Anda di halaman 1dari 17

MASALAH KESEHATAN PSIKIS PADA MASYARAKAT

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas II


Dosen Koordinator : Ns. Siti Mukarommah, S.Kep., M.Kep

KELOMPOK 3

Di Susun Oleh :
1. Irma Rahmawati (18.017.017.01)
2. Karlina Tri Utami (18.018.018.01)
3. Pina (18.032.032.01)
4. Putri Oktarinda (18.033.033.01)
5. Ria Nur Sila (18.038.038.01)
6. Rifka Yuliyana (18.039.039.01)
7. Winda Sari (18.048.048.01)
8. Zefanya Tegar Subagyo (18.051.051.01)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUS TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH MASALAH
KESEHATAN PSIKIS PADA MASYARAKAT”.
Penulis menyadari bahwa terselsaikan makalah ini adalah berkat bantuan
dan tuntunan-Nya dan tidak lepas pula dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ibu Ns. Siti Mukarommah, S.Kep., M.Kep. Sebagai
dosen koordinator penulis, serta semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang penulis
miliki, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka akan menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Samarinda, 24 Februari 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................2
C. Manfaat........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gangguan Kecemasan.............................................................3
B. Faktor Penyebab.........................................................................................4
C. Tanda dan Gejala........................................................................................6
D. Patofisiologi dan WOC...............................................................................6
E. Penatalaksanaan..........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan aspek penting
dalam mewujudkan kesehatan secara menyeluruh. Kesehatan mental juga
penting diperhatikan selayaknya kesehatan fisik. Kesehatan mental
merupakan komponen mendasar dari definisi kesehatan. Kesehatan
mental yang baik memungkinkan orang untuk menyadari potensi
mereka, mengatasi tekanan kehidupan yang normal, bekerja secara
produktif, dan berkontribusi pada komunitas mereka. Oleh karena itu
adanya gangguan kesehatan mental tidak bisa kita remehkan, karena
jumlah kasusnya saat ini masih cukup mengkhawatirkan. Terdapat
sekitar 450 juta orang menderita gangguan mental dan perilaku di
seluruh dunia. Demikian juga di Indonesia, dengan berbagai faktor
biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk,
maka jumlah kasus gangguan jiwa kemungkinan akan terus bertambah.
Oleh karena penting di setiap negara memiliki upaya penanggulangan
akibat dari gangguan kesehatan mental ini. (Ayuningtiyas, et al, 2018)
Salah satu masalah kesehatan psikis yang dialami masyarakat
Indonesia adalah gangguan kecemasan, apalagi dengan situasi pandemi
yang tidak kunjung selesai ini, membuat masyarakat mengalami gangguan
kecemasan. Kecemasan adalah perasaan tidak menentu yang membuat
seseorang merasa takut dan khawatir. Kecemasan pada tingkat tertentu
mampu membuat seseorang menjadi lebih produktif, sebaliknya,
kecemasan berlebihan dapat merusak (Maba, 2020).
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia
(PDSKJI) melakukan survei mengenai kesehatan mental melalui
swaperiksa yang dilakukan secara daring. Pemeriksaan dilakukan terhadap
1.552 responden berkenaan dengan tiga masalah psikologis yaitu cemas,
depresi, dan trauma. Responden paling banyak adalah perempuan (76,1%)

1
dengan usia minimal 14 tahun dan maksimal 71 tahun. Hasil survei
menunjukkan, sebanyak 63% responden mengalami cemas. Gejala cemas
utama adalah merasa khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi, khawatir
berlebihan, mudah marah, dan sulit rileks. (Winurini, 2020)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah kesehatan psikis yang di alami masyarakat
disebabkan oleh gangguan kecemasan pada masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi kecemasan
b. Mengetahui penyebab dari gangguan kecemasan
c. Mengetahui tanda dan gejala dari gangguan kecemasan
d. Mengetahui mekanisme terjadinya dari gangguan kecemasan

C. Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
a. Sebagai tugas untuk memenuhi nilai mata kuliah Keperawatan
Komunitas II di Institut Teknologi Kesehtan dan Sains Wiyata
Husada Samarinda.
b. Menambah pengetahuan mengenai gangguan kecemasan pada
masyarakat.
2. Manfaat bagi masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
masalah kesehatan psikis yang disebabkan gangguan kecemasan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Gangguan Kecemasan


