Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SIMULASI PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN KASUS


GANGGUAN PENCERNAAN, DAN PERKEMIHAN
DOSEN : KARMITHASARI YANDRA K, Ners, M.Kep.

DISUSUN OLEH :
MAHASISWA TINGKAT II B
LEONARDO 2018.C.10a.0975

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah tentang
Simulasi Pendidikan Kesehatan Dengan Kasus Gangguan Pencernaan, Dan
Perkemihan. Penyusunan makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat
menambah wawasan dan pengetahuannya.

saya menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai sasaran yang
diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangkaraya, 16 maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB 1
BAB 2
2.2 Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada Gangguan
Sistem Perkemihan Batu Saluran
Kemih.........................................................8
3.1 Kesimpulan...................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................11
12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag merupakan kondisi saat lapisan
perut (mukosa) meradang. Gastritis dapat bersifat akut atau kronis. Gastritis erosif
merupakan jenis gastritis yang sering tidak menyebabkan peradangan signifikan
tetapi dapat mengikis dinding lambung. Penderita gastritis biasanya tidak
menunjukkan gejala apapun. Namun adapula penderita gastritis yang mengalami
dyspepsia berupa rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut bagian atas, mual atau
muntah. (Utami Prapti, 2012; 104)

Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa


keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik
saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung
kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih).

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada
Gangguan Sistem Percernaan Gastritis ?
2. Jelaskan Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada
Gangguan Sistem Perkemihan Batu Saluran Kemih ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada
Gangguan Sistem Percernaan Gastritis.
2. Mengetahui Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada
Gangguan Sistem Perkemihan Batu Saluran Kemih.

1.4 Manfaat Penulisan


Diharap dapat menambah pengetahuan mengenai upaya-upaya pencegahan
primer, sekunder, dan tersier pada gangguan sistem pencernaan dan perkemihan.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Pada


Gangguan Pencernaan Gastritis
1. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko
gastritis  bagi individu yang belum ataupun mempunyai faktor resiko
dengan melaksanakan pola hidup sehat, promosi kesehatan (Health
Promotion) kepada masyarakat mengenai :
a. Modifikasi pola hidup dimana perlu diberi penjelasan bagaimana
mengenali dan menghindari keadaan yang potensial mencetuskan
serangan gastritis.
b. Menjaga sanitasi lingkungan agar tetap bersih, perbaikan sosioekonomi
dan gizi dan penyediaan air bersih.
c. Khusus untuk bayi, perlu diperhatikan pemberian makanan. Makanan
yang diberikan harus diperhatikan porsinya sesuai dengan umur bayi.
Susu yang diberikan juga diperhatikan porsi pemberiannya.
d. Mengurangi makan makanan yang pedas, asam dan minuman yang
beralkohol, kopi serta merokok.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan segera (Early Diagmosis and Prompt Treatment).
a. Diagnosis Dini (Early Diagnosis)
Setiap penderita gastritis  sebaiknya diperiksa dengan cermat. Evaluasi
klinik meliputi anamnese yang teliti, pemeriksaan fisik, laboratorik serta
pemeriksaan penunjang yang diperlukan, misalnya endoskopi atau
ultrasonografi. Bila seorang penderita baru datang, pemeriksaan lengkap
dianjurkan bila terdapat keluhan yang berat, muntah-muntah telah
berlangsung lebih dari 4 minggu, penurunan berat badan dan usia lebih
dari 40 tahun. Untuk memastikan penyakitnya, disamping pengamatan
fisik perlu dilakukan pemeriksaan yaitu :

5
1) Laboratorium
Pemeriksaan labortorium perlu dilakukan, setidak-tidaknya perlu
diperiksa darah, urine, tinja secara rutin. Dari hasil pemeriksaan darah
bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada
pemeriksaan tinja, jika cairan tampak cair berlendir atau banyak
mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorbsi. Dan
pada pemeriksaan urine, jika ditemukan adanya perubahan warna
normal urine maka dapat disimpulkan terjadi gangguan ginjal.
Seorang yang diduga menderita gastritis  tukak, sebaiknya diperiksa
asam lambungnya.
2) Radiologis
Pada tukak di lambung akan terlihat gambar yang disebut niche yaitu
suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari
tukak yang jinak umumnya regular, semisirkuler, dasarnya licin.
Kanker di lambung secara radiologist akan tampak massa yang
irregular, tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari
lambung berubah.
3) Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sangat membantu dalam diagnosis. Yang
perlu diperhatikan warna mukosa, lesi, tumor jinak atau ganas.
Kelainan di lambung yang sering ditemukan adalah tanda peradangan
tukak yang lokasinya terbanyak di bulbus dan parsdesenden, tumor
jinak dan ganas yang divertikel. Pada endoskopi ditemukan tukak baik
di esophagus, lambung maupun duodenum maka dapat dibuat
diagnosis gastritis  tukak. Sedangkan bila ditemukan tukak tetapi
hanya ada peradangan maka dapat dibuat diagnosis gastritis  bukan
tukak.
Pada pemeriksaan ini juga dapat mengidentifikasi ada tidaknya
bakteri Helicobacter pylori, dimana cairan tersebut diambil dan
ditumbuhkan dalam media Helicobacter pylori. Pemeriksaan antibodi
terhadap infeksi Helicobacter pylori dikerjakan dengan
metode Passive Haem Aglutination (PHA), dengan cara menempelkan

