Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan reproduksi wanita adalah salah satu masalah


serius yang cenderung meningkat setiap tahun. Hal ini perlu adanya
keseriusan dalam promosi dan prevensi kesehatan reproduksi wanita di
masyarakat. Rumah sakit, petugas kesehatan, dan organisasi profesi
merupakan ujung tombak dalam upaya promosi dan prevensi
kesehatan.Tercatat berdasarkan Survei Demografi Kependudukan Indonesia
(SDKI) tahun berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu (LRPKI)
tahun 2013, di Jawa Barat menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah AKI.
Dalam laporan tersebut terdapat 765 kasus dari 5.019 kasus kematian ibu
yang terjadi di Jawa Barat. Itu berarti Jawa Barat menjadi penyumbang 50
persen AKI di Indonesia. (Ermiati dan Widiasih, 2018).

Selain itu ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan sebanyak 585


ribu per tahun, aborsi 2,3 juta per tahun, 500 juta wanita kekurangan nutrisi
(anemia), 165 juta wanita terpapar penyakit menular seksual, dan 64 juta
menderita komplikasi pasca persalinan (Kusmiran, 2011). Menurut
Kementerian Kesehatan (2010), organisasi rumah sakit harus memiliki
kebijakan tertulis untuk Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) yang
merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Selain itu pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan
akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta
upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Berdasarkan uraian
latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk membuat makalah
mengenai Upaya Pencegahan Promosi Kesehatan Reprodukasi Wanita.

B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Promosi Kesehatan Wanita
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan
dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang
dirancang untuk memudahkan terjadinya perubahan perilaku dan lingkungan
yang kondusif bagi kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Tujuan promosi kesehatan
dimaksudkan supaya masyarakat dapat dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan
kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. Kesehatan wanita merupakan kesejahteraan total yang
bukan hanya faktor biologis dan reproduktif, melainkan juga dipengaruhi bebam
kerja, stress, perang, migrasi, dsb (Van der kwals,1991 dalam Kusmiran 2013)
B. Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit adalah tindakan yang mengarahkan sejumlah
kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. Dengan
kata lain pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan
penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari
berlanjutnya pengaruh yang membahayakan. Adapun dalam promosi kesehatan
wanita pencegahan tersebut di bagi menjadi 3 yaitu,
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah upaya yang dilakukan sebelum penyakit mulai
dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit .
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya yangg dilakukan saat proes penyakit
sudah berlangsung namun belum timbul tanda/gejala sakit(patogenesis
awa) dengan ujuan proses penyakit tidak berlanjut. Bentuknya berupa
deteksi diri dan pemberian penyakit tidak berlanjut.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit
sudah lanjut (akhir periode patogenesis) dengan tujuan mencegah cacat
dan mengembalikan penderita ke status sehat. Terdiri dari Disibility
limitation dan Rehabilitation.
C. Upaya Pencegahan Promosi Kesehatan Wanita
1. Promosi Kesehatan Pra-nikah
Promosi kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat khusus nya wanita dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada
masyarakat reproduktif pranikah. Remaja wanita yang akan memasuki
jenjang perkawinan sangat perlu dijaga kondisi kesehatannya.
a. Pencegahan Primer
1) Promosi kesehatan
Promosi kesehatan yang ditujukan untuk remaja terutama
wanita, tidak hanya ditujukan semata kepada masalah gangguan
kesehatan (penyakit sistem reproduksi).Fakta perkembangan
psikologis dan sosial perlu diperhatikan dalam membina
kesehatan remaja. Pendidikan kesehatan diberi ialah mengenai
perkawinan yang sehat, keluarga yang sehat, sistem reproduksi
dan masalahnya, dll.
2) Pre marital check up (pemeriksaan kesehatan pra nikah)
Menurut Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat bahwa menjalankan pre marital
check up (pemeriksaan kesehatan pra nikah) merupakan sebuah
tindakan pencegahan yang wajib dilakukan untuk mencegah
terjadinya permasalahan kesehatan pada diri sendiri, pasangan,
maupun keturunan ke depannya. Beberapa keuntungan
melakukan pemeriksaan kesehatan pra nikah, antara lain:
a) Mencegah berbagai macam penyakit pada calon bayi, seperti
penyakit thalassemia, diabetes melitus, dan penyakit lainnya.
b) Pemeriksaan pranikah dilakukan untuk mengenal riwayat
kesehatan diri sendiri maupun pasangan, sehingga tidak ada
penyesalan di kemudian hari, khususnya bagi riwayat keturunan
yang dihasilkan.
c) Membuat calon mempelai semakin mantap, lebih terbuka,
dan lebih yakin satu sama lain mengenai riwayat kesehatan
keduanya.

