Anda di halaman 1dari 17

Tugas 1 Aplikasi Komputer

(Proposal Penelitian)

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap

Yustriani Sulistiawikarsih Situmorang

1911102411201

Program Studi S1 Keperawatan Alih Jenjang

Fakultas Kesehatan dan Farmasi

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

2019-2020
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal penelitian ini adalah sekedar untuk
mengisi nilai tugas mata kuliah Aplikasi Komputer di Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur dan sekaligus sebagai bahan belajar saya dalam pembuatan dokumen
terstruktur berbasis studi kasus. Selain itu, proposal penelitian ini bukan ditujukan kepada
pihak lain sebagai referensi karya ilmiah ataupun karya tulis lainnya dikarenakan pada
proposal penelitian ini masih terdapat pernyataan-pernyataan yang belum dapat dipastikan
kebenarannya.

Samarinda, 25 Oktober 2019

Yustriani S. Situmorang
DAFTAR ISI

Contents
PERNYATAAN.......................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................5
DAFTAR TABEL....................................................................................................................6
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................7
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................................7
1.3 Tujuaan Penelitian..........................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................................7
2. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori..................................................................................7
2.1 Sub Bab..........................................................................................................................7
2.2 Sub Bab..........................................................................................................................8
3. Metode Penelitian.................................................................................................................8
3.1 Alat dan Bahan Penelitian...............................................................................................8
3.1.1 Alat Penelitian..........................................................................................................8
3.1.2 Bahan Penelitian..........................................................................................................8
3.2 Metode Penelitian...........................................................................................................8
4. Jadwal Penelitian..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
1. Pendahuluan

Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama


disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis
atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang
sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun
negara berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena
penyakit ini. Di Eropa diperhitungkan 20- 40.000 orang dari 1 juta penduduk
menderita PJK. Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI
menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Bahkan, sekarang (tahun 2000-an) dapat dipastikan, kecenderungan penyebab
kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular
(antara lain PJK) dan degeneratif.

Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pektoris. Angina pektoris
ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan sakit dada yang timbul pada
waktu melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi > 70% penyempitan arteri koronaria. Angina
pektoris dapat muncul sebagai angina pektoris stabil (APS, stable angina), dan
keadaan ini bisa berkembang menjadi lebih berat dan menimbulkan Sindroma
Koroner Akut (SKA) atau yang dikenal sebagai serangan jantung mendadak
(heart attack) dan bisa menyebabkan kematian.
1.1. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang


Sejarah perkembangan epidemiologi diawali dengan perhatian yang lebih besar
terhadap penyakit menular daripada penyakit tidak menular. Namun perubahan pola
struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberikan andil terhadap
perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi, yang pada gilirannya dapat
memacu semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Oleh karena itu epidemiologi
saat ini dituntut untuk memberikan perhatian kepada penyakit tidak menular karena
penyakit tersebut mulai meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat.1
Pembangunan di bidang kesehatan di Indonesia dihadapkan pada beban ganda. Di
satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
banyak kasus yang belum dapat teratasi. Di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus
penyakit tidak menular, yang merupakan penyakit gaya hidup serta penyakit-penyakit
degeneratif, seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), stroke, hipertensi, Diabetes
Mellitus (DM), dan lain-lain.2
PJK merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah, baik di
negara maju maupun berkembang. World Health Organization (WHO) melaporkan
pada tahun 2000 Proportional Mortality Ratio (PMR) akibat PJK di dunia sebesar
12,7%.3
 Yunni Sari : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSUD
Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2004 - 2008.
Laporan WHO tahun 2001 menunjukkan bahwa PMR akibat penyakit kardiovaskuler
sebesar 29,3% dari seluruh kematian di dunia. Perincian dari PMR akibat penyakit
kardiovaskuler tersebut adalah PJK (43,08%), stroke (32,92%), penyakit jantung
hipertensi (5,44%), penyakit radang jantung (2,41% ), penyakit jantung rematik
(1,96%), dan penyakit jantung lainnya (14,19%).4
Menurut WHO pada tahun 2002 di negara maju PMR akibat PJK sebesar 17,1%, di
negara sedang berkembang sebesar 3,4%, dan di negara miskin sebesar 10,8%. Pada
tahun 2004 di negara maju PMR akibat PJK sebesar 16,3%, di negara sedang
berkembang sebesar 13,9%, dan di negara miskin sebesar 9,4%.5,6
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, PMR penyakit
kardiovaskuler di Indonesia sebesar 16% dan meningkat menjadi 18,9% pada tahun
1995. Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, PMR penyakit
kardiovaskuler sebesar 26,4%.7
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI tahun 2005, PJK menempati
urutan kelima sebagai penyebab kematian terbanyak dari seluruh rumah sakit di
Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang (PMR 2,67%). Urutan pertama
ditempati oleh stroke dengan jumlah kematian 4.692 orang (PMR 4,87%), urutan
kedua ditempati perdarahan intrakranial dengan jumlah kematian 3.572 orang (PMR
3,71%), urutan ketiga ditempati septisemia dengan jumlah kematian 3.065 orang
(PMR 3,18%), dan urutan keempat ditempati gagal ginjal dengan jumlah kematian
3.047 orang (PMR 3,16%).8
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
karakteristik penderita PJK di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai tahun 2004-2008.

