Anda di halaman 1dari 3

Jangan Sedih

Semua orang pasti pernah mengalami hari terburuk mereka. Di mulai dari bangun kesiangan,
driver ojek online yang lama sekali merespon di aplikasi, kemacetan di ruas jalan menuju
kampus, tidak diizinkan masuk ke ruang kelas perihsl terlambat lebih dari batas toleransi yang
diizinkan, lalu apa lagi?

Aku sekarang sedang duduk di anak tangga di ujung koridor gedung kampusku. Kepalaku
tenggelam di antara kedua lututku, mataku perih benar-benar ingin menangis rasanya. Aku
menggigit bibir bawahku kuat memberi perintah agar jangan ada air mata yang jatuh di saat ini.

Ponselku bergetar di dalam saku celana jeans yang ku kenakan. Satu pesan masuk dari Gea,
temanku di kelas.

Gea Gayatri

Cuy, di mana?

Kelas uda kelar ini

Ayra

di tangga buk

Tidak sampai semenit, Gea datang dan ikut duduk di sebelahku.

"Ngalang-ngalangin orang jalan aja sih."

"Duh Gea, gausah nambah-nambah pikiran dulu biarin anjir orang kehalang ga peduliiii. Uda
berapa nih absenku?" ucapku dengan intonasi ngegas andalanku.

"Santuy, masih sekali ini kok Ra. Masih ada jatah sekali lagi absen kalo kamu emang butuh."

Aku menghembuskan napas kasar lalu bergegas bangkit dari dudukku.

"Woy kemana?"

"Kantin yuk, pengen makan orang nih."

Dikarenakan suasana selesai kelas, kantin jadi dua kali lipat lebih ramai dari waktu-waktu
normal. Semua meja telah dipenuhi oleh mahasiswa lain yang siap mengisi amunisi selepas
kelas berlangsung. Aku sudah memutari kantin fakultas sampai dua kali untuk memastikan
benar-benar tidak ada meja kosong yang terselip sampai akhirnya balik kanan bergegas
menunggalkan Gea yang kebingungan.
"Ayra, kita bisa beli makannya terus makan di mana kek. Gausah bingung gitu dong. Kenapa
siiii?"

"Ge, kesel banget duh tolong deh aku kan cuma mau makan. Ah bodo amat ah aku mau balik."

"Balik kemana Ayra wey, uda jam segini kan ntar ada kelas juga jam 11."

Aku mengusapkan kedua telapak tanganku ke wajah lalu berjalan menghentak-hentakkan


kakiku kesal sekali. Satu dua bulir air mata mulai terbendung di pelupuk mata. Aku berusaha
keras mendongak agar tidak tumpah di tengah keramaian.

Lagi-lagi handphone ku bergetar lagi di saku. Kali ini dari Ardan.

Ardan

Ayra

Aku ketemu Gea tadi kamu ninggalin dia di kantin

Ayra di mana?

Ayra

Ayra

Ardan, aku lupa tadi jalan ke kantin bareng Gea

Gea di mana sekarang ?

Ardan

Gea di kantin

Aku sekarang uda keluar kantin

Kamu di mana?

Masih ada kelas?

Ayra

Aku di trotoar deket pelataran parkir

Nanti kelas jam 11

Ardan
Oke yauda aku ke sana

Tunggu jangan ke mana-mana

Akhirnya air mataku tumpah.

Ardan sampai di trotoar sebelah pelataran parkir lima menit kemudian. Ardan membawa
kantongan plastik berwarna putih di tangan kanannya sementara tangan kirinya sibuk
menyugar rambutnya.

"Ayra?"

"Ayra kenapa ih jangan nangis, malu diliatin abang-abang parkir!" Ardan panik duduk di trotoar
tepat di sebelahku lalu menghapus air mataku yang mengalir di pipi.

"Ardan, aku kesel banget. Asli aku bolos kelas, terus aku laper tapi kantin penuh. Terus terus
huhuhuhu"

"Weits, tenang dulu. Ini aku bawa air mineral. Minum dulu biar tenang. Napas dulu ciba yang
bener."

Aku meraih botol air mineral dari tangan Ardan dan meneguknya tiga tegukan.

"It's only a bad day not a bad life. Ayo semangat. Ini aku bawa bubur ayam kantin. Makan buru
sebelum masuk kelas."

"Ardan huhuhu aku cengeng banget yaaa"

"Ayra jangan nangis lagi, nanti di kelas masa matanya bengkak. Kalo ditanya dosen kamu mau
jawab apa? Diantup tawon kan ga mungkiiin."

"Ardan jangan becanda huhuhu" air mataku masih mengalir tapi aku sangat ingin tertawa
sekarang.

"Udah ya, Ayra jangan nangis jangan sedih lagi. Makan dulu ini buburnya. Jangan diaduk tapi
ya."

Aku menghapus air mata di pipiku dengan lengan kemeja yang sedang ku kenakan lalu
tersenyum pada Ardan. Aku meraih tanganya dan menggenggamnya erat.

"Ardan makasih ya."

Anda mungkin juga menyukai