Pre marital screening check up atau tes pranikah merupakan


serangkaian tes yang harus dilakukan pasangan sebelum menikah.
Di negara-negara lain, pre marital screening sudah
menjadi persyaratan wajib bagi pasangan yang akan menikah. Hal
tersebut dikarenakan tidak semua orang mempunyai riwayat
kesehatan yang baik. Seseorang yang tampak sehat dapat
dimungkinkan memiliki sifat pembawa (carrier) penyakit.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan genetik,


penyakit menulardan infeksi melalui darah. Pemeriksaan bertujuan
untuk mencegah agar penyakit tersebut tidak menurun pada
keturunannya di kemudian hari sehingga hidup sehat bersama
keluarga bisa tercapai. Waktu pelaksanaan pre marital
screening yang disarankan adalah 6 bulan sebelum calon mempelai
menikah.
3) Melakukan Vaksinasi
Ada tiga vaksinasi yang perlu dilakukan oleh ibu untuk melindungi
janinnya selama kehamilan dan menjalani proses persalinan,
yaitu; vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella), Vaksinasi Anti
Tetanus / T.T. sebaiknya dilakukan dua bulan sebelumnya
( untuk yg wanita) dan vaksin Hepatitis B dilakukan 2 bulan
sebelumnya.

b. Pencegahan Sekunder
Kasus umum penyakit yang sering terjadi pada saat remaja wanita
pra--nikah salah satunya adalah Infeksi Seksual Menular(IMS).
1) Pengobatan Infeksi Menular Seksual Individu yang Simtomatik
Diagnosis dini dan pengobatan yang efektif dari suatu IMS
merupakan salah satu komponen terpenting dari program
pengendalian IMS. Penyediaan layanan yang efektif untuk pasien
IMS yang simtomatik dan pasangannya harus menjadi prioroitas
utama dari suatu program pengendalian IMS. Pasien IMS yang
memiliki gejala mungkin akan menyadari bahwa mereka telah
terinfeksi dan lebih mungkin untuk mencari pengobatan. IMS
yang disebabkan oleh bakteri dan protozoa biasanya dapat
disembuhkan sementara IMS yang disebabkan oleh virus hanya
dapat ditangani untuk menurunkan tingkat keparahan dari satu
episode penyakit dan menurunkan rekurensinya. Namun
bagaimanapun, individu dengan IMS yang disebabkan oleh virus
masih mendapatkan manfaat dari pelayanan kesehatan dengan
menerima konseling tentang bagaimana hubungan seksual yang
aman, pengenalan pasangan, konseling pemeriksaan HIV dan
menerima informasi kesehatan secara umum.(Wisnu, 2016)
2) Penemuan kasus dan skrining/penapisan
Penemuan kasus artinya melakukan pemeriksaan terhadap
individu yang mencari pelayanan kesehatan untuk alasan lain
selain IMS. Salah satu aplikasi penting dari penemuan kasus ini
adalah memberikan pelayanan IMS pada klinik antenatal, klinik
ibu dan anak serta klinik keluarga berencana. Sebagai contoh,
yaitu melakukan pemeriksaan rutin sifilis untuk wanita hamil di
klinik antenatal. Sementara itu, skrining berarti melakukan
pemeriksaan terhadap individu yang tidak secara langsung
mencari pelayanan kesehatan. Proses skrining dua tahap dapat
dilakukan dengan cara mengidentifikasi individu dengan risiko
tinggi infeksi melalui suatu penilaian risiko dan selanjutnya
dilakukan pemeriksaan untuk mereka yang teridentifikasi
memiliki risiko tinggi, dengan demikian hal ini akan mengurangi
biaya program skrining IMS. Selain skrining terhadap individu
asimtomatik pasien IMS simtomatik yang mencari pengobatan
juga harus diskrining untuk IMS lainnya. (Wisnu, 2016)
c. Pencegahan Tersier
1) Pembatasan Ketidakmampuan.
Pembatasan ketidakmampuan atau kecacatan berusaha untuk
menghilangkan gangguan kemampuan berpikir dan bekerja
yang diakibatkan oleh penyakit IMS. Usaha ini merupakan
lanjutan dari usaha deteksi dini danpengobatan tepat agar
penderita mampu sembuh sempurna tanpa cacat.
2) Rehabilitasi
Tahap rehabilitasi adalah usaha untuk mencegah terjadinya
efek samping dai fase penyembuhan penyakit dan
pengembalian fungsi fisik, sosial, dan psikologik.tindakan ini
dilakukan pada seseorang yang proses penakitnya telah
berhenti. Tujuannya adalah mengembalikan penerita pada