Anxiety atau cemas merupakan kondisi ketidakberdayaan, perasaan
tidak aman atau tidak matang serta tidak mampu menghadapi tuntutan
lingkungan. Kesehatan mental berarti kesehatan emosional dan psikologis
di mana seseorang dapat menggunakan pemikiran dan kemampuan
seseorang, memiliki fungsi dalam masyarakat, dan memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Gangguan mental disebabkan oleh beberapa peristiwa
traumatik, seperti cemas dan ketakutan berlebih, adanya konfik yang
mengganggu dan menyulitkan jiwa individu.Hal ini bisa ditimbulkan baik
oleh faktor biologis maupun faktor psikologis.
Kecemasan adalah suatu kondisi psikologis atau bentuk emosi
individu berupa ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran yang berkenaan
dengan perasaan terancam di masa mendatang bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi. Hilgard (1983: 12) mengatakan bahwa kecemasan adalah
emosi yang tidak menyenangkan yang memiliki gejala seperti
kekhawatiran, ketakutan, dan gelisah yang mereka semua dapat rasakan di
tingkat yang berbeda. Sigmund Freud (1936: 69) berpendapat bahwa
kecemasan adalah keadaan efektif, tidak menyenangkan, disertai dengan
sensasi fisik yang memperingatkan orang tersebut terhadap bahaya yang
akan datang. Hall (1985: 41) juga menyatakan bahwa kecemasan adalah
variabel kunci dalam hampir semua teori kepribadian. Titik konflik, yang
merupakan bagian dari kehidupan yang tak terhindarkan, kecemasan
sering dilihat sebagai komponen utama dari dinamika kepribadian.
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan psikologis yang
berhubungan dengan adanya gangguan mental, dimana menyebabkan
penderitanya mengalami rasa cemas yang besar dan berlebihan yang
disertai dengan beberapa tanda dan gejala tertentu. Meskipun gangguan ini
adalah gangguan psikologis yang banyak muncul dalam masyarakat,
banyak orang yang tidak menyadari munculnya hal ini. Banyak yang

3
menganggap bahwa gangguan kecemasan yang mereka alami adalah
gangguan jiwa dan beberapa bahkan tidak menyadari bahwa mereka
megalami gangguan kecemasan. Mereka yang mengalami gangguan ini
pasti akan sangat kesulitan untuk menjalani kehidupan yang normal seperti
masyarakat pada umumnya (Anxiety Disorder. 2017:3).

B. Faktor Penyebab
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu panjang
dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seorang.
Peristiwa atau situasi khusus dapat munculnya serangan kecemasan tetapi
hanya setelah terbentuk pola dasar yang menunjukkan rekasi rasa cemas
pada pengalaman. Peristiwa lain individu tersebut senderung akan
khawatir dan takut akan persepsi negatif dari lingkungan terhadap dirinya.
hal yang terjadi seperti jantung berdegup cepat, berkeringatan, gemetar,
rasa malu berlebihan, otot tegang, perut sakit bahkan bisa jadi sampai diare
(Saman, Abdul, Aryani, Farida, Bakhtiar, dan Ilham M. 2017).
Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan
pola dasar yang menunjukkan reaksi rasa cemas :
1. Lingkungan : Lingkungan atau sekitar tempat tinggal dapat
mempengaruhi cara pikir seseorang tentang diri sendiri, dan orang lain.
Hal ini bisa aja disebabkan pengalaman seseorang dengan keluarga,
dengan sahabat, dengan orang terdekat. Kecemasan timbul jika
seseorang merasa tidak aman terhadap lingkungan.
2. Emosi yang di tekan /tempramen : Kecemasan bisa terjadi jika
seseorang tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan
seseorang dalam hubungan personal tersebut. Hal ini terjadi ketika
seseorang mengalami penekanan seperti rasa marah atau frustasi dalam
waktu yang lama sekali. Biasanya hal tersebut muncul pada anak-anak
yang pemalu, penakut dimana anak tersebut di tarik atau tertahan
ketika menghadapi situasi yang baru atau orang-orang mungkin
menghadapi resiko lebih besar.
3. Riwayat Keluarga : Gangguan kecemasan ada jika orang tua secara
biologis atau saudara memiliki kondisi tersebut.

4
4. Tuntutan pekerjaan atau sosial baru. Bertemu dengan orang baru,
memberikan pidato atau presentasi di depan umum untuk pertama
kalinya yang dapat memicu gejala gangguan kecemasan (Saman,
Abdul, Aryani, Farida, Bakhtiar, dan Ilham M. 2017).
Faktor resiko yang membuat seseorang lebih mungkin menjadi
cemas.
1. Selama hidup pernah mengalami peristiwa berbahaya yang
membuat trauma,
2. Memiliki sejarah penyakit mental,
3. Melihat orang terluka atau terbunuh,
4. Merasa horor, ketidakberdayaan, atau ketakutan ekstrim,
5. Minimnya dukungan sosial,
6. Mengalami kejadian menyedihkan setelah kejadian, seperti
kehilangan orang yang dicintai, atau kehilangan pekerjaan atau
rumah.
Dari beberapa faktor resiko di atas dapat dibagi menjadi 2 yakni
faktor resiko dari dalam diri (individu) dan faktor dari luar (lingkungan).
(Arjuna,2020)

Adapula faktor proteksiyang justru dapat mencegah kecemasan:

1. Dukungan lingkungan, baik teman-teman dan keluarga,


2. Menemukan kelompok pendukung setelah peristiwa traumatis,
3. Tidak menyalahkan diri sendiri, dan merasa mampu melewati
masa-masa sulit,
4. Memiliki strategi coping,
5. Mampu bertindak dan merespons secara efektif meskipun merasa
ketakutan.
Sehingga dengan mengetahui faktor-faktor resiko, maka bisa
diminimalisir (Arjuna,2020).

