Anda di halaman 1dari 8

Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.

php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

ANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN


METODE BRANSBY-WILLIAMS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI BABURA
PROVINSI SUMATERA UTARA

Anik Juli Dwi Astuti1 , Eni Yuniastuti1 , Dwi Wahyuni Nurwihastuti1 , Retno Triastuti2
1 Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

2 BPDASHL Wampu Sei Ular, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Email: anikjuli@unimed.ac.id

Abstrak

Daerah penelitian adalah sub Daerah Aliran Sungai Babura yang mempunyai luas
4921,88 Ha. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis besarnya koefisien aliran
permukaan menggunakan metode Bransby-William di Sub Daerah Aliran Sungai Babura,
2) menganalisis distribusi nilai koefisien aliran di Sub Daerah Sungai Babura. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survey baik survey
instansional maupun lapangan. Survei instansional digunakan untuk memperoleh data
curah hujan dan penutup lahan sedangkan survey lapangan digunakan untuk
mendapatkan data tekstur tanah dan kemiringan lereng. Selanjutnya hasil dianalisis
dengan menggunakan analsis deskriptif dan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
koefisien aliran di Sub Daerah Aliran Sungai Babura berkisar 0,4 – 0,55 dengan rata-rata
0,475. Dengan mendasarkan pada nilai koefisien aliran tersebut dapat dikatakan bahwa sub
DAS Babura masih dalam kondisi baik. Besarnya koefisien aliran di SubDAS Babura
bervariasi dimana pada daerah hulu nilai koefisien aliran permukaan berkisar antara 0,4 –
0,45 sedangkan di daerah hilir sungai pada kisaran nilai 0,5 – 0,55.

Kata kunci : koefisien aliran, Bransby-William, sub Daerah Aliran Sungai, Babura

Abstract

The research located in Babura watershed which has wide of 4921.88 Ha. The purposes of
this research are 1) to analyze runoff coefficient using Bransby -Williams method, 2) to
analyze the distribution of runoff coefficient in Babura river basin. In this research, data
were collected using survey methods both the institutional and field surveys. Institutional
surveys were used to obtain rainfall and land use data meanwhile field surveys were used
to gain soil texture data and slope. The results of this study were analyzed using
descriptive and spatial analysis. The results showed that the runoff coefficient in the
Babura watershed was from 0.4 to 0.55 with an average of 0.475. This means that the
Babura watershed is still in good condition. Furthermore, runoff coefficient in upstream
was 0.4 – 0.45 while in downstream the runoff coefficient was 0.5 – 0.55.

Key words: runoff coefficient, Bransby-Williams, Watershed, Babura

PENDAHULUAN sehingga apabila terjadi kerusakan pada


Daerah Aliran Sungai merupakan salah satu komponen pada ekosistem
sebuah ekosistem yang didalamnya tersebut maka akan menyebabkan
terjadi interaksi antara komponen abiotik, terganggunya komponen lainnya. Salah
biotic dan social. Satu komponen akan satu penyebab terjadinya kerusakan pada
mempengaruhi komponen yang lain daerah aliran sungai adalah alih fungsi

158| Vol 9 No. 2 - 2017 Jurnal Geografi Vol 9 No.2 (158-165)


