh darah
disertai dengan pengeluaran sekret berbau busuk, bila perdarahan berlanjut lama dan
semakin sering akan menyebabkan penderita dapat terjadi shock, dijumpai pada
Keluhan ini sering dijumpai pada awal stadium invasif, biasanya timbul
perdarahan setelah bersenggama. Hal ini terjadi akibat trauma pada permukaan
4. Nyeri Panggul
Rasa nyeri ini dirasakan di bawah perut bagian bawah sekitar panggul yang
biasanya unilateral yang terasa menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri
bersifat progresif sering dimulai dengan “Low Back Pain” di daerah lumbal, menjalar
ke pelvis dan tungkai bawah, gangguan berat badan semakin lama semakin menurun
5. Konstipasi
Apabila tumor pada dinding rektum, kemudian terjadi keluhan konstipasi dan
fistula rektoingunal.
6. Inkontinensia Urin
Gejala ini sering di jumpai pada stadium lanjut yang merupakan komplikasi
akibat terbentuknya fistula dari kandung kemih ke vagina ataupun fistula dari rektum
7. Gejala lain
Semakin lanjut dan bertambah parahnya penyakit, berat badan turun terus
menerus, adanya cairan kekuningan, berbau dan dapat bercampur, anemia karena
syok perdarahan terus menerus, malaise, nafsu makan hilang, dan dapat sampai
meninggal dunia.
Menurut Riksani pada tahun 2015 dalam buku Kenali Kanker Serviks Sejak
1. Usia
Organ dalam tubuh memiliki sel yang akan membelah dan menggandakan diri
sebanyak yang dibutuhkan tubuh. Tubuh memiliki cara tersendiri untuk mengontrol
kerja sel dalam tubuh. Namun semakin bertambahnya usia akan membuat mekanisme
kontrol tersebut tidak bekerja dengan baik. Penyakit kanker serviks berkembang
ketika sel tumbuh diluar kendali. Semakin bertambahnya usia, maka kemampuan
tubuh dalam melindungi diri dari zat karsinogen akan menurun dan perbaikan sel
pasangan atau mempunyai pasangan seksual yang banyak ataupun sebaliknya, risiko
datang dari suami atau istri yang sering berganti-ganti pasangan. Saat suami
mempunyai mitra seksual yang banyak dan salah satu diantaranya terinfeksi kanker
serviks, maka saat suami tersebut berhubungan dengan istri akan mentransfer infeksi
mukosa sehingga membelah dan menjadi lebih banyak. Hal ini akan mengakibatkan
di usia muda dengan kejadian kanker serviks. Wanita yang terlalu dini melakukan
hubungan seksual, yakni di bawah 20 tahun mempunyai risiko yang besar untuk
terinfeksi kanker serviks. Hal ini dikaitkan dengan pembentukan sel epitel atau
lapisan dinding vagina dan serviks yang belum matang sempurna, disebabkan oleh
akan terjadi aktivitas seksual pada pasangan suami istri, hal inilah yang membuat
pernikahan di usia dini menjadi salah satu faktor risiko kanker serviks.
4. Merokok
Wanita yang merokok memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi kanker serviks
bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok maupun yang dikunyah. Asap
Merokok juga dapat mempercepat pengembangan sel yang disebut sel Squamous
Intraepithelial Lesions (SIL) yang berkaitan dengan HPV dan akan berkembang
5. Paritas
Paritas merupakan keadaan wanita pernah melahirkan bayi hidup. Wanita yang
sering melahirkan risiko lebih besar menderita kanker serviks, sebab dapat
menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah
anak yang dilahirkan melalui jalan normal banyak dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim dan dapat berkembang menjadi
keganasan.
Wanita yang pernah terkena infeksi menular seksual juga memiliki risiko yang
tinggi terinfeksi kanker serviks. Hal ini terjadi karena HPV dapat ikut tertular
bersamaan dengan penyebab penyakit kelamin lainnya saat terjadi hubungan seksual.
7. Kontrasepsi
kontrasepsi oral dengan risiko kanker. Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang
akan meningkatkan risiko kanker serviks. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
selama 5 hingga 9 tahun memiliki tiga kali kejadian kanker invasif termasuk kanker
Wanita yang memiliki keluarga penderita kanker serviks akan meningkatkan risiko
wanita tersebut untuk terkena kanker serviks. Risiko wanita akan meningkat 1,5
sampai 3 kali jika memiliki ibu atau saudara perempuan penderita kanker serviks.
tiga strategi yaitu pencegahan primer dan sekunder (Delima, Bahar dan Erawan,
2016). Demikian pula kanker serviks yang dapat dicegah dengan tiga strategi sebagai
berikut:
1. Pencegahan primer yaitu pencegahan sasaran pada orang sehat dengan usaha
ataupun pada orang yang memiliki resiko terhadap suatu penyakit. Pada kanker
usia muda (<18 tahun), merokok, mengalami defisiensi vitamin A,C,E dan
asam folat, mempunyai banyak anak dengan jarak persalinan terlalu dekat.
Pasangan seks beresiko tinggi adalah yang melakukan hubungan seksual lebih
dari 1 orang.
3) Memberikan vaksin HPV . Hal ini erlu dilakukan mengingat penyebab dari
kanker serviks adalah virus HPV. Vaksin HPV akan efektif bekerja apabila
diberikan pada wanita yang belum terinfeksi HPV. Wanita yang telah
perlindungan sekitar 70% terhadap penyakit kanker serviks dan 90% terhadap
genital wart.
2. Pencegahan Sekunder yaitu perilaku yang diajukan bagi mereka yang belum
teridentifikasi terkena penyakit. Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini agar
angka kejadian dapat ditekan dan memungkinkan pengobatan sedini mungkin. Pada
kanker serviks, upaya yang dilakukan antara lain pemeriksaan inspeksi visual asam
asetat (IVA), Pap Smear, inspeksi visual lugoliodin (VILI), ataupun melalui tes DNA
HPV.
visual larutan asam asetat dan larutan iodium lugol pada serviks dengan melihat
perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan yang bertujuan untuk melihat
perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan serta untuk melihat adanya sel
yang mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim.
Pemberian asam asetat itu akan mempengaruhi epitel abnormal bahkan juga akan
Pemeriksaan IVA pertama kali dikenalkan oleh Hinselman pada tahun 1925
yang dilakukan dengan cara memulas serviks dengan kapas yang telah dicelupkan ke
dalam asam asetat 3-5%. Pengolesan asam asetat akan mempengaruhi sel epitel yang
bersifat hipertonik yang akan menarik cairan intraseluler sehingga membran kolaps
dan jarak antar sel semakin dekat. Saat permukaan epitel mendapat sinar, tidak akan
akan berwarna putih Semakin putih dan jelas maka derajat kelainan hitologi semakin
tinggi. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk dapat
melihat perubahan pada epitel. Efek akan menghilang dalam 50-60 detik sehingga
dengan pemberian asam asetat akan didapatkan hasil yang merah homogen (normal)
yang sudah ada yaitu efektif, lebih murah dan mudah, peralatan yang dibutuhkan
lebih sederhana, hasil diperoleh dengan cepat sehingga tidak diperlukan kunjungan
ulang. Beberapa metode skrining kanker serviks selain pemeriksaan IVA diantaranya
adalah:
1. Tes Pap Smear adalah perilaku yang dilakukan dengan mengambil sampel sel
dari serviks kemudian dioleskan pada object glass kemudian diperiksa dengan
yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Porsio yang terinfeksi HPV akan berubah
Menurut Rasjidi tahun 2008, pada buku yang berjudul Manual Prakanker
2008):
5) Meja ginekologi
6) Lidi kapas
2. Persiapan perilaku
itu menerangkan arti dari hasil pemeriksaan apabila hasil tes positif. Memastikan
3. Teknik / Prosedur
serviks.
2. Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mukus, dan kotoran lain
pada serviks.
area di sekitarnya.
4. Oleskan larutan asam cuka atau lugol, tunggu 1-2 menit terjadinya untuk
area ini dapat terlihat. Catat bila serviks mudah berdarah. Lihat adanya
plak warna putih dan tebal atau epitel aceto white bila menggunakan
6. Bersihkan sisa larutan asam asetat dan larutan lugol dengan lidi kapas
4. Interpretasi
Dikatakan IVA positif bila adanya area berwarna putih (acetowhite) dan
Pemeriksaan IVA ini dilakukan pada wanita yang berusia 30-50 tahun dan
kanker leher rahim, penyebab, faktor risiko, deteksi dini, penanganan dan
pemeriksaan IVA yang akan menghasilkan tiga tipe hasil yakni IVA+, IVA-, dan
curiga kanker. Hasil dari pemeriksaan IVA ini akan mempengaruhi perilaku
selanjutnya.
yang sangat luas dari suatu individu. Perilaku membentuk reaksi psikis seseorang
digolongkan menjadi dua yakni dalam bentuk pasif (perilaku tanpa perilaku nyata
atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (perilaku dengan perilaku yang nyata). Bentuk
perilaku ini dapat diketahui melalui sikap dan perilaku. Perilaku juga dapat bersifat
2012). Menurut Lawrence Green (1980) dalam Harahap (2016) perilaku manusia
dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Perilaku sendiri
Predisposing Factors
Reinforcing Factors
Gambar 2.4 Kerangka Teori Perubahan Perilaku oleh Lawrence Green 1980
1. Usia
Usia individu terhitung mulai dari saat individu tersebut sampai berulang tahun.
Semakin matang umur seorang wanita, maka semakin meningkat pula risiko terjadi
kanker serviks. Hal ini terjadi karena fungsi reproduksi pada umur tersebut mulai
mengalami penurunan (Silfia dan Muliati, 2017). Pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks di Indonesia juga telah dianjurkan oleh Pemerintah pada wanita yang berusia
30-50 tahun. Kasus kejadian kanker serviks paling tinggi terjadi pada usia 40-50
tahun, sehingga wanita usia subur yang telah menikah dianjurkan untuk melakukan
deteksi dini untuk mengurangi faktor risiko. Menurut Adam (2017) ada hubungan
yang bermakna antara usia dengan perilaku pemeriksaan IVA namun menurut Silfia
dan Multiati (2017) usia wanita tidak ada pengaruh terhadap pemeriksaan IVA.
2. Tingkat Pendidikan
satunya adalah tingkat pendidikan dari seorang individu. Menurut Maville dalam
Silfia (2017) orang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki status
fungsional lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku sehat, sedangkan orang yang
kesehatan yang tersedia. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman dan hal ini
akan mempengaruhi cara berfikir dari seorang individu untuk melakukan suatu
perilaku khususnya dalam hal kesehatan seperti pada pemeriksaan IVA (Silfia dan
Muliati, 2017).
akan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih beragam. Selain itu melalui
pemeriksaan IVA.
4. Pendapatan
IVA terbatas. Hal ini akan membuat wanita usia subur untuk menunda pemeriksaan
IVA. Status ekonomi ini juga mempengaruhi kesadaran sikap dan tingkah laku wanita
Faktor risiko kanker serviks yang diangkat menjadi variabel dalam penelitian
ini adalah:
1. Perilaku Merokok
Perilaku merokok merupakan salah satu faktor risiko kanker serviks yang
berasal dari diri wanita itu sendiri. Wanita yang merokok berisiko dua kali lebih besar
terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (Rahmadani,
Ade dan Sofian, 2016). Karena wanita perokok berisiko untuk terkena kanker serviks,
diperlukan upaya deteksi dini pada serviks salah satunya dengan pemeriksaan IVA.
2. Paritas
Paritas merupakan salah satu faktor risiko kanker serviks yang memiliki
hubungan erat dengan kejadian kanker serviks. Risiko kanker serviks akan meningkat
3-5 kali lebih besar pada wanita yang sering melahirkan. Hal ini yang menjadi dasar
3. Usia Menikah
Wanita yang menikah pada usia < 20 tahun berisiko 4 kali lebih besar untuk
terkena kanker serviks daripada wanita yang menikah pada usia ≥ 20 tahun
(Bramanuditya, 2018). Saat ini mulai banyak wanita Indonesia yang memutuskan
untuk menikah di usia muda yang memiliki banyak risiko salah satunya penyakit
kanker serviks. Oleh karena itu penting bagi wanita usia muda yang menikah di usia
4. Riwayat Keluarga
Kanker merupakan penyakit yang dapat diturunkan melalui orang tua. Seperti
halnya pada kanker serviks, wanita dengan riwayat keluarga terkena kanker serviks
harus melakukan upaya preventif dengan melakukan deteksi dini kanker serviks salah
satunya melalui pemeriksaan IVA. Karena wanita dengan riwayat keluarga terkena
kanker serviks berisiko 2-3 kali lebih tinggi daripada wanita tanpa keturunan penyakit
kanker.
BAB III
Faktor Predisposisi
1. Karakteristik responden
a. Usia
b. Pendapatan
c. Pekerjaan
d. Tingkat pendidikan
2. Perilaku merokok
3. Paritas
4. Usia pertama menikah
Tindakan Pemeriksaan
IVA
Faktor Pemungkin
Faktor Pendorong
Tidak Diteliti =
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Faktor Risiko Kanker Serviks pada Wanita
Usia Subur dengan Perilaku Pemeriksaan IVA di Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya
(Adopsi teori Lawrence Green, 1980)
30
melakukan pemeriksaan IVA meliputi faktor predisposisi pada penelitian ini terdiri
dari karakteristik wanita usia subur (usia, status ekonomi, dan pekerjaan, tingkat
pendidikan), perilaku merokok, paritas, dan usia pertama menikah. Faktor berikutnya
Sedangkan faktor pendorong pada penelitian ini yaitu riwayat keluarga yang
menderita kanker. Faktor predisposisi dan pendorong pada penelitian yang nantinya
3.2 Hipotesis
H1 : Ada hubungan antara perilaku merokok wanita usia subur dengan perilaku
H1 : Ada hubungan antara paritas wanita usia subur dengan perilaku pemeriksaan
H1 : Ada hubungan antara usia pertama menikah wanita usia subur dengan perilaku
BAB IV
METODE PENELITIAN
data melalui uji hipotesis. Pendekatan cross sectional merupakan jenis penelitian
yang menekankan waktu pengukuran dan observasi data variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada suatu saat. Melalui pendekatan ini dapat diketahui dan
dijelaskan mengenai ada atau tidaknya hubungan antar variabel dalam penelitian, dan
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita usia subur yang terdapat di
wilayah Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya yang terbagi pada dua kelurahan yakni
Kelurahan Ngagel Rejo dan Kelurahan Ngagel dengan total wanita usia subur 14.247
orang.