Kecemasan yang terjadi pada lansia disebabkan oleh beberapa factor,


diantaranya keuangan, masalah kesehatan, kurangnya interaksi sosial
akibat kematian dan relokasi pada lansia (Nies & McEwen, 2019).

5
Kesepian juga merupakan faktor resiko terjadinya kecemasan pada lansia
(Domènech-Abellaet al., 2019).

C. Tanda dan Gejala

Gangguan kecemasan mempengaruhi emosi dan perilaku. Hal ini


juga dapat menyebabkan gejala fisik yang signifikan. Tanda tanda dan
gejala emosi dan perilaku kecemasan sosial, Jiwo (2012) menjelaskan
beberapa gangguan kecemasan termasuk:
1. Takut secara berlebihan ketika berinteraksi dengan orang asing
2. Takut situasi di mana anda dapat dinilai
3. Khawatirkan memalukan atau memalukan diri sendiri
4. Ketakutan bahwa orang lain akan melihat bahwa anda terlihat cemas
5. Kecemasan yang mengganggu rutinitas harian anda, pekerjaan, sekolah
atau kegiatan lain
6. Menghindari melakukan sesuatu atau berbicara dengan orang karena
takut malu
7. Menghindari situasi di mana anda mungkin menjadi pusat perhatian
8. Kesulitan membuat kontak mata
9. Kesulitan berbicara kecemasan akibat dari perilaku tidak normal dapat
terjadi dari berbagai situasi yang dialami.
Gejala kecemasan terjadi di lingkungan sekolah dan masyarakat
karena individu taut terhadap situasi, malu dan merasa rendah diri, bahkan
bercerita pun dihindari (Mutahari, H. 2016).
D. Patofisiologi dan WOC
Neurotransmitter memegang peran penting dalam patofisiologi
gangguan cemas menyeluruh. Pada sistem saraf pusat, neurotransmitter
seperti norepinefrin, serotonin, dopamine, dan GABA memegang peran
penting. Neurotransmitter dan peptida lain seperti corticotropin-releasing
factor, mungkin ikut terlibat dalam patofisiologi penyakit ini walaupun
belum jelas pengaruhnya. Sistem saraf pusat simpatik memegang peran
penting dalam terjadinya manifestasi klinis penyakit ini. Dengan modalitas
pencitraan PET ditemukan bahwa terjadi peningkatan aliran
neurotransmitter pada regio parahipokampus dan penurunan ikatan

6
serotonin tipe 1A dengan reseptornya pada region anterior dan posterior
korpus singulata pasien. (Bhat, 2017)
Bagian dari otak yang terlibat dalam patofisiologi gangguan cemas
menyeluruh adalah amigdala yang memegang peran penting dalam
memodulasi ketakutan dan kecemasan. Pada pemeriksaan pencitraan otak
pasien gangguan cemas menyeluruh ditemukan bahwa terjadi peningkatan
respons pada stimulus kecemasan. Peningkatan respons ini terjadi karena
penurunan ambang batas ketika merespon pada peristiwa sosial biasan.
Amigdala dan sistem limbik berhubungan erat dengan korteks prefrontal.
Pada pasien cgm juga dapat ditemukan aktivasi abnormal sistem limbik
dan korteks prefrontal yang berhubungan dengan respons klinis pada
terapi farmakologis dan non farmakologis pada pasien. Pada pemeriksaan
MRI ditemukan bahwa pasien dengan gangguan cemas menyeluruh
memiliki volume lobus temporal yang lebih kecil. (Nutter, 2017).

