KEPULAUAN SULA
BAB I
PENDAHULUAN
Reformasi yang di realisasikan oleh eksponen 98, setidaknya telah membawa angin
segar dalam merubah wajah birokrasi bangsa ini, dari sentralistik menjadi suatu sistem
Pemerintahan yang desentralistik. Hal demikian secara sengaja telah mereform wajah dan
sistem birokrasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah, bahkan menyentuh level sistem
Hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi
Daerah yang kemudian mengilhami lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah dengan segala turunannya dalam bentuk Peraturan Pelaksana (Peraturan Pemerintah).
Semisal PP No. 45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris
Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil, adalah turunan dari Pasal 202 UU dimaksud (UU 32
Tahun 2004).[1]
Salah satu agenda penting penataan yang lebih menyeluruh adalah penataan di level
desa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa desa adalah bagian sosial politik dari
kabupaten. Rakyat yang hendak dilayani tidak lain adalah masyarakat yang berada di
pedesaan.
Pemerintahan Desa mutlak diperlukan. Oleh karena yang terjadi selama ini adalah tidak
yang tampak di hadapan kita adalah betapa tata administrasi penyelenggaraan Pemerintahan
(Sekretaris Desa), dan juga dipengaruhi oleh jumlah insentif yang diperoleh Aparatur
Pemerintah Desa, lebih khususnya Sekretaris Desa yang relatif minim, sehingga berpengaruh
pada kinerja Sekretaris Desa dalam melakukan tugas dan tanggung-jawabnya sebagai
Sekretaris Desa adalah Perangkat Desa yang membantu Kepala Desa dalam bidang
masyarakat. Untuk dapat menjalankan perannya secara efektif dan efesien, Pemerintah Desa
perlu terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan kemajuan masyarakat Desa dan
lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa
karena adanya gerakan pembangunan Desa perlu diimbangi pula dengan Pengembangan
Kapasitas Pemerintahan Desanya. Sehingga, Desa dan masyarakatnya tidak hanya sebatas
sebagai objek pembangunan, tetapi dapat memposisikan diri sebagai salah satu pelaku
pembangunan.
yang handal. Profesionalisme Sekretaris Desa akan semakin mudah ditingkatkan karena
Sekretaris Desa merupakan bagian dari pegawai yang pola pembinaan karier maupun
merupakan awal dari Penguatan otonomi Desa yang diharapkan dapat menjembatani
kelemahan pembangunan sektoral dan Otonomi Daerah yang terjadi selama ini.
Sekretaris Desa dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, yang tentunya setelah
memenuhi persyaratan formal yang diamanatkan oleh Peraturan Perundang-undangan. Hal ini
sebagaimana telah terpatri dalam Pasal 2) PP No. 45 Tahun 2007 bahwa: “Sekretaris Desa
yang diangkat dengan sah sampai dengan 15 Oktober 2004 dan masih melaksanakan tugas
sampai dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini diangkat langsung menjadi PNS, apabila
ketentuan Pasal 3) Peraturan pemerintah ini.[3] Di sisi lain, Sekretaris Desa yang tidak
memenuhi persyaratan tidak di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil akan di berhentikan
dengan hormat serta di berikan tunjangan kompensasi yang dihitung berdasarkan masa kerja
selama yang bersangkutan menjadi Sekretaris Desa.[4] Sementara Desa yang Sekretaris nya
tidak memenuhi persyaratan untuk di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dapat diisi oleh
pegawai Pemerintah Daerah yang telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil paling lambat
khalayak publik ataukah justru sebaliknya. Pada sisi yang lain penerapan Peraturan
dimaksud.
Hal ini dapat dilihat, di mana dari 131 Desa yang terdapat di Kabupaten Kepulauan
Sula, sebanyak 82 Desa Induk dan 49 Desa hasil pemekaran yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Kepulauan Sula pada Tahun 2006 masih menyimpan sebercak harapan yang tak pasti.