32
Tabel 4.1 Jumlah Wanita Usia Subur Tiap RW di Kelurahan Ngagel dan Kelurahan
Ngagel Rejo Surabaya
RW I 923 orang
RW II 559 orang
RW IV 88 orang
RW V 627 orang
RW I 519 orang
RW II 1332 orang
RW IV 1036 orang
RW V 1137 orang
RW VI 931 orang
Kelurahan Ngagel Rejo
RW VII 1265 orang
RW IX 668 orang
RW X 1009 orang
RW XI 766 orang
4.3 Sampel, Besar Sampel, Cara Penentuan Sampel, Cara Pengambilan Sampel
4.3.1 Sampel
wilayah kerja Puskesmas Ngagel Rejo sebanyak 14.247 orang, maka dilakukan
pengambilan sebagian dari populasi untuk menjadi sampel dalam penelitian sebagai
berikut:
2
{𝑍1−𝛼/2 √2𝑃̅ (1 − 𝑃̅) + 𝑍1−𝛽 √𝑃1 (1 − 𝑃1 ) + 𝑃2 (1 − 𝑃2 )}
𝑛=
(𝑃1 − 𝑃2 )2
2
{1,96√2.0,57(1 − 0,57) + 1,282√0,67(1 − 0,67) + 0,47(1 − 0,47)}
𝑛=
(0,64 − 0,33)2
𝑛 = 65
Keterangan:
responden. Namun karena penelitian ini untuk menguji hipotesis dua proporsi. Oleh
karena itu hasil dari perhitungan sampel dikalikan dua menjadi 130 responden. Untuk
memenuhi besar sampel, maka dilakukan penambahan sampel sebesar 25%. Sehingga
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster sampling
wilayah Puskesmas Ngagel Rejo yang terdiri dari dua kelurahan yakni Kelurahan
Ngagel Rejo yang terdiri dari 12 RW dan Kelurahan Ngagel yang terdiri dari 5 RW.
Setelah didapatkan daftar nama wanita usia subur yang telah menikah dilakukan
cluster pada 17 RW agar diketahui jumlah wanita setiap RW yang dapat digunakan
yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi antara
lain:
4.3.3 Sampel Wanita usia subur di Kelurahan Ngagel dan Ngagel Rejo
Tabel 4.2 Sampel Wanita Usia Subur di Kelurahan Ngagel dan Kelurahan Ngagel
Rejo Surabaya
Jumlah
Kelurahan RW Sampel
Penduduk
Surabaya yakni Kelurahan Ngagel dan Kelurahan Ngagel Rejo dan dilaksanakan pada
yang tinggi.
4.5 Variabel, Definisi Operasional, Cara Pengukuran, Hasil Pengukuran dan Skala
Data
Tabel 4.3 Tabel Variabel, Definisi Operasional, Cara Pengukuran, Hasil Pengukuran
dan Skala Data
Lanjutan
Tabel 4.3 Tabel Variabel, Definisi Operasional, Cara Pengukuran, Hasil Pengukuran,
dan Skala Data
Variabel Definisi Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Skala
Operasional
Variabel Kegiatan Pengisian Hasil dilakukan Nominal
Independen yang kuesioner oleh dengan
: dilakukan responden dengan pengkategorian:
Pekerjaan setiap hari pembagian 1. Bekerja jika
oleh kategori: jawaban:
responden 1. Ibu Rumah Pegawai swasta,
dan Tangga Wiraswasta, PNS
mendapatkan 2. Pegawai 2. Tidak Bekerja
upah. Swasta jika jawaban: Ibu
3. Wiraswasta Rumah Tangga
4. PNS
Variabel Hasil berupa Pengisian Hasil pengukuran Ordinal
Independen uang yang kuesioner oleh dilakukan
: diterima oleh responden dengan pengkategorian:
Pendapatan seseorang pilihan jawaban: 1. Rendah :
dari 1. <Rp3.800.00 <Rp3.800.000
pekerjaan 2. ≥ Rp3.800.000 2. Tinggi :
yang ≥Rp3.800.000
dilakukannya
.
Variabel Aktivitas Pengisian Hasil pengukuran Nominal
Independen membakar kuesioner oleh dilakukan
: rokok lalu responden dengan pengkategorian:
Perilaku menghisap pilihan jawaban: 1. Tidak Merokok
merokok dan 1. Tidak 2. Merokok
menghembus Merokok
kan asapnya 2. Merokok
keluar.
Variabel Banyaknya Pengisian Hasil dilakukan Nominal
Independen jumlah anak kuesioner oleh pengkategorian:
: yang responden dengan 1. Primipara :
Paritas dilahirkan per pilihan jawaban: jumlah kelahiran
vagina 1. Jumlah 1 kali
kelahiran 2. Multipara:
1 kali jumlah kelahiran
2. Jumlah 2-4 kali
kelahiran
2-4 kali
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
Lanjutan
Tabel 4.3 Tabel Variabel, Definisi Operasional, Cara Pengukuran, Hasil Pengukuran,
dan Skala Data
Variabel Definisi Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Skala
Operasional
Variabel Tahun saat Pengisian Hasil dilakukan Nominal
Independen responden kuesioner oleh pengkategorian:
: Usia melakukan responden dengan 1. Usia saat
menikah ikatan resmi pilihan jawaban: menikah > 20
pertama kali 1. Usia saat tahun
dengan laki- menikah > 2. Usia saat
laki dan 20 tahun menikah ≤ 20
melakukan 2. Usia saat tahun
hubungan menikah ≤
seksual 20 tahun
pertama kali
Variabel Keluarga Pengisian Hasil dilakukan Nominal
Independen responden kuesioner oleh pengkategorian:
: yang pernah responden dengan 1. Tidak ada
Riwayat menderita pilihan jawaban: riwayat
keluarga kanker 1. Tidak ada keluarga
yang serviks keluarga 2. Ada riwayat
menderita sebelumnya yang pernah keluarga
kanker menderita
serviks kanker
serviks
2. Ada
keluarga
yang pernah
menderita
kanker
serviks
Variabel Respon Perilaku Hasil dilakukan Nominal
Dependen: seseorang pemeriksaan IVA pengkategorian :
Perilaku untuk diukur melalui Ya = Melakukan
Pemeriksaa melakukan pengisian pemeriksaan IVA
n IVA suatu kuesioner oleh Tidak = Tidak
kegiatan atau responden. melakukan
aktifitas pemeriksaan IVA
perilaku yang
dilakukan
wanita dalam
melakukan
pemeriksaan
IVA.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
1. Peneliti akan mengumpulkan data sekunder sebagai data pendukung yakni cakupan
pemeriksaan IVA di Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya, dan daftar wanita yang ada di
wilayah Puskesmas Ngagel Rejo (Kelurahan Ngagel dan Kelurahan Ngagel Rejo)
2. Peneliti juga akan mengumpulkan data primer yang akan dilakukan dengan cara
secara daring. Alat penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner penelitian ini terdiri dari pernyataan yang
1. Karakteristik Responden
yang terdiri dari nomor responden, tanggal pengisian, tanggal lahir responden,
Faktor risiko kanker serviks diukur adalah perilaku merokok, paritas, usia
isian singkat oleh responden sesuai dengan variabel perilaku merokok, paritas,
yang dapat digunakan harus memenuhi dua persyaratan melalui uji validitas
1. Uji Validitas
dan kesesuaian alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel. Alat
ukur dapat dikatakan valid jika benar-benar sesuai dan menjawab secara
Berdasarkan tabel 4.4 dan 4.5 dapat diketahui bahwa uji validitas dari
kuesioner dikatakan valid karena semua hasil uji menunjukkan r > 0,3,
2. Uji Reliabilitas
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, maka akan
reliabilitas ini dilakukan melalui aplikasi Statistical Package for the Social
jika nilai Cronbach’s alpha > 0,6 maka instrumen dikatakan reliabel.