1.2 Perumusan Masalah


Belum diketahui karakteristik penderita PJK rawat inap
1.3 Tujuaan Penelitian
Mengetahui karakteristik penderita PJK rawat inap

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi RS dalam upaya program penyediaan fasilitas pengobatan.

2. Menambah wawasan penulis serta menerapkan ilmu yang telah diperoleh penulis selama
masa perkuliahan.

3. Sebagai sumber informasi untuk peneliti lain yang erat kaitannya dengan PJK.

2. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

2.1 Tinjauan Pustaka

Jantung adalah organ muskular berlubang yang berfungsi sebagai pompa ganda sistem
kardiovaskular. Sisi kanan jantung memompa darah ke paru-paru sedangkan sisi kiri
jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Berat jantung normal berkisar satu pon
atau 0,45 kg dan kurang lebih sebesar kepalan tangan orang dewasa.14 Pada
perempuan berat normal jantung 250-300 gram dan pada laki-laki 300-350 gram.15
Jantung terletak di dalam rongga dada dan terletak di antara sternum (ruang dada) dan
kolumna vertebralis.14

Jantung memiliki tiga lapisan yaitu endokardium, miokardium, dan epikardium.


Lapisan pertama jantung disebut endokardium dan berfungsi sebagai lapisan bagian
dalam jantung. Lapisan kedua jantung disebut miokardium yang berfungsi
memompakan darah. Lapisan ketiga jantung disebut epikardium merupakan membran
protektif yang menutup sebelah luar jantung. Jantung dibungkus kantong yang
melekat longgar yang disebut perikardium atau kantung perikard.14

Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel

kanan, dan ventrikel kiri. Atrium adalah ruang sebelah atas yang berfungsi sebagai

reservoir darah. Atrium berdinding tipis. Ventrikel adalah ruangan sebelah bawah

jantung. Ventrikel kiri berdinding lebih tebal karena memompa darah ke seluruh

tubuh. Dinding ventrikel kanan lebih tipis, karena ia memompa darah hanya ke paru-
paru. 14,16

Jantung mempunyai empat katup. Katup merupakan bangunan mirip penutup yang
membuka dan menutup sebagai respon terhadap pemompaan jantung. Keempat katup
tersebut yaitu katup trikuspid (katup antara atrium kanan dan ventrikel kanan), katup
pulmonal (katup antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis), katup mitral atau
bikuspid (katup antara atrium kiri dan ventrikel kiri), dan katup aorta (katup antara
ventrikel kiri dan aorta). 14,16

