Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KATARAK

Disusun Oleh :

Aditya
1911102411145

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG


FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Katarak”. Penyusun makalah ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Makalah ini tersusun atas bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta
penghargaan sebesar – besarnya kepada bapak Ns. Taufik Septiawan, M.Kep selaku
Dosen mata ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


sempurna, oleh karena itu saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Samarinda, 19 Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................3
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................................10
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini

menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-lahan.

Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.

Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia memiliki

angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1,5

persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar penderita katarak

adalah lansia berusia 60 tahun ke atas.

Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan

bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya. Berdasarkan survei

kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, menunjukkan angka

kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan penyebab utama adalah katarak (0,78%);

glaukoma (0,20%); kelainan refraksi (0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang

berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).

Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka kebutaan

di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand 0,3%).

Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi mata yang

dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul backlog

(penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi. Penumpukan ini antara lain

disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, kurangnya

1
pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas

pelayan kesehatan mata yang masih terbatas. Maka dari itu kami terdorong untuk

menyusun makalah ini, sehingga dapat menambah pengetahuan kita tentang insiden

katarak itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Katarak?

2. Bagaimana Etiologi Katarak?

3. Apa Patofisiologi Ktarak?

4. Apa Manifestasi Klinis Katarak?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang Katarak?

6. Bagaimana Penatalaksanaan Katarak?

7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Katarak

2. Untuk mengetahui Etiologi Katarak

3. Untuk mengetahui Patofisiologi Ktarak

4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Katarak?

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Katarak

6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Katarak

7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Katarak

Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan

keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau

denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut

merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman

penglihatan berkurang (Corwin, 2000).

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat

bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan

penuaan (Vaughan, 2000).

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi

akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat

juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid

jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang

lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001).

Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada

lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein

lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan

berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas

3
karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan

bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata

dapat bervariasi.

2. Etiologi

Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda asing yang
merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling lazim mengenai
orang-orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata akan terkena dan sebelah
mata lebih dulu terkena baru mata yang satunya lagi.

Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru
mendapatkannya kemudian karena warisan dari orang tuanya.Namun kembali lagi,
katarak hanya lazim terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut.Coba perhatikan hewan
yang berumur tua, terkadang bisa kita melihat pengaburan lensa di matanya.Semua ini
karena faktor degenerasi.

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):

a. Usia lanjut dan proses penuaan


b. Congenital atau bisa diturunkan.
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan   beracun lainnya.  
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes)       
e. dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).  

Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.


b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan        metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

Katarak akan berkembang secara perlahan-lahan. Orang-orang tua yang hidup sendiri
(sedikit orang-orang disekitarnya/kurang dirawat) lebih sering terkena katarak.Karena

4
kebanyakan dari mereka kurang minum air atau cairan lainnya guna menjaga peredaran
darahnya tetap mengalir sebagaimana mestinya.

3. Patofisiologi

Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus, korteks dan kapsul.

Nukleus mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan bertambahnya

usia. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus.

Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Salah satu

teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam

lensa proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.

Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peranan dalam melindungi lensa

dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada

pada kebanyakan pasien menderita katarak.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi.

Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjangdari badan silier sekitar

daerah di luar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.

Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan kogulasi, sehingga

mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori

lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

5
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun denga bertambahnya usia dan tidak ada pada

kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.

Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun

sebenarnya merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan

katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekadeke tujuh.

Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak

terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor

yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar

ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan

yang kurang dalam jangka waktu lama.

Lensa mata mengandung tiga


komponen anatomis: nucleus,
korteks dan kapsul. Nukleus
mengalami perubahan warna
coklat kekuningan seiring
dengan bertambahnya usia.
6
Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri dianterior
dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna. Perubahan
fisik
dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya
transparansi. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai infulks air kedalam
lensa
7
proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori
lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peranan
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien menderita
katarak.

8
Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi. Perubahan
pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjangdari
badan silier sekitar daerah di
luar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan
kimia
dalam protein lensa dapat
menyebabkan kogulasi,
sehingga mengabutkan
pandangan
9
dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim

10
akan menurun denga
bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien
yang
menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi
bilateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda.
Dapat
disebabkan oleh kejadian
trauma maupun sistemis,
seperti diabetes, namun
sebenarnya

11
merupakan konsekwensi dari
proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan
“matang” ketika orang
memasuki dekadeke tujuh.
Katarak
dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling
sering
12
yang berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan,
alkohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang
dalam jangka
waktu lama
Lensa mata mengandung tiga
komponen anatomis: nucleus,
korteks dan kapsul. Nukleus

13
mengalami perubahan warna
coklat kekuningan seiring
dengan bertambahnya usia.
Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri dianterior
dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna. Perubahan
fisik
dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya
transparansi. Salah satu teori