Tabel 4.6 Reliabilitas Faktor Risiko Kanker Serviks dan Perilaku Wanita
Mengidentifikasi karakteristik
wanita usia subur di wilayah
Puskesms Ngagel Rejo
Penyajian data
Pembahasan
1. Coding, yaitu memberikan skor untuk data yang sudah diedit dan selanjutnya
3. Cleaning data, yaitu memastikan data yang masuk ke dalam program tidak
a. Analisis Univariabel
data secara deskriptif yaitu data untuk variabel dan disajikan dalam bentuk
b. Analisis Bivariabel
BAB V
HASIL PENELITIAN
Surabaya yang berdiri pada tahun 1981 dan bertempat di Jl. Ngagel Dadi III/17
Rejo meliputi dua kelurahan yaitu Kelurahan Ngagel yang memiliki luas wilayah 84
Ha dengan 5 RW dan Kelurahan Ngagel Rejo dengan luas wilayah 136 Ha dengan 12
RW. Batas wilayah kerja UPTD Puskesmas Ngagel Rejo yaitu sebelah utara
Kelurahan Jagir, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Barata Jaya, dan di
sebanyak 6.434 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 6.618 orang.
dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 22.526 orang dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 23.137 orang. Jumlah pasangan usia subur di dua kelurahan ini
46
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
1. Usia
yakni kelompok usia 15-24 tahun, kelompok usia 25-39 tahun, dan kelompok usia
40-49 tahun. Distribusi usia responden terhadap perilaku pemeriksaan IVA dapat
Tabel 5.1 Distribusi Demografi Usia Wanita Usia Subur di Wilayah Puskesmas
Ngagel Rejo Tahun 2020
pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 68 responden dengan persentase
2. Pekerjaan
Tabel 5.2 Distribusi Demografi Status Pekerjaan Wanita Usia Subur di Wilayah
Puskesmas Ngagel Rejo Tahun 2020
3. Pendapatan
pendapatan keluarga dalam satu bulan yaitu tingkat rendah jika pendapatan
4. Pendidikan
tamat SD, SD, SMP) dan tingkat lanjutan (SMA, D3/S1). Distribusi tingkat
persentase 6,7%. Dari tabel berikut dapat diketahui bahwa sebagian besar
1. Perilaku Merokok
merokok dan merokok. Distribusi perilaku merokok dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.5 Distribusi Perilaku Merokok Wanita Usia Subur di Wilayah Puskesmas
Ngagel Rejo Tahun 2020
2. Paritas
terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok primipara yang memiliki jumlah
kelahiran 1 kali dan kelompok multipara yang memiliki jumlah kelahiran 2 kali
atau lebih. Distribusi paritas responden dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.6 Distribusi Paritas Wanita Usia Subur di Wilayah Puskesmas Ngagel Rejo
Tahun 2020
termasuk multipara sebanyak 113 responden dengan persentase 69,3%. Dari tabel
5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kategori
3. Usia Menikah
menikah, responden terbagi menjadi dua kelompok yaitu usia pertama menikah >
20 tahun dan usia pertama menikah ≤ 20 tahun. Distribusi usia pertama menikah
Tabel 5.7 Distribusi Usia Pertama Menikah Wanita Usia Subur di Wilayah
Puskesmas Ngagel Rejo Tahun 2020
kanker serviks, responden terbagi menjadi 2 kategori yaitu tidak ada riwayat
kanker serviks dan ada riwayat kanker serviks. Distribusi riwayat keluarga yang
Tabel 5.8 Distribusi Wanita Usia Subur yang Memiliki Riwayat Keluarga Menderita
Kanker Serviks di Wilayah Puskesmas Ngagel Rejo Tahun 2020
Riwayat Keluarga
Frekuensi Persentase (%)
Menderita Kanker Serviks
Tidak ada riwayat 158 96,9
Ada riwayat 5 3,1
Total 163 100
Sumber: Data primer
Tabel 5.9 Distribusi Perilaku Pemeriksaan IVA Wanita Usia Subur di Wilayah
Puskesmas Ngagel Rejo Tahun 2020
Perilaku Pemeriksaan
Frekuensi Persentase (%)
IVA
Tidak 95 58,3
Ya 68 41,7
Total 163 100
Sumber: Data primer
persentase 41,7%.