Jantung memiliki tiga jenis pembuluh darah utama yaitu arteri, vena, kapiler. Arteri
adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah yang teroksigenasi dari ventrikel kiri
ke semua bagian tubuh. Arteri mempunyai dinding yang tebal dari semua pembuluh
darah karena harus menahan tekanan pompa jantung. Aorta adalah arteri terbesar.
Vena adalah pembuluh darah yang membawa darah yang kaya akan karbon dioksida
dan sisa-sisa metabolisme lainnya dari sel-sel tubuh kembali ke jantung. Dinding vena
lebih tipis daripada dinding arteri. Vena kava adalah vena yang terbesar dalam tubuh.
Kapiler adalah pembuluh darah yang paling kecil di dalam

tubuh. Kapiler juga memiliki dinding yang tipis. Pertukaran oksigen dan sisa-sisa
metabolisme lainnya antara darah dan badan sel terjadi melalui dinding kapiler. 14,16

2.3. Definisi Penyakit Jantung Koroner

Jantung merupakan organ yang membutuhkan suplai makanan dan oksigen. Suplai
makanan dan oksigen tersebut tidak diambil dari darah yang berada di ruangan
jantung melainkan disalurkan melalui pembuluh darah khusus yang disebut pembuluh
darah koroner. Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang
disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah koroner tersebut sehingga jantung
akan mengalami kekurangan darah dengan segala manifestasinya. Gangguan pada
pembuluh darah tersebut dapat berupa penyempitan pembuluh darah koroner oleh
endapan lemak (ateroma atau plak).1,12,13
Patofisiologi PJK

Patofisiologi dasar PJK adalah ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan


oksigen miokardium. Penyediaan oksigen miokardium bisa menurun atau kebutuhan
oksigen miokardium bisa meningkat melebihi batas cadangan perfusi koroner.
Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium harus dipenuhi dengan peningkatan
aliran darah.20

Pada umumnya gangguan suplai darah arteri koroner dianggap berbahaya bila terjadi
penyempitan sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau cabang utama arteri koroner.
Penyempitan yang kurang dari 50% kemungkinan belum menampakkan gangguan
yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada beratnya arteriosklerosis dan luasnya
gangguan jantung. 1

Faktor-Faktor Risiko PJK

Dalam ilmu kedokteran, factor risiko PJK ada yang bersifat utama dan ada pula yang
bersifat pelengkap. Faktor utama dan pelengkap itu masih dibagi lagi dengan yang
tidak bias dikendalikan maupun yang masih bias dikendalikan. 12

Faktor risiko utama yang tidak dapat dikendalikan meliputi keturunan (riwayat
keluarga), jenis kelamin, dan umur. Penjelasan dari faktor-faktor risiko tersebut yaitu:
a. Keturunan (Riwayat Keluarga)

Hubungan antara keturunan (riwayat keluarga) terhadap timbulnya PJK telah


dibuktikan dari penelitian case control dan cohort. Pada penelitian case control
(Rissanen, 1979) mengatakan ayah pasien PJK mengalami lebih dari 2 kali angka PJK
daripada ayah pasien kontrol. Pada penelitian cohort (Gillum, 1978) mengatakan
umumnya angka PJK cenderung tinggi pada subjek yang orang tuanya telah
menderita PJK dini. Bila kedua orang tua menderita PJK pada usia muda, maka
anaknya memiliki risiko lebih tinggi bagi berkembangnya PJK daripada bila hanya
salah satu atau tidak ada dari orangtuanya yang menderita PJK.26

b. Jenis Kelamin

Risiko relatif morbiditas akibat PJK pada laki-laki 2 kali lebih besar dibanding
perempuan dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki daripada
perempuan. Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah
menopause insidensi PJK meningkat dengan cepat dan sebanding dengan insidensi
pada laki-laki.25,28

c. Umur

Umur seseorang ternyata merupakan faktor risiko yang kuat bagi terjadinya PJK.18
Pada umur 30-39 tahun rata-rata laki-laki memiliki risiko relatif 3 kali lebih besar
dibanding perempuan. Perbedaan ini menjadi berkurang sesuai dengan peningkatan
umur yaitu dengan rasio 2:3 pada umur 40-49 tahun dan menjadi 1:7 pada umur 50-59
tahun.29

