Anda di halaman 1dari 78

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

DENGAN KARAKTERISTIK MAHASISWA


PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh :
Ayu Namirah Filayeti
NIM: 11161030000001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya lah saya masih bisa diberi kesehatan lahir dan batin dan
diberikannya pula kemampuan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Pengetahuan Tentang Stunting dengan Karakteristik Mahasiswa
Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Shalawat serta
salam tak lupa saya panjatkan atas junjungan kepada Nabi Muhammad saw.
Penulisan skripsi ditujukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
Kedokteran. Banyak sekali kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan
penelitian ini, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua
kalangan baik itu kalangan kesehatan ataupun masyarakat agar dapat mengetahui
dan dapat mengatasi masalah kesehatan gizi pada remaja.
Adapun dalam pembuatan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada pihak yang membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini,
yaitu kepada :
1. Dr. dr. Hari Hendarto, Sp. PD-KEMD, Ph.D, FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Yanti Susianti, Sp. A(K) selaku dosen pembimbing 1 yang selalu
mengarahkan dan membimbing selama pembuatan skripsi ini.
4. Dr. dr. Francisca A. Tjakeadidjaja, M.S., Sp.GK selaku dosen pembimbing 2
yang selalu mengarahkan dan membimbing selama pembuatan skripsi ini.
5. dr. Fika Ekayanti, M. Med. Ed dan dr. Erike Anggraini Suwarsono, M. Pd,
Sp.MK selaku dosen penguji yang bersedia meluangkan waktunya.
6. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph. D selaku ketua penanggung jawab riset
PSKPD 2016.
7. Kawan seperjuangan dalam penelitian ini Ayu Saputri Rohmatillah,
Wahdaniah Irfan, Keiza Bella Clarisa, dan Salsabila Al-Khansa yang
membantu saya dalam penelitian ini.

v
8. Dwi Sheila Amelita, Ayu Saputri Rohmatillah, Sintia Nuri Puspasari, Afifah
Raisa Halim, Ariyona Insani, Annisa Futihandayani, Nursalsabila dan Ratu
Nadia Cahyaningtyas yang membawa kecerian dalam menyelesaikan
penelitian ini.
9. Seluruh angkatan PSKPD 2016 sebagai keluarga kedua saya dalam
menempuh pendidikan di FK UIN ini.
10. Seluruh staf dan dosen di Fakultas Kedokteran UIN syarif Hidayatullah
Jakarta.
11. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.

Ciputat, 31 Desember 2019

Ayu Namirah Filayeti

vi
ABSTRAK

Ayu Namirah Filayeti, Program Studi Kedokteran. Hubungan Pengetahuan


Tentang Stunting dengan Karakteristik Mahasiswa Preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Latar Belakang: Stunting masih menjadi permasalahan di dunia terutama negara


berkembang salah satunya Indonesia. Indonesia termasuk dalam negara ke tiga
dengan prevalensi tertinggi di ASEAN yang mengalami masalah stunting.
Pengetahuan mengenai stunting perlu diketahui mahasiswa Fakultas Kedokteran
sebagai calon tenaga kesehatan. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan
tentang stunting dengan karakteristik mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode: Penelitian menggunakan desain potong
lintang yang terdiri dari 144 dari angkatan 2016-2019 sampel responden.
Pemilihan subjek menggunakan teknik probability sampling berupa stratified
random sampling. Seluruh subjek penelitian mengisi kuesioner dan diuji
menggunakan SPSS. Hasil: Pengetahuan yang baik tentang stunting berdasarkan
jenis kelamin pada perempuan sebanyak 71,2% dengan hasil analisis
menggunakan somers’d didapatkan p-value 0,957. Berdasarkan umur, 17-19
tahun memiliki pengetahuan yang baik tentang stunting 75,6% dengan hasil
analisis menggunakan somers’d didapatkan p-value 0,049. Berdasarkan tingkatan
angkatan, angkatan 2018 memiliki pengetahuan baik mengenai stunting 81,8%
dengan hasil analisis menggunakan somers’d didapatkan p-value 0,000. Nilai IPK
3,00-4,00 memiliki pengetahuan yang baik tentang stunting 76,6% dengan hasil
analisis didapatkan p-value 0,030.
Kesimpulan: Pengetahuan tentang stuniting memiliki hubungan dengan
karakteristik berdasar usia, tingkatan angkatan, serta nilai IPK, tetapi tidak
memiliki hubungan dengan jenis kelamin.

Kata Kunci: Stunting, pengetahuan, mahasiswa, jenis kelamin, umur, angkatan


dan Fakultas Kedokteran.

vii
ABSTRACT

Ayu Namirah Filayeti, medical studies Program. Relationship of knowledge


about Stunting with student characteristics Preklinik Faculty of Medicine
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Background: Stunting is still a problem in the world especially developing


countries one of which is Indonesia. Indonesia belongs to the third country with
the highest prevalence in ASEAN that has stunting problems. Stunting knowledge
should be known to the Faculty of Medicine as a prospective healthcare worker.
Objective: To know the relationship of knowledge about stunting with the
characteristics of students preclinics of the Faculty of Medicine UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Method: Research using a latitude cut design consisting of
144 of the 2016-2019 generation sample respondent. The subject selection using
the probability sampling technique is stratified random sampling. The entire
research subject filled out questionnaires and tested using SPSS. Result: Good
knowledge of stunting based on gender in women as much as 71.2% with the
result of analysis using the somers’d obtained p-value 0.957. Based on the age,
17-19 years have a good knowledge of stunting 75.6% with the results of analysis
using the somers'd obtained p-value 0.049. Based on the class, the 2018 force has
a good knowledge of the stunting of 81.8% with the results of analysis by the
somers'd gained p-value 0.000. The GPA of 3.00-4.00 has a good knowledge of
the stunting of 76.6% with the results of the analysis obtained p-value 0.030.
Conclusion: A stunting knowledge has relationships with age-based
characteristics, levels of generation, and GPA values, but has no gender
relationship.

Keywords: Stunting, knowledge, student, gender, age, force and Faculty of


Medicine.

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ii


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xiiiv
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Hipotesis .................................................................................................. 2
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitaan ................................................................................ 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1. Landasan Teori ....................................................................................... 4
2.1.1. Definisi Pengetahuan ...................................................................... 4
2.1.2. Kategori Pengetahuan .................................................................... 4
2.1.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan ........................ 4
2.1.4. Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Stunting ..................... 5
2.1.5. Definisi Stunting .............................................................................. 7
2.1.6. Kategori Status Gizi ........................................................................ 7
2.1.7. Epidemiologi Stunting ..................................................................... 8
2.1.8. Etiologi Stunting .............................................................................. 9
2.1.9. Ciri-ciri Anak Stunting ................................................................... 9
2.1.10. Faktor Risiko Stunting .................................................................. 11
2.1.11. Dampak yang Ditimbulkan jika Anak Stunting ........................ 15
2.1.12. Pencegahan Anak Stunting ........................................................... 15

ix
2.1.13. IMDB Mengenai Stunting ............................................................. 18
2.2. Kerangka Teori ..................................................................................... 20
2.3. Kerangka Konsep ................................................................................. 21
2.4. Definisi Operasional ............................................................................. 22
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 24
3.1. Desain Penelitian .................................................................................. 24
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 24
3.3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 24
3.3.2. Waktu Penelitian ........................................................................... 24
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 24
3.3.1. Populasi Penelitian ........................................................................ 24
3.3.2. Sampel Penelitian .......................................................................... 24
3.3.3. Perkiraan Besar Sampel ............................................................... 25
3.4. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 26
3.5. Kriteria Penelitian ................................................................................ 27
3.5.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .............................................................. 27
3.6. Variabel Penelitian ............................................................................... 27
3.6.1 Variabel Bebas ............................................................................... 27
3.6.2 Variabel Terikat .................................................................................. 27
3.7 Cara Kerja Penelitian .......................................................................... 27
3.7.1 Pengumpulan Data ........................................................................ 27
3.7.2 Pengecekan..................................................................................... 27
3.7.3 Coding ............................................................................................ 28
3.7.4 Entry Data ...................................................................................... 28
3.8 Alur Penelitian ...................................................................................... 28
3.9 Manajemen Data .................................................................................. 29
3.10 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 29
3.10.1 Analisis Univariat ............................................................................. 29
3.10.2. Analisi Bivariat ................................................................................ 29
3.11 Etika Penelitian..................................................................................... 30
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 31
4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 31

x
4.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian .................. 31
4.1.2. Uji Validitas ................................................................................... 31
4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 32
4.2.1 Analisis Univariat ............................................................................... 33
4.2.1.1 Karakteristik Sampel Penelitian .................................................... 33
4.2.1.2 Karakteristik Pengetahuan Stunting Responden .......................... 34
4.2.2. Analisis Bivariat ................................................................................. 34
4.2.2.1 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Jenis Kelamin
......................................................................................................... 35
4.2.2.2 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Umur ............ 35
4.2.2.3 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan IPK ............... 36
4.2.2.4 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Angkatan ..... 37
4.3 Keterbatasan Peneliti ........................................................................... 38
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 39
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 39
5.2. Saran ...................................................................................................... 39
5.2.1. Saran Peneliti................................................................................. 39
5.2.2. Saran Institusi................................................................................ 39
5.2.3. Saran Subjek.................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41
Lampiran 1 .......................................................................................................... 47
Lampiran 2 .......................................................................................................... 52
Lampiran 3 .......................................................................................................... 55
Lampiran 4 .......................................................................................................... 62
Lampiran 5 .......................................................................................................... 63
Lampiran 6 .......................................................................................................... 64

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengertian Kategori Status Gizi Balita....................................... 7


Tabel 2.2 Intervensi Gizi Spesifik.............................................................. 16
Tabel 2.3 Intervensi Gizi Sensitif............................................................... 17
Tabel 4.1 Distribusi Karakteritik Responden Penelitian............................ 33
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan tentang Stunting Responden ................ 34
Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Jenis
Kelamin...................................................................................... 35
Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Umur............ 35
Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan IPK............... 36
Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Angkatan...... 37

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................ 46


Lampiran 2 Data Statistik Penelitian ........................................................... 52
Lampiran 3 Data Uji Validasi & Reliabilitas ................................................ 55
Lampiran 4 Kisi-Kisi Kuesioner .................................................................. 62
Lampiran 5 Lembar Kaji Etik ...................................................................... 63
Lampiran 6 Riwayat Penulis ........................................................................ 64

xiii
DAFTAR SINGKATAN

HPK = Hari Pertama Kehidupan


WHO = World Health Organization
RISKESDAS = Riset Kesehatan Dasar
RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
BB/U = Berat Badan Menurut Umur
TB/U = Tinggi Badan Menurut Umur
BB/TB = Berat Badan Menurut Tinggi Badan
FK = Fakultas Kedokteran
ASEAN = Assoiciation of Southeast Asian Nation
ASI = Air Susu Ibu
TKS = Tingkat Kematangan Seksual
WFP = World Food Programme
TNP2K = Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
MP- ASI = Makanan Pendamping Air Susu Ibu
ANC = Ante Natal Care
PNC = Post Natal Care
BBLR = Berat Badan Lahir Rendah
PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini
BAB = Buang Air Besar
KLB = Kejadian Luar Biasa
SDM = Sumber Daya Manusia
DM = Diabetes Melitus
NIM = Nomor Induk Mahasiswa
GnD = Growth and Development