responden dengan persentase 95,6% sedangkan pada kelompok responden yang tidak
melakukan pemeriksaan IVA sebagian besar responden juga tidak merokok yaitu
responden berdasarkan perilaku pemeriksaan IVA dapat dilihat pada tabel tabulasi
silang berikut:
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Hubungan Perilaku Merokok Wanita Usia Subur dengan
Perilaku Pemeriksaan IVA di Wilayah Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya Tahun 2020
Perilaku Pemeriksaan PR
Perilaku IVA Total P-
Merokok Ya Tidak value 95%
n % n % n % CI
Tidak
65 95,6 89 93,7 154 94,5 0,685
Merokok
Merokok 3 4,4 6 6,3 9 5,5 0,736 (0,165-
2,839)
Total 68 100 95 100 163 100
Sumber: Data primer
Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher, didapatkan hasil bahwa P-value
sebesar 0,736 dengan α = 0,05. Sehingga nilai P > α yang artinya perilaku merokok
orang dengan persentase 79,4%. Sedangkan pada kelompok responden yang tidak
berdasarkan perilaku pemeriksaan dapat dilihat pada tabel tabulasi silang berikut :
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Hubungan Paritas pada Wanita Usia Subur dengan
Perilaku Pemeriksaan IVA di Wilayah Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya Tahun 2020
Perilaku Pemeriksaan PR
IVA Total P-
Paritas
Ya Tidak value 95%
n % n % n % CI
Primipara 14 20,6 36 37,9 50 30,7 2,354
Multipara 54 79,4 59 62,1 113 69,3 0,018 (1,146-
4,832)
Total 68 100 95 100 163 100
Sumber: Data primer
0,018 dengan nilai Prevalence Ratio (PR) sebesar 2,354 (95% CI = 1,146 – 4,832)
dengan α = 0,05. Sehingga nilai P > α yang artinya, terdapat hubungan antara paritas
dengan perilaku pemeriksaan IVA. Selain itu dari Confidence Interval diketahui
bahwa CI tidak melewati angka 1 maka dapat diartikan bahwa paritas memiliki
kali atau lebih (multipara) memiliki peluang 2,354 kali lebih besar untuk melakukan
kali (primipara).
responden yang melakukan pemeriksaan IVA menikah pertama kali pada usia > 20
responden yang melakukan pemeriksaan IVA menikah pertama kali pada usia ≤ 20
tahun yaitu sebanyak 14 responden dengan persentase 20,6%. Distribusi usia pertama
menikah berdasarkan perilaku pemeriksaan IVA dapat dilihat pada tabel tabulasi
silang berikut :
Tabel 5.12 Tabulasi Silang Hubungan Usia Menikah pada Wanita Usia Subur dengan
Perilaku Pemeriksaan IVA di Wilayah Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya Tahun 2020
Perilaku Pemeriksaan
PR
IVA Total P-
Usia Menikah
Ya Tidak value 95%
n % n % n % CI
> 20 Tahun 54 79,4 53 55,8 107 65,6 3,05
≤ 20 Tahun 14 20,6 42 44,2 56 34,4 0,002 (0,160-
Total 68 100 95 100 163 100 0,668)
Sumber: Data primer
0,002 dengan nilai Prevalence Ratio (PR) sebesar 3,05 (95% CI = 0,160-0,668)
dengan α = 0,05. Sehingga nilai P < α yang artinya, terdapat hubungan antara usia
pertama menikah dengan perilaku pemeriksaan IVA. Selain itu dari Confidence
Interval diketahui bahwa CI tidak melewati angka 1 maka dapat diartikan bahwa usia
menikah di usia >20 tahun memiliki peluang 3,05 kali lebih besar untuk melakukan
pemeriksaan IVA dibandingkan dengan responden yang menikah pada usia ≤20
tahun.
melakukan pemeriksaan IVA tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker
besar kelompok responden yang tidak melakukan pemeriksaan IVA juga tidak
kanker serviks berdasarkan perilaku pemeriksaan dapat dilihat pada tabel tabulasi
silang berikut :
Tabel 5.13 Tabulasi Silang Hubungan Riwayat Keluarga Menderita Kanker Serviks
pada Wanita Usia Subur dengan Perilaku Pemeriksaan IVA di Wilayah Puskesmas
Ngagel Rejo Surabaya Tahun 2020
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher, didapatkan P-value sebesar
0,650 dengan nilai Prevalence Ratio (PR) sebesar 2,146 (95% CI = 0,349-13,207)
dengan α = 0,05. Sehingga P > α yang artinya, riwayat keluarga yang menderita
BAB VI
PEMBAHASAN
Perilaku merokok merupakan salah satu faktor risiko kanker serviks. Wanita
perokok memiliki risiko 6,33 kali lebih besar untuk terkena lesi pra kanker serviks
daripada wanita yang tidak merokok (Nindrea, 2017). Pada wanita perokok,
ditemukan nikotin pada getah bening 56 kali lebih tinggi dibandingkan dalam serum.
Sehingga dapat menurunkan imun lokal dan memicu tumbuhnya sel abnormal dalam
serviks/ leher rahim. Setiap kandungan asap rokok yang masuk ke dalam tubuh akan
masuk ke aliran darah. Zat nikotin yang terkandung dalam darah akan memicu
pertumbuhan sel yang abnormal pada serviks wanita, sel abnormal inilah yang akan
memicu pertumbuhan sel kanker pada serviks wanita (Septiana, 2018). Oleh karena
itu wanita yang menjadi perokok aktif masuk ke dalam kelompok risiko kanker
serviks dan sangat dianjurkan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks salah
satunya dengan pemeriksaan IVA untuk membantu mendeteksi ada atau tidaknya sel
pemeriksaan IVA pada penelitian ini terjadi karena proporsi wanita sebagai perokok
aktif di wilayah Puskesmas Ngagel Rejo relatif sedikit. Hal ini didukung oleh
58
pria lebih banyak daripada perokok aktif wanita (Kementrian Kesehatan, 2018).
Selain itu angka sampel yang kecil juga dapat menjadi penyebab tidak adanya
hubungan antara perilaku merokok dengan pemeriksaan IVA. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Idaria Sidabukke yang menyatakan bahwa perilaku
merokok tidak memiliki hubungan dengan minat wanita usia subur dalam melakukan
pemeriksaan IVA. Wanita yang bukan perokok aktif juga telah melakukan
pemeriksaan IVA meskipun wanita tersebut tidak memiliki salah satu faktor risiko
kanker serviks. Hasil pengisian kuesioner oleh responden menyatakan bahwa alasan
ditemukannya gejala atau tanda kanker serviks dalam diri responden. Hal ini juga
berarti bahwa kurangnya pengetahuan responden terkait dengan faktor risiko kanker
serviks yang menyatakan bahwa perokok aktif merupakan salah satu faktor risiko
kanker serviks yang harus dihindari. Apabila wanita tersebut telah menjadi perokok
aktif, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan IVA sedini mungkin. Hasil penelitian
ini sesuai dengan teori WHO bahwa yang menyebabkan seseorang melakukan
perilaku karena terdapat pemikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, sikap,
persepsi, dan kepercayaan individu yang didukung dengan adanya fasilitas, biaya, dan
Paritas adalah keadaan wanita pernah melahirkan bayi hidup, wanita yang
sering melahirkan risiko lebih besar menderita kanker serviks (Riksani, 2015).
Multiparitas merupakan salah satu kategori paritas yang menjadi faktor risiko kanker
serviks (Romauli, 2009). Multipara pada wanita memiliki arti bahwa seorang wanita
yang telah melahirkan 2 kali atau lebih. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Novi
Eniastina Jasa bahwa wanita dengan kelompok paritas multipara berisiko 14.700 kali
untuk terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita kelompok primipara (Jasa,
2016). Memiliki banyak anak akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Janin
yang melewati serviks akan menimbulkan trauma pada serviks. trauma pada serviks
yang terjadi terus menerus akan menimbulkan infeksi yang nantinya akan rentan
terserang virus salah satunya Human Papilloma Virus/HPV yang dapat menyebabkan
kanker serviks (Arum, 2015). Oleh karena itu wanita yang termasuk dalam kategori
multiparitas seharusnya memiliki keinginan lebih besar untuk melakukan deteksi dini
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan
perilaku pemeriksaan IVA. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dan harapan,
bahwa wanita dengan multipara sebagai salah satu faktor risiko kanker serviks
mendeteksi secara dini ada atau tidaknya sel kanker pada tubuh wanita tersebut.
