Anda di halaman 1dari 25

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUANHIPERTENSI

KEPADA MASYARAKAT DESA CIBEUREUM WETAN


KECAMATAN CIMALAKA
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu “Tugas Mata
Perkuliahan Issue Terkini Kesehatan”

Disusun oleh : Kelompok 8 ( Hipertensi)


Firman Hidayat
Meli Nida S
Salsabila Ch
Susi Susilawati
Prodi : Ilmu Kesehatan Masyarakat (3/5)

PERGURUAN TINGGI SEBELAS APRIL SUMEDANG

STIKes SEBELAS APRIL SUMEDANG

TAHUN AJARAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
penulis dapat menyusun makalah tentang "upaya peningkatan pengetahuan
hipertensi kepada masyarakat di desa cibereum wetan kecamatan cimalaka"
dengan sebaik- baiknya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan


kesadaran warga desa cibeureum wetan kecamatan cimalaka sehingga dapat
mengetahui bahaya dari penyakit hipertensi.

Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak


menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian.

Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menambah referensi keilmuan


masyarakat.

Sumedang, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB 1..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5
2.1 Pengertian..........................................................................................................5
2.1 Etiologi...............................................................................................................5
2.2 Faktor Resiko......................................................................................................6
2.3 Pencegahan........................................................................................................8
2.4 Klasifikasi............................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................11
PEMBAHASAN..................................................................................................................11
3.1 Hasil Penelitian.................................................................................................11
3.2 Tingkat Literasi Kesehatan Penderita Hipertensi..............................................12
3.3 Pengetahuan Penderita Hipertensi Sesudah dan Sebelum Pemberian Edukasi
13
3.4 Tingkat Pengetahuan Klien Hipertensi Berdasarkan Literasi Kesehatan...........14
3.5 Perbedaan Pengetahuan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol...15
CAKUPAN HIPERTENSI.................................................................................................17
KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2019........................................................................17
BAB IV..............................................................................................................................19
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................19
4.2 Saran................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit adalah kondisi abnormal tertentu yang secara negatif
memengaruhi struktur atau fungsi sebagian atau seluruh tubuh
suatu makhluk hidup, dan bukan diakibatkan oleh cedera eksternal apa
pun. Penyakit juga dikenal sebagai kondisi medis yang berhubungan
dengan gejala dan tanda klinis tertentu. Penyakit tidak menular (PTM)
adalah jenis penyakit yang tidak dapat ditularkan dari orang ke orang
melalui bentuk kontak apa pun. Meski demikian, beberapa
macam penyakit tidak menular tersebut memiliki angka kematian yang
cukup tinggi.

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan


masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang dan
menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling
umum dan paling banyak disandang masyarakat menurut World Health
Organization (WHO) menunjukkan sekitar 1,15Miliar orang di dunia
menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang  yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal
akibat hipertensi dan komplikasinya. Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang pada tahun 2019 mengungkapkan prevalensi hipertensi atau
tekanan darah di Sumedang cukup tinggi mulai dari golongan umur 15
hingga 56 tahun dan hipertensi tersebut menunjukan angka yang cukup
signifikan. Hipertensi dapat meningkatkan risiko kematian dan timbulnya
komplikasi. Sekitar 70% pasien hipertensi kronis akan meninggal karena
2

jantung koroner atau gagal jantung, 15% terkena kerusakan jaringan otak,
dan 10% mengalami gagal jantung. (Reny, 2019)

Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan


menyebutkan bahwa biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan
setiap tahunnya yaitu pada tahun  2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun
2017  dan tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah. Riskesdas 2018 : 63 Juta
lebih penduduk Indonesia  menyandang Hipertensi. Riskesdas 2018
menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada
penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan
(44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah
kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka
kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.