Khusus terhadap 82 Desa induk, 79 diantaranya yang Sekretaris Desanya telah diangkat
menjadi Pegawai Negeri Sipil. Sementara 3 Desa yang Sekretaris Desanya belum diangkat
Hal di atas dikarenakan 1 orang diantaranya telah masuk atau mencapai usia lanjut
Pasal 3) ayat 1) huruf (f) bahwa : “Berusia paling tinggi 51 (lima puluh satu) tahun terhitung
pada 15 Oktober 2006”.[6] Sementara 2 Desa yang Sekretaris Desanya tidak diangkat
menjadi Pegawan Negeri Sipil, oleh karena Surat Keputusan Pengangkatan mereka sebagai
menjadi PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap mulai formasi
tahun 2007 dan selesai paling lambat tahun 2009”.[7] Dalam pada itu pengangkatan
Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Kepulauan Sula dilakukan dalam
PP No. 45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa
Menjadi Pegawai Negeri Sipil Di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi PP No. 45 Tahun
2007 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi Pegawai
a). Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala berpikir dan merupakan studi awal
dalam penelitian-penelitian selanjutnya, dan sebagai acuan bagi peneliti lain yang akan meniliti
lebih lanjut mengenai masalah ini baik pada daerah yang sama maupun daerah yang berbeda.
b) Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan suatu preferensi dalam
pengembangan karya tulis ilmiah, serta pengetahuan tentang bagaimana Implementasi PP No.
45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi
a). Diharapkan dari hasil penelitian ini, dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah
Pemerintahan Desa. Lebih khusus tentang penataan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang
b). Sebagai bahan masukan bagi pemerhati masalah-masalah Pemerintahan sekaligus menambah
wawasan bagi penulis untuk memperkaya khasanah intelektual dan untuk merangsang di
batasan dari istilah yang ada dalam judul proposal penelitian ini. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kesalahpahaman penafsiran dari beberapa istilah yang digunakan dalam judul
1. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarkat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat-istiadat setempat yang di akui dan di hormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Sekretaris Desa adalah Perangkat Desa yang membantu Kepala Desa dalam bidang tertib
tentukan, di angkat oleh pejabat yang berwenang dan di serahi tugas dalam suatu jabatan
negara, atau di serahi tugas negara lainnya dan di gaji sesuai Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
4. Implementasi adalah pelaksanaan dari pada ketentuan yang termaktub dalam PP No. 45
Tahun 2007 Tentang Persyarakatan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi
Sebagaimana judul penelitian ini, sehingga lokasi yang akan dipilih adalah Kabupaten
Kepulauan Sula. Dimana lokasi dimaksud sangat representatif untuk diteliti. Oleh karena
beberapa desa di antaranya Sekretaris Desa telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Sementara beberapa Desa lainnya Sekretaris Desanya belum bahkan tidak diangkat menjadi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kualitatif yaitu peneliti
berusaha memberikan gambaran secara mendalam dengan pendekatan jenis penelitian deskriptif
yang bersentuhan dengan objek yang di teliti. Sumardi Suryabrata misalnya mengemukakan
pencanderaan secara sistimatis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
Sejalan dengan hal di atas, Sanapiah Faisal mengatakan bahwa :”Metode ini merupakan
bagaimana Implementasi PP No.45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan dan Tata Cara
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka
Adalah data yang di peroleh secara langsung di lokasi penelitian oleh sipeneliti
(pewawancara), dengan yang diteliti (yang diwawancarai). Adapun informen yang menjadi
Merupakan data pendukung data primer yang diperoleh dari pihak lain terutama dari
buku-buku, dokumentasi atau kepustakaan ilmiah lain yang erat kaitannya dengan penelitian ini.
Hal ini pula sebagaimana Menurut Maleong bahwa: “Data sekunder yaitu data tambahan yang
di peroleh peneliti dari sumber tertulis (Arsip, Dokumen peribadi maupun resmi) ataupun
data statistik dari instansi terkait yang hubungannya dengan fokus penelitian.”[10] Data
sekunder ini juga merupakan data pendukung dan data ini di peroleh dari dokumen-dokumen
Yaitu cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan dan memperoleh data yang
akurat dan lengkap. Dalam memperoleh data dalam penelitian ini peneliti menggunakan
1.5.4.1. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu
penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari
adanya suatu rangsangan tertentu yang di inginkan, atau suatu studi yang di sengaja dan
sistematis tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan
mencatat. [11]
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti
melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian,
untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi
yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu dan melakukan umpan balik terhadap
pengukuran tersebut.
penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi
a) Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana
observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden [sic!].
b) Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide
observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya
pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
c) Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu
atau beberapa objek sekaligus.