Penelitian ini sejalan dengan Hakimah tahun 2016 yang menyatakan terdapat
hubungan antara paritas dengan perilaku deteksi dini kanker serviks (Hakimah,
2016).
pada kategori multipara yang tidak melakukan pemeriksaan IVA hampir sama dengan
jumlah responden wanita multipara yang melakukan pemeriksaan IVA. Dari hasil
pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden wanita, diketahui bahwa alasan
mereka yang tidak melakukan pemeriksaan IVA pada kelompok multipara karena
mereka merasa sehat dan tidak merasakan gejala kanker serviks. Hal ini berarti bahwa
mengenai kanker serviks. Wanita yang melahirkan banyak anak akan meningkatkan
risiko kanker serviks, oleh karena itu diperlukan upaya penyuluhan mengenai faktor
risiko kanker serviks untuk menimbulkan minat dan kesadaran wanita untuk
6.3 Hubungan Usia Pertama Menikah dengan Perilaku Pemeriksaan IVA di Wilayah
pernikahan pertama kali. Saat menikah, maka dipastikan adanya aktivitas seksual dari
pasangan suami istri. Namun organ reproduksi wanita membutuhkan waktu yang
tepat untuk melakukan aktivitas seksual sampai kehamilan. Pada usia muda, organ
reproduksi wanita dirasa belum siap karena epitel serviks belum seluruhnya tertutup
oleh skuamosa dan belum siap untuk menerima benda asing. Hal inilah yang
menyebabkan sel dan jaringan tersebut mudah terluka dan nantinya akan
memudahkan virus masuk salah satunya adalah Human Papilloma Virus/HPV (Jasa,
2016).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gede Raka yang menyatakan bahwa
adanya hubungan usia perkawinan dengan kejadian lesi pra kanker serviks di usia
perkawinan < 21 tahun (Arista Mas Putra, 2014). Usia ideal dan matang secara
biologis dan psikologis untuk menikah yaitu di usia 21-25 tahun. Usia tersebut dirasa
sudah matang secara pola pikir dan secara biologis pula (Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional, 2017). Wanita yang memiliki risiko menikah di usia muda atau
wilayah Puskesmas Ngagel Rejo pada penelitian ini. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hakimah yang menyatakan bahwa ada hubungan antara usia pertama
kali menikah dengan perilaku deteksi dini kanker serviks (Hakimah, 2016). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa responden wanita dengan usia menikah > 20 tahun
lebih banyak melakukan pemeriksaan IVA daripada responden yang memiliki risiko
usia menikah ≤ 20 tahun. Penelitian oleh Idaria Sidabukke juga menyatakan bahwa
sebagian besar wanita yang melakukan hubungan seksual di usia muda kurang
berminat untuk melakukan deteksi dini kanker serviks, sebaliknya wanita yang tidak
biasanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sehingga wanita tersebut merasa
tidak membutuhkan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Selain itu
diperoleh oleh wanita yang menikah di usia ≤ 20 tahun membuat mereka belum
responden wanita juga menyatakan bahwa alasan responden yang memiliki usia
tentang deteksi dini menggunakan tes IVA. Responden hanya mengetahui deteksi
dini hanya dilakukan dengan pap smear yang membutuhkan biaya yang cukup mahal.
Selain itu beberapa responden lain menyatakan bahwa mereka merasa malu dengan
menurun dari orang tua ke anaknya. Wanita yang memiliki riwayat kanker serviks
dari keluarga memiliki risiko lebih besar untuk terkena kanker serviks pula karena
gen dari orang tua telah diturunkan. Wanita yang memiliki riwayat keluarga penderita
kanker serviks memiliki risiko 3,233 kali lebih besar untuk terkena kanker serviks
(Yuviska dan Amirus, 2015). Yuviska menyatakan bahwa riwayat keluarga penderita
kanker serviks berhubungan dengan kejadian kanker serviks, oleh karena itu
dianjurkan pada wanita yang memiliki riwayat keluarga penderita kanker serviks
untuk melakukan pemeriksaan IVA (Yuviska dan Amirus, 2015). Namun, bukan
berarti wanita dengan riwayat keluarga penderita kanker serviks pasti menderita
kanker serviks. Wanita yang memiliki riwayat masih bisa menghindari penyakit
tersebut, salah satunya dengan melakukan gaya hidup yang sehat dan melakukan
serviks tidak memiliki hubungan dengan perilaku pemeriksaan IVA. Artinya riwayat
pemeriksaan IVA, karena wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga penderita
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nonik Ayu Wantini yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara riwayat keluarga penderita kanker serviks dengan
perilaku deteksi dini kanker serviks (Wanitini dan Indrayani, 2018). Tidak
pemeriksaan IVA karena penelitian ini tidak memfokuskan kepada respoden yang
memiliki riwayat keluarga penderita kanker serviks, hal ini mengakibatkan jumlah
responden yang tidak memiliki riwayat keluarga penderita kanker serviks jauh lebih
banyak daripada jumlah responden yang memiliki riwayat keluarga penderita kanker
serviks.
Peneliti telah berusaha melakukan penelitian secara baik dan benar, namun peneliti
masih menyadari bahwa masih ada keterbatasan atau kekurangan dalam penelitian ini
diantaranya:
menjadi kelompok wanita dengan perokok aktif dan perokok pasif. Hal ini
membuat jumlah wanita usia subur yang menjadi responden di penelitian ini
dalam penelitian ini sangat sedikit. Hal ini terjadi karena peneliti tidak
memasukkan ke dalam kriteria inklusi, oleh sebab itu jumlah wanita yang
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Ngagel dan Ngagel Rejo pada penelitian ini berada di kelompok usia 40-49 tahun.
wiraswasta dan pegawai negeri sipil. Lebih dari setengah responden memiliki
pemeriksaan IVA pada penelitian ini sebagian besar merupakan wanita yang bukan
perokok aktif, berada pada kelompok multipara (memiliki jumlah kelahiran 2 kali
atau lebih), pertama kali menikah di usia > 20 tahun dan tidak memiliki riwayat
pemeriksaan IVA.
jumlah kelahiran 2 kali atau lebih (multipara) memiliki peluang 2,34 kali lebih besar
66
5. Usia menikah memiliki hubungan dengan perilaku pemeriksaan IVA. Wanita usia
subur yang menikah di usia >20 tahun memiliki peluang 3,05 kali lebih besar untuk
melakukan pemeriksaan IVA dibandingkan dengan wanita yang menikah di usia ≤20
tahun.
