Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN PUBLIC TENTANG KEBIJAKAN

BERSAMA TIGA MENTERI MENGENAI MORATORIUM CALAON


PEGAWAI NEGERI SISPIL ( CPNS ) Prof. DR. Esmi Warassih, SH.,MS.

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hukum dan kebijaksanaan public merupakan variabel yang memiliki keterkaitan yang
sangat erat, sehingga telaah tentang kebijaksanaan pemerintah semakin dibutuhkan untuk
dapat memahami peranan hukum saat ini. Komleksnya persoalan ekonomi, sosial, dan
politik merupakan sebab kbutuhanya, serta sangat berperan bagi pemerintah dalam
menemukan alternatif kebijsaksanaan dan bermanfaat bagi masyarakat. Perang pemerintah
dapat semakin menonjol jikalau kita pahami pembangunan itu adalah sesuatu kegiatan yang
membawa prubahan.
Pereturan hukum adalah salah satu tindak nyata dalam melakukan kebijaksanaan
pemerintah. Oleh karena itu setiap kebijaksanaan pemerintah di wujutkan dalam peraturan
hukum maka sangat diperlukan pemahaman fungsi hukum yang luas. Hal ini yang
mengilhami dibutuhkannya lawyers.
Fugsi sentral negara yang berusaha menyiapkan, menemkan dan mejalankan atas namdan
untuk keseluruhanmasyarakat di daerah kekuasanyanya. Hukum memberikan legitimasi bagi
pelaksanaan kebijaksanaan publik dan alat untuk melaksanakan kebijaksanaan , agar rencana
pembangunan mendapat kekuatan dalam pelaksanaan nya maka perlu mendapatkan status
formal atau dasar hukum tertentu.
Dari beberapa pendapat memdfinisikan Kebijaksanaan tidak ada yang sama namu dari
beberapa definisi maka dapat disimpulkan bahwa adanya beberapa unsur yang harus ada
dalam sebuah kebijaksanaan yaitu; “Tujuan” dalam arti keadaan seperti apakah yang
diinginkan dan telah ditetapkan. “Sarana” adalah sebagai sesuatu yang dapat dipakai dalam
mencapai sarana atau tujuan,termaksut juga sesuatu yang dapat dipakai untuk jangka pendek.
Salah satu sarana yang banyak dipilih adalah peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu
pada hakekatnya hukumpun mengandung nilai, konsep-konsep dan tujuan. Proses
perwujudan ide dan tujuan itu merupakan hakikat dari penegakan hukum. 12) Sebagai contoh
: Garis-garis Besar Haluan Negara merupakan salah satu bentuk kebijaksanaan public yang
dilegitimasi melalui Ketetapan MPR mempunyai sifat mengikat bagi seluruh warga
masyarakat.
Terkait pembahasan kebijakan public dalam makalah ini penulis akan mencoba
mengambil salah satu kebijakan yang telah di keluarkan atau diputuskan oleh pejabat public,
seperti Moratorium Pegawai Negeri sipil, berdasarkan Peraturan Bersama Mentri Negara
Nemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Keuangan. Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011, Nomor
141/PMK.01/2011. Tentang Penundaan Sementara Peneriamaan Pegawai Negri Sipil.
Pelaksanaan moratorium penerimaan CPNS ini  dilakukan pada tanggal 1 September 2011
sampai dengan 31 Desember 2012. Tentunya berdasarkan Peraturan Bersama tentang
Penundaan Sementara penerimaan CPNS. Namun tidak menutup kemungkinan bagi daerah
yang mempunyai peluang menerima pegaiwai karena alasan pertimbangan bahwa kebijakan
ini dianggap kurang adail karena ada daerah yang jumlah pegawainya gemuk sekali dan ada
daerah yang sangt kurang sekali maka itu daerah yang diberikan kemungkinan juga harus
melengkapi beberapa persyaratan diantaranya melakukan perhitungan kebutuhan pegawai,
analisis jabatan serta analisis beban kerja sesuai dengan Permenpan-RB No. 26 Tahun 2011
tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan PNS Yang Tepat Untuk Daerah, yang
apabila daerah yang bersangkutan tidak melakukannya maka tidak akan diberikan formasi.
Kebijakan Moratorium penerimaan CPNS ini  adalah upaya pemerintah dalam
melakukan penataan pegawai di instansi-instansi pemerintah dan bukan  sekadar penundaaan
penerimaan CPNS. Banyak hal yang mendasari dikeluarkannya kebijakan ini oleh pihak
pejabat terkait, antara lain dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi mengoptimalkan
kinerja sumber daya manusia serta efesiensi anggaran belanja pegawai yang telah ada perlu
dilakukan penataan oraganisasi serata penataan pegawai negeri sispil. Maka untuk
mewujudkan hal demikian maka berdasarkan bijakan bersama tiga menti mesti dilakukan
penundaan sementara pengadaan Pegawai Negeri sipil.
