14390
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167
Agra Kurnia Saputra1, Dian Hudawan Santoso2, Andi Renata Ade Yudono3
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta
Jalan SWK No 104 (Lingkar Utara), Condong Catur, Yogyakarta, 55281, Indonesia
Email: dian.hudawan@upnyk.ac.id
Abstrak
Abstract
Gambar 1. Kondisi Genangan Air Pada Ruas Bekas Sungai Pada Musim Hujan
istilah sungai yang tidak berfungsi sebagai Pada tahun 2006 terjadi bencana
alur sungai untuk mengalirkan air sungai banjir di sekitar ruas bekas sungai akibat
disebut ruas bekas sungai. masuknya aliran air dari Sungai Bengawan
Kecamatan Tawangsari dan Solo ke ruas bekas sungai sehingga
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten menggenangi permukiman dan lahan
Sukoharjo, Jawa Tengah merupakan salah pertanian warga serta menyebabkan satu
satu wilayah yang dilalui proyek pelurusan rumah roboh. Berdasarkan hal tersebut, ruas
Sungai Bengawan Solo karena merupakan bekas sungai belum dikelola dengan baik
daerah rawan bencana banjir. Setelah sehingga menimbulkan masalah
dilakukan pelurusan Sungai Bengawan Solo lingkungan.
daerah tersebut tidak mengalami banjir
tahunan namun menimbulkan masalah METODE PENELITIAN
baru, yaitu munculnya beberapa ruas bekas Metode pengumpulan data dalam
sungai. Sebagian ruas bekas sungai penelitian ini adalah metode survei dan
merupakan lahan basah berupa genangan pemetaan lapangan yaitu melakukan
pengamatan dan pengukuran secara hanya terdapat dua kelas, yaitu kemiringan
langsung di lapangan untuk mengetahui lereng datar dan landai.
kondisi eksisting pada lokasi penelitian.
(Syaripudin, 2014).Penyusun menggunakan Tabel 2. Parameter Curah Hujan
metode survey dan pemetaan untuk No Curah Hujan Bobot
crosscheck data sekunder yang telah Kelas (mm) Skor
didapatkan sebelumnya yang kemudian di 1. > 2500 9
cek dengan kondisi faktual di lapangan 2. 2001 - 2500 7
(Santoso, 2019). Pada penelitian ini metode 15%
3. 1501 - 2000 5
survei dan pemetaan juga digunakan dalam 4. 1000 - 1500 3
melakukan penelusuran banjir yang terjadi 5. < 1000 1
pada tahun 2006. Sumber: Kusumo (2016)
Metode pengharkatan dan
pembobotan ini digunakan untuk dapat Parameter curah hujan akan
mengetahui tingkat kerawanan banjir pada mempengaruhi laju infiltrasi dan debit
daerah penelitian. Skoring dan pembobotan rencana banjir. Pada daerah penelitian curah
yang dilakukan pada penelitian ini mengacu hujan hanya terdapat satu kelas, yaitu 1572
pada Kusumo, 2016 yang melakukan mm. Data curah hujan yang digunakan
pembobotan menggunakan metode expertise adalah data curah hujan hujan 20 Tahun
judgment yaitu pendapat para ahli. (1999 – 2018). Data curah hujan pada daerah
Parameter yang digunakan diantaranya penelitian didapatkan dari Balai
kemiringan lereng, curah hujan, Penyuluhan Pertanian Kecamatan
penggunaan lahan, jenis tanah, elevasi, dan Tawangsari.
jarak wilayah dengan sungai (buffer).
Tabel 3. Parameter Penggunaan Lahan
Tabel 1. Parameter Kemiringan Lereng No. Penggunaan Lahan Keterangan
Kelas Unit Bob
Warna Skor Kelas Skor
Lereng Relief ot
1. Lahan 9
0% - Hijau
Datar 9 terbuka,
8% Tua
8% - Hijau badan air,
Landai 7 tambak
15% Muda
15% - Bergelom 10 2. Permukiman, 7
Kuning 5
25% bang % sawah
25% - 25%
Curam Orange 3 3. Perkebunan, 5
40% tegalan
Sangat Merah 4. Kebun 3
> 40% 1
Curam Muda
campur,
Sumber: Chow (1968) dalam Kusumo (2016)
semak belukar
5. Hutan 1
Kemiringan lereng mempengaruhi
Sumber: Kusumo (2016)
arah, laju, dan konsentrasi limpasan air
hujan. Hal ini karena daerah dengan
Parameter penggunaan lahan akan
kemiringan lereng yang datar akan semakin
mempengaruhi laju limpasan air dan
besar potensinya terakumulasi air dari pada
infiltrasi apabila terjadi hujan. Daerah
daerah dengan kemiringan lereng terjal.