Pemberian pendidikan kesehatan kepada penderita hipertensi harus


memperhatikan aspek budaya yang ada di dalam masyarakat. Salah satu
aspek budaya dalam masyarakat adalah bahasa yang digunakan. Intervensi
pendidikan kesehatan berbasis budaya mampu meningkatkan kepatuhan
pasien dengan hipertensi tidak terkontrol terhadap perubahan gaya hidup
yang mendukung kebutuhan perawatan pasien hipertensi. Penelitian ini
juga didukung oleh penelitian yang 4 dilakukan oleh Gross, et al. (2013) di
Afrika-Amerika menunjukkan bahwa program pendidikan kesehatan yang
dibutuhkan dan sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang professional
harus memasukkan unsur kebudayaan seperti bahasa setempat dalam
tindakan yang digunakan dalam menangani dan mengurangi faktor risiko
hipertensi.

Masyarakat majemuk dengan tingkat pengetahuan yang rendah


berasal dari penutur bahasa yang beragam. Masyarakat dengan
pengetahuan rendah membutuhkan bantuan bahasa yang baik dan mudah
dimengerti dalam menerima pelayanan dan pendidikan kesehatan. Dalam
beberapa keadaan, penggunaan bahasa yang sesuai dengan bahasa lokal
3

bukan hanya dibutuhkan dalam komunikasi dengan masyarakat. Namun,


informasi kesehatan dalam bentuk tulisan juga membutuhkan bahasa yang
digunakan oleh masyarakat dengan tingkat pengetahuan rendah.

1.2 Rumusan Masalah


Pengetahuan mengenai kesehatan merupakan hal yang sangat
penting bagi masyarakat. Tingkat pengetahuan yang tinggi akan
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai gaya hidup sehat yang
sesuai dengan penyakit yang diderita. Pengetahuan mengenai
hipertensi sangat penting bagi pasien hipertensi, hal ini dikarenakan
hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian
tertinggi. Upaya yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan adalah dengan memberikan edukasi
dimana dalam pemberian edukasi hipertensi ini aspek budaya menjadi
hal yang penting untuk diperhatikan.

Budaya di Kabupaten Sumedang merupakan salah satu budaya


yang unik dalam kebiasaan perilaku masyarakat serta bahasa daerah
yang digunakan yaitu bahasa sunda. Bahasa merupakan aspek yang
paling penting dilakukan untuk penyuluhan peningkatan kesadaran
masyarakat Sumedang lebih efektif dan efesien tentang penyakit dan
gejala hipertensi. Oleh karena itu, maka pertanyaan yang diambil
adalah bagaimana pengaruh edukasi hipertensi berbasis budaya
terhadap pengetahuan penderita hipertensi di wilayah Kabupaten
Sumedang ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi berbasis budaya
terhadap tingkat pengetahuan kesehatan pasien hipertensi di wilayah
kerja puskesmas Sumedang.
4

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi literasi kesehatan
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi
sebelum pemberian edukasi hipertensi
c. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi
sesudah pemberian edukasi hipertensi berbasis budaya
d. Mengetahui perbedaan pengaruh edukasi hipertensi terhadap
pengetahuan pasien hipertensi sebelum dan sesudah pemberian
edukasi hipertensi berbasis budaya

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Pendidikan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi
dalam upaya peningkatan mutu ilmu kesehatan masyarakat serta
dapat digunakan sebagai salah satu bahan ajaran kuliah pendidikan
dalam Kesehatan masyarakat khususnya dalam bagian aspek sosial
budaya serta hubungannya dengan pendidikan kesehatan.
1.4.2 Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan
dalam mengaplikasikan program pendidikan kesehatan kepada
masyarakat dengan bahasa daerah yang masih kental dengan
masyarakat yang kurang paham tentang penyakit hipertensi.
1.4.3 Bagi Kelompok
Diharapkan dapat menjadi data dasar dan informasi
selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013;
Ferri, 2017). Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah
satu jenis penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling
utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit
hipertensi sering dijumpai pada usia senja/usia lanjut (Fauzi, 2014),
sedangkan menurut Setiati (2015),

2.1 Etiologi
Penyebab terjadinya, hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :

2.1.1 Hipertensi Primer (Esensial)


Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa
antara 90% - 95%. Hipertensi primer, tidak memiliki
penyebab klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga
kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor. Hipertensi
primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol
dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik
mungkin berperan penting untuk pengembangan hipertensi
primer dan bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung
berkembang secara bertahap selama bertahun tahun.
2.1.2 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan
tekanan darah dan disertai penyebab yang spesifik, seperti
penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu,

5
6

dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa


bersifat menjadi akut, yang menandakan bahwa adanya
perubahan pada curah jantung (Ignatavicius, Workman, &
Rebar, 2017).