Dengan sehubungan dikeluarkannya mortorium CPNS bukan akan menimbulkan
masalah baru yang dianggap penulis sekirannya dapat dijadikan pertimbangan atau dapat
diantisiapasi oleh pejabat publik terkait diantaranya nasib pegawai honorer serta akan
menunpuknya jumlah Penganguran dimana setiap tahun akan meningkan dan pada dasarnya
banyak hal yang perlu lagi di analisis dalam kebijakan moratorium CPNS ini.
Dengan demikian kebijakan pemerintah dalam hal ini menteri terkait dengan kebijakan
bersam mengeluaraka Moratorium CPNS dapat kita cermatai sebagai kebijakan yang
menpunyai nilai-nilai serta tujuan yang tepat dan baik, progran dalam prakatek dan
evaluasinya, serta iformasi dan monitoring, adalah unsur-unsur yang dapat mnguju kebijakan
ini. Maka makalah yang berjudul Analisi Terhadap Kebijakan public mengenai Kebijakan
Bersama tiga Menteri Mengenai Moratoriun CPNS diharapkan mampu menjelaskan suatu
keadaan di mana dalam proses kebijaksanaan selalu akan terbuka kemungkinan terjadinya
perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat kebijaksanaan dengan apa yang
senyatanya dicapai.
B.     Fokus Studi dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakan yang ada di atas maka ada beberapa poin yang menjadi fokus
analisis yakni :
1.      Kebijakan pemerintah dalam upaya melakukan penataan pegawai di instansi-instansi
pemerintah
2.      Pelaksanaan reformasi birokrasi mengoptimalkan kinerja sumber daya manusia.
Sehubungan dengan permasalahan atau upaya yang ingin diwujudkan pemerintah tersebut,
dapat diajukan pertanyaan yaitu bagaiamanakah analisis kebijakan Pemerintah dalam
melakukan Moratorium CPNS ?.

C.    Manfaat Tujuan


1.      Tujuan
Berdasarkan pertanyaan rumusan masalah tersebut di ataas, maka makalah ini mempunyai
tujuan sebagai berikut
a.       Dapat mengetahui Bagaiamanakah analisis kebijakan pemerintah dalam melakukan
Moratorium CPNS
2.      Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi baik secara teoritis maupun
secara praktis
a.    Kontribusi praktis, sebagai bahan informasi kepada masyarakat dan penentu kebijakan dalam
pelayanan publik.

D.    Keranka Pemikiran Hukum dan Kebijaksnaan Public


Hukum dalam perkembangannya tidak hanya dipergunakan untuk mengatur tingkah laku yang
sudah ada di dalam masyarakat dan mempertahankan pola-pola kebiasaan yang telah ada, namun
juga dipakai sarana untuk merealisasi kebijaksanaan negara dalam bidang-bidang ekonomi,
sosial, budaya, politik, dan sebagainya. Fungsi hukum 6 sebagai suatu mekanisme pengendalian
sosial merupakan suatu proses yang telah direncanakan lebih dahulu dan bertujuan untuk
menganjurkan, mengajak, mempengaruhi atau bahkan memaksa anggotaanggota masyarakat agar
supaya mematuhi norma-norma hukum atau tertib hukum yang sedang berlaku. Pengendalian
sosial dapat dibedakan menjadi pengendalian sosial preventif dan pengendalian sosial yang
bersifat represif, bahkan ada pengendalian sosial yang bersifat preventif-represif. Pengendalian
sosial yang bersifat perventif berupa pencegahan terhadap gangguan pada keseimbangan antara
stabilitas dan fleksibilitas masyarakat. Pengendalian sosial yang bersifat represif bertujuan untuk
mengembalikan keseimbangan yang mengalami gangguan.
Hukum sebagaai perwujudan dari kebijaksanaan politik adalah peraturan, karenanya peraturan itu
sangat dipengaruhi oleh cara pandang penguasa terhadap hukum. Ketika penguasa memandang
hukum sebagai alat rekayasa sosial, maka penguasa akan mengambil kebijaksanaan publik yang
kemudian menjadi peraturan-peraturan yang dapat digunakan untuk menciptakan sistem sosial
yang dapat mengatur dan mengendalikan masyarakat. Pandangan hukum penguasa ini akan
cenderung dilaksanakan secara represif, hukum yang represif tersebut tidak memperhatikan
kepentingan masyarakat atau dengan kata lain mengingkari legitimasi masyarakat. Sepintas
hukum nampak diikuti oleh kepatuhan masyarakat, tetapi nilai kepatuhan masyarakat yang timbul
adalah semu karena nilai kepatuhan masyarakat dilandasi oleh rasa takut akan sanksi hukum yang
berat. kebijaksanaan negara tidak berisi pendapat para pejabat negara yang mewakili rakyat,
tetapi juga berisi tentang opini politik. Setiap kebjaksanaan negara harus selalu bertujuan pada
kepentingan publik (public interest) Pengertian kebijaksanaan (policy) punya arti yang
bermacam-macam.