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Stunting (kerdil) merupakan keadaan gagal tumbuh kembang anak
pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang diakibatkan oleh kekurangan
gizi secara kronik. Anak dapat dikatakan stunting jika kondisi panjang atau
tinggi badan balita yang kurang dengan umur dan berbeda tinggi badan
dengan sebayanya. Kondisi ini dapat diukur dengan standar pertumbuhan
anak dari World Health Organization (WHO) yaitu mengukur panjang atau
tinggi badan anak yang di bawah minus dua standar deviasi median maka
dikatakan stunting. WHO menyatakan stunting menjadi permasalahan
kesehatan jika prevalensi mencapai ≥ 20%.
Kejadian stunting (pendek) adalah masalah gizi utama yang terjadi di
seluruh dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2017
lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%), dan
Indonesia termasuk dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di
regional Asia Tenggara. Rata-rata balita stunting yang ada di Indonesia dari
tahun 2005-2017 adalah 36,4%.1 Faktor penyebab terjadinya stunting menurut
WHO adalah faktor keluarga dan rumah tangga, pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI), pemberian Air Susu Ibu (ASI), dan riwayat
infeksi.2 Dampak yang ditimbulkan dari stunting ialah gagal tumbuh (berat
lahir rendah, kecil, pendek, kurus), perkembangan motorik dan kognitif
mengalami hambatan dan pada saat dewasa mengalami gangguan metabolik. 3
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya stunting adalah
meningkatkan pengetahuan tentang stunting. Pengetahuan adalah proses
yang berlangsung dalam menguji informasi, mengevaluasi informasi dan
membuat sebuah diagnosis dalam rangka memecahkan suatu masalah.2
Pengetahuan mahasiswa sebagai tenaga kesehatan mengenai stunting harus
dimiliki terutama mahasiswa program studi kedokteran sehingga dapat
menjadi bekal dasar pengetahuan tentang stunting. Selain mahasiswa dan
kader petugas kesehatan yang lain yang juga berperan adalah perawat,
kesehatan masyarakat, farmasi dan petugas Puskesmas harus berkerjasama

1
2

dalam membantu pemerintah menurunkan angka kejadian stunting di


Indonesia. Di Indonesia belum ada penelitian mengenai pengetahuan
mahasiswa kesehatan terhadap stunting sehingga peneliti tertarik mencari
hubungan pengetahuan tentang stunting dengan karakteristik mahasiswa yaitu
umur, jenis kelamin, angkatan dan indeks pretasi kumulatif (IPK).
Pendidikan memegang peranan penting dalam pengetahuan karena
pendidikan merupakan hal mendasar dalam mengembangkan ilmu
4
pengetahuan dan pengalaman dalam mengasah pengetahuan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan maka umur semakin dewasa. Semakin bertambahnya
umur maka proses mentalnya seseorang akan menjadi baik, dapat
mempelajari sesuatu dengan baik. Sebuah lembaga pendidikan memiliki
peran yang penting untuk membentuk mahasiswa yang berkualitas. Kualitas
mahasiswa dapat dinilai dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). IPK
merupakan salah satu indikator keberhasilan mahasiswa dalam
melaksanakan perkuliahan. IPK sebagai hasil evaluasi mahasiswa dari
keberhasilan dalam proses kuliah mencakup learning outcomes dengan
menggabungkan ilmu pengetahuan, pengetahuan, pengetahuan praktis, dan
kompetensi (cognitif skills) tapi hal yang tidak termasuk adalah mencakup
keterampilan dan afeksi.5 6
Oleh karena itu saya tertarik melihat hubungan pengetahuan tentang
stunting dengan karakteristik mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.2. Rumusan Masalah


Apakah terdapat hubungan pengetahuan tentang stunting dengan
karakteristik mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

1.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan pengetahuan
tentang stunting dengan karakteristik mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN syarif hidayatullah Jakarta.
3

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan
pengetahuan tentang stunting dengan karakteristik mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran UIN syarif hidayatullah Jakarta.
1.4.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK)
angkatan 2016-2019 berdasarkan jenis kelamin, umur, angkatan,
dan IPK.
2. Mengetahui hubungan pengetahuan tentang stunting dengan jenis
kelamin, umur, angkatan, dan IPK.

1.5.Manfaat Penelitaan
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1.5.1. Manfaat bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah :
1. Dapat memenuhi tugas skripsi sebagai syarat mendapat gelar sarjana
kedokteran.
2. Mendapatkan kemampuan mengambil data, menganalisis, serta
mengambil kesimpulan mengenai kesehatan gizi pada anak.

1.5.2. Manfaat bagi Akademik


Memberikan tambahan informasi untuk pengembangan ilmu
pengetahuan di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.3. Manfaat bagi Masyarakat


Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada
masyarakat, sehingga menjadi lebih mengerti dan paham mengenai
stunting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah orang melihat,
mendengarkan suatu informasi, penciuman, dan membaca tentang
suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah proses yang berlangsung
dalam menguji informasi, mengevaluasi informasi dan membuat
sebuah diagnosis dalam rangka memecahkan suatu masalah. 7

2.1.2 Ketegori Pengetahuan


Pengetahuan yang didapatkan terbagi menjadi 6 kategori
tingkatan pengetahuan yaitu, tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analytic), sintetis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation). Tahu (know) merupakan
sebuah informasi mengenai materi yang sudah diingat sebelumnya.
Memahami merupakan sebuah kemampuan yang dapat
menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar terhadap objek
yang diketahui. Aplikasi merupakan materi yang dipelajari karena
memiliki kemampuan yang digunakan pada situasi atau kondisi.
Analisis merupakan sebuah kemampuan yang dapat menjabarkan
mengenai hubungan dari satu ke yang lain. Sintesis merupakan
sebuah penyusunan susunan baru yang terbentuk menjadi bagian
yang tersusun dengan baik. Evaluasi merupakan menilai sebuah
objek yang sudah dibuat dan harus memiliki kemampuan.8

2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan


Faktor yang mempengaruhi sebuah pengetahuan seseorang
yaitu pendidikan, sumber informasi, pengalaman, dan usia.
Pendidikan adalah suatu proses yang berhubungan dengan proses
pembelajan sehingga memperoleh ilmu melalui sekolah. Sumber
informasi merupakan sebagai wadah untuk mendapatkan sebuah

4
5

informasi. Informasi yang didapatkan melalui dalam media massa


seperti radio, televisi, majalah, koran dan lain-lain serta media
sosial. Tingkat pendidikan seseorang berbeda-beda, semakin tinggi
tingkat pendidikan orang tua maka semakin baik prestasi anak dan
tingkat perkembangan dan pencapaian berbeda-beda.9
Pengalaman merupakan suatu kejadian didalam hidup yang
memiliki arti didalam setiap kejadiannya. Pengalaman dapat
membentuk karakter manusia yang lebih baik dan bertanggung
jawab. Umur merupakan perjalanan seseorang selama hidup dan
banyak menjalani pengalaman hidup.8 Proses mental semakin baik
seiring dengan bertambahnya umur.10 Mahasiswa yang memiliki
nilai IPK baik maka akan memiliki kemampuan yang baik pula. 11
IPK memiliki beberapa faktor dengan hubungan yang berbeda-
beda seperti keinginan studi dengan cita-cita, memotivasi diri
sendiri untuk mendapatkan IPK yang tinggi, memaksimalkan
kualitas jam belajar salah satu faktor yang berpengaruh. 12

2.1.4 Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Stunting


Petugas kesehatan adalah orang yang memiliki pengetahuan
dan pendidikan dibidang kesehatan tertentu untuk melakukan
upaya kesehatan dan mengabdikan dirinya dalam kesehatan. 13
Berdasarkan UU No. 36 tahun 2014 tenaga kesehatan
dikelompokkan, yaitu dokter, keperawatan, farmasi, dan kesehatan
masyarakat.14 Penelitian sebelumnya menyebut mengenai Inter-
professional collaboration petugas kesehatan. Karena masalah
status gizi anak adalah hal penting untuk generasi selanjutnya.
Kolaborasi merupakan suatu hubungan yang saling
menguntungkan dapat disepakati dua orang atau organisasi yang
diharapkan dapat mencapai tujuan bersama.15
Kolaborasi Inter-professional collaboration mempunyai
efek penting dalam memperbaiki pelayanan kesehatan. 16 Mayoritas
informan adalah jenis kelamin perempuan dibanding laki-laki.17
6

Penelitian lain menyebutkan bahwa terdapat perbedaan


perkembangan antara otak laki-laki maupun perempuan.10
Pengetahuan stunting harus dimiliki petugas-petugas kesehatan
yaitu :
1. Pengetahuan Kader Tentang Stunting
Kader adalah seorang anggota masyarakat yang mempunyai
waktu untuk melakukan identifikasi kebutuhan pada masyarakat.
Pengetahuan yang baik dan sikap positif memiliki peran dalam
memberikan pelayanan yang baik. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Fuada dkk (2017) menyatakan bahwa
pengetahuan kader dalam mendeteksi dini gizi buruk didapatkan
39% yang memiliki pengetahuan baik.18 Kader yang baik akan
mendorong masyarakat untuk datang ke posyandu.
Peran kader akan lebih baik bila adanya pendampingan dari
tenaga kerja setempat dapat meningkatkan pengetahuan kader. 19
Lamanya pengalaman menjadi kader tidak berpengaruh terhadap
pengetahuan tentang stunting. Data yang diperoleh lamanya
menjadi kader mulai 2 tahun hingga lebih 10 tahun tidak
berpengaruh dalam pengetahuan tentang stunting. Kader yang
lebih dari 10 tahun tidak mengetahui tentang stunting.20
2. Pengetahuan Kolaborasi Inter-Professional Collaboration
Petugas Puskesmas Tentang Stunting
Penelitian yang dilakukan oleh Risnah, dkk (2018)
menjelaskan yang termasuk dalam inter-professional
collaboration adalah dokter, perawat, bidan, nutrionis,
sanitarian, dan tenaga profesi kesehatan. Data menunjukkan jika
pengetahuan mengenai gizi sebelum pelatihan memiliki rata-rata
4,50 dan setelah dilakukan pelatihan memiliki rata-rata 4,467.
Selain itu, pengetahuan mengenai kolaborasi sebelum pelatihan
mempunyai tara-rata 8,75 dan setelah dilakukan pelatihan
terdapat peningkatan dengan rata-rata 10,67.17
7