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

lahan. Perubahan penggunaan lahan ke laut. Peningkatan limpasan permukaan


dapat mempengaruhi system hidrologi di musim penghujan akan memicu
dan berdampak besar pada sumber daya terjadinya banjir di hilir Sungai Babura.
air (Wagner, P.D, Kumar, S, Schnieder, K, Seperti kejadian banjir yang terjadi pada
2013). Alih fungsi lahan yang memberikan hilir sungai Babura dari tahun ke tahun.
konsekuensi pada perubahan penutup Bulan April 2011 ketinggian banjir
lahan akan menyebabkan semakin mencapai 2 meter dan merendam ratusan
tingginya limpasan permukaan. Limpasan rumah. Tahun 2014, ketinggian banjir juga
permukaan yang tinggi merupakan salah mencapai 2 meter terjadi di sebagian
satu parameter yang mengindikasikan daerah Medan Selayang. Analisis
telah terjadinya kerusakan DAS. koefisien aliran menjadi sangat
Sub Daerah Aliran Sungai Babura diperlukan untuk mengetahui sebaran
merupakan bagian dari Daerah Aliran limpasan permukaan yang dapat memicu
Sungai Deli. Secara administrasi, Sub terjadinya banjir di bagian hilir sungai.
Daerah Aliran Sungai Babura mencakup
wilayah Kabupaten Deli Serdang dan METODE PENELITIAN
Kota Medan dengan luas wilayah 4921,88 Penelitian ini dilakukan di sub
Ha. Sungai utama yang mengalir di Sub Daerah Aliran Sungai Babura yang
DAS Babura adalah sungai Babura yang mencakup dua wilayah administrasi,
merupakan cabang dari sungai Deli. yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kota
Kondisi hidrologi sebagian Kota Medan. Bahan yang digunakan dalam
Medan sangat dipengaruhi oleh sub penelitian ini terdiri dari Peta Rupa Bumi
Daerah Aliran Sungai Babura dimana Indonesia skala 1 : 50.000, Peta
sebagian wilayah Kota Medan termasuk Kemiringan Lereng, Peta Tanah dan Peta
dalam system DAS tersebut. Sebagian Penggunaan Lahan sedangkan alat yang
dari kota Medan termasuk bagian hilir digunakan adalah GPS dan abney level.
dari subDAS Babura yang umumnya Pengumpulan data dilakukan dengan
digunakan sebagai daerah pemanfaatan mengunakan metode survey baik survey
(discharge area) sehingga potensi sumber instansional maupun survey lapangan.
daya airnya sangat tergantung pada Data yang digunakan dalam penelitian ini
daerah hulu (Kecamatan Sibolangit, meliputi curah hujan, kemiringan lereng,
Kabupaten Deli Serdang). Daerah hulu tekstur tanah, vegetasi penutup dan
tersebutlah yang berfungsi utama simpanan permukaan. Selanjutnya data
sebagai daerah tangkapan air (recharge tersebut diolah dengan menggunakan
area) sehingga kondisi fisik daerah hulu metode Bransby-Williams untuk
sangat berpengaruh terhadap limpahan mendapatkan besarnya nilai koefisien
air yang akan diterima di daerah hilir, aliran. Nilai koefisien aliran yang
yaitu Kota Medan. didapatkan merupakan hasil penjumlahan
Alih fungsi lahan di daerah harkat dari lima parameter (curah hujan,
tangkapan air (Sibolangit) maupun lereng, kemampuan infiltrasi, vegetasi
daerah pemanfaatan (Kota Medan) penutup dan simpanan permukaan).
memicu terjadinya peningkatan limpasan Tabel 1. Menunjukkan estimasi
permukaan. Hal ini menyebabkan koefisien aliran permukaan dengan
ketersediaan air pada musim kemarau menggunakan metode Bransby-Williams.
menjadi defisit sedangkan pada musim Analisis hasil yang digunakan dalam
penghujan, ketersediaan air melimpah. penelitian ini adalah analisis deskriptif
Namun, ketersediaan air pada musim dan analisis spasial. Secara singkat,
penghujan tersebut adalah ketersediaan tahapan penelitian yang dilaksanakan
air yang tidak bisa dimanfaatkan oleh pada penelitian ini dapat dilihat pada
manusia karena langsung didistribusikan Gambar 1.

Analisis Koefisien ….. |159


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Tabel 1. Estimasi Koefisien Aliran Permukaan dengan Metode Bransby-Williams