Menurut Afrizal Woyla kebijakan kebijakan merupakan aturan-atauran yang dibuat oleh
pemerintah dan merupakan bagian dari kuputusan politik untuk mengatasi persoalan dengan
isu-isu yang ada dan berkembang di masyarakat. Kebijakan publik juga merupakan keputusan
yang dibuat oleh pemerintah untuk melakukan pilihan tindakan tertentu untuk tidak
melakukan sesutau maupun untuk melakukan tindakan tertentu.
Sedangkan Antara Rasastaya11 mengemukakan kebijaksanaan sebagai taktik dan startegi yang
diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu suatu kebijaksanaan memuat 3 (tiga)
elemen yaitu:
1.      identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai;
2.      taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan;
3.      penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik atau
strategi.

Sedangkan proses formulasi kebijakan dapat dilakuakn melaluitujuh tahapan sebgai berikut :
1.      Pengkajian persoalan . tujuannya adalah untuk menemukan dan memahami hakekat
persoalan dari suatu permasalahan dan kemudian merumuskannya dalam hubungan sebab
akibat.
2.      Penetuan tujuan. Adalah tahapan untuk menemukan tujuan yang hendak dicapai melaui
kebijakn publik yang segera akan diformulasikan.
3.      Perumusan alternatif. Alternatif adalah sejumlah solusi pemecahan masalah yang mungkin
diaplikasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4.      Penyusunan model. Model adalah penyederhanaandan kenyataan persoalan yang dihadapi
yang diwujudkan dala hubungan kausal. Moeld dapat dibangun dalam berbagai bentuk,
misalnya model skematik, model matematik, model fisik, model simbolik, dan lain-lain.
5.      Penentuan kriteria. Analisis kebijakan memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk
bernilai alternatif kebijakan yang ditawarkan. Kreteria yang dapatdi pergunakan antara lain
kriterian ekonomi, hukum, politik, teknis, administrasi, peserta masyarakat dan lain-lain.
6.      Penilaian Alternatif. Penilaian alternatif dilakukan dengan mengunakan kreterian dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran lebih jauah mengenai tingkat efektifitas dan kelayakan
setiap alternatif dalam pencapaian tujuan.
7.      Perumusan Rekomendasi. Rekomendasi disusun berdasarkan hasil penilaianalternatif
kebijakan yang diperkirakan akan dpat mencpai tujuan secara optimaldengan
kemungkinandampak yang sekecil-kecilnya.

Dengan demikian keesimpulanya adalah kebijaksanaan publik adalah dibuat oleh pemerintah
yang berupa tindakan-tindakan pemerintah, baik untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
itu mempunyai tujuan tertentu yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat.

BAB II PEMBAHASAN
Pemerintah sebagai kebijakan untuk mengerem laju pertumbuhan PNS. Moratorium
CPNS menjadi terobosan yang berani, meskipun disisi lain cukup banyak juga yang merasa
kecewa dengan moratorium CPNS. Pegawai honorer daerah, fresh graduate yang ingin jadi
PNS terpaksa harus mengurungkan kembali niatnya karena moratorium CPNS. Meski
demikian, ada perkecualian dalam moratorium CPNS yaitu untuk tenaga pendidik, dokter,
bidan, perawat dan jabatan yang bersifat khusus dan mendesak.
Tingginya animo masyarakat untuk menjadi PNS , dan sejarah kebijakan rekrutmen
CPNS yang tidak konsisten membuat moratorium CPNS ini menjadi perdebatan. Pada
periode 1999-2004, Menpan Faisal Tamim sudah melakukan kebijakan moratorium, namun
penerusnya Menpan Taufiq Effendi justru membuka keran pengangkatan CPNS lebar-lebar.
Sekarang Menpan dan reformasi birokrasi, EE Mangindaan per 24 Agustus 2011 yang lalu
bersama Kemendagri dan Kemenkeu mengeluarkan kembali kebijakan Moratorium PNS.
Keluarnya Moratorium CPNS ini dilatarbelakangi oleh kurang efektifnya kebijakan
zero growth CPNS/ kebijakan pertumbuhan nol CPNS, membengkaknya jumlah PNS dan
tersedotnya anggaran Negara untuk membiayai belanja pegawai. Kebijakan zero growth
CPNS dengan hanya merekrut CPNS baru untuk menggantikan PNS yang pensiun, dipecat,
atau mengundurkan diri, selama ini dipandang belum memberi dampak yang berarti untuk
merampingkan jumlah PNS. Meskipun diberlakukan zero growth , namun sebenarnya
pertumbuhan PNS tidak pernah benar-benar nol persen.