2.2 Faktor Resiko


Jika seseorang sedang melakukan penyembuhan penyakit hipertensi
dan pada saat diperiksa tekanan darah seseorang tersebut dalam keadaan
normal, hal itu tidak menutup kemungkinan tetap memiliki risiko besar
mengalami hipertensi kembali. Lakukan terus kontrol dengan dokter dan
menjaga kesehatan agar tekanan darah tetap dalam keadaan terkontrol.
Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya yaitu :

2.2.1 Tidak dapat diubah:


1) Keturunan, faktor ini tidak bisa diubah. Jika di dalam
keluarga pada orangtua atau saudara memiliki tekanan
darah tinggi maka dugaan hipertensi menjadi lebih besar.
Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi
lebih tinggi pada kembar identik dibandingkan kembar
tidak identik. Selain itu pada sebuah penelitian
menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk
masalah tekanan darah tinggi.
2) Usia, faktor ini tidak bisa diubah. Semakin
bertambahnya usia semakin besar pula resiko untuk
menderita tekanan darah tinggi. Hal ini juga berhubungan
dengan regulasi hormon yang berbeda.
2.2.2 Dapat diubah:
1) Konsumsi garam, terlalu banyak garam (sodium) dapat
menyebabkan tubuh menahan cairan yang meningkatkan
tekanan darah.
2) Kolesterol, Kandungan lemak yang berlebihan dalam
darah menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding
7

pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menyempit,


pada akhirnya akan mengakibatkan tekanan darah menjadi
tinggi.
3) Kafein, Kandungan kafein terbukti meningkatkan
tekanan darah. Setiap cangkir kopi mengandung 75-200 mg
kafein, yang berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10
mmHg.
4) Alkohol, alkohol dapat merusak jantung dan juga
pembuluh darah. Ini akan menyebabkan tekanan darah
meningkat.
5) Obesitas, Orang dengan berat badan diatas 30% berat
badan ideal, memiliki peluang lebih besar terkena
hipertensi.
6) Kurang olahraga, Kurang olahraga dan kurang gerak
dapat menyebabkan tekanan darah meningkat. Olahraga
teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi namun tidak
dianjurkan olahraga berat.
7) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas,
yang cenderung meningkatkan tekanan darah untuk
sementara waktu. Jika stress telah berlalu maka tekanan
darah akan kembali normal.
8) Kebiasaan merokok, Nikotin dalam rokok dapat
merangsang pelepasan katekolamin, katekolamin yang
meningkat dapat mengakibatkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan
vasokonstriksi yang kemudian meningkatkan tekanan
darah.
9) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) melalui
mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expansion,
Penghentian penggunan kontrasepsi hormonal, dapat
mengembalikan tekanan darah menjadi normal kembali.
8

Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang dewasa, tapi anak-


anak juga berisiko terjadinya hipertensi. Untuk beberapa anak, hipertensi
disebabkan oleh masalah pada jantung dan hati. Namun, bagi sebagian
anak-anak bahwa kebiasaan gaya hidup yang buruk, seperti diet yang tidak
sehat dan kurangnya olahraga, berkonstribusi pada terjadinya hipertensi.

2.3 Pencegahan
Di populasi USA, menurut NHANES 1999-2000, insiden pre
hipertensi sekitar 30%. Populasi pre-hipertensi ini diprediksi pada
akhirnya akan menjadi hipertensi permanen sehingga pada populasi ini
harus segera dianjurkan untuk merubah gaya hidup (lifestyle modification)
agar tidak menjadi progresi ke TOD. Rekomendasi gaya hidup yang harus
ditaati menurut CHEP 2011 untuk mencegah risiko menjadi hipertensi,
dianjurkan untuk menurunkan asupan garam sampai di bawah 1500
mg/hari. Diet yang sehat ialah bilamana dalam makanan sehari-hari kaya
dengan buah-buahan segar, sayuran, rendah lemak, makanan yang kaya
serat (soluble fibre), protein yang berasal dari tanaman, juga harus tidak
lupa olahraga yang teratur, tidak mengkonsumsi alkohol, mempertahankan
berat badan pada kisaran 18,5 – 24,9 kg/m2 (Setiati, 2015). Menurut
Riyadi (2011), pencegahan hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :

2.3.1 Pencegahan primer Faktor risiko hipertensi antara lain:


tekanan darah di atas rata-rata, adanya riwayat
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro),
takikardia, obesitas, dan konsumsi garam yang
berlebihan dianjurkan untuk :
1) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk
menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabetes
mellitus, dan sebagainya.
9

2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.


3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi
rendah garam.
4) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2.3.2 Pencegahan sekunder. Pencegahan sekunder
dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bisa
dilakukan berupa :
1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik
dengan obat maupun tindakan-tindakan seperti pencegahan
primer.
2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat
terkontrol secara normal atau stabil mungkin.
3) Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain
harus dikontrol.
4) Batasi aktivitas.

2.4 Klasifikasi
2.4.1 Klasifikasi tekanan darah dapat dilihat pada tabel
berikut:

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)

Normal <120 <80


Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage I 140-150 90-99
Hipertensi stage II >150 >100

2.4.2 klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Optimal <120 <80
10

Normal <130 <85


Tingkat I (hipertensi
140-159 90-99
ringan)
Sub group perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2(Hipertensi
160- 179 100-109
sedang)
Tingkat 3 Hipertensi
>180 >110
tinggi)
Hipertensi Sistol
>140 <90
terisolasi
Sub group perbatasan 140-149 <90

2.4.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan


Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol(mmHg)


Normal <120 Dan <180
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80
Hipertensi Tahap
140-159 Atau 90-99
I
Hipertensi tahap
>160 Atau >100
II
Hipertensi Sistol
>140 Dan <90
Terisolasi
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian


Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer. Hipertensi adalah kondisi tekanan darah sistolik lebih
dari 140mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg. Hipertensi
merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-
masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala
berupa sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung
berdebar-debar, mudah Ielah, penglihatan kabur, telinga berdenging
(tinnitus), dan mimisan. Pengetahuan mengenai hipertensi yang baik
mampu memberikan dasar yang baik pula pada proses pencegahan atau
penata laksanaan penyakit tersebut. Pengetahuan (knowledge) oleh
Spencer didefinisikan sebagai informasi yang dimiliki seseorang dalam
area spesifik tertentu, sifatnya kompleks.

Desa Cibeuruem Wetan merupakan sebuah desa yang berada di


Kecamatan Cimalaka. Berdasarkan data Potensi Kecamatan Cimalaka,
Desa Cibeureum Wetan memiliki status sebagai pedesaan dengan
klasifikasi sebagai desa swakarsa lanjut. Berdasarkan data Registrasi
Penduduk dan Potensi Kecamatan Cimalaka, sebagian besar penduduk
Desa Cibeureum Wetan bekerja di sektor perdagangan dan pertanian.
Sebagian yang lainnya bekerja di sektor jasa, industri, transportasi,
konstruksi, sektor pertanian, peternakan dan sektor industri; terdapat
beberapa jenis industri rumahan yang mengolah makanan seperti
pengolahan keripik singkok dan pengelolaan perikanan. Kondisi
Kesehatan ditunjukkan dengan adanya pembangunan kesehatan di Desa
Cibeureum Wetan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, diselenggarakan upaya

11
12

kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan,


pencegahan penyakit penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan.

3.2 Tingkat Literasi Kesehatan Penderita Hipertensi


Tingkat literasi penderita hipertensi sebelum dan sesudah
intervensi mengalami peningkatan. Tingkat literasi ini diukur dengan
menggunakan REALM-R yang merupakan alat ukur untuk mengetahui
kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi dan mengenali istilah
kesehatan. Penggunaan alat ukur ini digunakan karena merupakan alat
ukur yang paling cepat dalam mengidentifikasi tingkat literasi seseorang.