6
antigen pada permukaan sel darah merah sehingga terjadi proses
aglutinasi yang dapat diamati secara mikroskopik. Bila di dalam
serum sampel terdapat anti Helicobacter pylori maka akan terjadi
aglutinasi dan dinyatakan positif terinfeksi Helicobacter pylori.
4) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan saran diagnostik yang tidak invasif,
akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan untuk membantu menetukan
diagnostik dari suatu penyakit. Apalagi alat ini tidak menimbulkan
efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi pasien
yang berat pun dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan alat USG pada
pasien gastritis  terutama bila dugaan kearah kelainan di traktus
biliaris, pankreas, kelainan di tiroid, bahkan juga ada dugaan tumor di
esophagus dan lambung.
b. Pengobatan Segera (Prompt Treatment)
1) Diet mempunyai peranan yang sangat penting.
Dasar diet tersebut adalah makan sedikit berulang kali, makanan yang
banyak mengandung susu dalam porsi kecil. Jadi makanan yang
dimakan harus lembek, mudah dicerna, tidak merangsang peningkatan
dalam lambung dan kemungkinan dapat menetralisir asam HCL.
2) Perbaikan keadaan umum penderita
3) Pemasangan infus untuk pemberian cairan, elektrolit dan nutrisi.
4) Penjelasan penyakit kepada penderita.
Golongan obat yang digunakan untuk pengobatan penderita gastritis
adalah antasida, antikolinergik, sitoprotektif dan lain-lain.
3. Pencegahan Tersier
a. Rehabilitasi mental melalui konseling dengan psikiater, dilakukan bagi
penderita gangguan mental akibat tekanan yang dialami penderita
gastritis  terhadap masalah yang dihadapi.
b. Rehabilitasi sosial dan fisik dilakukan bagi pasien yang sudah lama
dirawat di rumah sakit agar tidak mengalami gangguan ketika kembali ke
masyarakat.

7
2.2 Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Pada
Gangguan Sistem Perkemihan Batu Saluran Kemih
1. Pencegahan Primer
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak
terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari
penyakit BSK. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih
sehat, belum pernah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan
meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan
kesehatan. Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK,
dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari. Konsumsi air
putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi
pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi
individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
2. Pencegahan Sekunder
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan
perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya
komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah menderita
penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan
sejak dini. Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis.

Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah
organ yang bersangkutan :
a. Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual,
dan demam (tidak selalu).
b. Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah
pinggul (flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara
yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.

Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu


peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan
adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji

8
karena batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari
6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine
lebih dari 7,2.

Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:


a. Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana
dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan
klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis
batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas
rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan
ini tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun batu diluar
ginjal.
b. Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograd.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya
obstruksi. Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita
hamil dan pasien yang alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn
pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukan batu ureter, dan
tidak dapat membedakan klasifikasi batu.
d. Computed Tomographic (CT) scan
Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang
ukuran dan lokasi batu.
3. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak
terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang
membutuhkan perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang
sudah menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat.
Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling

9
kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi
saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat dari BSK sehingga
fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi kekambuhan
penyakit BSK, dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai
dengan kemampuanny

10
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gastritis  adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang
berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi
atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Ada
beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang menderita gastritis
antara lain yaitu : Konsumsi obat-obatan kimia, Konsumsi alcohol, Kondisi yang
stressful, Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli,
salmonella dan lain lain

Batu saluran kemih ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium,


magnesium, asam urat, atau sistein. BSK dapat berukuran dari sekecil pasir
hingga sebesar buah anggur. Batu yang berukuran kecil biasanya tidak
menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar bersama dengan urine ketika
berkemih. Batu yang berada di saluran kemih atas (ginjal dan ureter)
menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah
(kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca khususnya mahasiswa/mahasiswi keperawatan. Makalah ini masih
banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin & Sari, 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan.


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba medika.

Priyanto, 2008. Endoskopi Gastropntestinal. Jakarta : Salemba Medika.

Suratun, 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem.


Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Bobihu Rizka. Uji Kadar Kesadahan Ca Dan Mg Sumber Air Minum Pada
Kejadian Penyakit Batu Saluran Kemih Di Desa Barakati Kecamatan
Batudaa Kabupaten Gorontalo. 2012

FA Siregar . Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih (BSK) rawat inap di


Rumah Sakit Umum Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. 2012

12

Anda mungkin juga menyukai