keadaan semula saat sebelum sakit atau lebih baik daripada
saat sebelum sakit. Dalam proses rehabilitasi meliputi
rehabilitasi mental, rehabilitasi social vokasional, dan
rehabiliasi aesthetis (WHO.2014).
2. Promosi kesehatan pada saat hamil
Promosi kesehatan pada saat hamil merupakan proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat khusus nya wanita dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya pada saat masa kehamilan
dan juga kesehatan bayi yang ada dikandunganya.
a. Pencegahan Primer
1) Edukasi (Pendidikan Kesehatan)
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil merupakan upaya
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal selama masa
kehamilan sehingga dapat membantu mengatasi masalah,dan juga
pencegahan penyakit yang terjadi pada masa. Pendidikan
kesehatan juga merupakan suatu bentuk intervensi yang mandiri
untuk membantu klien baik individu, keluarga, kelompok maupun
masyrakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui
pemberian informasi secara langsung tentang pengaruh
pelaksanaan kelas ibu hamil terhadap pengetahuan tentang
persiapan persalinan telah membawa hasil pada peningkatan
pengetahuan ibu hamil.
2) Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan)
Pelayanan antenatal care merupakan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang profesional untuk
meningkatkan derajat kesehatn ibu hamil beserta janin
dinadungannya.
Dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak(KIA) dikatakan bahwa
periksa kehamilan paling sedikit 4 kali selama kehamilan;
• 1 kali pada usia kandungan sebelum 3 bulan.
• 1 kali usia kandungan 4 - 6 bulan.
• 2 kali pada usia kandungan 7 - 9 bulan
3) Senam Hamil
Senam hamil merupakan suatu bentuk latihan untuk memperkuat
dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamen-
ligamen, serta otot dasar panggul yang berhubungan dengan
proses persalinan. Nyeri punggung saat kehamilan mencapai
puncak pada minggu ke-24 sampai dengan minggu ke 28.
(Megasari, 2015). Nyeri punggung ini ditemukan pada ibu hamil
dianjurkan untuk mengikuti senam hamil bila kandungan sudah
mencapai 6 bulan (Asrinah, 2010)
4) Perawatan Payudara
Perawatan payudara merupakan perawatan yang dilakukan
semasa ibu hamil usia 7-9 bulan. Perawatan payudara suatu
tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa
kehamilan dan menyusui untuk memperlancar pengeluaran ASI.

b. Pencegahan Sekunder
1) Skrining diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang
harus diobati dalam mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita
hamil harus dilakukan skrining pada kunjungan I dan rutin pada
setiap trimester.24 Skrining dilakukan dengan pemeriksaan
hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau
tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan,
sedang, atau berat
2) Pemberian terapi dan Tablet Fe Jika ibu hamil terkena anemia,
maka dapat ditangani dengan memberikan terapi oral dan
parenteral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil
ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
c. Pencegahan tersier
1) Memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin
2) Mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak
adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama
kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat
setelah persalinan.
3. Promosi Kesehatan Persalinan
Promosi kesehatan persalinan adalah proses untuk menyelamatkan ibu
dan bayinya melalui bimbingan dan bantuan agar persalinan terjadi
secara fisiologis didalam kondisi lingkungan yang sehat.
a. Pencegahan Primer
1) Persiapan persalinan

Menurut Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan


dan Pemberdayaan Masyarakat bahwa membuat perencanaan
persalinan (amanat persalinan) melalui penyiapan :

 Taksiran persalinan
 Penolong persalinan
 Tempat persalinan
 Pendamping persalinan
 Transportasi / Ambulan desa
 Calon pendonor darah
 Dana
 Penggunaan metode KB pasca persalinan.