Peningkatan literasi ini dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat


kita lihat pada tabel distribusi responden yang salah satunya adalah tingkat
pendidikan responden berada dalam kategori rendah. Selain itu, usia
responden yang berada dalam kelompok pra-lansia turut mempengaruhi
literasi kesehatan.

Data karakteristik yang turut mempengaruhi literasi


kesehatan adalah jenis kelamin. Pada data ditemukan bahwa jenis
kelamin perempuan dua kali lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Tingkat literasi setelah pemberian edukasi dapat dilihat


mengalami peningkatan menjadi 75%, bahwa pemberian edukasi
pada penderita hipertensi memberikan pengaruh terhadap tingkat
literasinya. Peningkatan pengetahuan ini tidak terlepas dari tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh responden. Kemampuan responden
dalam mengenali kata yang digunakan sebagai instrumen literasi kesehatan
sangat dipengaruhi tingkat pendidikan. Responden dengan tingkat
pendidikan SMA lebih mudah menerima informasi mengenai materi yang
diberikan, sementara responden dengan tingkat pendidikan hanya berada
di tingkat SD memiliki keterbatasan dalam penerimaan informasi. Sebagai
contoh ketidak mampuan responden untuk membaca tidak mampu
13

diubah hanya dengan menggunakan pendidikan kesehatan dengan


waktu yang singkat

3.3 Pengetahuan Penderita Hipertensi Sesudah dan Sebelum Pemberian


Edukasi
Pengetahuan penderita hipertensi dapat ditingkatkan dengan
memberikan pendidikan kesehatan. Namun, pendidikan kesehatan ini
dipengaruhi beberapa faktor yang berasal dari responden.

Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah


riwayat penyuluhan dari puskesmas atau petugas kesehatan. Data
karakteristik menunjukkan lebih dari setengah responden belum pernah
mendapatkan penyuluhan mengenai tekanan darah tinggi.

Berdasarkan hasil analisis dapat kita lihat bahwa tingkat pengetahuan


penderita hipertensi sebelum dan sesudah pemberian edukasi berbasis
budaya Sumedang. Tingkat pengetahuan pada penderita hipertensi yang
berada dalam kelompok intervensi berbasis budaya menunjukkan adanya
peningkatan begitupun dengan kelompok intervensi berbasis
konvensional. Namun, tidak semua responden mengalami peningkatan
pengetahuan yang bisa saja disebabkan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yang telah dibahas sebelumnya.

Pengetahuan yang meningkat merupakan hasil dari pendidikan


kesehatan berbasis budaya yang dilakukan. Konsep budaya yang kurang
digunakan dalam dunia kesehatan dianggap sebagai hal yang menjadi
penghalang perbaikan kesehatan. Oleh karena itu, seiring berjalannya
waktu konsep budaya menjadi konsep yang coba diterapkan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dalam memahami tindakan dan
pengetahuannya. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pendidikan
kesehatan berbasis budaya mampu meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap perubahan gaya hidup yang mendukung kebutuhan perawatan
pasien hipertensi.
14

Hasil penelitian untuk tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol


didapatkan tingkat pengetahuan yang meningkat meskipun tidak
sebanding dengan peningkatan pada kelompok intervensi budaya.
Peningkatan pengetahuan pada kelompok kontrol yang diberikan
pendidikan kesehatan dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam 1 kali
sesi sesuai dengan pemberian penyuluhan yang biasa dilakukan di
puskesmas membuktikan bahwa pendidikan kesehatan merupakan metode
yang tepat dalam meningkatkan pengetahuan responden. Pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan kepatuhan diet hipertensi
pada lanjut usia di Desa Cibereum Wetan Kec. Cimalaka didapatkan hasil
bahwa terjadi peningkatan dari tingkat pengetahuan yang kurang sebesar
0% menjadi pengetahuan sedang sebesar 87,46% setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.

Pemberian pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi mampu


meningkatkan pengetahuan, meskipun dengan metode yang berbeda.
Namun, metode yang paling tepat adalah metode yang memperhatikan
karakteristik seperti usia dan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Hal
ini dikarenakan semakin bertambah usia maka tingkat kebutuhan
responden mengenai intervensi pengetahuan maupun literasi semakin
besar.