Dengan demikian bentuk observasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah observasi
tidak berstruktur. Sehingga yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala
sosial-politik dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan
memakai alat bantu seperti alat pencatat dan alat mekanik. Dalam pelaksanaannya digunakan alat
bantu mekanik seperti tape rekorder, digital camera dan lainnya. Dengan teknik ini diharapkan
keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang memberikan keterangan pada
sipeneliti. Wawancara ini dapat di pakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui
Observasi.[13]
1.5.4.3. Dokumentasi
Teknik ini di gunakan dengan peneliti mempelajari berbagai dokumentasi yang berkaitan
dengan tujuan penelitian ini. Bagaimanakah Implementasi PP No. 45 Tahun 2007 Tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil di
Kab. Kepulauan Sula. Dengan teknik ini akan membantu peneliti melakukan perbandingan dan
lebih mengetahui kedalam tentang objek yang di teliti. Dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, agenda, buku, surat kabar, majalah
dokumentatif dalam penelitaian ini sebagaimana telah disebutkan dalam data sekunder di atas.
Analisa data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam
suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
Data yang telah dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif
untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Yaitu dengan cara mengumpulkan data dan
informasi yang diperoleh dari sumber data. Dalam menganalisis data dalam peneliitian ini, maka
Data yang telah di dapatkan dari sumber data yang masih bersifat data mentah kemudian
Pada bagian ini diawali dengan membaca, mempelajari dan menelaah kemudian reduksi
data dengan jalan membuat abstraksi di dalamnya yang merupakan usaha membuat rangkuman
yang intinya, proses dan pertanyaan-pertanyaan perlu di jaga sehingga tetap berada di dalamnya.
Dalam bagian ini peneliti melakukan identifikasi dan kategorisasi sesuai dengan rumusan
masalah penelitian. Hal ini pula dilakukan kodifikasi terhadap data dan informasi yang telah di
BAB II
LANDASAN TEORI
tak mungkin terelakkan. Eksistensi birokrasi ini sebagai konsekuensi logis dari tugas utama
Negara dituntut terlibat dalam memproduksi barang dan jasa yang diperlukan oleh rakyatnya
(public goods and services) baik secara langsung maupun tidak. Bahkan dalam keadaan
tertentu negara yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk itu negara
membangun sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan rakyatnya yang
Dalam bidang publik konsep birokrasi dimaknai sebagai proses dan sistem yang
diciptakan secara rasional untuk menjamin mekanisme dan sistem kerja yang teratur, pasti
dan mudah dikendalikan.[18] Secara etimologi Birokrasi berasal dari istilah ‘buralist’ yang
dikembangkan oleh Reiheer von Stein pada tahun 1821, kemudian menjadi ‘bureaucracy’
yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional, impersonal dan legalistik.
[19]
keterlaluan seringkali justru menimbulkan efek yang tidak baik. Mouzelis menambahkan
bahwa dalam birokrasi terdapat aturan-aturan yang rasional, struktur organisasi dan proses
diberikan makna yang cukup positif tersebut, birokrasi juga sering dimaknai secara negatif.
Dalam perspektif yang negatif ini birokrasi dimaknai sebagai suatu proses yang berbelit-belit,
waktu yang lama, biaya yang mahal dan menimbulkan keluh kesah yang pada akhirnya ada
anggapan bahwa birokrasi itu tidak efisien dan bahkan tidak adil.
Menurut Farel Heady (1989) dalam Ekobudi Susilo bahwa: “Birokrasi adalah
struktur tertentu yang memiliki karakteristik tertentu: hierarki, diferensiasi dan kualifikasi
atau kompetensi. [20] Hierarkhi berkaitan dengan struktur jabatan yang mengakibatkan
perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi. Diferensisasi yang dimaksud adalah
perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi birokrasi dalam mencapai tujuan.