dengan penggunaan lahan seperti
Mengetahui kemiringan lereng di daerah
permukiman dan sawah memiliki tingkat
penelitian dilakukan dengan melakukan
skor paling besar, hal ini karena tingkat
metode pola kontur pada peta topografi
infiltrasi pada penggunaan lahan tersebut
yang telah dilakukan Cross Check lapangan.
rendah karena tanah telah bersifat kedap air.
Pada daerah penelitian kemiringan lereng
Tabel 7. Klasifikasi Tingkat Kerawanan berasal dari hujan maupun luapan dari
Banjir badan air akan sulit meresap atau
No. Interval terinfiltrasi ke dalam tanah, sehingga terjadi
Keterangan Kelas
Kelas penggenangan. Tekstur tanah pada daerah
1. 440 – 526 Kerawanan penelitian bertekstur lempung pada
Rendah permukaan, lempung debuan, dan pasir di
2. 527 – 613 Kerawanan bagian dalam berdasarkan pengeboran
Sedang tanah. Tekstur tanah lempung berakibat
3. 614 - 700 Kerawanan lambatnya proses infiltrasi yang
Tinggi mempengaruhi lama genangan di daerah
Sumber: Pengolahan Data Penulis, 2019 penelitian.
Penggunaan lahan merupakan salah
HASIL DAN PEMBAHASAN satu parameter yang berperan pada
Evaluasi tingkat kerawanan bencana besarnya air limpasan permukaan. Pada
banjir dilakukan dengan analisis tumpang daerah penelitian terdapat penggunaan
susun terhadap parameter yang digunakan lahan permukiman, persawahan, tegalan,
peneliti. Parameter yang digunakan pada badan air, dan tanggul, namun yang
penelitian ini mengacu pada Jurnal Sting mendominasi adalah penggunaan lahan
Vol.1 tahun 2016 (Kusumo, 2016). Sebelum permukiman dan tegalan.
dilakukan tumpang susun tersebut, setiap Parameter elevasi berpengaruh
parameter penentu dilakukan analisis terhadap luasan terjadinya bencana banjir,
skoring dan pembobotan terlebih dahulu. hal ini dikarenakan sifat air yang mengalir
Tingkat kerawanan bencana banjir ke daerah yang lebih rendah. Daerah
ditentukan dengan semakin besar total skor penelitian memiliki elevasi 87 – 96 mdpl
setiap parameter maka semakin besar sehingga hanya terdapat satu kelas, yaitu
tingkat kerawanan bencana banjir di daerah kelas elevasi 51 – 100 mdpl.
penelitian. Parameter buffer atau jarak wilayah
Curah hujan merupakan salah satu terhadap sungai atau badan air merupakan
faktor pemicu terjadinya bencana banjir, parameter yang paling berpengaruh di
diantaranya adalah mempengaruhi besar daerah penelitian. Hal ini dikarenakan
debit aliran Sungai Bengawan Solo. Pada bencana banjir yang terjadi pada tahun 2006
penelitian ini hanya digunakan data curah tersebut merupakan backwater dari Sungai
hujan Kecamatan Tawangsari saja, hal ini Bengawan Solo yang masuk melalui ruas
dikarenakan daerah penelitian seluas bekas sungai dan menggenangi daerah
165,127 ha. disekitar ruas bekas sungai.
Kemiringan lereng pada daerah Kemudian untuk mendapatkan
penelitian hanya terdapat 2 kelas, yaitu zonasi tingkat kerawanan bencana banjir,
datar dengan kemiringan 0-6% (0°-3,43°) semua parameter yaitu curah hujan,
dan landai 8-15% (4,57°-8,53°). Daerah kemiringan lereng, jenis tanah, penggunaan
penelitian memiliki bentuklahan dataran lahan, elevasi, dan buffer dilakukan
aluvial dengan ketinggian 87 – 96 mdpl yang overlay/tumpang susun. Semua parameter
merupakan daerah yang cenderung datar kemudian dilakukan pengharkatan dan
sehingga semakin besar potensi untuk pembobotan. Setelah itu dilakukan
menjadi daerah genangan dan terjadi banjir. pengklasifikasian kelas zonasi tingkat
Jenis tanah pada daerah penelitian kerawanan bencana banjir dengan tiga zona,
hanya ada satu jenis, yaitu tanah aluvial. yaitu kerawanan rendah, kerawanan
Penetapan parameter jenis tanah ini sedang, dan kerawanan tinggi. Untuk lebih
didasarkan pada tekstur tanah. Hal ini jelasnya pengklasifikasian kelas zonasi
disebabkan semakin halus tekstur tanah tingkat kerawanan bencana banjir dapat
menyebabkan air limpasan permukaan yang dilihat pada Tabel 8 sedangkan persebaran
zonasi dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
Zona kerawanan tinggi merupakan Kusumo, Probo dan Evi Nursani. (2016).