3.4 Tingkat Pengetahuan Klien Hipertensi Berdasarkan Literasi


Kesehatan
Hasil analisis menunjukkan tingkat pengetahuan berdasarkan literasi
kesehatan. Responden yang memiliki literasi yang baik dengan tingkat
pengetahuan yang baik berjumlah 5 orang (27,8%), untuk tingkat
pengetahuan cukup 10 orang (55,6%), dan pengetahuan kurang berjumlah
3 orang (16,7%). Sementara untuk literasi kurang, tidak ada responden
yang memiliki pengetahuan yang baik, untuk pengetahuan cukup
berjumlah 8 orang (44,4%), dan tingkat pengetahuan kurang berjumlah 10
orang (55,6%).
15

Pada penelitian ini dapat kita lihat bahwa literasi kesehatan dan tingkat
pengetahuan saling berhubungan. Responden dengan tingkat pengetahuan
yang baik memiliki literasi yang baik pula. Hal ini dikarenakan
pengetahuan merupakan salah satu tingkatan literasi kesehatan yaitu
functional health literacy dimana tingkatan ini memiliki tujuan yang
mengarah pada peningkatan pengetahuan tentang risiko kesehatan dan
layanan kesehatan, dan kepatuhan terhadap tindakan yang ditentukan.

3.5 Perbedaan Pengetahuan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok


Kontrol
3.5.1 Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian
edukasi berbasis budaya Makassar pada kelompok intervensi.
Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan pada tingkat pengetahuan penderita hipertensi. Pengaruh
ini dapat dilihat pada rata-rata nilai sebelum dan sesudah
pemberian edukasi yang meningkat dari 57,22 menjadi 80,00
dengan nilai p value sebesar 0,000 < 0,005.
Aspek budaya mampu memudahkan masyarakat dalam
memahami materi yang disampaikan. Selain itu, tingkat antusias
masyarakat dengan pemberian edukasi menggunakan bahasa
daerah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan
bahasa
Indonesia.
Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk melalukan
pendekatan kesehatan dalam sebuah kelompok. Pendekatan budaya
dapat dipilih dikarenakan budaya bisa menjadi hambatan dalam
memberikan intervensi kesehatan yang efektif.
3.5.2 Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian
edukasi berbasis budaya pada kelompok intervensi dan
kelompok control.
16

Hasil analisis tingkat pengetahuan antara kelompok


intervensi dan kelompok control. Faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan penderita hipertensi, salah satunya adalah
pemberian pendidikan kesehatan. Penderita hipertensi dengan
tingkat pengetahuan dan kesadaran yang rendah harus diberikan
pendidikan dan intervensi yang efektif. Hal ini mampu
memperbaiki manajemen kesehatan di masyarakat dan manajemen
diri penderita hipertensi yang buruk. Hubungan pengetahuan, sikap
dan ketaatan berobat dengan tekanan sistol dan diastol pada pasien
hipertensi yang mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat
pengetahuan maka tekanan sistol dan diastol akan semakin rendah,
begitupun sebaliknya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pendidikan kesehatan


dengan menggunakan strategi kebudayaan sangat diperlukan. Pendekatan
budaya ini akan meningkatkan kepercayaan dan kesadaran masyarakat
akan informasi kesehatan yang diberikan. Pendekatan dengan
menggunakan budaya dinilai lebih mampu meningkatkan pengetahuan
masyarakat apalagi di daerah dengan nilai kebudayaan yang masih cukup
tinggi. Capaian dan sasaran di Kecamatan Cimalaka 87,46% pada tahun
2019. Capaian dan sasaran tertinggi wilayah Sumedang di Kecamatan
Surian 102,49% dan yang kedua terdapat di Kecamatan Cibugel 97,29%.
Capaian dan sasaran yang terendah terdapat di Kecamatan Hariang
68,02%. Total capaian dan sasaran di Kabupaten Sumedang berjumlah
82,96%.
17