hendaknya orang yang memiliki kualifikasi atau kompetensi yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas dan wewenangnya secara profesional. Dalam hal ini seorang birokrat
bukanlah orang yang tidak tahu menahu tentang tugas dan wewenangnya, melainkan orang
Menurut Hegel dalam Ekobudi bahwa Birokrasi adalah “institusi yang menduduki
posisi organik yang netral di dalam struktur sosial dan berfungsi sebagai penghubung antara
negara yang memanifestasikan kepentingan umum, dan masyarakat sipil yang mewakili
jembatan yang dibuat untuk menghubungkan antara kepentingan masyarakat dan kepentingan
negara yang dalam saat-saat tertentu berbeda. Oleh sebab itu peran birokrasi menjadi sangat
strategis dalam rangka menyatukan persepsi dan perspektif antara negara (pemerintah) dan
Menurut Peter M. Blau dalam M. Mas’ud Said bahwa birokrasi adalah: “tipe
organisasi yang dirancang untuk menyelesaikan tugas-tugas administratif dalam skala besar
Pandangan diatas dapat diberi suatu pengertiang bahwa birokrasi semestinya menjadi
suatu alat yang melembagakan segala hal fundamental sebagai akibat kepentingan dan
kebutuhan masyarakat secara holistik. Oleh karenanya birokrasi dituntut untuk dapat
Sementara pengertian birokrasi lebih tajam datang dari Karl Marx bahwa Birokrasi
adalah Organisasi yang bersifat Parasitik dan Eksploitatif. Birokrasi merupakan Instrumen
bagi kelas yang berkuasa untuk mengekploitasi kelas sosial yang lain (yang dikuasai).
Birokrasi berfungsi untuk mempertahankan privilage dan status quo bagi kepentingan kelas
kapitalis. Dalam pandangan Marx yang berbeda dengan Hegel, birokrasi merupakan sistem
yang diciptakan oleh kalangan atas (the have) untuk memperdayai kalangan bawah (the have
not) demi mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Dalam hal ini
birokrasi menjadi kambing hitam bagi kesalahan penguasa terhadap rakyatnya. Segenap
kesalahan penguasa akhirnya tertumpu pada birokrasi yang sebenarnya hanya menjadi alat
saja.[23]
dapat dipahami dan diberi pengertian sebagai suatu sistem kerja yang berlaku dalam
organisasi yang mengatur interaksi sosial baik ke dalam maupun keluar. Secara spesifik
birokrasi publik (pemerintahan) dapat dimaknai sebagai institusi atau agen pemerintahan
yang dilengkapi dengan otoritas sistematik dan rasional dengan aturan-aturan yang lugas.
rubah melalui Undang-undang No.43 Tahun 1999 Tentang Pegawai Negeri Sipil, adalah
suatu landasan hukum untuk menjamin pegawai negeri dan dapat di jadikan dasar untuk
mengatur penyusunan aparatur negara yang baik dan benar. Penyusunan aparatur negara
menuju kepada administrasi yang sempurna sangat tergantung pada kualitas pegawai negeri
negara yang meliputi aparatur kenegaraan dan pemerintahan sebagai abdi masyarakat,
bertugas dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan negara dan pembangunan serta
senantiasa mengabdi dan setia kepada kepentingan negara, nilai-nilai moral dan cita-cita
perjuangan bangsa dan negara berdasarkan pancasila dan Undang-undang dasar 1945.
Kepegawaian di jelaskan bahwa: “Pegawai Negeri adalah setiap warga negara yang telah
memenuhi syarat yang telah di tentukan, di angkat oleh pejabat yang berwenang dan di serahi
tugas dalam suatu jabatan negara, atau di serahi tugas negara lainnya dan di gaji sesuai
Pegawai Negeri Sipil juga adalah unsur aparatur negara, abdi negara, abdi masyarakat
yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila, undang-undang dasar 1945, negara
kemukakan di atas, dapat di lihat adanya beberapa unsur yang melekat pada pegawai negeri
yaitu :
3. Adanya keharusan untuk di angkat dalam jabatan negara dan di gaji menurut perundang-
undangan.
Sipil dalam suatu jabatan di laksanakan, berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan
kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang di tetapkan untuk jabatan itu serta syarat
obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan.
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam pangkat awal di tetapkan berdasarkan tingkat
pendidikan formal”.
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati oleh negara.
Pengakuan ini sebagaimana dapat dilihat pada Pasal 18B ayat 2), bahwa : [25]”Negara
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
Sebagaimana tertuang dalam ( PP) No. 72 Tahun 2005 tentang Desa Bab I, Ketentuan
“Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat setempat yang diakui
Keberadaan desa yang merupakan sub sistem pemerintahan terkecil dalam sistem
pemerintahan negara ini tentunya dilengkapi dengan penyusunan dan pengaturan lembaga
ketentuan Pasal 11) bahwa: ”Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan BPD”.[27]
Pemerintahan desa ini kemudian akan mengemban amanah sesuai dengan kewenagangan
desa.
Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga eksekutif di
tingkat desa dan dipimpin oleh seorang Kepala Desa dan dibantu oleh Perangkat Desa
sebagai satu kesatuan yang utuh merupakan unsur penyelenggara pemerintahan desa. Sebagai
pembantu kepala desa, sekretaris desa bertanggung-jawab atas pelaksanaan manajemen tata
Pengertian Sekretaris Desa dalam PP. No 45 Tahun 2007, menjelaskan bahwa yang di
maksud dengan sekretaris desa adalah “Perangkat Desa yang membantu Kepala Desa dalam
bahwa : “Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. [29]
Sekretaris Desa di angkat menjadi pegawai negeri sipil dengan alasan Sekretaris Desa
Pemerintahan Desa.
Rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan satu pekerjaan atau beberapa pekerjaan kepemimpinan dalam pemerintahan atau
organisasi sebagai garis pedoman dalam mencapai sasaran organisasi tersebut. Apapun
bentuk dan seberapa banyaknya rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis pedoman
dalam mencapai sasaran organisasi pemerintah, setidaknya masih tetap dalam suatu
Kebijakan publik sering dibaca dalam lingkar otoritas Negara, persoalan yang muncul
selama ini disebabkan oleh kompetensi aparat yang tidak memadai atau juga karena pilihan
agenda setting yang kurang tepat.[30] Kalaupun demikian, maka proses kebijakan merupakan
sebuah proses yang multilinear dan kompleks. Hal tersebut sangat memungkinkan terjadi
karena sebuah proses kebijakan selalu lahir dan besar pada ‘ruang dan waktu’ yang tak
kosong.
Pada titik selanjutnya, kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah mesti di
sebagai tahapan selanjutnya untuk melakukan sesuatu maupun tidak melakukannya sama
sekali.
Untuk dapat lebih mengetahui tentang pengertian implementasi kebijakan, baiklah ada
beberapa ahli yang memberikan pengertian dan batasan tentang implemengtasi kebijakan.
Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab menjelaskan makna implementasi adalah :
dapat pula dalam bentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting
yang ingin di atasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin di capai, dan
awali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk
keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok sasaran, dampak nyata baik di kehendaki atau
mengambil keputusan dan akhirnya perbaikan-perbaikan yang penting atau upaya untuk
pengendalian arah tindakan sampai di capainya hasil kebijakan. Kebijakan pada dasarnya
merupakan aktivitas praktis yang di bedakan dari formulasi kebijakan yang pada dasarnya
bersifat teoritis”.[32] Van Meter dan Horn dalam Agustino memberikan pengertian
implementasi kebijakan sebagai “Tindakan-tindakan yang di lakukan baik oleh individu-
Lebih jauh Van Meter dan Van Horn dalam Joko Widodo mengatakan bahwa terdapat
Edwar III dalam Widodo mengajukan empat faktor yang berpengaruh terhadap
1. Komunikasi
2. Sumberdaya
3. Disposisi
Berangkat dari pendapat Van Meter, Van Horn dan Edaward III di atas, Widodo
menyimpulkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam
1. Komunikasi
mempunyai peran penting tidak hanya bagi implementor, tapi juga bagi policy maker.
Prospektif implementasi kebijakan yang efektif sangat di tentukan oleh kejelasan standar dan
tujuan kebijakan dan di komunikasikan kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan
konsisten.[37]
2. Sumberdaya
Van Meter dan Van Horn dalam Widodo mengemukakan sumberdaya kebijakan
(policy resources) tidak kalah pentingnya dengan standar dan tujuan. Sumberdaya ini harus
a. Staf
Dalam konteks ini setiap orang harus memiliki keahlian dan kemampuan untuk
melaksanakan tugas, anjuran, perintah dari atasan (pemimpin). Di samping itu ia harus ada
ketetapan dan kelayakan antara jumlah staf yang di butuhkan dan keahlian yang di miliki
b. Dana
c. Informasi
Informasi adalah data yang telah di susun sedemikian rupa sehingga bermakna dan
d. Kewenangan
Kewenangan di perlukan untuk menjamin dan meyakinkan bahwa kebijakan yang akan di
e. Fasilitas
yang meliputi : gedung, tanah dan kesemuanya yang akan memudahkan dan memberikan
3. Disposisi
Implementasi kebijakan jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana tidak
hanya harus mengetahui apa yang harus di lakukan dan mempunyai kemampuan untuk
melakukan kebijakan itu, tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan
kebijakan tersebut”.