2) Setelah bayi lahir dan sehat segera lakukan inisiasi menyusu dini
(IMD).
IMD adalah segera meletakkan bayi di dada ibu (ada kontak
kulit ibu dan kulit bayi sekurang-kurangnya 1 jam untuk
memberikan kesempatan kepada bayi menyusu sesegera
mungkin). IMD merangsang keluarnya ASI, memberi kekebalan
pada bayi serta meningkatkan kekuatan batin antara ibu dan
bayinya. IMD mencegah pendarahan pada ibu.

b. Pencegahan Sekunder
Ibu hamil sangat rawan mengalami Pendarahan Post Partum dengan
memperhatikan vagina dan serviks apakah ada trauma dan
perdarahan evaluasi adanya atonia uteri. Perhatikan kelengkapan
plasenta, eksplorasi uterus bila diperlukan. Pencegahan Perdarahan
Post Partum (PPP) dapat dilakukan dengan manajemen aktif kala III.
Manajemen aktif kala III adalah kombinasi dari pemberian
uterotonika segera setelah bayi lahir, peregangan tali pusat
terkendali, dan melahirkan plasenta. Setiap komponen dalam
manajemen aktif kala III mempunyai peran dalam pencegahan
perdarahan postpartum (Edhi, 2013).
c. Pencegahan Tersier

4. Promosi Kesehatan Nifas

Promosi kesehatan nifas dapat diberikan kepada ibu pasca persalinan


dan keluarganya. Ini diberikan untuk menambah pengetahuan ibu dan
keluarga dalam menghadapi masa nifas ini ibu, sehingga dalam masa
nifas ini ibu dan keluarga siap dan tahu apa yang harus dilakukan dan
tidak boleh di lakukan.

a. Pencegahan Primer
1) Edukasi/pendidikan kesehatan
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi,
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
2) Pemantauan ibu setelah melahirkan
Setelah pasca persalinan ini, bidan/perawat/dokter sangat
dibutuhkan dalam menghadapi dan memantau ibu terutama
selama 2 jam persalinan. Hal ini karena selama 2 jam pasca
persalinan rentan akan komplikasi-komplikasi pada ibu. Dalam
masa nifas, tanyakan tentang perasaan ibu. Biasanya ibu merasa
capek dan lemah.
3) Pelayanan kesehatan ibu nifas
Dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dikatakan bahwa
pelayanan kesehatan ibu nifas oleh bidan dan dokter
dilaksanakan minimal 3 kali yaitu:
• Pertama: 6 jam - 3 hari setelah melahirkan.
• Kedua: hari ke 4 - 28 hari setelah melahirkan.
• Ketiga: hari ke 29 - 42 hari setelah melahirkan.
4) Pemeriksaan ibu nifas
 Pemeriksaan lokhia dan perdarahan
 Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi
 Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus uteri
 Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif
5) Kebersihan
Menjaga kebersihan diri , termasuk kebersihan daerah kemaluan,
ganti pembalut sesering mungkin.

b. Pencegahan Sekunder
c. Pencegahan Tersier

5. Promosi Kesehatan Menyusui


Promosi kesehatan menyusui merupakan suatu proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengetahuannya
mengenai manfaat menyusui, khususnya ibu-ibu pasca persalinan tahu
dan mau menyusui anak-anaknya segera setelah lahir.
a. Pencegahan Primer
1) Cara menyusui yang benar :
- Susui bayi sesering mungkin, semau bayi, paling sedikit 8
kali sehari. - Bila bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan, lalu
susui
- Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke
payudara sisi yang lain
- Bila bayi sudah kenyang, tapi payudara masih terasa
penuh/kencang, perlu dikosongkan dengan diperah untuk
disimpan. Hal ini agar payudara tetap memproduksi ASI
yang cukup.
2)

Anda mungkin juga menyukai