Hal ini dapat dilihat dari terus adanya formasi CPNS yang ada pada setiap tahun selalu
melebihi jumlahnya dari PNS yang pensiun, dipecat atau mengundurkan diri. Proses
rekrutmen CPNS yang ditengarai kurang mengacu pada merit system atau system yang
mengedepankan profesionalisme dan kompetensi pegawai menjadi gejala umum dalam
rekrutmen dan pengangkatan CPNS. Birokrasi menjadi sering tidak berdaya dan sangat lemah
ketika diintervensi oleh kepentingan politik dalam pengangkatan CPNS. Analisis jabatan dan
analisis beban kerja pegawai selama ini lebih banyak berhenti sebagai dokumen kepegawaian
di Baperjakat, dan seringkali kurang mendapat perhatian dari yang berwenang membina
pegawai.
Data membengkaknya jumlah PNS menurut Menpan per mei 2011 ada 4.708.330
orang. Dari data tersebut 19,5 persen atau 916.493 PNS Pusat, sedangkan 80,5 persen atau
sekitar 3.791.837 adalah PNS Daerah. Bagi Daerah, konsekuensi dari besarnya jumlah PNS
yang dimiliki adalah besarnya anggaran yang harus disediakan untuk belanja pegawai, yang
dianggarkan dari Dana Alokasi Umum. Dalam rancangan Nota Keuangan RAPBN 2012,
DAU telah dianggarkan sejumlah 269,5 trilyun, sedangkan belanja pegawai mencapai 215,7
trilyun. Ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar DAU dialokasikan untuk belanja
pegawai. Tersedotnya Dana Alokasi Umum diberbagai daerah untuk belanja pegawai
memang menjadi fenomena yang mengarah pada kurang sehatnya anggaran, terutama
anggaran Daerah. Disisi lain telah ditentukan bahwa anggrang belanja untuk pegawai tidak
boleh melebihi dari 50% APBD.
Dana Alokasi Umum ditujukan untuk pemerataan kemampuan keuangan antara daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Hanya
ironisnya, tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah ini sendiri kurang tercapai.
Daerah lebih banyak mengalokasikan DAU untuk belanja pegawai. Bahkan ada daerah
yang juga kurang bijaksana yaitu menambah jumlah PNS Daerah untuk mendapatkan DAU
yang lebih besar. Data lain yang dapat dicermati dari pengamatan APBD adalah besaran
persentase belanja pegawai dalam APBD yang masih melebihi 50 persen.
Belanja pegawai ada dalam jenis belanja tidak langsung seperti gaji pokok, tunjangan,
kenaikan gaji berkala. Sedangkan belanja pegawai yang masuk dalam belanja langsung
seperti untuk honor. Dapat kita bayangkan, betapa kurang idealnya APBD bila separohnya
lebih sudah habis untuk belanja pegawai. Tingginya belanja pegawai tentu saja membawa
konsekuensi logis kurang dapat dipenuhinya belanja modal yang notabene membawa manfaat
yang lebih besar bagi masyarakat.
Dapat kita bayangkan bagaimana Daerah mampu membiayai pembangunan dan
pelayanan publik untuk menyediakan pelayanan dasar masyarakat bila sebagian anggarannya
sudah terkuras untuk belanja pegawai. Dari aspek penataan kelembagaan, moratorium CPNS
dalam kerangka Reformasi Birokrasi, perlu didukung dengan pelaksanaan analisis jabatan
(anjab) dan analisis beban kerja (ABK) secara tegas sebagai dasar pengadaan formasi dan
rangka ian siklus manajemen kepegawaian. Formasi dan pengangkatan CPNS harus benar-
benar bebas dari intervensi politik serta harus menerapkan merit system. Baperjakat juga
perlu berperan secara lebih signifikan.
Dari aspek anggaran, Pemda perlu membatasi besaran DAU yang digunakan untuk
belanja pegawai sekaligus membatasi besaran proporsi belanja pegawai dalam APBD.
Pembatasan tersebut memberi ruang APBD dimanfaatkan oleh masyarakat. APBD perlu
berorientasi pada belanja modal ataupun belanja barang dan jasa, yang manfaatnya dapat
dinikmati masyarakat secara langsung. APBD yang lebih banyak berorientasi untuk belanja
langsung menunjukkan komitmen Pemda untuk menyejahterakan rakyatnya.