6. Riwayat keluarga yang menderita kanker serviks tidak memiliki hubungan dengan
7.2 Saran
beberapa saran yang perlu dipertimbangkan. Adapun saran yang diajukan peneliti,
yaitu:
dan bahaya faktor risiko kanker serviks kepada masyarakat khususnya wanita usia
dapat berupa pengadaan seminar atau dengan pemberian media informasi dalam
bentuk leaflet atau sticker yang dapat ditempel sehingga dapat terbaca oleh
melalui pertemuan atau melalui daring sehingga dapat menjaring masyarakat lebih
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko kanker serviks selain
perilaku merokok, paritas, usia menikah, dan riwayat keluarga menderita kanker
serviks dalam melakukan pemeriksaan IVA. Selain itu perlu adanya penelitian
lebih lanjut mengenai minat dan motivasi wanita usia subur dalam melakukan
pemeriksaan IVA
DAFTAR PUSTAKA
Arista Mas Putra, A.., 2014. Hubungan Paritas Dan Usia Perkawinan Sebagai Faktor
Risiko Lesi Prakanker Serviks Pada Ibu Pasangan Usia Subur Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukasada Ii. E-Jurnal Medika Udayana, 3(10), hal.1–8.
Arysha, V.O., 2018. Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik terhadap Tindakan
Ibu Rumah Tangga pada Pemeriksaan IVA di Wilayah Kerja Puskesmas
Bandar Khalifah Tahun 2018. Sumatera Utara.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2017. Usia Pernikahan Ideal 21-25
Tahun. [daring] BKKBN. Tersedia pada:
<https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-
tahun>.
Bhatla, N., Berek, J.S., Cuello, M., Lynette, F., Grenman, S., Karunaratne, K., Kehoe,
S.T., Konishi, I., Olawaiye, A.B., Prat, J. dan Sankaranarayanan, R., 2018.
Revised FIGO Staging for Carcinoma of The Cervix Uteri. [daring]
143(December 2018), hal.129–135. Tersedia pada:
<https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/ijgo.12749>.
Bramanuditya, A., 2018. Hubungan Antara Pernikahan Usia Muda dengan Kejadian
Kanker Serviks di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. [daring] Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan. Tersedia pada:
<http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1299/1/Naskah Skripsi.pdf>.
Delima, N., Bahar, H. dan Erawan, P.E.M., 2016. Perilaku Pencegahan Kanker
Serviks pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
Tahun 2016. [daring] Tersedia pada:
<https://media.neliti.com/media/publications/186967-ID-perilaku-pencegahan-
kanker-serviks-pada.pdf>.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2015. [daring] Provinsi Jawa Timur. Tersedia pada:
<http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINS
I_2015/15_Jatim_2015.pdf>.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2016. [daring] Provinsi Jawa Timur. Tersedia pada:
<https://www.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVI
NSI_2016/15_Jatim_2016.pdf>.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2017. [daring] Provinsi Jawa Timur. Tersedia pada:
<https://www.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVI
NSI_2017/15_Jatim_2017.pdf>.
69
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2018. [daring] Tersedia pada:
<https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/BUKU PROFIL
KESEHATAN JATIM 2018.pdf>.
GLOBOCAN, 2018. Estimated age-standardized incidence and mortality rates (
World ) in 2018 , Indonesia , females , ages 15-49. [daring] Tersedia pada:
<http://gco.iarc.fr>.
Hakimah, U., 2016. Hubungan Faktor Risiko Kanker Serviks dengan Tindakan
Wanita dalam Melakukan Pemeriksaan Pap Smear. [daring] Airlangga.
Tersedia pada: <http://repository.unair.ac.id/30481/>.
Handayani, S.D., 2018. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemeriksaan
IVA pada Wanita Usia Subur di Desa Penyak Kecamatan Koba Kabupaten
Bangka Tengan Tahun 2017.
Harahap, R.A., 2016. Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing
Terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi di Puskesmas Bagan
Batu Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir. JUMANTIK, 1(1),
hal.79–103.
Jasa, N.E., 2016. Determinan yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Serviks
pada Wanita di Poli Kebidanan RSUD dr. H. Abdul Moeloek Propinsi
Lampung. Jurnal Kesehatan, 7(3), hal.445.
Kemenkes Republik Indonesia, 2015. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
Situasi Penyakit Kanker.
Kemenkes Republik Indonesia, 2018. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia 2018. [daring] Tersedia pada:
<http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf>.
Kementrian Kesehatan, 2018. Situasi Umum Konsumsi Tembakau di Indonesia. Pusat
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, .
Kementrian Kesehatan, 2019. Gejala Kanker Leher Rahim. [daring] Tersedia pada:
<http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-
darah/apa-saja-gejala-kanker-leher-rahim> [Diakses 26 Nov 2019].
Kusumawati, Y., Wiyasa, R. dan Rahmawati, E.N., 2016. PENGETAHUAN,
DETEKSI DINI DAN VAKSINASI HPV SEBAGAI FAKTOR PENCEGAH
KANKER SERVIK DI KABUPATEN SUKOHARJO. KESEHATAN
MASYARAKAT, 11(2), hal.204–213.
Masturoh, E., 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS)
dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode Inspeksi Visual Asam
Asetat (IVA). [daring] Universitas Negeri Semarang. Tersedia pada:
<https://www.google.com/search?q=eminia+masturoh&rlz=1C1AVNE_enID7
11ID711&oq=eminia+masturoh&aqs=chrome..69i57j33.4787j0j9&sourceid=c
hrome&ie=UTF-8#>.
Mastutik, G., Alia, R., Rahniayu, A., Kurniasari, N. dan Rahaju, A.S., 2012. Skrining
Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Tanah Kali
Kedinding Surabaya dan Rumah Sakit Mawadah Mojokerto.
Nindrea, R.D., 2017. Prevalensi dan Faktor yang Mempengaruhi Lesi Pra Kanker
Serviks pada Wanita. Journal Endurance, 2(1), hal.53–61.
Nordianti, M.E. dan Wahyono, B., 2018. Determinan Kunjungan Inspeksi Visual
Asam Asetat di Puskesmas Kota Semarang. [daring] 2(1), hal.33–44. Tersedia
pada: <file:///C:/Users/umum/Downloads/19049-Article Text-45054-1-10-
20180309 (1).pdf>.
Notoadtmodjo, S., 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.hal.216.
Rahayu, D.S., 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.
Rahmadani, F.T., Ade, W. dan Sofian, A., 2016. Gambaran Hasil Sitologi Serviks
Wanita Pekerja Seksual Tidak Langsung pada Hotspot X Kecamatan Marpoyan
Damai Pekanbaru. [daring] 3, hal.1–12. Tersedia pada:
<https://media.neliti.com/media/publications/184239-ID-gambaran-hasil-
sitologi-serviks-wanita-p.pdf>.
Rasjidi, I., 2008. Manual Prakankr Serviks. In: I. Rasjidi, ed. Pertama. CV Sagung
Seto.hal.135.