2.1.5. Definisi Stunting


Stunting merupakan kondisi gagal pada pertumbuhan dan
perkembangan anak pada 1000 HPK yang dipengaruhi oleh
kekurangan gizi secara kronik. Tinggi atau panjang tubuh tidak
sesuai dengan teman seusianya atau dapat dilakukan dengan
pengukuran menggunakan standar pertumbuhan anak WHO. Anak
yang dikatakan stunting apabila nilainya di ≤-2 SD pada kurva
WHO. 1

2.1.6. Kategori Status Gizi


Status gizi balita dapat dinilai dari 3 indeks, yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan
BB menurut TB (BB/TB) yang dicapai pada usia tertentu.
Kemudian dikategorikan dengan z-score. Z-score sadalah nilai
simpangan BB atau TB dari BB atau TB normal menurut WHO.21

Tabel 2.1 Pengertian Kategori Status Gizi Balita 21


Kategori Status Gizi Balita
Indikator Status Gizi Z-Score
Gizi Buruk < -3,0 SD
BB/U
Gizi Kurang -3 SD s/d < -2,0 SD
Gizi Lebih >2,0 SD
Normal ≥ -2,0 SD
Sangat Kurus < -3,0 SD
Kurus -3,0 SD s/d < -2,0 SD
BB/TB
Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gemuk >2,0 SD
8

Sifat indikator status gizi berdasarkan tabel di atas, yaitu:


a. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Memberikan indikasi dalam permasalahan gizi secara
umum karena BB hubungannya dengan umur dan TB. BB
menurut umur dapat dikarenakan pendek (terdapat masalah
gizi kronis) atau memiliki penyakit infeksi (terdapat masalah
gizi akut).21
b. Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Memberikan masalah gizi secara kronis karena akibat
kejadian yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku
hidup yang tidak sehat, asupan makanan yang kurang dalam
waktu lama yang menyebabkan anak menjadi pendek
(stunting).21
c. Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Memberikan indikasi permasalahan gizi yang sifatnya akut
karena waktu yang tidak lama seperti wabah dan kurangnya
makanan (kelaparan) sehingga anak menjadi kurus. Indikator
ini BB/TB dan IMT/U digunakan untuk dapat menilai anak
kurus dan gemuk.21
2.1.7. Epidemiologi Stunting
Kejadian balita pendek atau stunting ialah masalah yang
dihadapi oleh dunia saat ini. Pada tahun 2017, sebesar 22,2% atau
sekitar 150,8 juta balita yang tersebar di dunia mengalami stunting
tetapi sudah mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2000
sebesar 32,6%. Data yang diperoleh WHO, Indonesia merupakan
peringkat ketiga dengan prevalensi stunting tertinggi di kawasan
Assosciation of Southeast Asian Nation (ASEAN). Rata-rata balita
yang mengalami stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah
36,4%.1 Proporsi balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang
pada provinsi Indonesia tahun 2013-2018 yaitu, Provinsi Nusa
Tenggara Timur dengan persentase tertinggi (33%) pada tahun
9

2013 kemudian pada tahun 2018 mengalami penurunan sekitar


(29,5%) tetapi jika dibandingkan dengan provinsi lain tetap tinggi.
Provinsi terendah persentasenya pada Kepulauan Riau pada tahun
(2013) memiliki persentase 15,6% tahun 2018 menjadi (13%).
Provinsi Banten tahun 2013 presentase 15,7% status gizi anak
pendek pada tahun 2018 menjadi (15,3%). Data pada balita dengan
proporsi status gizi anak sangat pendek pada tahun 2007 sebanyak
(18,8%) kemudian pada tahun 2018 menurun sebanyak (11,5%)
dan pendek pada tahun 2007 (18,0%) yang terus mengalami
peningkatan tiap tahunnya dengan riset terakhir tahun 2018
(19,3%). Provinsi Indonesia dengan proporsi status gizi sangat
pendek dan pendek pada terendah pada Provinsi DKI Jakarta
sebesar (17,7%) dan terbanyak pada Provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan (51,7%).22 Prevalensi anak stunting biasanya banyak pada
anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.23

2.1.8. Etiologi Stunting


Penyebab stunting terbagi menjadi dua yaitu penyebab
primer dan sekunder. Penyebab primer seperti diturunkan secara
genetik (stunting familial), kelainan patologis, kelainan defisiensi
pada hormon, dan kelainan kromosom.24 Penyebab sekunder
seperti retardasi pertumbuhan intra uterin, malnutrisi kronik,
penyakit kronik, kelainan endokrin dan kelainan psikososial.
Penyebab stunting menurut WHO, yaitu faktor keluarga dan rumah
tangga, pemberian makanan pengganti yang tidak memadai,
pemberian Air Susu Ibu (ASI), dan riwayat infeksi.25

2.1.9. Ciri-ciri Anak Stunting


Anak stunting memiliki ciri-ciri menurut Kementrian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tahun 2017
yaitu:26
1. Terlambatnya Tanda Pubertas
10

Pertumbuhan fisik anak stunting, indikator yang dapat diukur


dengan tinggi badan. Pertumbuhan tinggi badan dipengaruhi oleh
potensi biologis. Potensi biologis ialah hasil interaksi antara faktor
genetik dan faktor lingkungan (biofisiko psikososial). Data yang
diperoleh pada anak SD dan SMP dalam penelitian ialah sebanyak
5 dari 18 anak mengalami pendek dan 26 pendek dari 224 anak gizi
baik serta sebanyak 25 anak pubertas masuk dalam kategori
pendek meskipun tidak bermakna. Pada usia remaja kecepatan
pertumbuhan tinggi badan (height velocity) terjadi percepatan
(height spurt) selanjutnya akan mencapai puncak kecepatan tinggi
badan (peak height velocity).27
Setelah tiga tahun akan menurun karena terjadi penutupan
lempeng epifisis dan pertumbuhan tinggi badan berhenti. Remaja
merupakan usia yang mengalami peningkatan tinggi badan secara
pesat. Secara tidak langsung dapat diperkirakan melalui stadium
Tingkat Kematangan Seksual (TKS). TKS dinilai berdasarkan
pertumbuhan payudara dan rambut pubis.27
2.Terlambatnya Pertumbuhan Gigi
Hubungan yang erat dengan kejadian stunting ialah pola asuh
dalam pemberian makanan. Salah satu yang mendukung
pertumbuhan anak ialah dari makanan yang dikonsumsi sehari-
hari. Makanan yang didalamnya mengandung zat gizi dan mineral,
salah satunya vitamin D. Vitamin D memiliki fungsi utama dalam
membentuk dan pemeliharaan tulang bersama dengan vitamin A
dan vitamin C, hormon paratiroid, kalsitonin serta mineral kalsium
yaitu fosfor, magnesium dan flour. Sebesar 70% berat tulang terdiri
dari kalsium fosfat yang penting untuk pertumbuhan tulang yang
optimal.
Kekurangan kalsium biasanya disebabkan oleh asupan yang
tidak tercukupi dan penyerapan kalsium yang kurang. Kurangnya
kalsium pada balita akan mempengaruhi struktur dasar tulang dan
berdampak pada gagal pertumbuhan seperti pada Rickets,
11

osteomalasia dan stunting.28 berdasarkan penelitian Rahman T, dkk


(2016) tedapat pertumbuhan gigi terlambat yang berhubungan
antara status gizi pendek dan karies gigi. Stunting mengakibatkan
meningkatkan risiko berkurangnya fungsi saliva sebagai buffer,
pembersih, anti pelarut dan antibakteri di rongga mulut.29
3.Kurangnya Perhatian Dan Memori Saat Belajar
Berdasarkan data World Food Programme (WFP) dan UNESCO
didapatkan anak usia sekolah dasar yang ada di seluruh dunia
sekitar 72 juta tidak sekolah tahun 2007, 60% mengalami gizi
kurang tahun 2008. Kurang gizi pada fase cepat tumbuhnya otak
bersifat ireversibel, sehingga masalah gizi harus diatasi sejak dini,
jika menginginkan anak Indonesia tumbuh kembang yang baik. Jika
kecerdasan bersifat ireversibel artinya kecerdasan tidak dapat
berkembang secara optimal. Berdampak pada menurunnya kualitas
bangsa Indonesia. Anak yang menderita stunting memiliki IQ rata-
rata 11 poin lebih rendah dibandingkan anak yang tidak stunting.30
4.Pada usia 8-10 tidak ada eye contact dan menjadi pendiam
5.Pertumbuhan terlambat
6.Wajah yang terlihat sangat muda secara tidak normal 30

2.1.10. Faktor Risiko Stunting


Stunting disebabkan oleh banyak faktor dan tidak hanya
masalah gizi pada saat hamil dan balita yang dapat menyebabkan
stunting. Intervensi merupakan pilihan yang tepat agar dapat
mengurangi prevalensi balita stunting di Indonesia yang dilakukan
pada 1000 HPK. Berikut adalah beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya stunting sebagai berikut.31
1. Pengasuhan Orang Tua yang Kurang Baik.
Salah satunya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan
gizi pada sebelum dan saat masa kehamilan serta saat
melahirkan. Berdasarkan dari data Tim Nasional Percepatan
Penanggulanagan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2017 data yang
12

didapatkan 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapat ASI
secara eksklusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak
mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
mulai diberikan pada balita di atas 6 bulan. Pemberian ASI lebih
baik diberikan sampai usia 6 bulan, kondisi kesehatan bayi akan
terganggu apabila ASI diberikan tidak mencapai 6 bulan. 31
Pemberian makanan tambahan pengganti ASI juga dapat
memengaruhi kondisi kesehatan bayi apabila diberikan pada saat
sistem imun dan sistem pencernaan pada bayi masih belum
matang.25 MP-ASI berguna untuk menyokong nutrisi yang tidak
dapat dipenuhi oleh ASI seperti menambah nutrisi, gizi pada
bayi, membentuk daya tahan tubuh bayi dan perkembangan
sistem imunologis anak terhadap makanan dan minuman. 31
2. Kurangnya Pengetahuan Ibu dan Kedatangan Ibu Hamil Ke
Fasilitas Kesehatan Ante Natal Care (ANC) dan Post Natal
Care (PNC)
Kunjungan ANC penting dilakukan pada masa
kehamilan oleh ibu secara teratur yang bertujuan untuk
mendeteksi risiko saat masa kehamilan terutama masalah
nutrisi.31 Pemeriksaan ANC pada masa kehamilan memiliki
risiko penyulit sehingga pemeriksaannya harus teratur dan
berstandar dilakukan minimal empat kali kunjungan selama
masa kehamilan untuk mempersiapkan proses persalinan yang
lancar, dan kesehatan ibu setelah PNC sampai masa lakstasi
hingga nifas.32
Penelitian yang dilakukan oleh Amini (2016)
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
kunjungan ANC dengan kejadian stunting. Ibu yang kunjungan
ANC tidak standar mempunyai risiko 2,28 kali balita stunting
dibandingkan dengan ibu yang kunjungan ANC standar pada
balita 12-59 bulan.33 Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Sholikin (2015), kualitas ANC kurang dan ANC berisiko
13