Namun seperti yang telah di singgung seblunya pada latar belakang, bahwa ada daerah
yang sangat kirang jumlah pegawainya dan akhirnya dengan di keluarkanya kebijakan
moratorium berdampak buruk bagi pelayanya pemerintah daerah kepa masyrakat seperti di
akui oleh Kepela BKD Gunung mas Henuh H Luhing, di posting melalui Kalateng Pos.
Menurut dia, kebijakan moratorium telah secara otomatis berpengaruh terhadap basic
ilmu pegawai yang bersangkutan, sehingga tidak mustahil di dalam satu dinas atau badan
akan terjadi penumpukan jumlah tenaga dengan basic ilmu yang sama. Akibatnya, ucap
Henuh, dinas lain mengalami kekurangan pegawai. "Hal ini apabila menyesuaikan dengan
kebijakan atau aturan yang dikeluarkan pemerintah pusat. Kebijakan tersebut membawa
dampak negatif. Tetapi bukan berarti tidak berdampak positif bagi pemerintah daerah," jelas
Henuh. Lebih lanjut dijelaskan Henuh, sebelum dikeluarkan kebijakan moratorium oleh
KemenPAN dan RB, jumlah PNS yang ada di Kabupaten Gumas belum mencukupi untuk
mengisi semua jabatan yang tersedia. Akibatnya, pelayanan kepada masyarakat belum
maksimal. Karena jumlah PNS tidak sebading dengan jumlah masyarakat yang memiliki hak
sama mendapatkan pelayanan dari pemerintah. "Memang saat ini masih ada beberapa
pegawai yang menduduki jabatan belum sesuai dengan basic ilmu yang dimiliki. Namun
kendala yang kita hadapi apabila kita menyesuaikan dengan basic ilmu, tentunya sejumlah
jabatan tidak akan terisi menunggu tenaga pegawai yang sesuai basic ilmu," ucapnya. Meski
ia merasa berdampak negatif dengan kebijakan moratorium. Namun ia juga mengakui
kebijakan tersebut membawa positif. Pasalnya, dengan adanya kebijakan tersebut secara
otomatis akan terjadi pemerataan penempatan pegawai. Seperti yang dilakukan pemerintah
daerah saat ini. "Saat ini, pemerintah daerah secara bertahap akan melakukan pemerataan
pegawai yang ada. Diharapkan pelayanan kepada masyarakat dapat berjalan dengan baik,
asalkan kebijakan moratorium yang diberlakukan tidak sampai menghambat pelayanan
kepada masyarakat,"
Selain itu dampak yang akan di timbul
Seperti yang telah di bahas pada halaman sebelunya banyak pertimbangan tentunya
maka analaisis kebijakan public yakni moratorium CPNS dapat kita lanjutkan analisis dengan
melihat indikator sebagai berikut :

A.      Nilai
Penataan, Efesiensi, dan Reformasi birokrasi demi mewujudkan Proposional dan
Profesional pelayanan serta kinerja PNS, dapat dianggap sebagai nilai dilakukannya
kebijakan ini
Penjelasan sebelumnya, Moratorium CPNS menjadi terobosan yang berani, meskipun
disisi lain cukup banyak juga yang merasa kecewa dengan moratorium CPNS. Pegawai
honorer daerah, fresh graduate yang ingin jadi PNS terpaksa harus mengurungkan kembali
niatnya karena moratorium CPNS. Meski demikian, ada perkecualian dalam moratorium
CPNS yaitu untuk tenaga pendidik, dokter, bidan, perawat dan jabatan yang bersifat khusus
dan mendesak. Seperti yang di ucapkan oleh Menpan pada pidto di kota mendan;
“Moratorium  penerimaan CPNS hendaknya dipahami dengan menyeluruh oleh pihak-
pihak yang berkepentingan. Kebijakan Moratorium penerimaan CPNS ini  adalah upaya
pemerintah dalam melakukan penataan pegawai di instansi-instansi pemerintah dan bukan 
sekadar penundaaan penerimaan CPNS. Pelaksanaan moratorium penerimaan CPNS ini 
dilakukan pada tanggal 1 September 2011 sampai dengan 31 Desember 2012. Berdasarkan
Peraturan Bersama tentang Penundaan Sementara penerimaan CPNS, tenaga honorer
merupakan salah satu unsur yang dikecualikan dalam pelaksanaan moratorium. Pengecualian
terhadap moratorium ini juga berlaku pada kementerian/lembaga yang membutuhkan
beberapa formasi seperti: tenaga pendidik, tenaga dokter dan perawat pada UPT Kesehatan,
dan jabatan yang bersifat khusus dan mendesak, serta Pemerintah Daerah yang belanja
pegawai-nya di bawah/kurang dari 50% dari APBD.”