birokrasi. Menurut Edward III dalam Widodo, struktur birokrasi mencakup aspek-aspek
c. Hubungan antara unit-unit organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan
[1] Secara administratif kehadiran PP 45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan dan Tata
Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil, adalah suatu pedoman
teknis bagaimana tata laksana pengangkatan seorang Sekretaris Desa menjadi Pegawai
Negeri Sipil. Pada sisi yang lain, kehadiran Peraturan Perundang-undangan dimaksud
sebagai bentuk upaya pendayagunaan aparatur penyelenggaraan Pemerintahan di tingkat
Desa. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat memperbaiki penyelenggaraan
Pemerintahan Desa pada sisi pelaksanaan tata administrasi penyelenggaraan Pemerintahan
Desa yang baik (efektif dan efesien). Dengan begitu, setidaknya profesionalisme Sekretaris
Desa akan semakin mudah ditingkatkan karena Sekretaris Desa merupakan bagian dari
pegawai yang pola pembinaan karir maupun keterampilannya melekat di Pemerintah
Daerah.
[2] Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pengangkatan Sekretarin Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 94.
[3] PP No. 45 Tahun 2007, Op.cit.,
Persyaratan sebagaimana tercantum dalam ketentuan pasal 3), sebagaimana telah disebutkan di atas,
yakni: a) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b) Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
serta Pemerintah; c) Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah; d) Tidak sedang
menjalani hukuman karena melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap; e) Sehat jasmani dan rohani; f) Memiliki ijazah paling rendah Sekolah Dasar atau yang
sederajat; dan g) Berusia paling tinggi 51 (lima puluh satu) tahun terhitung pada 15 Oktober 2006.
[4] Ibid., Lihat…!!! Pasal 10) ayat 2).
[5] Ibid., Lihat…!!! Pasal 13) ayat 1).
[6] PP No. 45 Tahun 2007, Op.cit.,
[7] PP No. 45, Op.cit.,
[8] Sumardi Suryabrata. Metode Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1983), h.
75.
[9] Sanapiah Faisal. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosda Karya, 1987), h.
24.
[10] Lexy J. Maleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Pustaka Pelajar, 2005),
h. 175.
[11] Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. (Jakarta: Bumi Aksara,
Cet. Kedelapan, 2006), h.63.
[12] B. Bungin. Penelitian Kualitatif. (Jakartat: Prenada Media Group, 2007), h. 115.
[13] Mardalis. Op.cit., h. 64.
[14] Arikunto Suharsimi. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 231.
[15] J. Lexy Maleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosda Karya Cet, I, 2001), h.
103.
[16] Nurul Zuriah. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori dan Praktik.
(Jakarta: Bumi Aksara, Cet; II, 2007), h. 247-248.
[17] Ekobudi Sulistio. http://blog.unila.ac.id/ekobudisulistio.konsep-
birokrasi/21/01/2011.
[19] Ekobudi Sulistio, Op.cit.,
[20] Ekobudi Susilo,Op.cit.,
[21] Ekobudi Susilo,Op.cit.,
[22] Ekobudi Susilo,Op.cit.,
2002), h. 11.
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158. (Bandung; Nusa Aulia, 2007), h. 28.
[26] Ibid., h. 34.
Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretarin Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil.
[28] Ibid., h. 42.
Pegawai Negeri Sipil yang akan diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota
atas nama Bupati/Walikota, untuk mengisi jabatan sekretaris pada suatu desa, sebagaimana
ketentuan Pasal 25) ayat 1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) berpendidikan
paling rendah lulusan SMU atau sederajat; b) mempunyai pengetahuan tentang teknis
139.
[33] Joko Widodo. Analisis Kebijakan Publik Konsep Dan Aplikasi Analisis Proses
[34] Widodo, Loc.cit.,
[35] Widodo, Op.cit., h. 167.
[36] Ibid., h. 199.
[37] Widodo, Op.cit., h. 201.
[38] Widodo Ibid., h. 203.
[39] Widodo, Op.cit., h. 204.