kawasan yang termasuk kritis terhadap Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir Dengan
kemungkinan terjadi banjir. Kawasan Sistem Informasi Geografis Pada DAS
dengan zona kerawanan tinggi berada pada Cidurian, Kabupaten Serang, Banten.
jarak 0 – 25 meter berdasarkan buffer ruas Jurnal String Vol. 1 No. 1 ISSN: 2527 –
bekas sungai dengan penggunaan lahan 9661.
berupa permukiman. Berdasarkan hasil Prasetya, D. (2010). Visualisasi Kerusakan
analisis tingkat kerawanan banjir, daerah Lingkungan Sungai Bengawan Solo.
dengan kerawanan tinggi di daerah Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi
penelitian seluas 9,16 ha atau mencakup Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
5,55% dari total luas daerah penelitian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Putri, D.R., Tunjung Wijayanto Suharso.,
KESIMPULAN Fadly Usman .(2010). Arahan Konservasi
Penentuan tingkat kerawanan banjir Wilayah Sungai Bengawan Solo Yang
dipengaruhi oleh parameter kemiringan Melalui Perkotaan Bojonegoro. Jurnal Tata
lereng, curah hujan, penggunaan lahan, jenis Kota dan Daerah Vol2. No 2. Hal 75 – 81.
tanah, elevasi, dan jarak wilayah dengan Santoso, DH. (2019). Penanggulangan Bencana
sungai (buffer). Kawasan dengan kerawanan Banjir Berdasarkan Tingkat Kerentanan
tinggi berada pada jarak 0 – 25 meter dengan Metode Ecodrainage Pada
berdasarkan buffer ruas bekas sungai dengan Ekosistem Karst di Dukuh Tungu, Desa
penggunaan lahan berupa permukiman, Girimulyo, Kecamatan Panggang,
kawasan dengan kerawanan sedang berada Kabupaten Gunungkidul, DIY. Jurnal
pada jarak 25 – 50 meter berdasarkan buffer Geografi Vo 16. No 1. Hal 7- 15
ruas bekas sungai dengan penggunaan Saputra, Roni. (2013). Statistik Terapan Dalam
lahan berupa permukiman dan tegalan, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Tugas Akhir.
kawasan dengan kerawanan rendah berada Program Studi D-IV Analis Kesehatan
pada jarak lebih dari 75 meter berdasarkan Stikes Perintis Sumbar. Padang
buffer ruas bekas sungai. Berdasarkan hal Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman,
tersebut, perlu adanya penelitian lanjutan E. Suryani, dan R.E. Subandiono. (2016).
terkait pengelolaan ruas bekas sungai pada Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah
zona kerawanan tinggi maupun zona Nasional. Bogor: Balai Besar Penelitian
kerawanan sedang. dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian, Badan Penelitian dan
DAFTAR PUSTAKA Pengembangan Pertanian.
Atmaka, FX. Nanang Agus Tri. (2004). Suryanta, J., Nursugi., Irmadi Nahib.(2018).
Evaluasi normalisasi sungai Bengawan Solo Identifikasi Morfologi Sungai Dengan Citra
hulu dengan konsep eko-hidraulik. Skripsi. Satelit Dalam Restorasi Sungai (Studi
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Kasus Bengawan Solo Hulu). Prosiding
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Seminar Nasional Geografi UMS IC
Kepmen PU (2009). Keputusan Menteri 2018
Pekerjaan Umum No. 18/PRT/2009 Syaripudin, Akhmad. (2014). Pengantar
Tentang Pedoman Pengalihan Alur Survey dan Pengukuran. Jakarta :
Sungai Dan/ Atau Pemanfaatan Ruas Direktorat Pembinaan SMK
Bekas Sungai. Pekerjaan Umum.