Pengecualain yang man tertera pada pasal 2 ayat 1 pada bagian a,b, dan c, ini bisa
dianggap sebagai sebuah kebijakan yang bernilai, karena sangat peka terhadap kebutuhan
sosial masyarakat saat ini, kebutuah tenga kesehatan dan tenga pendidik adalah salah
satumasalh yang masih besar di negri ini. Dan ini tidak boleh di hentika dengan adanya
kebijakan moratorium CPNS, pengucualain inilah yang di anggap sebuah nilai dalam kebijak
sanaan tentunya selain tujuan utamanya yakni demin reformasi dan efektifnya PNS serta
birokrasi dinegri ini.

B.       Tujuan
Tujuan dari moratorium ini secara singkat dapat kita lihat jikalau kita mengkaji dari
konsep sebab akibat maka kita mencari sebab di keluatkanya kebijakan ini.
Seperti yang telah dijelakan sebelumnya Keluarnya Moratorium CPNS ini dilatarbelakangi
oleh kurang efektifnya kebijakan zero growth CPNS/ kebijakan pertumbuhan nol CPNS,
membengkaknya jumlah PNS dan tersedotnya anggaran Negara untuk membiayai belanja
pegawai. Kebijakan zero growth CPNS dengan hanya merekrut CPNS baru untuk
menggantikan PNS yang pensiun, dipecat, atau mengundurkan diri, selama ini dipandang
belum memberi dampak yang berarti untuk merampingkan jumlah PNS. Meskipun
diberlakukan zero growth , namun sebenarnya pertumbuhan PNS tidak pernah benar-benar
nol persen.
Maka melakukan penataan pegawai di instansi-instansi pemerintah juga bukan  sekadar
penundaaan penerimaan CPNS. Banyak hal yang menjadi tujuan dikeluarkannya kebijakan
ini oleh pihak pejabat terkait, antara lain untuk rangka pelaksanaan reformasi birokrasi
mengoptimalkan kinerja sumber daya manusia serta efesiensi anggaran belanja pegawai yang
telah ada perlu dilakukan penataan oraganisasi serata penataan pegawai negeri sispil. Maka
untuk mewujudkan hal demikian maka berdasarkan bijakan bersama tiga menti mesti
dilakukan penundaan sementara pengadaan Pegawai Negeri sipil.
C.      Praktek
Dengan dikeluarkanya keputusan bersama Moratorium Pegawai Negeri sipil,
berdasarkan Peraturan Bersama Mentri Negara Nemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan. Nomor 02/SPB/M.PAN-
RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011, Nomor 141/PMK.01/2011. Tentang Senundaan
Sementara Peneriamaan Pegawai Negri Sipil. Pelaksanaan moratorium penerimaan CPNS ini 
dilakukan pada tanggal 1 September 2011 sampai dengan 31 Desember 2012. Tentunya
berdasarkan Peraturan Bersama tentang Penundaan Sementara penerimaan CPNS.
Perakteknya sampai hari ini berdasarkan penamatan semenjak tanggal 1 september 2011
hingga oktober 2012 memang tdak ada lagi instasi-insatasi daerah manapun yang membuka
lagi penerimaan CPNS. Terkecualai yang telah disampaikan sebelumnya yaitu untu Tenga
Pengajar, Kesehatan, tentunya dengan alasan-alasan tertentu.
Namun dalam masa penundaan demi tercapainya tujuan maka dilakukan penghitungan
jumlah kebutuhan PNS yang tepat berdasarkan analisis jabatan dan beban kerja yang
diperlukan melalui langkah-langkah analisi sebagai berikut :
a.       Penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang tepat berdasarkan analisis jabatan dan beban
kerja pada Pemerintah Daerah, Mentri Negara Pemberdayaan Paratur Negara dan Reformasi
Birokrasi.
1.    Menugaskan Gubernur dan Bupati/walikota menghitung jumlah kebutuhan PNS
dilingkungan masing-masing.
2.    Bersama kepala Badan Kepegawaian Nasional supervisi penghitungan jumlah kebutuhan
PNS yang tepat pada pemerintah provinsi
3.    Bersama kepala Badan Kepegawaian Nasional dan Gubernur, supervisi perhitungan jumlah
kebutuhan PNS berdasarkan Kelompok jabatan pada Pemerintah Kabupaten/Kota.
4.    Lalu disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah mealu penghitungan yang dilakukan
oleh kepala Badan Kepegawaian Negara dan Menteri Keuangan.
5.    Dan bersama mentri dalam negri menghitung jumlah PNS yang tepat dalam rangka penetuan
struktur oraganisasi Perangkat Daerah.
b.      Penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang tepat berdasarkan analisis jabatan dan beban kerja
pada Pemerintah Pusat, Mentri Negara Pemberdayaan Paratur Negara dan Reformasi
Birokrasi.