mempunyai hubungan erat antara Berat Badan Lahir Rendah


(BBLR) dengan stunting risiko akan meningkat enam kali lebih
besar untuk melahirkan BBLR karena salah satu faktor yang
berperan dalam kejadian stunting adalah BBLR.34
3. Kurangnya Asupan yang Bergizi.
Kurangnya asupan bergizi juga dapat berhubungan
dengan tingkat ekonomi keluarga dan faktor sosial ekonomi
keluarga. Tingkat pendapatan dapat diukur dari pendapatan total
dalam sebuah keluarga. Daya beli keluarga bergantung dengan
kualitas makanan yang dibeli. Keadaan sosial yang golongan
rendah dapat menyebabkan daya beli rendah, kurangnya air
bersih, sanitasi buruk, dan layanan kesehatan terbatas. Makanan
yang bergizi merupakan kebutuhan untuk sehari-hari yang
didalamnya terdapat protein, karbohidrat dan lemak.35 Protein
merupakan sumber asam amino esensial yang dibutuhkan oleh
tubuh. Protein sangat penting dalam tubuh karena sebagai zat
pembangun dan pengatur tubuh.31
Fungsi protein yang lain ialah sebagai sumber energi,
protein berfungsi untuk mengolah protein dan menjaga tekanan
osmosis darah dalam keadaan tetap.35 Untuk mencegah stunting
perlu asupan protein yang cukup pada ibu hamil di Indonesia
juga dicatat oleh RISKESDAS 2018 dengan peningkatan dari
37,1% di 2013 menjadi 48,9% di 2018.31
4. Hubungan Diare dengan Stunting
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan
didapatkan satu dari lima rumah tangga yang ada di Indonesia
untuk buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta satu dari tiga
rumah tangga belum memiliki akses untuk air bersih.31
Kebersihan yang buruk ini dapat menyebabkan terjadinya diare.
Salah satu penelitian menjelaskan mengenai faktor terjadinya
stunting ialah penyakit diare. Penyakit diare ialah salah satu
permasalahan penyakit yang ada di negara berkembang seperti
14

Indonesia. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Depkes


menjelaskan diare dapat berpotensi Kejadian Luar Biasa
(KLB).36
Diare merupakan penyakit yang disertai gejala mual dan
muntah sehingga dapat menyebabkan anak kehilangan cairan
dan zat gizi.37 Anak yang mengalami diare akan terjadi
malabsorbsi zat gizi dan jika tidak ditindaklanjuti serta
diimbangi dengan asupan makanan maka dapat menyebabkan
gagal tumbuh.36 Penelitian terkait diare dan stunting sudah
banyak dilakukan salah satunya penelitian oleh Hien dkk yang
memperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan mengenai diare
dengan kejadian stunting pada balita namun terdapat penelitian
yang serupa dilakukan oleh Dewi dkk yang hasilnya diare ialah
salah satu faktor risiko dominan terjadinya stunting.38,39
Anak balita yang konsumsi makanan dengan kebersihan
buruk meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi. Biasanya
penyakit infeksi ditandai dengan nafsu makan yang terganggu
dan muntah-muntah sehingga anak-anak tidak dapat memenuhi
kebutuhannya. Kondisi anak seperti ini akan berdampak buruk
pada pertumbuhan anak.40 Pengaruh kebersihan dan sanitasi
lingkungan sangat erat kaitannya dengan penyakit diare
terutama pada negara berkembang sehingga menimbulkan
malnutrisi dan dampak misalnya gizi kurang, stunting sampai
kejadian gizi buruk.41 Penelitian yang dilakukan oleh Chamilia
dkk memperoleh hasil pada kelompok balita stunting yang
diasuh dengan higiene yang buruk didapatkan persentase 75,8%,
sedangkan pada balita yang tidak mengalami stunting diasuh
dengan higiene baik persentase 60,6%.42 Lingkungan tempat
tinggal balita stunting maupun balita tidak stunting adalah sama,
perbedaannya ialah praktik higiene dari masing-masing
42
keluarga. Kebersihan yang buruk memiliki risiko terjadinya
balita stunting 4,808 kali lebih besar dari pada anak yang diasuh
15

dengan kebersihan yang baik.42 Balita stunting lebih sering


mengalami kejadian diare yaitu lebih dari dua kali dalam tiga
bulan, sedangkan pada balita yang tidak mengalami diare jarang
mengalami stunting.42

2.1.11. Dampak yang Ditimbulkan jika Anak Stunting


Persoalan yang terjadi pada stunting khusunya pada 1000 hari
pertama kehidupan dapat berdampak nantinya pada Sumber Daya
Manusia (SDM) yang menyebabkan yaitu :
1. Dalam jangka pendek akan mengakibatkan pertumbuhan secara
tidak optimal, selain itu dapat menghambat perkembangan
kognitif dan motorik dan ukuran fisik tidak optimal disertai
dengan gangguan pada sistem metabolisme.43
2. Dalam jangka panjang stunting juga berdampak turunnya
kapasitas terhadap intelektual, gangguan struktur, fungsi saraf
dan sel-sel otak yang bersifat menetap dan dapat mengakibatkan
turunnya kemampuan dalam menyerap pembelajaran di usia
sekolah yang dapat memengaruhi produkivitas pada saat dewasa
nanti. Selain itu kekurangan gizi atau stunting juga
menyebabkan gangguan dalam pertumbuhan (pendek dan atau
kurus) dan meningkatnya risiko penyakit tidak menular seperti
Diabetes Melitus (DM), hipertensi, jantung koroner, dan
stroke.43

2.1.12. Pencegahan Anak Stunting


Pencegahan stunting dapat dilakukan melalui mahasiswa
kedokteran dengan cara melakukan penyuluhan pengetahuan
kepada ibu berupa preventif dan promotif.44 Selain itu dapat
dilakukan intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang mengacu
pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan anak sampai usia 6
tahun.
16

Intervensi Gizi Spesifik


-
Intervensi yang mengarah kepada ibu hamil dan anak dalam
1.000 hari pertama kehidupan.
-
Dilakukan oleh sektor kesehatan.
-
Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, dan diperoleh dari
hasil catatan dalam waktu pendek.35
Tabel 2.2. Intervensi Gizi Spesifik41
Intervensi Gizi Spesifik
Kelompok Intervensi Intervensi Penting Intervensi Sesuai
Sasaran Prioritas Kondisi

Intervensi gizi spesifik – sasaran prioritas


Ibu hamil -Pemberian -Suplementasi -Perlindungan dari
makanan kalsium malaria
tambahan bagi -Pemeriksaaan -Pencegahan HIV
ibu hamil dari kehamilan
kelompok miskin
-Suplementasi
tablet tambah
darah
Ibu menyusui -Promosi dan
dan anak 0-23 konseling
bulan menyusui
-Promosi dan
konseling
pemberian
-Tata laksana gizi
buruk akut -Pencegahan
-Pemberian kecacingan
makanan
tambahan
pemulihan bagi
anak gizi kurang
akut
-Pemantauan
pertumbuhan
17

Tabel 2.2. Intervensi Gizi Spesifik41 (lanjutan)


Intervensi Gizi Spesifik
Kelompok Intervensi Intervensi Penting Intervensi Sesuai
Sasaran Prioritas Kondisi

Intervensi gizi spesifik – sasaran penting


Remaja dan
-Suplementasi tablet tambah darah
wanita subur
Anak 24-59 -Tata laksana -Suplementasi kapsul
bulan gizi buruk akut vitamin A
-Pemberian -Suplementasi taburia
makanan -Suplementasi zinc
tambahan untuk pengobatan diare -Pencegahan
pemulihan bagi -Manajemen terpadu kecacingan
anak gizi balita sakit (MTBS)
kurang akut
-Pemantauan
pertumbuhan

Intervensi Gizi Sensitif


- Intervensi ini mengarah pada kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan.
- Dengan sasaran pada masyarakat umum, tidak khusus pada 1.000
hari pertama kehidupan.35

Tabel 2.3. Intervensi gizi sensitif 41


Intervensi Gizi Sensitif
Jenis Intervensi Program/kegiatan Intervensi
Peningkatan penyediaan air minum dan -Akses air minum yang aman
sanitasi -Akses sanitasi yang layak
Peningkatan akses dan kualitas pelayanan -Akses pelayanan Keluarga Berencana
gizi dan kesehatan (KB)
-Akses Jaminan Kesehatan (JKN)
18

Tabel 2.3 Intervensi gizi sensitif (lanjutan)


Intervensi Gizi Sensitif
Jenis Intervensi Program/kegiatan Intervensi
-Akses bantuan uang tunai untuk keluarga
kurang mampu (PKH)
Peningkatan kesadaran, komitmen, dan -Penyebarluasan informasi melalui
praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak berbagai media
-Penyediaan konseling perubahan

perilaku antar pribadi


-Penyediaan konseling pengasuhan untuk
orang tua
-Akses Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dan pemantauan tumbuh
kembang anak
-Penyediaan konseling kesehatan dan
reproduksi untuk remaja
-Pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak
Peningkatan akses pangan bergizi -Akses bantuan non pangan (BPNT) untuk
keluarga kurang mampu
-Akses fortifikasi bahan pangan utama
(garam, tepung terigu, minyak goreng)
-Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL)
-Penguatan regulasi mengenai label dan
iklan pangan

2.1.13. IMDB Mengenai Stunting


Dijelaskan dalam Al-Quran tentang menyusui selama
dua tahun. Dijelaskan dalam firman Allah SWT, QS al-
Baqarah (2) ayat 233.
‫ضا َعةَ ۚ ََ َعلَى ْال َمُْ لُُ ِد‬ َ ‫ض ْعهَ أََْ ََل َدٌ َُّه َحُْ لَ ْي ِه َكا ِملَيْ ِه ۖ ِل َم ْه أَ َرا َد أَ ْن ي ُ ِت َّم ال َّر‬ ِ ْ‫َات يُر‬ُ ‫ََ ْال َُا ِلد‬
‫ضا َّر ََالِ َدةٌ بِ َُلَ ِدٌَا ََ ََل‬َ ُ ‫َُف ۚ ََل تُ َكلَّفُ وَ ْفسٌ إِ ََّل َُ ْس َعٍَا ۚ ََل ت‬ ِ ‫لًَُ ِر ْزقٍُ َُّه ََ ِك ْس َُتٍُ َُّه بِا ْل َم ْعر‬
‫اض ِم ْىٍ ُ َما ََتَ َشا َُ ٍر فَ ََل‬
ٍ ‫ص ااَل ع َْه تَ َر‬ َ ِ‫ك ۗ فَإ ِ ْن أَ َرادَا ف‬ َ ِ‫ث ِم ْث ُل َٰ َذل‬ ِ َُ ‫َمُْ لُُ ٌد لًَُ بِ َُلَ ِد ِي ۚ ََ َعلَى ا ْل‬
ِ ‫ار‬
19

‫ضعُُا أََْ ََل َد ُك ْم فَ ََل ُجىَا َح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َما آتَ ْيتُ ْم‬
ِ ْ‫تَ ْستَر‬ ‫ُجىَا َح َعلَ ْيٍِ َما ۗ ََإِ ْن أَ َر ْدتُ ْم أَ ْن‬
‫صي ٌر‬ ِ َ‫ب‬ َ‫ّللا بِ َما تَ ْع َملُُن‬ َ َّ ‫ََا ْعلَ ُمُا أَ َّن‬ َ َّ
‫ّللا‬ ‫ََاتَّقُُا‬ ِ ‫بِا ْل َم ْعر‬
ۗ ‫َُف‬
Artinya: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya".45
20

2.2. Kerangka Teori

Karakteristik mahasiswa

Umur Jenis Angkatan IPK


kelamin
Proses mental Tingkat Tingkat prestasi
semakin baik pendidikan belajar
Perkembangan
seiring otak antara berbeda
bertambahnya laki-laki
umur berbeda
Tingkat
perkembangan
& pencapaian
berbeda

Faktor lainnya: Mempengaruhi


Pengetahuan tentang stunting :
pengetahuan
- Pendidikan
yang didapat - Definisi stunting
- Sumber - Kategori status gizi
informasi - Ciri-ciri stunting
- Faktor risiko stunting
- Pengalaman
- Dampak yang
- Umur ditimbulkann jika anak
stunting
- Pencegahan anak
Tingkat pengetahuan :

- Mengetahui (know)
- Memahami (comperhension)
- Aplikasi (application)
- Analisis (analytic)
- Sintesis (synthesisi)
- Evaluasi (evaluation)
21

2.3.Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependen

Pengetahuan tentang stunting :


- Karakteristik
Mahasiswa : - Definisi stunting
- Umur - Kategori status gizi
- Jenis kelamin - Ciri-ciri stunting
- Angkatan - Faktor risiko stunting
- IPK - Dampak yang
ditimbulkann jika anak
stunting
- Pencegahan anak

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

- Pendidikan
- Sumber informasi
- Pengalaman
- usia

Keterangan :
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
: hubungan yang diteliti
: hubungan yang tidak diteliti
22

2.4.Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala
. Operasional Ukur Ukur Ukur

1. Jenis Perbedaan Diisi oleh Kuesioner 1 = perempuan Nominal


kelamin tubuh yang responden 2 = laki-laki
dapat dilihat
secara fisik
2. Umur Mengukur Diisi oleh Kuesioner 1= 17-19 tahun Ordinal
keberadaan responden 2 = 20-25 tahun
waktu
manusia
hidup
3. Angkata Mengukur Diisi oleh Kuesioner 1= Angkatan Ordinal
n pengetahuan responden 2016
mahasiswa 2= Angkatan
selama masa 2017
perkuliahan 3= Angkatan
di FK 2018
4= Angkatan
2019
4. IPK Mengukur Diisi oleh Kuesioner 1= 2,00-2,99 Ordinal
pengetahuan responden 2= 3,00-4,00
mengenai
stunting
23

No. Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur
5. Pengetahu Kemampuan Mengi Kuesioner Setiap jawaban Ordin
an mahasiswa si 20 memiliki skor yaitu al
mahasiswa untuk dapat pertan :
FK mengingat yaan 4, 3, 2, dan 1
angkatan kembali berupa Dengan skor
2016-2019 tentang pilihan minimal adalah 20
mengenai stunting ganda dan skor maksimal
stunting meliputi adalah 80
definisi, Kategori =
klasifikasi, 1. Kategori
epidemiologi, sangat baik
faktor risiko, apabila
ciri-ciri, skor 71-80
dampak dan 2. Kategori
pencegahan baik
dalam apabila
menangani skor 61-70
stunting 3. Kategori
burukapabil
a skor 51-
60
4. Kategori
sangat
buruk
apabila
skor 41-50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dilakukan
pengambilan data melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden,
menganalisis data, dan menginterpretasi data hasil penelitian dan membuat
laporan penelitian.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada angkatan 2016- 2019.

3.3.2. Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Desember 2019.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini ialah memenuhi kriteria
sampling dan mahasiswa FK angkatan 2016-2019 yang menjadi
sasaran sebagai subjek penelitian.

3.3.2. Sampel Penelitian


Sampel adalah mahasiswa FK angkatan 2016-2019 yang
memenuhi kriteria inklusi penelitian. Pemilihan sampel dengan
probability sampling adalah anggota populasi tidak memiliki
peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Berupa stratified
ramdom sampling adalah sampel diambil karena waktu dan tempat
pengambilan responden sama dengan peneliti.

24
25

3.3.3. Perkiraan Besar Sampel


Data pada penelitian ini ditentukan menggunakan rumus
analitik kategorik tidak berpasangan yang digunakan adalah :

√ √
( )

√ ( )( ) √( )( ) ( )( )
( )

orang

Keterangan :
n = Jumlah subjek penelitian
α = Kesalahan tipe satu. (ditetapkan α = 5%)
Zα = Nilai standar alpha 5% yaitu 1,96
β = Kesalahan tipe dua. (ditetapkan β = 10%)
Zβ = Nilai standar beta 10% yaitu 1,28
P1 = Proporsi pada kelompok satu 0,69%46
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,5 = 0,5
P2 = Proporsi pada kelompok dua yaitu clinical judgment peneliti 5% = 0,5 %
Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,69 = 0,31
P = (P1 + P2)/2 = 0,59
Q = 1 – P = 1 – 0,59 = 0,41

Penelitian menggunakan cara probability sampling berupa stratified


random sampling ialah sebuah cara dalam pemilihan sampel yang dibagi menjadi
subkelompok dan pengambilan populasi secara proporsional. Kemudian
responden secara individu akan dipilih dengan random.
Perhitungan jumlah sampel masing-masing dihitung secara proporsional :
26

Angkatan2016= 30

Angkatan 2017 = 34

Angkatan 2018 = 44

Angkatan 2019 = 36

Selanjutnya, akan dipilih jumlah sampel secara random yaitu :


a. Angkatan 2016 dipilih 30 orang secara random
b. Angkatan 2017 dipilih 34 orang secara random
c. Angkatan 2018 dipilih 44 orang secara random
d. Angkatan 2019 dipilih 36 orang secara random

3.4.Alat dan Bahan Penelitian


Alat penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti
(Lampiran 1) dan dilakukan uji validasi. Jenis uji validasi adalah validasi isi,
yaitu mengukur sejauh mana tes yang akan diuji. Saat pembuatan kuesioner
peneliti membuat kisi-kisi kuesioner (Lampiran 4). Kuesioner memiliki dua
bagian, antara lain :
1. Lembar halaman pertama berisi inform concent dari penulis ke responden.
2. Lembar halaman kedua beisi identitas responden yang didalamnya
meliputi nama, umur, jenis kelamin, angkatan, Nomor Induk Mahasiswa
(NIM), dan tanda tangan.
3. Lembar halaman ketiga berisi tentang pengetahuan mengenai stunting.
Untuk itu, responden akan diminta menjawab pertanyaan pilihan ganda
yang sesuai dengan pengetahuan yang ada. Pengetahuan stunting dengan
skor dari jawaban yang paling benar pertanyaan adalah 4, skor dari
jawaban yang benar adalah 3, skor dari jawaban yang kurang benar adalah
2 dan skor dari jawaban yang sangat tidak benar adalah 1. Setelah hasil di
isi oleh responden maka peneliti akan menskoring jawaban responden dari
nilai 1 sampai 4 kemudian ditotalkan secara keseluruhan dan
dikategorikan.
27

3.5.Kriteria Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
dipilih sesuai dengan hitungan sampel.

3.5.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa preklinik FK yang
memenuhi kriteria inklusi, yaitu :
a. Mahasiswa FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016-
2019.
b. Bersedia menjadi subjek penelitian
Sampel dalam penelitian yang termasuk kriteria eksklusi, yaitu:
a. Mahasiswa FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016-
2019 yang tidak hadir pada saat pengambilan data.

3.6. Variabel Penelitian


3.6.1 Variabel Bebas
a. Jenis kelamin
b. Umur
c. Angkatan
d. IPK

3.6.2 Variabel Terikat


a. Pengetahuan mahasiswa FK
3.7 Cara Kerja Penelitian
3.7.1 Pengumpulan Data
Data yang sudah dikumpulkan dengan membagikan kuesioner
kepada responden pada hari yang telah ditentukan. Pengisian
kuesioner ini dilakukan dengan waktu yang bersamaan setiap kelas dan
mengikuti arahan dari peneliti.

3.7.2 Pengecekan
Setelah subjek mengisi kuesioner, hasil kuesioner dicek kembali
kelengkapannya.
28

3.7.3 Coding
Penomeran kode numerik pada data yang terdiri dari beberapa
kategori.
3.7.4 Entry Data
Memasukkan data yang sudah di coding ke dalam dokumen excel.
Setelah itu, memasukkan ke dalam Statistical Package for Social
Sciences ver.22.0 (SPSS versi 22.0) agar dapat dianalisi

3.8 Alur Penelitian

Memahami, mencari dan


membaca sumber-sumber Melakukan analisis data
yang berhubungan
dengan judul penelitian
Mengisi kuesioner dengan
benar dan lengkap

mengetahui tentang hubungan pengetahuan


tentang stunting dengan karakteristik Informed consent
mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Membagikan kuesioner
padamahasiswa FK angkatan
2016- 2019
Membuat pertanyaan tentang hubungan
pengetahuan tentang stunting dengan Memvalidasi kuesioner
karakteristik mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Kuesioner yang sudah
Hidayatullah Jakarta valid kemudian diisi

Pembuatan Melakukan uji validasi Analisis hasil validasi


surat kaji etik kuesioner
29

3.9 Manajemen Data


Manajemen data merupakan sebuah pengolahan data dilakukan mulai dari
pengambilan data, pengumpulan data dan analisis data. Manajemen data
memiliki tahapan yaitu :
a. Editing, adalah melihat ulang kuesioner yang sudah diisi oleh responden.
b. Coding atau pengkodean, adalah melakukan perubahan dengan
menuliskan huruf menjadi angka supaya mempermudahkan peneliti
dalam melakukan pengolahan data.
c. Data entry, adalah menginput atau memasukkan jawaban responden yang
sudah terbentuk dalam bentuk kode seatu program.
d. Cleaning, adalah memberihkana atau memeriksa data yang sudah masuk
dan jika terdapat data yang kurang lengkap dapat dilakukan pembetulan. 4

3.10 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data Data yang sudah diperoleh kemudian akan diolah
dengan SPSS dan akan dilakukan analisis univariat.

3.10.1 Analisis Univariat


Analisis ini memiliki tujuan untuk dapat menilai gambaran
pengetahuan masing-masing variabel yang akan diteliti.