CAKUPAN HIPERTENSI
KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2019

JANUARI-NOPEMBER 2019

CAPAIA
NO PUSKESMAS SASARAN (%)
N

1 2 3 10 11
1 JATINANGOR 13197 10865 82,33
2 CISEMPUR 7243 5485 75,73
3 CIMANGGUNG 9717 8107 83,43
4 SAWAHDADAP 5457 4421 81,02
5 TANJUNGSARI 6324 5230 82,70
6 MARGAJAYA 8069 7180 88,98
7 SUKASARI 5878 4348 73,97
8 HAURNGOMBONG 4922 4022 81,71
9 PAMULIHAN 5356 4455 83,18
10 RANCAKALONG 7056 5032 71,32
11 SUMEDANG SELATAN 9583 8232 85,90
12 SUKAGALIH 4394 3403 77,45
13 KOTAKALER 4093 3117 76,15
14 SITU 9587 8238 85,93
15 PADASUKA 2974 2124 71,42
16 GANEAS 4428 3159 71,34
17 SITURAJA 6776 5965 88,03
18 CISITU 4942 3566 72,16
19 DARMARAJA 6988 6377 91,26
20 CIBUGEL 3094 3010 97,29
21 WADO 8080 7133 88,28
22 JATINUNGGAL 7743 7029 90,78
23 JATIGEDE 4485 3438 76,66
24 TOMO 4461 4244 95,14
25 UJUNGJAYA 5499 4138 75,25
26 CONGGEANG 5451 5067 92,96
18

27 PASEH 6787 6157 90,72


28 CIMALAKA 10673 9335 87,46
29 CISARUA 3602 3032 84,18
30 SUKAMANTRI 3284 3019 91,93
31 TANJUNGKERTA 3004 2165 72,07
32 TANJUNGMEDAR 4547 3136 68,97
33 BUAHDUA 4065 3045 74,91
34 HARIANG 1976 1344 68,02
35 SURIAN 2045 2096 102,49
KABUPATEN 205780 170714 82,96
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu : hipertensi primer dan
hipertensi sekunder.
Pencegahan primer Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan
darah di atas rata-rata, adanya riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga,
ras (negro), takikardia, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk : 1. Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk
menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan
sebagainya. 2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok. 3. Merubah
kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam. 4.
Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
Pencegahan sekunder. Pencegahan sekunder dikerjakan bila
penderita telah diketahui menderita hipertensi karena faktor tertentu,
tindakan yang bisa dilakukan berupa : 1. Pengelolaan secara menyeluruh
bagi penderita baik dengan obat maupun tindakan-tindakan seperti
pencegahan primer. 2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat
terkontrol secara normal atau stabil mungkin. 3. Faktor-faktor risiko
penyakit jantung iskemik yang lain harus dikontrol. 4. Batasi aktivitas.

Capaian dan sasaran di Kecamatan Cimalaka 87,46% pada tahun 2019.


Capaian dan sasaran tertinggi wilayah Sumedang di Kecamatan Surian
102,49% dan yang kedua terdapat di Kecamatan Cibugel 97,29%. Capaian

19
20

dan sasaran yang terendah terdapat di Kecamatan Hariang 68,02%. Total


capaian dan sasaran di Kabupaten Sumedang berjumlah 82,96%.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah pengobatan tekanan
darah tinggi dimulai dengan perubahan-perubahan gaya hidup untuk
membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko terkena
penyakit jantung. Jika perubahan-perubahan itu tidak memberikan hasil,
mungkin anda perlu mengkonsumsi obat-obat untuk penderita darah
tinggi, tentu saja dengan berkonsultasi dengan dokter. Bahkan jika anda
harus mengkonsumsi obat-obatan, alangkah baiknya disertai dengan
perubahan gaya hidup yang dapat membantu anda mengurangi jumlah atau
dosis obat-obatan yang anda konsumsi
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Hp/Downloads/20336-56382-1-PB%20(1).pdf

file:///C:/Users/Hp/Downloads/Y2NjYmFhNWU4ZjUxZjAxNDE1ODkzNGRiMjFl
NDY5MDQxNmMyZDdkZg==.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai