Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL UPANISAD

AUM dalam mandukya upanisad

NAMA : ADE PUJA PRASTIYA

NIM : 1812102001

JURUSAN : TEOLOGI

SEMESTEER : IV

UNIVERSITAS HINDU NEGERI

I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR

2020/2021

BAB I
Pengertian Dan Ruang Lingkup Mandukya Upanishad

1. Pengertian Mandukya Upanishad

Mandukya Upanishad merupakan inti dari Vedanta, yang terdalam di antara semua Upanisad dan juga
merupakan yang paling utama. Susunan ini berisi penjelasan tentang azas yang terdiri dari tiga unsur, u,
m yang berkaitan dengan empat sisi yaitu waktu yang dikendalikan, mimpi, tidur tanpa mimpi dan
kesadaran spiritual. Yangtman Yang Maha Tinggi terwujud dalam alam ini pada bentuk kasar, yang halus
dan yang memiliki segi sebab musababnya.

Ada beberapa segi dari Kepribadian Tuhan, yang terakhir ini saja yang melengkapi semua yang nyata
nyata. Yang Mutlak dari kesadaran gaib adalah yang nyata dari Tuhan dalam agama. Dikatakan bahwa
Upanisad ini sudah cukup untuk membawa seseorang ke arah pelepasan. Gaudapada, gurunya menulisrì
Úaòkara menulis Karika yang termashur tentang Upanisad ini, yang merupakan penjelasan pertama
yang sistimatis tentang Advaita Vedànta yang bagi kita. Ìrì Úaòkara mengomentari baik Upanisad ini juga
Karika.

Menurut ajaran Muktiko Upanisad, Mandukya tepat untuk mengantarkan seseorang ke arah
pembebasan duniawi yang disebut mukti atau moksa. Di dalam bahasa Sansekertanya dinyatakan,
“ Mandukya ekam kevalan mumukshunam vimuktaye”.

2. Ruang Lingkup Mandukya Upanishad

Mandukya Upanisad sangat lengkap dan hanya terdiri dari 12 buah mantra inti, yang seluruhnya terdiri
menjadi 4 bagian, yaitu: Agama Prakarana, Vaithathya Prakarana, Adwaita Prakarana, dan Alatha Santi.

Mantra sloka kedua-belas di Upanisad ini membahas tentang topik utama kehidupan yang tidak lekang
dari segala jaman. Mandukya akan berbicara tiga jam sehari, sehari-hari, disamping menyiratkan
pengajaran akan “Non-dualisme”. Juga yang terkenal dari ajaran ini adalah “Maha Vakya” yang
merupakan pengajaran untuk tingkat tinggi.
Mandukya Upanishad terdiri dari 4 bab, yaitu:

Bab I Agama Prakarana, terdiri dari 12 sloka inti upanisad dan ditambah dengan 29 sloka karika
(tafsiran).Bab II Vaithathya Prakarana (Non-realitas yang berasal dari dunia yang bersifat obyektif),
terdiri dari 38 sloka.Bab III Adwaita Prakarana (Penjelasan tentang faktor Non-dualisme), terdiri dari 48
sloka.Bab IV Alatha Santi (Memadamkan bara api), terdiri dari 100 sloka.

Pada bab I dijelaskan megenai kehidupan seseorang, dibagi-bagi dalam tiga keadaan (masing-masing
alam-sadar, alam-mimpi dan alam-tidur tanpa mimpi. Namun di atas, ini masih ada sebuah alam lain
yang disebut kesadaran yang tertinggi disebut sebagai kesadaran. Sri Gaudapada menerangkan
eksistensi agung dari Sang Realitas yang memberikan non-ganda, Deskripsi yang diberikan berdasarkan
skripsi-skripsi yang telah dia dapatkan.

Dalam Agama Prakarana, diuraikan tentang masalah rahasia pengajaran dari Pranàwa, yang merupakan
kunci untuk memahami diri sendiri, juga Karika (tafsiran) yang sulit dipahami oleh kaum awam dan
sebagian para resi malah. Karika ditulis dan diterbitkan oleh seorang resi agung bernama Sri Gaudapada,
dari aliran Sri Shankara Acharya, Bapak agama Hindu modern. Ajaran Karika ini telah disetujui umat
Hindu sebagai pedoman yang dapat diandalkan untuk Upanisad yang satu ini.

Karika sendiri bukan sembarang review yang biasa, tapi lebih tepatnya review memorial dalam bentuk
metrikal agar mudah dimengerti oleh muridnya. Berbagai mantra dan sutra juga ditambahkan agar lebih
mudah dimengerti. Agar memori para siswa dan pembaca dapat dibaca dengan baik, banyak sekali
mantra sloka terkesan diulang-ulang, dan agak sulit, namun sangat bermanfaat dikala kita lupa akan
intisari pengajaran ini, yang perlu dihayati sedikit demi sedikit dan tidak perlu dibaca sekaligus. Yang
patut diperhatikan adalah ilmu pengetahuan yang sarat filosofi ini, yang dicetuskan pada saat bangsa
Barat belum mengenal peradaban dunia ini.

Pada bab II kita memberikan sajian yang terdiri dari berbagai argumentasi dari berbagai aliran (agamas)
untuk membuktikan sifat ilusif dari dunia yang serba pruralistik ini. Di bab ini dia menuntun kita ke Arah
fenomena dunia yang serba pruralistik ini yang ternyata tidak sebaliknya ilusif. Ajaran tentang dualitas
yang merupakan halangan terbesar untuk mencapai pembebasan, dibahas dan ditangkis
Bab III penuh dengan berbagai sitiran dari berbagai skripsi suci dan juga menuntun kita ke arah
pemahaman kita sehari-hari. Adwaita atau asosiasi non-dualitas dikemukakan, tersirat, hadir, unik, hadir,
hadir, Vedanta yang disebut “Asparse Yoga”. Yoga ini tersirat juga di ajaran Sang Buddha Gautama.

Di akhir bab III, Sri Gaudapada meneriakkan ajaran filsafat tentang non-undangan. Di sloka ini terungkap
seluruh sari pati karika ini hanya dalam dua kalimat yaitu: “Tak ada satu jiwapun yang pernah
dipahami; tidak ada alasan apapun juga untuk membawanya. Itulah kebenaran yang tertinggi, yaitu
tidak ada sesuatupun yang pernah lahir. ”

Dalam bab IV para pakar dan peneliti agama Hindu menyatakan bahwa bab ini penting karena dianggap
sebagai karya tersendiri. Gaudapada Karika awalnya bukan hasil pengarang, namun mungkin hasil
banyak orang, yang kemudian diakumulasikan menjadi satu buku. Ada juga yang menyatakan, karena
buku ini dibuka dengan doa puja, maka bab empat ini sebenarnya adalah karya yang khusus. Ada lagi
yang berkomentar bahwasanya bab IV ini penuh dengan pengulangan yang sudah dipaparkan pada bab-
bab sebelumnya, yang memang benar demikian adanya.

Pada bab ini, membantah membantah non-Wedik dengan timbal balik dan menolak. Sri Gaudapada
(Gaudapadiya) berusaha menerangkan:

Ketidakmampuan dari aspek kasualitas melalui uns dialektika;Menerangkan berbagai bentuk ilusi dari
dunia pluralistik dengan memperbanding-kannya dengan pola-pola palsu yang diciptakan oleh Alatha
(bara-api);Menekankan penggunaan istilah-istilah Buddha bahwasanya Yang Maha Kebenaran
menggunakan Non-dual (Eka, Esa) Tidak bermula dan senantiasa Abadi.

Oleh sebab itu, banyak ahli juga menyatakan bahwa Sri Gaudapadiya menganggap filosofi Sang Buddha
di buku ini, namun banyak ahli lainnya yang membantah, karena Ashtavakra-Gita yang tahun sebelum
karya ini telah hadir di zamannya Raja Janaka, dan itu sudah ribuan tahun sebelum karya ini, atau
lahirnya Sri Gaudapada itu sendiri. Kemudian ada yang mengatakan bahwa karya ini menyiratkan ajaran
Vedanta di dalam Buddhisme, namun banyak juga yang berpendapat bahwa karya ini adalah bentuk
Upanishad yang teramat unik dan sarat akan berbagai pengetahuan yang teramat spesifik dan sulit
digunakan oleh awam, juga dicoba untuk digunakan saja. Yang terakhir ini mengandung kebenaran dan
kebenaran yang sulit untuk dijabarkan, dari masa ke masa, dari tempat ke tempat, ditambahkan dari
satu persepsi ke persepsi yang lain,
Di bawah ini dihadirkan sebuah sloka yang menjelaskan hierarki dari para Acharyas, dari Sri Shankara
Acharya dan para sishya-sishyanya. Menurut para ahli hierarki, bermula dari dewa Wisnu, dan dari dia
dalam ajaran ini yang diturunkan ke manusia, kita berantai (estafet), dari satu ke yang lain dengan urut-
urutan seperti berikut ini: Sri Nayarana (Wisnu), Vasishta, Sakti, putranya Parasara, Vyasa, Suka,
Gaudapada, Govindapada, Sri Shankara Acharya, Padmapada, Hashamalaka, dan Throtakacharya.

Ternyata guru dari Sri Shankara Acharya, yaitu Sri Govindapada adalah murid langsung dari Sri
Gaudapada. Demikianlah ajaran ini diturunkan ke kita semua dari kurun waktu yang teramat lalu ke
masa kini dan seterusnya.

BAB II

Manfaat dan tujuan mandukya upanisad

Dengan membahas Mandukya Bagian atas dan sebagian AUM yang berhasil, semua orang dapat
memahami beberapa tingkat kesadaran dan pengetahuan bahkan menjadi bijaksana. Berarti dengan
cukup untuk membawa seseorang ke arah pelepasan.

BAB III

PEMBAHASAN

1. Hakekat Ajaran Mandukya Upanishad

Sebuah. Empat Tahap Kesadaran Menurut Mandukya Upanishad

Melalui penjelasan ini, kata suku AUM dapat dipahami melalui pembahasan setiap suku kata mana
mana kata suku pertama A terdiri dari kesadaran pertama tentang kesadaran bangun atau Jagrat,
kemudian suku kata U merupakan bidang yang membahas tentang kesadaran tidur atau svapna dan
kata suku kata sesuai dengan itu membentuk M sushupti atau tidur dalam keadaan mimpi, sedangkan
kesadaran tentang masa lalu yang tidak mengambil bagian dan tidak terkait karena turiya merupakan
berhentinya segala fenomena, ia mewakili yang baik dan tanpa dualisme jiwa-badan. Hal tentang tur ini
dapat dipertegas melalui syair XII: "Dengan demikian setelah mempertimbangkan seluruh AUM serta
bagian-bagiannya, setiap orang dapat mencapai tingkat kesadaran dan pengetahuan yang baru menjadi
yang berargumentasi".
Pada tingkat pertama yaitu Kesadaran Bangun ( jagrat ,) yang diwakili oleh suku kata A , kesadaran
masih bergantung pada fisik sehingga pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan fisik
pula. Tertulis itu: “Tahap pertama ini disebut Vaisvanara , yang bidang aktivitasnya adalah keadaan
bangun, seseorang yang sadar akan objek-objek eksternal, seseorang yang bergantung pada tingkat
kesadaran bangun ini hanya perlukan objek-objek kasar yang dibagikan dengan indra. Hanya dengan
kesadaran yang hanya bisa dilihat dengan indra yang dimilikinya. Setiap orang melihat sekuntum bunga
melati sebagai bunga kecil berwarna putih kekuningan dengan wangi yang khas, yang akhirnya
mengkonsep dan menjadi pemahaman orang tentang bunga melati.

Pada tingkat kedua, kesadaran tidur atau svapna yang diwakili oleh suku kata U, kesadaran mulai
diperhalus dengan objek-objek internal kesadaran itu sendiri yang lebih subtil. Obyek ini masuk dalam
mimpi-mimpi yang dialami seseorang. Menyetujui dalam syair IV itu “Kesadaran svapnaTemukan objek-
objek yang ada di dalam pikiran seseorang melalui tidurnya. Seperti yang disetujui pada syair X di atas
yang berhasil diakses kesadaran di sini yang mencapai pengetahuan yang unggul. Pengetahuan yang
diperoleh merupakan pengetahuan astral yang berkaitan dengan logistik seseorang. Sebagai contoh:
Saya sadar kompilasi sedang tidur dan sadar saya sedang bermimpi, di dalam mimpi itu saya sadar
sebagai saya sendiri dan dapat mengendalikan apa yang akan saya buat di mimpi. Apakah saya ingin
melompat, terbang, mengambil keputusan bebas dalam plot mimpi itu ada dalam pemikiran.

PADA Tingkat Ketiga yakni Kesadaran sushupti ATAU mimpi negara Yang diwakili Oleh suku
kata M. Tahap Ketiga Penyanyi LEBIH Tinggi Dari doa Tahap sebelumnya KARENA
hearts Mandukya PADA paragraf 15 bahwa mengalami mimpi merupakan kognisi Yang Keliru KARENA
mengalami Tidur Yang berujung ketidaksadaran TENTANG Realitas. Seperti yang diterima pada syair V:
seseorang yang mencapai tingkat kesadaran ini masuk ke dalam tidur yang dia tidak memiliki keinginan
( menginginkan terhadap objek apa pun yang meningkatkan mimpi. Tahap ketiga ini merupakan Prajna ,
yang dikumpulkannya merupakan tidur mendalam di mana pengalaman seseorang menjadi bersama
dengan kesadaran-kesadaran lainnya (kesadaran massa ). Kesadaran ini merupakan kisah yang
membahagiakan yang merupakan pintu masuk pengetahuan tentang bermimpi dan bangun. Tertulis
pada paragraf 12 bahwa Seorang Yang Mencapai Kebaikan Ini Tidak Mengatakan Lagi tentang Diri dan
Tiada-Diri, Tentang Kebenaran Atau Ketidakbenarannya, Ia Membuka Pintu Kemenyatuan Terhadap
Kesadaran Alam semesta.

Selanjutnya, kesadaran turiya atau kesadaran transendental merupakan pencapaian kesadaran dan
pengetahuan yang tertinggi. Jika dituliskan pada syair VII bahwa Turiya dapat dipahami dunia subyektif
(di dalam diri), juga dunia obyektif (di luar diri), juga bukan kesadaran bersama dan bukan kumpulan
banyak kesadaran. Turiya tidak dapat dipahami, tidak dapat dibaca, tidak dapat dipikirkan dan
digambarkan. Ia seperti esensi kesadaran yang bermanifestasi sebagai diri dalam tiga kesadaran
sebelumnya. Saat menyelesaikan ini berhasil, seseorang sudah berhenti untuk memperbaiki segala
fenomena, penuh kedamaian dan tanpa dualisme apapun. [4] Dijelaskan pula pada paragraf
11 Upanishadini adalah sebab dari kesadaran pertama dan kedua dikondisikan oleh sebab, oleh sebab
itu dikondisikan oleh sebab, dan mengapa itu terkondisi. Semua yang mencapai tahap ini telah mencapai
tingkat tertinggi yang diketahui manusia Brahman yang hanya dapat diakses melalui realisasi ketiadaan
inti diri. Antara subyek dan objek sudah melebur jadi satu Moksa bisa diperbaiki melalui penyatuan
dengan kehidupan ini sendiri.

2. Aum dan Om dalam Mandukya Upanishad

Dalam literatur Veda kita menemukan suatu evolusi bertahap dari OM AUM. Kata ini digunakan untuk
pertama kalinya dalam Mandukya Upanishad untuk menjelaskan Brahman sebagai satu-satunya dan
realitas terakhir, sebuah konsep yang menjadi dasar selanjutnya bagi munculnya Adwaita Vedanta atau
filsafat monoisme. Gaudapada menguraikan filosofi ini melalui komentarnya sebagai Mandukya Karika.

Mandukya Upanishad menggambarkan pentingnya AUM, dimana ia menyatakan Omkara sebagai segala
sesuatu (Idam Sarvam), masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang dan juga apa yang ada di luar
tiga kali waktu. Sebagaimana Brahmana utama memiliki empat kuartal, keadaan sadar (jagrata) dipimpin
oleh Vaisvanara (man universal), keadaan mimpi (svapna) dipimpin oleh taijasa (diterangi menjadi), tidur
tanpa mimpi (susupta) dipimpin oleh prajna (makhluk cerdas) dan kesadaran rohani (turiya) dipimpin
oleh individu (atman) yang pada kenyataannya hanyalah Brahman itu sendiri.

BAB IV

KESIMPULAN

Mandukya Upanishad berisi penjelasan tentang azas yang terdiri dari tiga unsur a, u, m yang
berhubungan dengan empat keadaan yaitu waktu terjaga, mimpi, tidur tanpa mimpi dan kesadaran
rohani.

Mandukya Upanisad sangat ringkas dan hanya terdiri dari 12 buah mantra inti, yang secara keseluruhan
dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : Agama Prakarana, Vaithathya Prakarana, Adwaita Prakarana, dan Alatha
Santi.
Kesadaran dalam Mandukya Upanisad dapat dibagi menjadi empat tingkat. Pada tingkat pertama yaitu
Kesadaran Bangun ( jagrat,) yang diwakili oleh suku kata A, kesadaran masih berada pada tahap fisik
sehingga pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan fisik pula. Pada tingkat kedua, kesadaran
tidur atau svapna yang diwakili oleh suku kata U, kesadaran mulai diperhalus dengan memahami obyek-
obyek internal kesadaran itu sendiri yang lebih subtil. Obyek ini masuk dalam cakupan mimpi-mimpi
yang dialami oleh seseorang.

PADA Tingkat Ketiga yakni Kesadaran sushupti Yang diwakili Oleh suku kata M.Tahap ketiga ini lebih
tinggi dari dua tahap sebelumnya karena dalam TIDAK DAPAT dipahami, TIDAK berkaitan, TIDAK DAPAT
dipikirkan Dan digambarkan.Mandukya pada paragraf 15 bahwa mengalami mimpi merupakan kognisi
yang keliru karena mengalami tidur yang berujung ketidaksadaran tentang realitas. Selanjutnya,
kesadaran turiya atau kesadaran transendental merupakan tahapan kesadaran dan pengetahuan yang
tertinggi. Sebagaimana tertulis pada syair VII bahwa Turiya bukanlah menyadari dunia subyektif (di
dalam diri), maupun dunia obyektif (di luar diri), bahkan bukan kesadaran keduanya dan bukan
kumpulan banyak kesadaran.

Anda mungkin juga menyukai