3.11.2. Analisi Bivariat


Analisis ini dilakukan dengan dua variabel yang diduga berkorelasi
atau berhubungan. Analisis bivariat ini untuk melihat keterkaitan antara
variabel bebas dan variabael terikat dalam penelitian. Penelitian ini
menggunakan uji stati stik yang digunakan adalah non parametrik yaitu
somers’d pada tabel 3x2. Data ini memiliki kepercayaan 95% dengan
nilai α 5%, jika p (p value) < 0,05 maka hasil perhitungan statistik
bermakna atau terdapat hubungan antara variabel bebad dengan variabel
terikat. Tapi, jika nilai p value > 0.05 maka hasil perhitungan statistik
tidak bermakna atau tidak terdapat hubungan yang diteliti antara variabel
bebas dan variabel terikat.
30

3.11 Etika Penelitian


Penelitian ini diajukan kepada komisi etik penelitian Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mendapatkan persetujuan
penelitian yang dibuktikan dengan telah dikeluarkannya surat keterangan
lolos kaji etik (Ethical Approval) dan nomor protokol
3674022P111132019112600004 dengan nomor surat B-
033/F12/KEPK/TL00/12/2019 dan telah mendapatkan persetujuan kepada
subjek penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


4.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji yang digunakan dalam penelitian adalah uji validitas
dan uji reliabilitas yang telah dilaksanakan di Gedung Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Uji validitas sudah dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu
pertama pada Program Studi Keperawatan 2018 sejumlah 20
orang, kedua pada Program Studi Kesehatan Masyarakat 2018
sejumlah 20 orang, dan validasi ketiga pada Program Studi Farmasi
2018 sejumlah 31 orang. Hasil yang valid didapatkan pada validasi
ketiga pada tiap item kuesioner. Responden validitas dalam
penelitian ini ialah mahasiswa Farmasi angkatan 2016 dan 2018
dengan total 31 orang. Pengujian instrumen ini dilakukan pada tiap
butir pertanyaan kuesioner.

4.1.2. Uji Validitas


Menurut Notoatmojo tahun 2005, uji validitas merupakan uji
yang digunakan untuk mengukur dan mengamati valid atau tidaknya
penelitian. Uji validitas ini dilakukan tiga kali pengambilan data dan
mendapatkan hasil kuesioner yang valid. Kuesioner dikatakan valid
apabila r hitung lebih besar daripada r tabel.

4.1.3. Uji Reliabilitas


Menurut Arikunto tahun 2006, uji reabilitas adalah suatu uji
untuk mengetahui reliabel (dapat dipercaya) atau tidak reliabelnya
suatu instrumen yang digunakan dalam penelitian.47 Menilai
instrumen hasil penelitian harus memiliki nilai yang yang sama
atau hampir sama apabila dilakukan berulang-ulang. Maka
instrumen tersebut dikatakan reliabilitas (konsisten). Uji reliabilitas
cronbach’s alpha diinterpretasikan sebagai berikut:

31
32

a. Kurang reliabel : 0,00-0,20


b. Agak reliabel : 0,02-0,40
c. Cukup reliabel : 0,041-0,80
d. Reliabel : 0,061-0,80
e. Sangat reliabel : 0,81-1,00
Bahwa nilai cronbach’s peritem soal pada kuesinoner adalah
0,735. Nilai ini menunjukkan bahwa pada seluruh item kuesioner
adalah reliabel, dengan nilai ini maka memberikan nilai yang
hampir sama jika diambil secara berulang-ulang.

4.2 Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Gedung Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 144 responden. Metode
dalam penelitian ini menggunakan stratified random sampling adalah cara
dalam pemilihan sampel yang dibagi menjadi subkelompok dan pengambilan
populasi secara proporsional. Kemudian responden dipilih secara random.
Didapatkan responden pada angkatan 2016 sebanyak 30 orang, angkatan
2017 sebanyak 34 orang, angkatan 2018 sebanyak 44 orang dan angkatan
2019 sebanyak 36 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang
diambil pada tanggal 12 Desember 2019.
33

4.2.1 Analisis Univariat


Analisis univariat dengan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin,
umur, angkatan, dan IPK.

4.2.1.1 Karakteristik Sampel Penelitian


Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Penelitian
Variabel n %
Jenis Kelamin
Perempuan 101 70,1%
Laki-laki 43 29,7%
Umur (tahun) 82 56,9%
17-19 tahun
22-25 tahun 62 43,1%
Angkatan FK
2016 30 20,8%
2017 34 23,6%
2018 44 30,6%
2019 36 25,0%
IPK
2,00-2,99 31 21,5%
3,00-4,00 77 53,5%

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa persentase jumlah respondern


perempuan lebih banyak sebanyak 101 (70,1%) daripada jumlah laki-laki pada
angkatan 2016-2019. Hal ini karena persebaran jumlah antara laki-laki dan
perempuan angkatan 2016-2019 lebih banyak pada jumlah perempuan. Distribusi
responden berdasarkan pembagian umur menurut WHO 2013 (Tabel 4.7).39
Responden pada penelitian ini terkategori sebagai umur remaja sebanyak 82 orang
(56,9%) daripada umur dewasa. Angkatan dengan jumlah responden paling
banyak adalah angkatan 2018 sebanyak 44 orang (30,6%). Hal ini dikarenakan
sampel terbanyak didapatkan pada angkatan 2018. Klasifikasi IPK responden
34

menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang memiliki IPK 3,00-4,00


sebanyak 77 orang (53,5%) .

4.2.1.2 Karakteristik Pengetahuan Stunting Responden


Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan tentang Stunting Responden
Variabel n %
Pengetahuan
Sangat Baik 23 16
Baik 108 75
Buruk 13 9

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kebanyakan responden


mempunyai pengetahuan baik tentang stunting, yaitu 108 orang (49,3%). Hal ini
dikarenakan mahasiswa kedokteran yang menjadi responden pada penelitian ini,
sebagian besar sudah mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan stunting, yaitu
pada modul growth and development.

4.2.2. Analisis Bivariat


Analisis bivariat merupakan suatu uji analisis untuk melihat apakah
terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel
bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis kelamin, umur,
angkatan, dan IPK. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
pengetahuan tentang stunting.
35

4.2.2.1 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Jenis Kelamin


Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Jenis Kelamin
Variabel Jenis Kelamin n p
Perempuan Laki-laki value
n % n %
Pengetaahuan tentang Stunting
Sangat Baik 18 17,8 5 11,6 23
Baik 72 71,2 36 83,7 108 0,957
Buruk 11 10,8 2 4,6 13

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kebanyakan responden


memiliki pengetahuan yang baik tentang stunting sebanyak 108 orang dan 72
orang (71,2%) adalah perempuan. Uji yang diguanakan untuk menganalisis
hubungan pengetahuan tentanf stunting dengan karakteristik mahasiswa FK
menggunakan uji somers’d karena tabel yang digunakan adalah tabel BxK dan
skala ukur variabel yang digunakan adalah nominal-ordinal. Tabel tersebut
pengetahuan tentang stunting memiliki nilai signifikan sebesar 0,957 > α = 0,05
maka Ho diteriama. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan tentang stunting persentase responden perempuan yang memiliki
pengetahuan tentang stunting dengan jenis kelamin. Hal ini dikarenakan, jenis
kelamin tidak dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4.2.2.2 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Umur


Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Umur
Variabel Umur n p
17-19 20-25 value
n % n %
Pengetaahuan tentang Stunting
Sangat Baik 10 12,1 13 20,9 23
Baik 62 75,6 36 74,1 98 0,049
Buruk 10 12,2 3 4,83 13
36

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kebanyakan responden


memiliki pengetahuan yang baik tentang stunting, yaitu sebanyak 98 orang.
Sebayank 62 orang (75,6%) memiliki umur 17-19 tahun dari yang memiliki
pengetahuan tentang stunting yang baik. Hasil ini diujikan menggunakan uji
korelasi somers’d karena tabel yang digunakan BxK dan variabel yang digunakan
adalah ordinal. Hasil dari penelitian diatas didapatkan nilai signifikansi sebesar
0,049 < 0,005 maka H1 diterima. Artinya terdapat hubungan antara pengetahuan
stunting dengan umur. Hal ini karena, umur dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang. semakin meningkatnya usia maka pola pikir dan pengalaman seseorang
semakin bagus.

4.2.2.3 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan IPK


Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan IPK
Variabel IPK n p
2,00-2,99 3,00-4,00 value
n % n %
Pengetaahuan tentang Stunting
Sangat Baik 7 22,5 14 18,1 21
Baik 21 67,7 59 76,6 80 0,030
Buruk 6 19,3 4 5,19 10

Berdasarkan Tabel 4.5 kebanyakan responden memiliki pengetahuan yang


baik tentang stunting sebanyak 80 orang. Sebanyak 59 orang (76,6%) mempunyai
nilai IPK 3,00-4,00 dari yang memiliki pengetahuan tentang stunting yang baik.
Uji yang dilakukan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang
stunting dengan IPK adalah menggunakan uji korelasi somers’d karena tabel yang
digunakan merupakan BxK dan skala ukur yang dipakai pada tiap variabel adalah
ordinal. Tabel tersebut memiliki nilai signifikan sebesar 0,030 < 0,005 maka H1
diterima yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan tentang stunting
dengan IPK. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pratama, menyatakan bahwa IPK
merupakan salah satu indikator keberhasilan mahasiswa dalam proses
perkuliahan.6 Hal ini sesuai dengan faktor-faktor yang dapat memengaruhi
37

pengetahuan seseorang, yaitu tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat


pendidikan seseorang, maka semakin bagus pengetahuan seseorang.

