Anda di halaman 1dari 13

ISOLASI SOSIAL

Mata kuliah : Komunittas II


Dosen Koordinator : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep

Disusun Oleh :
1. Indah Choirunnisa 18.016.016.01
2. Kartika Neni Azzahhra 18.019.019.01
3. Kurniawan 18.020.020.01
4. Lorensa Senny Gumunggilung 18.021.021.01
5. Novia Dwi Lestari 18.028.028.01
6. Rosiyanti 18.041.041.01
7. Sekar Purwaning Tiyas 18.042.042.01
8. Serina Putri 18.043.043.01

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWAN


INSTITUSI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya,
sehingga kami diberi kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan Makalah Mata Kuliah
Komunitas II dengan judul “ISOLASI SOSIAL”. Sehingga dapat terselesaikan seperti waktu
yang telah direncanakan.
Tersusunnya Makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak, Penyusun
mengucapkan banyak terima kasih khususnya kepada Dosen Pembimbing Ns. Siti
Mukaromah, M.Kep yang telah membimbing kami dalam pembelajaran dikelas maupun
dalam pembuatan Makalah baik secara langsung maupun tidak langsung.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan untuk para pembaca, Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Komunitas II
Tak ada gading yang tak retak, Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari
pembaca sangat Penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya

Samarinda, 22 Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

1. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................................1

B. Tujuan Umum ....................................................................................................................1

C. Tujuan Khusus ...................................................................................................................1

D. Manfaat ...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Isolasi Sosial ....................................................................................................3

B. Faktor Penyebab Isolasi Sosial ..........................................................................................3

C. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial ........................................................................................4

D. Patofisiologi Isolasi Sosial...................................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................9

B. Saran ..............................................................................................................9

Daftar
Pustaka...................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan
mengancam.
Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan klien dalam
mengungkapkan perasaan klien yang dapat menimbulkan klien mengungkapkan
perasaan klien dengan kekerasan.Perilaku kekerasan merupakan respon destruktif
individu terhadap stresor.
Klien dengan isolasi sosial tidak mampunyai kemampuan untuk bersosialisasi
dan sulit untuk mengungkapkan keinginan dan tidak mampu berkomunikasi dengan
baik sehingga klien tidak mampu mengungkapkan marah dengan cara yang baik.
Berdasarkan data laporan masingmasing ruang rawat inap RS. Jiwa Prof. HB. Sa’anin
Padang dalam enam bulan terakhir (dari bulan Maret 2011 sampai Agustus 2011),
diketahui bahwa klien dengan masalah isolasi sosial terbanyak terdapat di ruang
Gelatik yaitu sebanyak 64 orang dari 352 orang (18,1 %). Sedangkan di ruangan
Merpati sebanyak 54 orang dari 382 orang (14,1 %), ruangan Melati sebanyak 45
orang dari 331 orang (13,5 %), ruangan Cenderawasih 34 orang dari 462 orang
(7,3%), ruangan Flamboyan 19 orang dari 288 orang (6,6 %), dan ruangan Anggrek
sebanyak 4 orang dari 86 orang (4,7 %).
Gejala yang muncul pada klien isolasi sosial meliputi gejala kognitif antara
lain, perasaan kesepian, merasa ditolak orang lain atau lingkungan, merasa tidak
dimengerti oleh orang lain, merasa tidak berguna, putus asa, tidak memiliki tujuan
hidup, merasa tidak aman berada diantara orang lain, menghindar, tidak mampu
konsentrasi dan membuat keputusan (Fortinash, 1999; Keliat, 2010); Townsend,
2009; NANDA,2012).
Isolasi sosial merupakan kondisi dimana pasien selalu merasa sendiri dengan
merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman (Fortinash, 2011). Penurunan
produktifitas pada pasien menjadi dampak dari isolasi sosial yang tidak dapat
ditangani (Brelannd-Noble et al, 2016).