Karakteristik Karakteristik yang menghasilkan aliran
DAS yang 100 (ekstrim) 75 (tinggi) 50 (normal) 25 (rendah)
dipertimbangka
n
Medan terjal Perbukitan Bergelombang Lahan
kasar dengan dengan lereng dengan lereng relatif datar
Relief lereng rata-rata rata-rata antara rata-rata antara 5- dengan
umumnya diatas 10 -20% 10% lereng 0-5%
20%
(10) (5) (0) (0)
Tidak ada Infiltrasi air Tanah geluh, Pasir dalam
penutup tanah lambat, tanah berstruktur atau tanah
efektif, solodic, jika lempung teragregasi
Infiltrasi tanah Batuan padatan rusak lempung = baik =
maupun batuan permukaannya chernozem krasbozem
tipis
(25) (20) (10) (5)
Tidak ada Sheet erosion 50% tertutup 90% DAS
tanaman penutup kurang dari baik, tanaman tertutup
(tanaman keras) 10% dibawah pertanian baik oleh
Penutup lahan yang efektif padang berkayu tidak rumput,
rumput, sedikit lebih 50% hutan
tanaman kering
pertanian
(25) (20) (10) (5)
Beberapa depresi Sistem drainase Depresi Drainase
permukaan, alur baik permukaan jelek,
sungai terjal, overlandflow meander,
Simpanan overland flow berarti, terdapat Dd besar
permukaan tipis dapat beberapa telaga dan 90%
diabaikan dan rawa, alur- konservasi
alur sungai tanah
(10) (5) (0)
(5)
Intensitas Hujan 3 – 4 inci/jam 2 – 3 inci/jam 1 – 2 inci/jam 1 inci/jam
(30) (25) (15) (15)
Sumber : Meyerink, 1970

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kemiringan Lereng


A. Koefisien Aliran Kemiringan lereng berpengaruh
Koefisien aliran ditentukan terhadap aliran yang terjadi di suatu
dengan menggunakan beberapa wilayah. semakin besar kemiringan lereng
parameter fisik dari wilayah daerah aliran maka akan menyebabkan aliran semakin
sungai. Parameter yang digunakan oleh besar. Hal ini disebabkan oleh
Bransby-William untuk penentuan kemiringan lereng yang besar akan
koefisien aliran terdiri dari kemiringan memberikan kesempatan air hujan
lereng, morfometri DAS (simpanan meresap ke dalam tanah dengan jumlah
permukaan), infiltrasi, vegetasi penutup yang relative kecil. Kemiringan lereng di
dan intensitas hujan. Sub DAS Babura cukup bervariasi jika

160| Vol 9 No. 2 - 2017


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

dilihat dari hulu sampai hilir sungai. dapat dilihat seperti pada Tabel 2.
Kemiringan lereng di Sub DAS Babura

Peta Penggunaan Peta Rupa Bumi Peta T anah Sub Peta Lereng Sub Data Curah Hujan
Lahan Skala 1:50.000 DAS Babura DAS Babura

Interpretasi Interpretasi Analisis


s Interpretasi Interpretasi
dan Uji dan uji
lapangan lapangan

Penutup lahan Jaringan sungai Peta Kemiringan Intensitas curah


T ekstur tanah
lereng hujan

Peta Simpanan T ingkat


Permukaan Infiltrasi

Metode Bransby-Williams

Koefisien Aliran
Permukaan

Gambar 1. Tahapan Penelitian

Tabel 2. Kemiringan Lereng di Sub DAS Babura


Persen
Kemiringan Luas
No Morfologi Luas
Lereng (Ha)
(%)
1 0-2% Dataran 3.455,82 70,21
2 3-7% Berombak 977,06 19,85
3 8-13% Bergelombang 489,00 9,94
Luas Total 4921,88 100,00
Sumber : Analisis Peta Lereng, 2015

2. Simpanan Permukaan yaitu mil panjang sungai per mil2 luas


Simpanan permukaan areal. Panjang Sungai Babura adalah 45,31
diperhitungkan dengan menentukan mil dengan luas 19 mil2 . Berdasarkan
kerapatan alur. Semakin besar kerapatan panjang dan luas tersebut maka diperoleh
alur maka simpanan permukaan akan kerapatan alur di sub Daerah Aliran
semakin kecil. Kerapatan alur sungai Sungai Babura adalah 2,38 mil/mil2
menyatakan panjang alur sungai pada (system saluran baik).
setiap satuan luas DAS atau sub DAS,