14
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai infulks air kedalam
lensa
proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori
lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peranan
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada
15
kebanyakan pasien menderita
katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi. Perubahan
pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjangdari
badan silier sekitar daerah di
luar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan
kimia

16
dalam protein lensa dapat
menyebabkan kogulasi,
sehingga mengabutkan
pandangan
dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa

17
suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun denga
bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien
yang
menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi
bilateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda.
Dapat

18
disebabkan oleh kejadian
trauma maupun sistemis,
seperti diabetes, namun
sebenarnya
merupakan konsekwensi dari
proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan
“matang” ketika orang
memasuki dekadeke tujuh.
Katarak
dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat
19
menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling
sering
yang berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan,
alkohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang
dalam jangka
waktu lama

20
Lensa mata mengandung tiga
komponen anatomis: nucleus,
korteks dan kapsul. Nukleus
mengalami perubahan warna
coklat kekuningan seiring
dengan bertambahnya usia.
Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri dianterior
dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna. Perubahan
fisik

21
dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya
transparansi. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai infulks air kedalam
lensa
proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori
lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peranan
dalam melindungi lensa dari
22
degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien menderita
katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi. Perubahan
pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjangdari
badan silier sekitar daerah di
luar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan
23
mengalami distorsi. Perubahan
kimia
dalam protein lensa dapat
menyebabkan kogulasi,
sehingga mengabutkan
pandangan
dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan

24
serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun denga
bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien
yang
menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi
bilateral, namun mempunyai
25
kecepatan yang berbeda.
Dapat
disebabkan oleh kejadian
trauma maupun sistemis,
seperti diabetes, namun
sebenarnya
merupakan konsekwensi dari
proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan
“matang” ketika orang
memasuki dekadeke tujuh.
Katarak

26
dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling
sering
yang berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan,
alkohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang
dalam jangka
27
waktu lama
Lensa mata mengandung tiga
komponen anatomis: nucleus,
korteks dan kapsul. Nukleus
mengalami perubahan warna
coklat kekuningan seiring
dengan bertambahnya usia.
Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri dianterior
dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang

28
paling bermakna. Perubahan
fisik
dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya
transparansi. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai infulks air kedalam
lensa
proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori

29
lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peranan
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien menderita
katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi. Perubahan

30
pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjangdari
badan silier sekitar daerah di
luar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan
kimia
dalam protein lensa dapat
menyebabkan kogulasi,
sehingga mengabutkan
pandangan
dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
31
protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun denga
bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien
yang

32
menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi
bilateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda.
Dapat
disebabkan oleh kejadian
trauma maupun sistemis,
seperti diabetes, namun
sebenarnya
merupakan konsekwensi dari
proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak

33
berkembang secara kronik dan
“matang” ketika orang
memasuki dekadeke tujuh.
Katarak
dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling
sering
yang berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan,
34
alkohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang
dalam jangka
waktu lama
4. Manifestasi Klinis

Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif

(seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap

dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang

pupil akan tampak benar benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di negatif

(-). Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat

menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

b. Peka terhadap sinar atau cahaya.

c. Dapat melihat dobel pada satu mata.

d. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

35
e. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan

kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,

penglihatan ke retina.

b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma. 

c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg) 

d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. 

e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma 

f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,

perdarahan. 

g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. 

h. EKG, kolesterol serum, lipid 

i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM 

6. Penatalaksanaan Katarak

Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu dengan

menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang

dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.

Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa

mata,  tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak

perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan

sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat

36
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata

lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea.

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

a. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun

1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.

b. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:

1) Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara

manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar

sehingga penyembuhan lebih lama.

2) Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana

menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material

nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini

dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti

nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap.

Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruh dihancurkan

(Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang

telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah

katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai

waktu pemulihan yang lebih cepat.

37
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.

Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi

telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan

lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat

berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak

dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa

intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam

tahap pengembangan.

Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah

mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu

mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat

jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata

orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu

terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat

kembali menjadi jelas.

38
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Aktivitas/Istrahat   

Gejala: Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan

penglihatan .

2. Neurosensori 

Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau

dengan kehilangan  bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja

dengan dekat/merasa di ruang gelap. Perubahan pengobatan tidak memperbaiki

penglihatan. Tanda: Tampak kecoklatan /putih susu pada pupil. Peningkatan air

mata. 

3. Nyeri/Kenyamanan

Gejala: Ketidaknyamanan ringan/mata berair .

4. Perubahan pola fungsi

Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :

a.  Persepsi tehadap kesehatan

Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan

merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi

terhadap obat, makanan atau yang lainnya.