B. Tujuan umum
Tujuan dari makalah yang kami buat ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
penerapan dan memahami apa itu konsep dari isolasi sosial dan dapat mengetahui faktor serta
gejala apa saja yang terjadi pada isolasi sosial

C. Tujuam khusus

Untuk mahasiswa dan kelompok dapat :

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian atau definisi dari isolasi sosial


2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor penyebab isolasi sosial
3. Mahsiswa dapat menegetahui tanda dan gejala isolasi sosial
1
4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari isolasi sosial
5. Mahasiswa dapat memahao pohon masalah dari isolasi social

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan pencegahan untuk diri
sendiri dan orang disekitarnya dan memahami lebih terperinci terkait isolasi sosial
2. Manfaat Praktis
a.Bagi Pasien dan Keluarga Manfaat praktis makalah ini bagi pasien dan keluarga yaitu
supaya pasien dan keluarga dapat mengetahui gambaran umum tentang isolasi sosial beserta
perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan yang tepat dalam
keluarganya.
b.Bagi Pembaca Manfaat makalah bagi pembaca yaitu menjadi sumber referensi dan
informasi bagi orang yang membaca makalah ini supaya mengetahui dan lebih
mendalami bagaimana cara merawat pasien yang terkena isolasi sosial.

BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Isolasi Sosial


Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan
atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham),
afek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak)
serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu gejala negatif
skizofrenia adalah menarik diri dari pergaulan sosial (isolasi sosial). Isolasi sosial
adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain.
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan
mengancam. Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan klien
dalam mengungkapkan perasaan klien yang dapat menimbulkan klien
mengungkapkan perasaan klien dengan kekerasan.Perilaku kekerasan merupakan
respon destruktif individu terhadap stresor.
Isolasi sosial merupakan kondisi dimana pasien selalu merasa sendiri dengan
merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman. Penurunan produktifitas pada pasien
menjadi dampak dari isolasi sosial yang tidak dapat ditangani (Brelannd-Noble et al,
2016).
B. Faktor penyebab isolasi sosial
Menurut Stuart (2017) beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:

1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang terbesar adalah riwayat gangguan jiwa
sebelumnya, klien telah lama mengalami gangguan jiwa cenderung mempunyai
perilaku menarik diri dan komunikasi terbatas hal ini merupakan respon
maladaptif dari klien.

a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,
akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat
pertama memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian dan
kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman
yang menghambat terbentuknya percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun
lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam
masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.

3
Menurut Purba, dkk (2016) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari :

1) Masa bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
biologis maupun psikologisnya. Konstitensi hubungan antara ibu dan anak
akan menghasilkan rasa aman dan percaya yang mendasar. Hal ini sangat
penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan
dikemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa
percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan
orang lain pada masa berikutnya.

2) Masa kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri,
mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan
dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau
terlalu dikontol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus,
aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen. Orang tua
harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan,
berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.

3) Masa Praremaja dan Remaja


Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan
teman sejenis yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk
mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan
orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan
keseimbangan hubungan tersebut yang sering kali menimbulkan perasaan
tertekan maupun tergantung pada remaja.

4) Masa Dewasa Muda


Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan
interpenden antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan di tandai
dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima
perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap
untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai
pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah
saling memberi dan menerima (mutuality).

5) Masa Dewasa Tengah


Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak
terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk
mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri.

4
Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan
yang interpenden antara orang tua dengan anak.

6) Masa Dewasa Akhir


Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan
fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman maupun pekerjaan atau
peran. Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain
akan meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat
dipertahankan.

b. Faktor komunikasi dalam keluarga.


Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
1. Sikap bermusuhan atau hostilitas.
2. Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak.
3. Selalu mengkritik, menyalahkan anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
4. Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembinaan
anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa,
komunikasi kurang terbuka terutama dalam pemecahan masalah tidak
diselesaikan secara terbuka dan musyawarah.
5. Ekpresi emosi yang tinggi.
6. Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan
yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat).