7
WOC GANGGUAN CEMAS/ ANXIETY DISORDER

Frustasi/ Kejadian
Trauma Terancam Kehilangan
kegagalan menyedihkan

Muncul persepsi negatif

Aliran neurotransmitter
meningkat

Hipocampus

Penurunan serotonin,
dopamin

TD dan Nadi meningkat

Muncul rasa waspada,


rasa khawatir

GANGGUAN KECEMASAN/
ANXIETY DISORDER

8
POHON MASALAH

Harga diri rendah

Ansietas

Koping individu tidak efektif

Stressor

E. Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada kecemasan dan depresi yang
dapat dilakukan diantaranya menggunakan psikofarmaka dan non-
psikofarmaka. Hal ini dapat disebabkan karena biaya yang lebih
terjangkau dibandingkan perawatan medis, dan efek samping dari
perawatan medis yang dirasa berat pada pasien (Saritaşet al.,2018).
Sehingga terapi komplementer dapat menjadi alternatif dalam
penatalaksanaan kecemasan dan depresi pada lansia. Penatalaksanaan
kecemasan dan depresi pada lansia efektif dalam menurunkan tingkat
keceamsan dan depresi.
1. Aromaterapi Dalam penelitian ini, bergamot essential oils and
lavender hydrolats dilarutkan terlebih dahulu. Kemudian semprotan
aromatik digunakan secara eksternal, melalui inhalasi oleh responden
selama terapi. Hasil penelitian ini menyebutkan aromaterapi dapat
menurunkan kecemasan dan depresi pada lansia. Suasana hati mereka
membaiksetelah menghirup minyak esensial dan semprotan aromatik,
sehingga terjadipenurunan skor depresi dankecemasan

9
2. Reiki Dalam penelitian ini efek positif dari reiki dapat menurunkan
kecemasan dan depresi pada lansia di komunitas dengan skor GDS-15
(p <0,001) dan HAM-A (p <0,001) pada kelompok intervensi
dibandingkan dengan kelompok control. Hasil wawancara dengan
responden setelah treatment reiki mereka merasa lebih santai, merasa
ketenangan pikiran, gembira dan tidur lebih berkualitas.
3. Music membuat efek pada psikologisnya sehingga mempengaruhi
suasana hati. musik yang disukai dapat membuat seseorang rileks,
sehingga berefek positif pada orangyang mengalami depresi. Terapi
musik lebih efektif dalam mengatasikecemasan dan depresipadausia
yang lebih muda dibandingkan orang yang lebih tua
4. Terapi tawa memberikan informasi tentang cara dalam
pembuatanhumor.Terapi tawa efektif dalam mengatasi depresi lansia
yang ada di komunitas.Meskipun terapi tertawamemiliki efek positif
pada depresi dan tidur, tetapi pada penelitian ini belum jelas apakah
penatalaksanaan pada depresi menyebabkan perbaikan kualitastidur
atau terapitawasecara mandiri yangberefek positif pada depresi dan
tidurpada lansia.

10
11
DAFTAR PUSTAKA
Anxiety Disorder. (2017). Gangguan Psikologis Yang Banyak Muncul Di Dalam
Masyarakat, URL: http://psikoma.com/.

AR Jannah. (2020). Kecemasan Pasien COVID-19: A Systematis Review.


Jannah.forikes-ejournal.com

Arjuna, Rekawati E. (2020). Terapi Komplementer Untuk Penatalaksanaan


Kecemasan Atau Depresi Pada Lansia Yang Tinggal Di Komunitas. Jurnal
Keperawatan Silampari vol ,4 (1) 205-214

Ayuningthiyas, D. et al. (2018). Analisis Situasi Kesehatan Mental pada


Masyarakat di Indonesia dan Strategi Penanggulangannya, Jurnal Ilmu
Kesehatn Masyarakat Unsri. Palembang : UNSRI. p-ISSN 2086-6380

Bhatt.N.V. (2017). Anxiety Disorders. Medscape.


https://emedicine.medscape.com/article/286227-overview#a2.

Maba, A.P. (2018). Paradoxical Intervention Dalam Bimbingan dan Konseling


untuk Mengatasi Kecemasan. Lampung : IAIMNU

Mutahari, H. (2016). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan


Sosial Pada Siswa. Vol. 3 No 5. E-journal Bimbingan dan Konseling

MZ Karauwan. (2020). Refleksi Kecemasan Dalam Final Destination 3.


ejournal.unsrat.ac.id

Nutter.D.A. (2017). Pediatric Generalized Anxiety Disorders. Medscape.


https://emedicine.medscape.com/article/916933-overview.

Saman, Abdul, Aryani, Farida, Bakhtiar, dan Ilham M. (2017). Mengatasi


Kecemasan Sosial Melalui Pendekatan Behavioral Rehearsal. Dalam:
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 di Universitas Negri Makassar

Wahyuni H. (2016). Faktor Resiko Gangguan Stress Pasca Trauma Pada Anak
Korban Pelecehan Seksual. Jurnal Ilmiah Kependidikan, vol 10 (1) 1-20
Winurini, S. (2020). Permasalahan Kesehatan Mental Akibat Pandemi COVID-
19, vol. XII, No. 15. Jakarta : Pusat badan Penelitian Keahlian DPR RI

Anda mungkin juga menyukai