1.      Meminta para menteri dan pimpinan lembaga untuk menghitung jumlah kebutuhan PNS
dilikngkungan masing-masing.
2.      Hasil penghitungan jumlah kebutuhan PNS berdasarkan kleompok jabatan disamapaikan
kepada Mentri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kepala
Kepegawaian Nasional, paling lambat akhir bulan Desember 2011.
3.      Bersama kepala Badan Kepegawaian Nasional menilai penghitungan kebutuhan jumlah PNS
yang tepat.
4.      Bersama kepala Badan Kepegawaian Nasional dan Menteri Keuangan melakukan validasi
hasil penghitungan kebutuhan PNS untuk kementrian dan lembaga sesuai keuangan negara.
Dan pada akhirnya hasil perhitungan ini dilaporkan kepada Komite Pengarah Reformasi
Birokrasi Nasional
D.      Program dan Evalusi
Secara khusus pelaksanaan evalusi sebagai brikut :
1.      Bersama dengan pelaksanaan evaluasi perhitungan jumlah kebutuhan PNS pada pemerintah
daerah, dan Menteri Dalam Negeri melkasnakan langkah-langkah berikut :
a.       Menugaskan gubernur melakukan evaluasi dan penataan struktur organisasi perangkat
daerah Kabupaten/Kota secara proposional dan sesuai ciri-ciri dan karakteristik
b.      Melakukan evalusi dan penataan struktur organisasi perangkat daerah provinsi, secara
proposional sesuai ciri-ciri karateristik daerah.
c.       Bersama Mentri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
mengevalusi parameter dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007.
2.      Hasil Evaluas dan penataan ini dilaporkankepada komite Pengarah Reformasi Birokrasi.
Dan secara gambaran umum mengenai kebijakan moratorium CPNS tahun 2011 hingga 2012,
adalah perogram nasional yang dilaksanakan secara seretak d seluruh negara kesatuan
indonesia, setelah di evalusi dampak yang mungkin tidak diperhitunggakan sebelumnya.
Maka dari itu evaluasi program ini sangat diperlukan, sebagai dampak bulan sebtember 2012
beberapa lembaga negara membuka kerang, untuk menerima pegawai dilembaganya masing-
masing.
Perlu diketahui bahwa Pemerintah telah menyiapkan alokasi anggaran seleksi CPNS 2012
senilai Rp 37,8 miliar untuk 14 kementerian atau lembaga negara yang mengadakan
penerimaan CPNS. Angka ini masih lebih kecil dari alokasi yang disediakan pemerintah pada
tahun 2011 yakni sebesar Rp 80, 1 miliar untuk 24 kementerian atau lembaga negara.
Anggaran ini lebih kecil dari tahun sebelumnya karena memang penerimaan yang
diberlakukan tahun ini adalah untuk memenuhi kebutuhan SDM yang mendesak, bukan
seluruh kementerian dan lembaga.

E.       Informasi
Informasi mengenai moratorium ini pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh para pencari
kerja, apa awalnya informasi tentang dikeluarkanya keputusan bersam tiga menteri mengenai
kabijakan Moratorium CPNS, bergulir hanya pada lingkup instasi-instasi di daerah-
daerah.Namun dengan jenis kebijankan ini juga yang bisa dikatakan tidak membutuhkan
informasi yang segera kepada informser yang dituju maka mengenai informasi tidaklah
menjadi sesuatu yang sanga problem.
Kurang dilaksanakan teknoligi informasi mengenai moratorium ini menjadi masalah
tersendiri menurut penulis.
F.       Monitoring
Monitorng oleh kebijakan moratorium dapat dilakukan oleh laporan pengusulan kebutuhan
pegawai dari instansi-instasi daerah, lalu apakah pengecualaian yang telah dibahas pada
dilakukan. Serta efektifitas dari monitoring dapat dilakukan dengan memonitor efesiensi serta
penataan pegawai di instansi-instansi pemerintah pusat ataupu daerah, sebagai tujuan dari
moratorium, pada dasarnya peraktek dari moratorium atau reformasi birokrasi diawali dengan
monitoring, dalam hal ini adalah penghitungan kebutuhan jumlah PNS dimasing-masing
tempat baik daerah ataupun pusat demi penataan birokrasi
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari bembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa, Kebijakan Moratorium
penerimaan CPNS ini  adalah upaya pemerintah dalam melakukan efesiensi serta penataan
pegawai di instansi-instansi pemerintah dan bukan  sekadar penundaaan penerimaan CPNS.