Analisis Koefisien ….. |161


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

3. Infiltrasi semakin cepat dan semakin halus tekstur


Infiltrasi diperkirakan dengan tanah maka infiltrasi akan semakin
analisis tekstur tanah pada beberapa jenis lambat. Tekstur tanah di Sub DAS Babura
tanah yang ada di Sub DAS Babura. dapat dilihat pada Tabel 3.
Semakin kasar tekstur tanah yang ada di
suatu daerah maka infiltrasi akan

Tabel 3. Jenis Tanah dan Tekstur Tanah di Sub DAS Babura


Infiltrasi
Jenis Tanah Tekstur Tanah
Geluh Normal
Tropaquepts
berlempung
Dystropepts
Geluh berdebu
Eutrandepts Geluh berpasir Normal
Dystropepts Normal
Lempung
Kandiudults
berpasir
Tropaquepts
Lempung Normal
berdebu
Dystropepts
Lempung
berpasir
Sumber : Analisis Peta Tanah dan Survei Lapangan, 2015

4. Vegetasi Penutup jagung. Sedangkan di daerah hilir sungai


Vegetasi penutup dapat Babura lebih banyak dimanfaatkan untuk
ditentukan dengan melihat jenis permukiman dan instalasi prasarana.
penggunaan lahan yang terdapat pada Perkembangan dan perluasan kota
satu daerah. Bentuk penggunaan lahan di Medan yang cukup pesat mempengaruhi
Sub DAS Babura bervariasi dari hulu ke perkembangan permukiman di Sub DAS
hilir. Di daerah hulu sungai Babura, lahan Babura. Hal ini sangat mempengaruhi alih
umumnya digunakan untuk pertanian fungsi lahan yang terjadi di Sub DAS
lahan kering yang bercampur dengan tersebut. Alih fungsi lahan menjadi
semak dan tegalan. Tegalan dan pertanian permukiman cenderung akan
lahan kering dimanfaatkan untuk menyebabkan peningkatan koefisien
menanam kelapa sawit. Selain itu, aliran. Luas penggunaan lahan yang ada
pertanian lahan kering yang diusahakan di Sub DAS Babura seperti terlihat pada
oleh penduduk juga ditanami dengan Tabel 4.
tanaman semusim seperti tanaman
Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan di Sub DAS Babura
Luas Persen
No Penggunaan Lahan (Ha) Luas (%)
1 Permukiman 1316,82 26,75
2 Kebun campuran 1211,66 24,62
Pertanian Lahan Kering
3 2030,74 41,26
Bercampur Semak
Tanah Terbuka/Instalasi
4 Prasarana 186,46 3,79
5 Tegalan 176,20 3,58

162| Vol 9 No. 2 - 2017


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Luas Total 4921,88 100,00


Sumber : Analisis Peta Penggunaan Lahan, 2015

5. Intensitas Hujan hujan yang terjadi disuatu tempat.


Intensitas curah hujan merupakan Intensitas curah hujan pada beberapa
salah satu faktor yang mempengaruhi stasiun hujan di Sub DAS Babura dapat
besarnya aliran di suatu wilayah. dilihat pada Tabel 5.
Intensitas curah hujan menyatakan tebal
hujan dibandingkan dengan lamanya

Tabel 5. Intensitas Hujan di Tiga Stasiun di Sub DAS Babura


Intensitas Hujan
Nama Stasiun
(mm/jam)
Pancur Batu 1,19
Sampali 1,01
Helvetia 1,12
Sumber : Analisis Data Curah Hujan, 2015

Berdasarkan ke lima parameter jatuh akan menjadi aliran permukaan.


diatas yang terdiri dari kemiringan lereng, Koefisien aliran paling rendah (0,4 atau 40
infiltrasi, simpanan permukaan, penutup persen) terdapat pada penggunaan lahan
lahan dan intensitas curah hujan maka pertanian lahan kering bercampur semak
dapat diperhitungkan nilai koefisien pada kemiringan lereng 0 – 13 %. Sebaran
aliran di Sub DAS Babura. Rata-rata koefisien aliran permukaan di Sub DAS
koefisien aliran Sub DAS Babura adalah Babura dapat dilihat pada Gambar 2.
47,5%. Hal ini dapat dikatakan bahwa 47,5
persen curah hujan yang jatuh di Sub DAS KESIMPULAN
Babura akan menjadi aliran permukaan 1.Nilai koefisien aliran di Sub DAS
dan sekitar 52,5 persen yang akan Babura adalah 47,5 %. Hal ini berarti
terinfiltrasi ke dalam tanah. bahwa air hujan yang jatuh di Sub DAS
Babura 47,5 persennya akan menjadi
B. Distribusi Koefisien Aliran aliran permukaan sedangkan 52,5
Nilai koefisien aliran di sub Daerah persen akan terinfiltrasi ke dalam tanah.
Aliran Sungai Babura bervariasi. Koefisien 2.Koefisien aliran di hilir daerah aliran
aliran 40 – 45% terdapat pada hulu Sub sungai lebih besar dibandingkan dengan
DAS Babura sedangkan koefisien aliran 50 koefisien aliran di daerah hulu. Hal ini
– 55% terdapat pada hilir Sub DAS dipengaruhi oleh kondisi penggunaan
Babura. Perbedaan besarnya koefisien lahan yang ada di Sub DAS Babura
aliran permukaan di Sub DAS Babura dimana pada bagian hilir DAS,
disebabkan oleh adanya parameter penggunaan lahan yang banyak ditemui
lingkungan fisik yang berbeda pada sub adalah permukiman dan instalasi
DAS tersebut. Koefisien aliran terbesar prasarana. Permukiman dan instalasi
(0,55 atau 55 persen) terjadi pada daerah prasarana cenderung mempunyai
dengan penggunaan lahan bandara vegetasi yang terbatas sehingga
(instalasi prasarana) di Kecamatan Medan menyebabkan aliran permukaan
Polonia. menjadi lebih tinggi.
Hal ini mengingat semua bagian
dari lahan tertutup oleh bangunan
sehingga separuh dari air hujan yang

Analisis Koefisien ….. |163


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Gambar 2. Peta Sebaran Koefisien Aliran di Sub Daerah Aliran Sungai Babura

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S, 1989, Konservasi Tanah dan Air,


Penerbit IPB, Bogor Astuti dan Berutu, 2011, Studi Mengenai
Koefisien Aliran sebagai Indikator
Asdak, C, 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Kerusakan Lingkungan di Daerah
Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada Aliran Sungai Deli, Laporan Penelitian,
University Press, Yogyakarta Universitas Negeri Medan

164| Vol 9 No. 2 - 2017


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Netherlands
Astuti, dkk, 2012, Analisis Tingkat
Kerentanan Banjir Dengan Raharjo, 2009, Perubahan Penggunaan
Pendekatan Geoekosistem di SubDAS Lahan DAS Kreo Terhadap Debit
Babura Provinsi Sumatera Utara Puncak dengan Aplikasi
Penginderaan Jauh, Jurnal
Gunawan, T, 1991, Penerapan Teknik
Penginderaan Jauh Untuk Menduga Seyhan, E, 1990, Dasar-Dasar Hidrologi,
Debit Puncak Menggunakan Gadjah Mada University Press,
Karakteristik Lingkungan Fisik DAS, Yogyakarta
Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor Sosrodarsono, Suyono, 1977, Hidrologi
Untuk Pengairan, Penerbit Pradyna
Marwah, 2001, Daerah Aliran Sungai Paramita, Jakarta
Sebagai Satuan Unit Perencanaan
Pembangunan Pertanian Lahan Wagner, P.D, Kumar, S, Schnieder, K.
Kering Berkelanjutan, Program Pasca (2013). An Assesment of Land Use
Sarjana, IPB Change Impact On the Water
Resources of the Mula and Mutha
Meyerink, A.M.J, 1970, Photo-Interpretation Rivers Catchment Upstream of Pune
in Hidrology, A Geomorphological India. hydrology and Earth System
Approach, International Institute for Sciences , 14.
Aerial Survey and Earth Sciences
(ITC), 3 Kanaalweg, Delf, The

Analisis Koefisien ….. |165

Anda mungkin juga menyukai