39
b.  Pola aktifitas dan latihan

Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri,

dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3=

perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai

melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4

c.  Pola istirahat tidur

Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau

masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun. 

d.  Pola nutrisi metabolik

Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah

diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami

perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat

badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.

e.  Pola eliminasi       

Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk

BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau

dan frekuensi.

f.  Pola kognitif perseptual

Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,

melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri

karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.

g.  Pola konsep diri

40
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal

diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.

h. Pola koping

Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi

perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.

i.  Pola seksual reproduksi

Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalah

saat menstruasi.

j.   Pola peran hubungan

Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam

menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di

rumah sakit.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori (D.0085) Berhubungan dengan Gangguan Penglihatan
2. Resiko Cedera (D.0136) Dihubungan dengan Perubahan Fungsi Psikomotor
3. Nyeri (D.0077) Berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis

41
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
Gangguan Setelah dilakukan  Observasi
Persepsi Sensori intervensi keperawatan • Periksa status mental,
(D.0085) selama…..x 24 jam maka status sensori, dan tingkat
Berhubungan Gangguan Persepsi kenyamanan (mis. nyeri,
dengan sensori membaik kelelahan)
Gangguan dengan kriteria hasil :  Terapeutik
Penglihatan  Fungsi sensori • Diskusikan tingkat
 Ketajaman toleransi terhadap beban
penglihatan sedang sensori (mis. bising,
terlalu terang)
 Persepsi posisi • Batasi stimulus
tubuh sedang lingkungan (mis. cahaya,
suara, aktivitas)
• Jadwalkan aktivitas harian
dan waktu istirahat
• Kombinasikan
prosedur/tindakan dalam
satu waktu, sesuai
kebutuhan
 Edukasi
• Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus
(mis. mengatur
pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)
 Kolaborasi
• Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan
• Kolaborasi pemberian
obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus

Resiko Cedera Setelah dilakukan Pencegahan cedera


(D.0136) intervensi keperawatan  Observasi
Dihubungan selama…..x 24 jam maka • Identifikasi lingkungan
dengan Resiko cedera menurun yang mengakibatkan
cedera

42
Perubahan dengan kriteria hasil : • Indentifikasi kesesuaian
Fungsi  Toleransi aktifitas alas kaki atau stoking
Psikomotor meningkat elastis pada ekstremitas
 Luka atau lecet bawah
menurun  Terapeutik
 Gangguan mobilitas • Sediakan pencahayaan
menurun yang memadai
 Tekanan darah normal • Gunakan lampu tidur
 Frekuensi nadi normal selama tidur 
 Frekuensi nafas normal Gunakan alas lantai bila
 Pola istirahat berisiko mengalami
meningkat cedera serius
• Sediakan pispot atau
urinal untuk eliminasi
diatas tempat tidur
• Pastikan barang-barang
pribadi mudah dijangkau
• Pertahankan posisi
tempat tidur di posisi
terendah saat digunakan
 Edukasi
• Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
• Anjurkan berganti
posisi secara perlahan

 Pencegahan jatuh

 Observasi :
• Identifikasi factor risiko
jatuh
• Identifikasi factor
ligkungan yang
meningkatkan risiko
jatuh
• Hitung risiko jatuh
dengan menggunakan
skala
• Monitor kemampuan
berpindah dari tempat
tidur ke kunsi roda dan
sebaliknya Terapeutik
• Orientasi ruangan pada
pasien dan keluarga 
pastikan roda tempat
tidur dan kursi roda
slalu dalam keadaan
terkunci

43

Pasang hedrail tempat
tidur
• Atur tempat tidur
mekanis dalam posisi
rendah
• Gunakan alat bantu
berjalan
 Edukasi
• Ajurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
• Anjurkan menggunka
alas kaki yang tidak
licin
• Anjurkan berkonsetrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh
• Anjurkan melebarkan
kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat
berdiri
(D.0129) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Gangguan intervensi keperawatan
integritas selama…..x 24 jam maka  Observasi
kulit/jaringan Integritas kulit dan
berhubungan jaringan meningkat  lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Identifikasi skala
nyeri
 Identifikasi respon
nyeri non verbal
 Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor

44
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek
samping penggunaan
analgetik

 Terapeutik

 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Control
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

 Edukasi

 Jelaskan
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyri secara
mandiri
 Anjurkan
menggunakan analgetik

45
secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

 Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu

46
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-
lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang
lensa mata.

B. Saran

Karena katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia, maka


asuhan keperawatan pada pasien katarak harus di lakukan dengan profesional.
Tenaga keperawatan harus menjaga agar pasien katarak tidak sampai buta.

47
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

https://fdokumen.com/download/makalah-katarak-561a97c757fa5. Diakses pada tanggal 19


September 2021

https://www.slideshare.net/FathurRahman189/makalah-askep-katarak. Diakses pada tanggal


19 September 2021

48

Anda mungkin juga menyukai