Riksani, R., 2015. Faktor Risiko Kanker Serviks. In: Maya, ed. Kenali Kanker
Serviks Sejak Dini, I. Yogyakarta: Rapha Publishing.hal.134.
Rio, S. dan Suci, E.S.T., 2017. Persepsi tentang kanker serviks dan upaya
prevensinya pada perempuan yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker.
Kesehatan Reproduksi, 4, hal.159–169.
Septiana, W., 2018. Hubungan Antara Perilaku Merokok dan Personal Hygiene
Organ Reproduksi dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD DR. MOEWARDI
Kota Surakarta. [daring] Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tersedia
pada: <eprints.ums.ac.id>.
Sidabukke, I., Sembiring, R. dan Malan, J.R., 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Minat WUS Melakukan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim di
Puskesmas Tanjung Marulak Kota Tebing Tinggi Tahun 2017. Jurnal
Silfia, N.N. dan Muliati, T., 2017. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap
dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Ibu Pasangan
Usia Subur di Puskesmas Talise. Jurnal Caring, 1(2), hal.69–83.
Soimah, N., 2017. Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Deteksi Dini Kanker
Rahim dan Akses Layanan Pemeriksaan IVA/ Papsmear. Kebidanan dan
Keperawatan, [daring] 13, hal.150–161. Tersedia pada:
<https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/jkk/article/download/398/
198>.
Wanitini, N.A. dan Indrayani, N., 2018. Pengetahuan, Faktor Risiko, Deteksi Dini
Kanker Payudara dan Serviks pada Wanita di Puskesmas Kalasan, Sleman,
DIY. 8(8), hal.236–249.
Yuviska, I.A. dan Amirus, K., 2015. Analisis Faktor Risiko Kanker Serviks di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal
Kesehatan Holistik, 9(1), hal.1–7.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Keterangan Lolos Kaji Etik
73
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
A. Judul Penelitian
“Hubungan Faktor Risiko Kanker Serviks dengan Perilaku Pemeriksaan IVA di
Wilayah Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya”.
B. Penjelasan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor risiko kanker serviks
dengan perilaku pemeriksaan IVA.
D. Manfaat
Setelah bersedia mengikuti penelitian, Ibu sebagai peserta penelitian akan
memperoleh manfaat berupa:
1. Ibu memperoleh informasi terkait pemeriksaan IVA sebagai upaya mencegah
penyakit Kanker Serviks
E. Bahaya Potensial
Tidak ada bahaya yang ditimbulkan bagi Ibu dalam penelitian ini baik selama
penelitian maupun setelah penelitian. Hal tersebut dikarenakan dalam penelitian
ini tidak melakukan intervensi apapun melainkan hanya menjawab pertanyaan
melalui kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
J. Narahubung Penelitian
Berikut adalah identitas pelaksana penelitian:
Nama : Adelita Setiawan
No. Telepon : 089675735456
Instansi : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Alamat Instansi : Kampus C UNAIR, Mulyorejo, Surabaya
Adelita Setiawan
NIM. 101611133168
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN FAKTOR RISIKO KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU
PEMERIKSAAN IVA DI WILAYAH PUSKESMAS NGAGEL REJO
SURABAYA
Nomor Responden :
a. Karakteristik Responden
1. Inisial :
2. Tanggal Lahir :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
1. PNS 3. Swasta
2. Ibu Rumah Tangga 4. Wiraswasta
5. Jumlah Penghasilan:
1. < 3.800.000 2. ≥ 3.800.000
6. Status Pendidikan :
1. Tidak Tamat SD 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. D3/ S1
Lampiran 6
1. Analisis Univariabel
a. Usia
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
15-24 Tahun 33 20.2 20.2 20.2
25-39 Tahun 62 38.0 38.0 58.3
Valid
40-49 Tahun 68 41.7 41.7 100.0
Total 163 100.0 100.0
b. Pekerjaan
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Bekerja 103 63.2 63.2 63.2
Valid Tidak Bekerja 60 36.8 36.8 100.0
Total 163 100.0 100.0
c. Pendapatan
Pendapatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
< Rp3.800.000 88 54.0 54.0 54.0
Valid ≥ Rp3.800.000 75 46.0 46.0 100.0
Total 163 100.0 100.0
d. Pendidikan
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Dasar 11 6.7 6.7 6.7
Valid Lanjutan 152 93.3 93.3 100.0
Total 163 100.0 100.0
e. Perilaku Merokok
Merokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Merokok 154 94.5 94.5 94.5
Valid Merokok 9 5.5 5.5 100.0
Total 163 100.0 100.0
f. Paritas
Paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Primipara 50 30.7 30.7 30.7
Valid Multipara 113 69.3 69.3 100.0
Total 163 100.0 100.0
g. Usia Menikah
Usia_Menikah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
> 20 tahun 107 65.6 65.6 65.6
Valid
≤ 20 tahun 56 34.4 34.4 100.0
i. Pemeriksaan IVA
IVA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 95 58.3 58.3 58.3
Valid Ya 68 41.7 41.7 100.0
Total 163 100.0 100.0
2. Analisis Bivariabel
a. Hubungan Perilaku Merokok dengan Perilaku Pemeriksaan IVA
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .275 1 .600
b
Continuity Correction .031 1 .859
Likelihood Ratio .282 1 .595
Fisher's Exact Test .736 .437
Linear-by-Linear Association .274 1 .601
N of Valid Cases 163
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.75.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Merokok .685 .165 2.839
(Tidak Merokok / Merokok)
For cohort IVA = Tidak .867 .536 1.403
For cohort IVA = Ya 1.266 .494 3.249
N of Valid Cases 163
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.582 1 .018
b
Continuity Correction 4.798 1 .028
Likelihood Ratio 5.748 1 .017
Fisher's Exact Test .025 .013
Linear-by-Linear Association 5.548 1 .019
N of Valid Cases 163
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.86.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Paritas 2.354 1.146 4.832
(Primipara / Multipara)
For cohort IVA = Tidak 1.379 1.077 1.765
For cohort IVA = Ya .586 .361 .951
N of Valid Cases 163
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 9.806 1 .002
b
Continuity Correction 8.787 1 .003
Likelihood Ratio 10.167 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 9.746 1 .002
N of Valid Cases 163
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.36.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for .327 .160 .668
Usia_Menikah (> 20 tahun /
≤ 20 tahun)
For cohort IVA = Tidak .660 .518 .843
For cohort IVA = Ya 2.019 1.236 3.298
N of Valid Cases 163
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .709 1 .400
b
Continuity Correction .146 1 .703
Likelihood Ratio .697 1 .404
Fisher's Exact Test .650 .346
Linear-by-Linear Association .705 1 .401
N of Valid Cases 163
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.09.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Riwayat 2.146 .349 13.207
(Tidak ada riwayat / Ada
riwayat)
For cohort IVA = Tidak 1.472 .499 4.339
For cohort IVA = Ya .686 .327 1.436
N of Valid Cases 163