Banyak hal yang mendasari dikeluarkannya kebijakan ini oleh pihak pejabat terkait, antara
lain dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi mengoptimalkan kinerja sumber daya
manusia serta efesiensi anggaran belanja pegawai yang telah ada perlu dilakukan penataan
oraganisasi serata penataan pegawai negeri sipil. Maka untuk mewujudkan hal demikian
maka berdasarkan bijakan bersama tiga mentri mesti dilakukan penundaan sementara
pengadaan Pegawai Negeri sipil. Moratorium ini pula tidak sepenuhnya berdampak baik bagi
kondisi aparatur negara dalam hal ini adalah PNS, ada dampak-dampak buruk yang tidak bis
terhindarkan.
Namun dapat disimpulkan pulah kebijakan ini bukanlah kebijakan yang bersifat mutlak
berlaku, karen adanya pengecualaian untuk tenaga-tenaga tertentu yang sangat du butuhkan,
bahakn apabila ada derah yang memang membutuhkan pegawai diberikan peluang dengan
mengusulkan penerimaan pegawainya tentunya dengan alasan yang tepat.
Selanjutnya analisisnya adalah, bahwa tujuan dikeluarkannya kebijakan moratorium
dapat diseimpulkan untuk mereformasi pegawai negri sispil yang dianggap berlebihan dan
kurang efektif.
Namun tidak melupakan nilai atau kebutuhan yang di miliki oleh publik indonesia yaitu
kebutuhan akan tenaga kesehatan dan tenaga pendidik demi terjaganya kesehatan dan sumber
daya manusia serta generasi pelanjut bangsa ini.
Serat dari bahan analisis lainya seperti peraktek, program evalusi dan monitoring, semua
dilaksanakan berdasarkan perturang perundang-undangan yang berlaku.
B.     Rekomendasi.
Sebagai rekomendasi dan sebagai bahan evalusi kebijakan ini sebagai berikut:
1.      Memperbaiki postur  birokrasi PNS. Saat ini yang terjadi adalah ketimpangan jumlah
pegawai antarinstansi/daerah dan juga ketimpangan formasi pegawai. Pemerintah harus
mempertimbangkan melakukan mutasi di lingkungan Kementerian Lembaga dan perangkat
daerah yang memiliki jumlah pegawai berlebih atau yang masih belum mencukupi. 
2.      Apabila kebijakan ini berhasil secara tidak langsung akan meningkatkan alokasi belanja
modal di APBD. Peningkatan belanja ini untuk pembenahan dan pembangunan sarana
infrastruktur dasar di daerah. Untuk itu, perlu dilakukan revisi UU No. 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang mewajibkan
agar Pemda mengalokasikan belanja modal mencapai 20 persen APBD atau belanja pegawai
tidak melebihi 50 persen. 
3.      Menuntaskan permasalahan pengangkatan tenaga honorer. Sudah menjadi rahasia umum
bahwa banyak tenaga honorer yang yang telah diangkat berdasarkan PP 48 tahun 2005, basic
pekerjaannya kebanyakan berasal dari tenaga honorer administrasi, petugas, keamanan,
petugas kebersihan, supir, dan sebagian besar diangkat berdasarkan kedekatan dengan pejabat
setempat merupakan hasil nepotisme. 
Yang hampir telupakan jug adalah dengan dikeluarkanya kebijakan moratorium, dengan
begitu angka pengangguran akan melonjak. Bagi saya pemerintah dapat dianggap
menyelasaikan masalah dengan masalah. Pertumbuhan ekonomi negara yang berujung
terserapnya tenga kerja ini belum siap mencai second cois bagi para pencari kerja.
Jadi sebagai bahan rekomendasi bahwa pemerintah mesti mengevaluasi ulang kebijakan
ini atau oleh pemerintah terkait mengembangkan minat ataupun pekluan kerja disub-sub lain
contohnya suwasta. Agar PNS tidak lagi menjadi rebutan para pencari kerja kita dari sabang
sampai merauke.karena pada dasarnya jamina pekerjaan di jamin oleh undang-undang dasar.
Dan yang terakhir Profesionalisme PNS sangat penting guna menunjang suksesnya
pembangunan dan penggunaan anggaran belanja negara. Transparasi dan akuntabilitas serta
integritas harus dijunjung tinggi.
Daftar Pusataka.
a.       Buku
Prof. Esmi warasih.SH. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis.
Drs. Subarsono. Analisis Kebijakan Publik
b.      Undang-undang
Peraturan Bersama Mentri Negara Nemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan. Nomor 02/SPB/M.PAN-
RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011, Nomor 141/PMK.01/2011. Tentang Senundaan
Sementara Peneriamaan Pegawai Negri Sipil
c.       Internet
a.       Moratorium CPNS, Dr. Dyah Mutiarin
b.      Postingan Kalten Pos. Rabu, 26 September 2012
c.       Postingan Berita Sore Online, 27 september 2012

Anda mungkin juga menyukai