4.2.2.4 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Angkatan


Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Angkatan
Variabel Angkatan n p
2016 2017 2018 2019 value
n % n % n % n %
Pengetahuan
Sangat Baik 7 23,3 12 35,2 2 4,54 2 5,5 23
Baik 22 53,2 22 58,8 36 81,8 28 77,7 108 ,000
Buruk 1 3,3 0 0 6 13,6 6 16,6 13
Berdasarkan Tabel 4.6 kebanyakan responden memiliki pengetahuan baik
tentang stunting sebanyak 108 orang. Sebanyak 36 orang (81,8%) dari angkatan
2018 memiliki pengetahuan tentang stunting yang baik. Hasil analisis
menggunakan uji somers’d dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,005 maka
H1 diterima. Artinya terdapat hubungan antara pengetahuan tentang stunting
dengan angkatan. Hal ini dikarenakan angkatan 2018 jumlah respondennya lebih
banyak dibandingkan angkatan lain. Tingkat pengetahuan yang baik tentang
stunting paling banyak di angakatan 2018 hal ini terjadi kemungkinan karena
dipengaruhi faktor pengetahuan yang lain diluar pendidikan seperti media masa,
dan organisasi.
Sedangkan tingkat pengetahuan sangat baik tentang stunting paling banyak
pada angkatan 2017 hal ini dikarenakan karena 2017 baru saja melewati modul
Gnd sehingga pengetahuan tentang stunting baru saja didapatkan. Dan angakatan
2019 memiliki pengetahuan yang buruk mengenai stunting hal ini dikarenakan
belum mendapatkan modul Gnd yang mempelajari tentang hal tersebut. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Pratiwi, dimana terdapat hubungan yang signifikan
antara mahasiswa tingkatan pertama memiliki pengetahuan tentang stuning lebih
banyak pada kategori kurang.50
38

4.3 Keterbatasan Peneliti


Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu:
1. Tidak ditelitinya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan
tentang stunting, seperti pengalaman, dan sumber informasi.
2. Penelitian hanya dilakukan pada satu tempat yaitu Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan sampel homogen
sehingga sampel tidak mewakili seluruh populasi mahasiswa
kedokteran Indonesia.
3. Uji validasi dilakukan sebanyak 3 kali kemungkinan karena bahasa
kuesinoer kurang dapat dimengerti oleh responden.
4. Keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian.
5. Pengisian kuesioner tiap angkatan dilakukan secara bersamaan
sehingga memungkinkan responden dapat melihat jawaban satu
dengan yang lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Hasil penelitian melalui analisis bivariat karakteristik subjek
penelitian pada mahasiswa Fakultas Kedokteran berdasarkan jenis
kelamin terbanyak adalah mahasiswa perempuan 70,1%; berdasarkan
usia terbanyak pada usia 17-19 tahun 29,7%; berdasarkan angkatan
terbanyak pada angkatan 2018 30,6% dan berdasarkan IPK terbanyak
3,00-4,00 53,3%.
2. Pengetahuan yang baik tentang stunting berdasarkan jenis kelamin
pada perempuan sebanyak 71,2% dengan hasil analisis menggunakan
somers’d didapatkan p-value > 0,05 yang artinya tidak terdapat
hubungan signifikan antara hubungan dengan jenis kelamin.
Berdasarkan umur, 17-19 tahun memiliki pengetahuan yang baik
tentang stunting 75,6%. Berdasarkan uji analisis menunjukkan bahwa
umur dengan pengetahuan stunting memiliki hubungan yang
signifikan. Berdasarkan tingkatan angkatan, angkatan 2018 memiliki
pengetahuan baik mengenai stunting 81,8%. Berdasarkan uji analisis
didapatkan bahwa tingkatan angkatan memiliki hubungan yang
signifikan dengan pengetahuan stunting. Nilai IPK 3,00-4,00 memiliki
pengetahuan yang baik tentang stunting 76,6%. Hasil analisis
didapatkan bahwa terdapat hubungan antara nilai IPK dengan
pengetahuan stunting.

5.2. Saran
5.2.1. Saran Peneliti
1. Diperlukan waktu yang lebih lama dalam meneliti dan penelitian
lanjutan dengan jumlah responden yang lebih banyak.
5.2.2. Saran Institusi
1. Dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian stunting.

39
40

5.2.3. Saran Subjek


1. Lebih banyak membaca mengenai stunting.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.


Jakarta Selatan: Pusat Data dan Informasi; 2018. h. 1-6.
2. Swarinastiti D, Hardaningsih G, Pratiwi R. Dominasi Asupan Protein
Nabati Sebagai Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 2-4 Tahun.
Semarang : Jurnal Kedokteran Dipoengoro. 2018;7(2):1470-83.
3. Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Penanganan Stunting Terintegrasi Di Indonesia.
Deputi Bidang Kordinasi Peningkatan Kesehatan. 2018. h. 5-6.
4. Notoadmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RINEKA.
2010. h. 37-38.
5. Ni’mah C, Muniroh L. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu Dengan Wasting dan Stunting Pada Balita
Keluarga Miskin. Universitas Airlangga: Media Gizi Indonesia.
2015;10(1):84-90.
6. Pratama P. Hubungan Antara Kecenderungan Berfikir Kritis Dengan
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa Prodi Dokter FK UNDIP.
Universitas Diponegoro: Jurnal Kedokteran Diponegoro. 2012;1(1).
7. Harasym PH, Tsai TC, Hemmati P. Current Trends In Developing
Medicalstudents’ Critical Thinking Abilities. Kaohsiung J Med Sci July.
2008;24(7). h. 341-55. Diakses pada tanggal 1 Desember 2020. Tersedia di
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1607551X08701311.
8. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta. 2010. h. 131-207.
9. Pratiwi NK. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Perhatian Orang Tua Dan
Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa
SMK Kesehatan Di Kota Tanggerang. Universitas Indraprasta PGRI.
2015;1(2):75-105.
10. Amin MS. Perbedaan Struktur Otak dan Perilaku Belajar Antara Pria dan
wanita; Eksplanasi dalam Sudut Pandang Neuro Sains dan Filsafat. Jurnal
Filsafat Indonesia. 2018;1(1).

41
11. Hendikawati Putriaji. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi
Mahasiswa. Semarang: Unnes Sekaran Gunungpati. 2011;2(1):27-35.
12. Fang Prof, Legaspi C, Perez R, Remigio A, Sengsourya J. Factors
Affecting GPA. Diakses pada tanggal 31 Desember 2019. Tersedia di
https://public.csusm.edu/fangfang/Teaching/BUS304/TeamPresentation-
Spr08/Report_Group3.pdf
13. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2005. h. 11-57.
14. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan. 2014. h. 10-14.
15. Posthumus AG, Scholmerich VLN, Waelput JM, Vos AA, Jong-Potjer
LCD,dkk. Bridging Between Professionals In Perinatal Care : Towards
Shared Care In The Netherlands. Maternal and Child Health Journal.
2012;17(10):1981-1989.
16. Bainbridge L, Nasmith L, Orchard C, Wood V. (2010). Competencies for
Inter-Professional Collaboration. Journal of Physical Therapy Education.
2010;24(1):6-11.
17. Risnah, Rosmah, Mustamin, dan Sofingi I. Pengaruh Pelatihan Terhadap
Pengetahuan Tentang Gizi Buruk dan Inter-Professional Collaboration
Petugas Puskesmas. Jurnal Kesehatan. 2018;11(1):61-71. Tersedia di :
10.24252/jkesehatan.v11i1.5030.
18. Fuada N, Salimar, Irawati A. Kemampuan Kader Posyandu Dalam
Melakukan Pengukuran/Tinggi Badan Balita. Jurnal Ekologi Kesehatan.
2014;13(3):229-39.
19. Singh D, Negin J, Orach CG, and Cumming R. Supportive Supervision for
Volunteers to Deliver Reproductive Health Education: A Cluster
Randomized Trial. Reproductive Health. 2016;13(1):1-10.
20. Yuliani E, Immawanti, Yunding Junaedi, Irfan, Haerianti M, dkk.
Pelatihan Kader Kesehatan Deteksi Dini Stunting Pada Balita Di Desa
Betteng. Stikes Marendeng Majene : Universitas Sulawasi Barat.
2018;4(2):41-6.

42
21. Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun
2017. Jakarta : Kementrian Republik Indonesia. 2017. h. 1-6.
22. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Hasil
Utama RISKESDAS 2018. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. 2018. h. 1-
200.
23. Rahmawati A, Wirawanni Y. Perbedaan Kadar Seng (Zn) Rambut
Berdasarkan Derajar stunting pada Anak Usia 6-9 Tahun. Journal of
Nuttrition College. 2012;1(1):365-72.
24. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Perawakan Pendek pada Anak Remaja di
Indonesia. IDI Indonesia. 2017. h. 1-6.
25. Swarinastiti D, Hardaningsih G, Pratiwi R. Dominasi Asupan Protein
Nabati Sebagai Faktor Risiko Stunting Anak Usia 2-4 Tahun. Jurnal
Kedokteran Diponegoro. 2018;7(2):1470-83.
26. Kementrian Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi. Buku
Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Depkes. 2017. h. 1-39. Diakses
pada tanggal 21 Juni 2019. Tersedia di siha.depkes.go.id.
27. Faisal, Reniarti L, dan Andriana N. Hubungan Status Pubertas Dengan
Anak Stunting Pada Anak Siswi SD dan SMP Di Kecamatan Tempuran
Kabupaten Karawang. Jurnal UNPAD. 2018. h. 1-3.
28. Chairunnisa, E. Inadekuat Asupan Vitamin D, Kalsium dan Fosfor Pada
Anak Stunting Usia 12-24 Bulan Di Kota Semarang. UNDIP : Semarang.
2017;7(1):39-44.
29. Rahman T., Adhani R. and Triawanti. Laporan Penelitian Hubungan antara
Status Gizi Pendek (Stunting) dengan Tingkat Karies Gigi, Jurnal
Kedokteran Gigi. 2016;1(1):88–93.
30. Maleke V, Umboh A, Pateda V . Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi
Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Modoinding. Universitas Sam
Ratulangi Manado. 2015;3(3):749-53.
31. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 100
Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta:
TNP2K. 2017.

43
32. Manuaba, IBG. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC:2008.
33. Amini, A. Hubungan Kunjungan Antenatal Care (ANC) dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 12-59 Bulan Di Kabupaten Lombok Utara
Provinsi NTB Tahun 2016[skripsi]. Yogyakarta: Program Pascasarjana,
Universitas Aisyiyah. 2016.
34. Sholikin, RAASP. Hunungan Antenatal Care (ANC) dengan Kejadian
Berat Bayi Lahir Rendah di Kabupaten Purbalingga [Tesis]. Yogyakarta:
Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada; 2015.
35. Adriani M. Pengantar Gizi Masyarakat. Prenada media. 2016. h. 30-9.
36. Nasikhah R, Margawati A. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita
Usia 24-36 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur, Journal of Nutrition
College 2012;1(1):176-84.
37. Welasih BD, Wirjatmadi B. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Gizi Balita Stunting. The Indonesian of Public Health. 2012;8(3):99-
104.
38. Hien NN. Nutritional Status And Characteristic Related To Malnutrition In
Children Under Five Years Of Age Inghean, Vietnam. J Prrev Med Public
Health 2008;41(4):232-40.
39. Dewi IAKC, Adhi KT. Pengaruh Konsumsi Protein dan Seng Serta
Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita
Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida iii. Arc.com.
Health 2016;3(1):36-46.
40. MCA. Gambaran Umum Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat
(PKGBM) Untuk Mencegah Stunting. 2014. h. 1-40. Pada tanggal 16
November 2019. Tersedia di http://www.mca-indonesia .go.id/id/home.
41. Takanashi K, Chonan Y, Quyen DT, Khan NC, et all. Survey of Food
Hygiene Practices at Home and Childhood Diarrhea in Hanoi, Vietnam. J
Health Popul Nutr 2009;27(5):602-11.
42. Chamilia Di, Triska SN. Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan Praktik
Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di

44
Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang, Surabaya. 2017;1(3):243-51.
Diakses pada tanggal 16 November 2019. Tersedia di :
e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/download/6251/3867.
43. Kementrian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 2015-
2019. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2015.
44. Susanti AI, Hidayah RN, Martini N, dan Astuti Sri. Upaya Promotif dan
Preventif tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan Untuk Mencegah Stunting
Pada Balita. Universitas Padjajaran : Jurnal Pengabdian Masyarakat.
2019;1(1):92-99.
45. Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2) Ayat 233.
46. Afifa I. Kinerja Kader dalam Pencegahan Stunting : Peran Lama Kerja
Sebagai Kader, Pengetahuan dan Motivasi. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
2019;30(4):336-41. Diakses pada tanggal 27 November 2019. Tersedia di
https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/2578/736.
47. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi
IV). Jakarta : PT Rineka Cipta. 2006.
48. Olsa ED, Sulsastri D, dan Anas E. Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu
Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di
Kecamanatan Naggalo. Universitas Andalas Padang : Jurnal Kesehatan
Andalas. 2017;6(3):523-9. Diakses pada tanggal 22 Desember 2019.
Tersedia di :
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/733/589.
49. Aridiyah FO, Rohmawati N, dan Ririanty Mury. Faktor-faktor
Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan
dan Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and
Urban Areas). Universitas Jember : Jurnal Pustaka Kesehatan.
2015;3(1):163-70.
50. Pratiwi AJ. Gambaran Status tingkat Gizi (TB/U) berdasarkan
Pengetahuan tentang Stunting pada Mahasiswa Tingkat 1 di Politeknik
Kesehatan Jakarta II Kampus A tahun 2019. Tersedia di
http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/69337. Diakses
pada tanggal 2 Januari 2016.

