Disusun Oleh :
Aditya
1911102411145
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Katarak”. Penyusun makalah ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Makalah ini tersusun atas bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta
penghargaan sebesar – besarnya kepada bapak Ns. Taufik Septiawan, M.Kep selaku
Dosen mata ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................3
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................................10
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1,5
persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar penderita katarak
Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan
bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya. Berdasarkan survei
kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan penyebab utama adalah katarak (0,78%);
di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand 0,3%).
Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi mata yang
dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul backlog
(penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi. Penumpukan ini antara lain
disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, kurangnya
1
pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas
pelayan kesehatan mata yang masih terbatas. Maka dari itu kami terdorong untuk
menyusun makalah ini, sehingga dapat menambah pengetahuan kita tentang insiden
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Katarak
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi
akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat
juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid
jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang
lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001).
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada
lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein
lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan
berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas
3
karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata
dapat bervariasi.
2. Etiologi
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda asing yang
merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling lazim mengenai
orang-orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata akan terkena dan sebelah
mata lebih dulu terkena baru mata yang satunya lagi.
Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru
mendapatkannya kemudian karena warisan dari orang tuanya.Namun kembali lagi,
katarak hanya lazim terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut.Coba perhatikan hewan
yang berumur tua, terkadang bisa kita melihat pengaburan lensa di matanya.Semua ini
karena faktor degenerasi.
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
Katarak akan berkembang secara perlahan-lahan. Orang-orang tua yang hidup sendiri
(sedikit orang-orang disekitarnya/kurang dirawat) lebih sering terkena katarak.Karena
4
kebanyakan dari mereka kurang minum air atau cairan lainnya guna menjaga peredaran
darahnya tetap mengalir sebagaimana mestinya.
3. Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus, korteks dan kapsul.
usia. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam
lensa proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peranan dalam melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjangdari badan silier sekitar
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
5
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun denga bertambahnya usia dan tidak ada pada
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun
katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekadeke tujuh.
Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak
yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
8
Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi. Perubahan
pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjangdari
badan silier sekitar daerah di
luar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan
kimia
dalam protein lensa dapat
menyebabkan kogulasi,
sehingga mengabutkan
pandangan
9
dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim
10
akan menurun denga
bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien
yang
menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi
bilateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda.
Dapat
disebabkan oleh kejadian
trauma maupun sistemis,
seperti diabetes, namun
sebenarnya
11
merupakan konsekwensi dari
proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan
“matang” ketika orang
memasuki dekadeke tujuh.
Katarak
dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling
sering
12
yang berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan,
alkohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang
dalam jangka
waktu lama
Lensa mata mengandung tiga
komponen anatomis: nucleus,
korteks dan kapsul. Nukleus
13
mengalami perubahan warna
coklat kekuningan seiring
dengan bertambahnya usia.
Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri dianterior
dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna. Perubahan
fisik
dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya
transparansi. Salah satu teori
14
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai infulks air kedalam
lensa
proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori
lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peranan
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada
15
kebanyakan pasien menderita
katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi. Perubahan
pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjangdari
badan silier sekitar daerah di
luar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan
kimia
16
dalam protein lensa dapat
menyebabkan kogulasi,
sehingga mengabutkan
pandangan
dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa
17
suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun denga
bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien
yang
menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi
bilateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda.
Dapat
18
disebabkan oleh kejadian
trauma maupun sistemis,
seperti diabetes, namun
sebenarnya
merupakan konsekwensi dari
proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan
“matang” ketika orang
memasuki dekadeke tujuh.
Katarak
dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat
19
menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling
sering
yang berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan,
alkohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang
dalam jangka
waktu lama
20
Lensa mata mengandung tiga
komponen anatomis: nucleus,
korteks dan kapsul. Nukleus
mengalami perubahan warna
coklat kekuningan seiring
dengan bertambahnya usia.
Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri dianterior
dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna. Perubahan
fisik
21
dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya
transparansi. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai infulks air kedalam
lensa
proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori
lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peranan
dalam melindungi lensa dari
22
degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien menderita
katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi. Perubahan
pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjangdari
badan silier sekitar daerah di
luar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan
23
mengalami distorsi. Perubahan
kimia
dalam protein lensa dapat
menyebabkan kogulasi,
sehingga mengabutkan
pandangan
dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan
24
serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun denga
bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien
yang
menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi
bilateral, namun mempunyai
25
kecepatan yang berbeda.
Dapat
disebabkan oleh kejadian
trauma maupun sistemis,
seperti diabetes, namun
sebenarnya
merupakan konsekwensi dari
proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan
“matang” ketika orang
memasuki dekadeke tujuh.