c. Faktor Sosial Budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti anggota
tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

d. Faktor Biologis
Genetic merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot
apabila salah diantaranya menderita skizorfrenia adalah 58% sedangkan bagi
kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan
struktur limbic diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat
ditimbulkan oleh faktor manapun ektersnal, meliputi :
5
a. Stresor Sosial Budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua,
kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara.
Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

b. Stressor Biokimia.
a. Teori dopamine : kelebihan dopamine pada mesokortikal dan
mesolimbic serta tractus saraf dapat diindikasi terjadinya
skizofrenia.
b. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah
akan meningkatkan dopamine dalam otak. Karena salah satu
kegiatan MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
c. Faktor endokrin : jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan
pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolactin mengalami
penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme
adanya peningkatan maupun penurunan hormone
adrenocortical sering kali dikaitkan dengan tingkah laku
psikotik.
d. Viral hipotesis : beberapa jenis virus dapat menyebabkan
gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang
dapat merubah struktur sel-sel otak.

c. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial


Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering
terjadi akibat interaksi antara individu dengan lingkungan maupun
biologis.

d. Stressor Psikologis.
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan
berbagai salah satu gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa perilaku skizofrenia disebabkan karena
ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas
yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai
kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan
adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase
simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.

6
Menurut Purba, dkk (2016) strategi koping digunakan pasien sebagai
usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata
yang mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan
pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai berikut :

a) Tingkah laku curiga : proyeksi.


b) Dependency : reaksi formasi.
c) Menarik diri : regrasi, depresi dan isolasi.
d) Curiga, waham, halusinasi : proyeksi dan denial.
e) Manipulative : regrasi, respesi dan isolasi.
f) Skizofrenia : displacement, projeksi, interijeksi,
kondensasi, isolasi, respresi dan regrasi.
C. Tanda dan gejala

Menurut Purba, dkk (2016) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan,
adalah :

1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.


2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain.
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
6. Pasien merasa tidak berguna.
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

D. Patofisiologi

Salah satu gangguan berhubungan sosial dengan diantaranya menarik diri atau
isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga,dengan latar belakang
yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.
Perasan tidak berhargamenyebabkan semakin sulit dalam mengembangkan
hubungan dengan orang lain, akibatnya menjadi regresi atau kemunduran,
mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurang perhatian terhadap penampilan
dan kebersihan diri. Perjalanan dari tingkah laku masa lalu serta tingkah laku
menyendiri yaitu pembicaraan yang austitik dan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi

E. Pohon masalah

Perilaku kekerasan
Halusinasi
7 Terhadap diri sendiri
Defisit pengetahuan

Kerusakan interaksi Isolasi sosial Defisit pengetahuan


sosial
v
Gangguan konsep diri
Koping individu tidak
efektif HDR

v
Kerusakan komunikasi
verbal

Gangguan proses pikir

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

8
Berdasarkan kesimpulan terkait materi tentang isolasi sosial adalah keadaan dimana
seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial
yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang
yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan

B. Saran
Diharapkan bagi keluarga yang ingin mencapai kesehatan jiwa yang optimal yaitu adanya
kerjasama dengan baik antar dokter, perawat , dan tim medis lainnya guna memperlancar proses
keperawatan dan sesering mungkin berkunjung ke RSJ karena dapat membantu proses penyembuhan

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. (2017). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (9 ed). Missouri:


Mosby, Inc.

Purba, dkk (2016). Tahap-tahap perkembangan individu dan tanda gejala isolasi sosial.
9
Breland-Noble A.M et all, (2016). Handbook of mental health in african american Youth.
Springer, London:New York
Sukma Ayu Candra Kirana.(2016). GAMBARAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL
PASIEN ISOLASI SOSIAL SETELAH PEMBERIAN SOCIAL SKILLS THERAPY DI
RUMAH SAKIT JIWA. STIKES Hang Tuah Surabaya: Surabaya.
Diah Sukaesti.(2018). SOSIAL SKILL TRAINING PADA KLIEN ISOLASI SOSIAL. FIKKes
Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah: Jawa
Tengah.
Eyvin Berhimpong,dkk.(2016). PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN SOSIALISASI
TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJ Prof.
Dr. V. L. RATUMBUYSANG MANADO. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi: Manado.

10

Anda mungkin juga menyukai