45
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian

KETERANGAN PENELITIAN

Saudara/i yang saya hormati,

Saya Ayu Namirah Filayeti, mahasiswi jurusan pendidikan dokter angkatan


2016 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta
yang sedang melaksanakan penelitian mengenai:

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2016-


2019 Mengenai Stunting

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan


proses belajar mengajar pada program S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
UIN SH. Untuk kepentingan tersebut kami mohon kesedian Saudara/i untuk ikut
sebagai responden dalam penelitian ini. Jika Saudara/i bersedia, silahkan
menandatangani persetujuan sebagai bukti kesukarelaan.

Identitas pribadi sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi


yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Jika ada hal yang
kurang dapat dipahami dapat bertanya langsung kepada peneliti melalui kontak
peneliti @ayunamirahfilayeti.

Atas perhatian dan kesediaan Saudara/i menjadi responden dalam penelitian


ini kami ucapkan terima kasih.

Ciputat, 2019

Ayu Namirah Filayeti

46
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Angkatan :

NIM :

IPK :

Telah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan :

Bersedia

Tidak bersedia

Berpartisipasi dalam penelitian ini.

Ciputat, 2019

Responden

( )

47
Nomor :
KUESIONER PENELITIAN

I. Kuesioner Pengetahuan Mengenai Stunting


Petunjuk dalam mengisi kuesioner, yaitu :
Berilah tanda (X) disalah satu jawaban yang menurut anda paling benar.
1. Apa yang dimaksud dengan stunting?
a. Keadaan gagal tumbuh kembang anak pada awal masa kehamilan
b. Keadaan gagal tumbuh kembang anak karena faktor kemiskinan
c. Keadaan gagal tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama
kehidupan
d. Keadaan gagal tumbuh kembang anak karena anak mengalami infeksi
2. Stunting adalah penyakit gagal tumbuh kembang. Apa penyebab hal
tersebut?
a. Kekurangan gizi secara kronik yang dipengaruhi oleh masalah
ekonomi keluarga
b. Masalah yang bisa menjadi gizi buruk
c. Kurangnya karbohidrat dalam tubuh anak
d. Anak dengan garis kurang dari -2 standar deviasi WHO
3. Bagaimana ciri-ciri anak yang mengalami stunting?
a. Tubuh pendek
b. Tubuh kurus
c. Perut buncit
d. Wajah lebih muda
4. Bagaimana cara mengetahui seorang anak balita yang mengalami stunting?
a. Mengukur TB/U menurut z-score
b. Mengukur BB/U
c. Menghitung IMT
d. Menanyakan riwayat BB anak lahir
5. Faktor apakah yang mempengaruhi kejadian KLB pada stunting?
a. Faktor genetik
b. Faktor asupan makanan yang bergizi

48
c. Faktor kehamilan
d. Faktor pengetahuan ibu
6. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling benar mengenai pola asuh
orang tua?
a. Banyaknya informasi dari internet berpengaruh pada pola asuh
b. Pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap pola asuh orang tua
c. Pengalaman orang tua dalam mengasuh anak mempengaruhi kualitas
pola asuh
d. Mengikuti adat istiadat dalma suatu keluarga
7. Manakah dari penyakit di bawah ini yang menyebabkan stunting?
a. Sakit kepala
b. Mata merah
c. Diare dengan dehidrasi
d. Diabetes Melitus (DM)
8. Manakah pernyataan yang benar mengenai faktor resiko anak stunting?
a. Faktor pengasuhan orang tua yang kurang baik
b. Faktor penyakit infeksi yang berulang
c. Faktor asupan yang bergizi harus cukup
d. Faktor air bersih yang cukup
9. Apa pencegahan stunting pada usia remaja yang paling benar?
a. Melakukan olahraga secara teratur
b. Suplementasi tablet penambah darah
c. Melakukan konsultasi tentang kesehatan
d. Konsultasi ke dokter jika mengalami masalah menstruasi
10. Apakah pencegahan yang dapat dilakukan pada kejadian stunting?
a. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif
b. Pemberian Makanan Pengganti Air Susu Ibu (MP-ASI)
c. Melakukan intervensi gizi spesifik
d. Melakukan intervensi gizi sensitif
11. Bagaimana peran Ante Natal Care (ANC) terhadap kejadian stunting?
a. Datang ANC sebanyak 4 kali dalam pencegahan stunting
b. Datang ANC sebanyak 2-3 kali dalam pencegahan stunting

49
c. Datang ANC sebanyak 1-2 kali dalam pencegahan stunting
d. Tidak berperan sama sekali dalam pencegahan stunting
12. Apa intervensi spesifik pada ibu hamil?
a. Memberikan suplementasi zink
b. Memberikan suplementasi kapsul vitamin A
c. Memberikan suplementasi kalsium pada ibu hamil
d. Memberikan manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
13. Apa yang termasuk intervensi sensitif dalam peningkatan akses dan
kualitas pelayanan gizi dan kesehatan yang paling pertama?
a. Akses Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
b. Akses sanitasi yang layak
c. Akses bantuan uang tunai untuk keluarga kurang mampu (PKH)
d. Memberikan akses pelayanan KB
14. Apa program pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) untuk mengatasi stunting
a. Pengendalian penyakit
b. Meningkatkan mutu dan akses kesehatan
c. Meningkatkan pelayanan tenaga kesehatan
d. Meningkatkan status kesehatan gizi ibu dan anak
15. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling benar mengenai pengaruh
anak stunting terhadap negara?
a. Anak stunting meningkatkan perekonomian negara
b. Anak stunting meningkatkan pengeluaran anggaran negara
c. Anak stunting menghambat perekonomian negara
d. Anak stunting menurunkan kualitas generasi muda Indonesia
16. Manakah pernyataan yang benar tentang dampak stunting?
a. Anak stunting memiliki kemampuan belajar rendah
b. Anak stunting memiliki kemampuan konsentrasi rendah
c. Anak stunting memiliki IQ rendah
d. Anak stunting memiliki kemampuan berfikir rendah

17. Manakah pernyataan yang salah mengenai dampak dari anak stunting?

50
a. Pertumbuhan secara tidak optimal
b. Anak stunting memiliki sistem imun yang baik
c. Perkembangan kognitif dan motorik terganggu
d. Anak stunting memiliki resiko penyakit tidak menular seperti DM,
hipertensi dan stroke
18. Manakah pertanyaan di bawah ini yang paling benar mengenai sistem
imun yang dimiliki anak stunting?
a. Anak stunting memiliki sistem imun yang lebih baik dari pada anak
yang tidak stunting
b. Anak stunting memiliki sistem imun yang sama dengan anak yang
tidak stunting
c. Anak stunting memiliki sistem imun yang sama dengan orang tuanya
d. Anak stunting memiliki sistem imun yang rentan terkena infeksi
dibandingkan dengan anak yang tidak stunting
19. Manakah pernyataan dibawah ini yang paling benar mengenai tingkat
kematian dalam kondisi stunting?
a. Stunting menurunkan angka kematian
b. Stunting meningkatkan angka kematian
c. Stunting tidak menyebabkan kematian
d. Stunting tidak berhubungan dengan angka kematian
20. Apa peran mahasiswa FK dalam mengatasi stunting?
a. Melakukan tindakan promotif dan preventif
b. Memberikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
c. Memberikan penyediaan konseling kesehatan
d. Melakukan pendataan jika mendapati anak stunting

51
Lampiran 2
Data Statistik Penelitian

52
53
54
Lampiran 3
Data Uji Validasi dan Reliabilitas

55
56
57
58
59
60
RELIABILITY
/VARIABLES=Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18
Q19 Q20 Total
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Reliability

61
Lampiran 4
Kisi-Kisi Kuesioner

Variabel Konstraktor Nomor


item
Identitas Responden Nama

Jenis Kelamin

Usia
Angkatan
Nilai IPK
Pengetahuan Definisi stunting 1
Stunting Penyebab stunting 2
Ciri-ciri anak stunting 3
Cara mengukur anak stunting 4,
Faktor yang mempengaruhi stunting 5,6,7,8
Pencegahan stunting pada remaja 9
Pencegahan stunting pada bayi 10
Peran Ante Natal Care (ANC) dalam kejadian stunting 11
Intervensi spesifik pada ibu hamil 12
Intervensi sensitif dalam peningkatan akses dan 13
kualitas pelayanan gizi dan kesehatan yang paling
utama
Program pemerintah dalam mengatasi stunting 14
Pengaruh anak stunting bagi negara 15
Dampak terjadinya stunting 16,17
Manakah pertanyaa paling benar mengenai sistem 18
imun anak stunting
Manakah pertanyaan dibawah ini yang paling benar 19
mengenai tingkat kematian dalam kondisi stunting
Apa peran mahasiswa FK dalam mengatasi stunting 20

62
Lampiran 5
Lembar Kaji Etik

63
Lampiran 6
Riwayat Penulis

Nama : Ayu Namirah Filayeti

Tempat/tanggal lahir : Sampit, 30 Mei 1998

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. IR. H. Juanda. No. 88, RT 002/ RW 02, Sampit .

No. Hp : 089678864814

Email : ayunamirahfilayeti@gmail.com

PENDIDIKAN

2002-2004 : TK Nurul Iman Sampit

2004-2010 : SD Muhammadiyah Sampit

2010-2013 : SMPN 2 Sampit

2013-2016 : SMAN 2 Sampit

2016-sekarang : Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta

64

Anda mungkin juga menyukai