Katarak
26
dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling
sering
yang berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan,
alkohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang
dalam jangka
27
waktu lama
Lensa mata mengandung tiga
komponen anatomis: nucleus,
korteks dan kapsul. Nukleus
mengalami perubahan warna
coklat kekuningan seiring
dengan bertambahnya usia.
Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri dianterior
dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang
28
paling bermakna. Perubahan
fisik
dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya
transparansi. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi
disertai infulks air kedalam
lensa
proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori
29
lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peranan
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien menderita
katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi. Perubahan
30
pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjangdari
badan silier sekitar daerah di
luar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan
kimia
dalam protein lensa dapat
menyebabkan kogulasi,
sehingga mengabutkan
pandangan
dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya
31
protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun denga
bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien
yang
32
menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi
bilateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda.
Dapat
disebabkan oleh kejadian
trauma maupun sistemis,
seperti diabetes, namun
sebenarnya
merupakan konsekwensi dari
proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak
33
berkembang secara kronik dan
“matang” ketika orang
memasuki dekadeke tujuh.
Katarak
dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling
sering
yang berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan,
34
alkohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang
dalam jangka
waktu lama
4. Manifestasi Klinis
dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang
pupil akan tampak benar benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di negatif
(-). Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat
35
e. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
5. Pemeriksaan Penunjang
penglihatan ke retina.
perdarahan.
6. Penatalaksanaan Katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak
36
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata
Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun
1) Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara
manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar
nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini
dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti
nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap.
Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata yang keruh dihancurkan
(Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang
telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah
katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai
37
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi
telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan
dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
tahap pengembangan.
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah
mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu
mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat
jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata
orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu
terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat
38
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istrahat
penglihatan .
2. Neurosensori
penglihatan. Tanda: Tampak kecoklatan /putih susu pada pupil. Peningkatan air
mata.
3. Nyeri/Kenyamanan
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
39
b. Pola aktifitas dan latihan
perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai
melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami
perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk
BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau
dan frekuensi.
40
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal
diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi
perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalah
saat menstruasi.
rumah sakit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori (D.0085) Berhubungan dengan Gangguan Penglihatan
2. Resiko Cedera (D.0136) Dihubungan dengan Perubahan Fungsi Psikomotor
3. Nyeri (D.0077) Berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis
41
C. Intervensi Keperawatan
42
Perubahan dengan kriteria hasil : • Indentifikasi kesesuaian
Fungsi Toleransi aktifitas alas kaki atau stoking
Psikomotor meningkat elastis pada ekstremitas
Luka atau lecet bawah
menurun Terapeutik
Gangguan mobilitas • Sediakan pencahayaan
menurun yang memadai
Tekanan darah normal • Gunakan lampu tidur
Frekuensi nadi normal selama tidur
Frekuensi nafas normal Gunakan alas lantai bila
Pola istirahat berisiko mengalami
meningkat cedera serius
• Sediakan pispot atau
urinal untuk eliminasi
diatas tempat tidur
• Pastikan barang-barang
pribadi mudah dijangkau
• Pertahankan posisi
tempat tidur di posisi
terendah saat digunakan
Edukasi
• Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
• Anjurkan berganti
posisi secara perlahan
Pencegahan jatuh
Observasi :
• Identifikasi factor risiko
jatuh
• Identifikasi factor
ligkungan yang
meningkatkan risiko
jatuh
• Hitung risiko jatuh
dengan menggunakan
skala
• Monitor kemampuan
berpindah dari tempat
tidur ke kunsi roda dan
sebaliknya Terapeutik
• Orientasi ruangan pada
pasien dan keluarga
pastikan roda tempat
tidur dan kursi roda
slalu dalam keadaan
terkunci
43
•
Pasang hedrail tempat
tidur
• Atur tempat tidur
mekanis dalam posisi
rendah
• Gunakan alat bantu
berjalan
Edukasi
• Ajurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
• Anjurkan menggunka
alas kaki yang tidak
licin
• Anjurkan berkonsetrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh
• Anjurkan melebarkan
kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat
berdiri
(D.0129) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Gangguan intervensi keperawatan
integritas selama…..x 24 jam maka Observasi
kulit/jaringan Integritas kulit dan
berhubungan jaringan meningkat lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Identifikasi skala
nyeri
Identifikasi respon
nyeri non verbal
Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Monitor
44
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
Control
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat
dan tidur
Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan
memonitor nyri secara
mandiri
Anjurkan
menggunakan analgetik
45
secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
46
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-
lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang
lensa mata.
B. Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
48