Faktor risiko utama yang dapat dikendalikan meliputi merokok, kadar kolesterol, dan
hipertensi. Penjelasan dari faktor-faktor risiko tersebut yaitu:

a. Merokok

Merokok bukan hanya merupakan salah satu faktor risiko potensial yang
menimbulkan aterosklerosis, melainkan juga merupakan salah satu faktor yang jika
dikurangi atau dihentikan secara jelas menurunkan risiko timbulnya aterosklerosis. 23
Dalam risetnya selama 26 tahun, Framingham Study menyatakan bahwa laki-laki
yang perokok memiliki risiko relatif menderita PJK 4 kali lebih besar sedangkan pada
perempuan 5 kali lebih besar dibanding yang bukan perokok.18

Bahaya merokok disebabkan adanya nikotin dan karbon monoksida. Nikotin


merupakan vasokonstriktor yang menyebabkan arteri menyempit oleh aterosklerosis.
Nikotin juga membebaskan katekolamin yang mempunyai efek terhadap ujung syaraf
adrenergik yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
Karbon monoksida menurunkan kapasitas oksigen dalam darah dan menambah kerja
jantung.13, 19, 25

b. Kadar Kolesterol
Kolesterol adalah bagian dari lemak yang disebut lipid plasma. Kolesterol bersama-
sama dengan kadar trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas merupakan unsur
utama dari lipid plasma. Lipid plasma tidak dapat larut dalam darah, sehingga lipid
plasma dimodifikasi menjadi lipoprotein agar dapat larut dalam darah. Kolesterol
dalam darah dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu LDL (Low Density
Lipoprotein), VLDL (Very Low Density Lipoprotein), dan HDL (High Density
Lipoprotein).12 Penderita hiperkolesterolemia memiliki risiko relatif 2 kali lebih
besar menderita PJK dibanding kelompok kadar kolesterol kurang dari 200 mg/dl.30

c. Hipertensi

Hipertensi adalah faktor risiko terpenting pada orang yang berusia lebih dari 45 tahun.
Pada penelitian Framingham, penderita hipertensi memiliki risiko relatif 5 kali lebih
besar terkena PJK dari orang yang normotensi.23

Peningkatan tekanan darah sistemik akan meningkatkan penahan dorongan (ejeksi)


dari ventrikel kiri jantung sebagai kompensasi untuk meningkatkan kekuatan
kontraksi jantung, akibatnya terjadi penebalan ventrikel jantung atau hipertensi

ventrikel. Jika sudah demikian maka beban jantung pun meningkat sekaligus
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung sehingga terjadilah iskemia.18, 19

Joint National Committee on Detection Evaluation and Treatment of High Blood


Pressure (JNC VII) tahun 2003 memberikan batasan hipertensi sebagai berikut:32

Tabel 2.1. Klasifikasi Derajat Tekanan Darah Menurut JNC VII Tahun 2003

Faktor-faktor risiko yang merupakan faktor risiko pelengkap terjadinya PJK meliputi
Diabetes Mellitus (DM), obesitas, stres, dan aktivitas fisik.

Pencegahan PJK

Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial dianjurkan agar dilakukan masyarakat. Pencegahan primordial


bertujuan memelihara kesehatan setiap orang yang sehat agar tetap sehat dan terhindar
dari segala jenis penyakit termasuk penyakit jantung. Cara hidup sehat merupakan
dasar pencegahan primordial PJK. Cara hidup sehat mencakup mengkonsumsi
makanan yang sehat, tidak merokok, beraktivitas fisik dan berolahraga, menghindari
dan mencegah ketegangan batin (stres), dan memelihara lingkungan hidup yang
sehat.33

Pencegahan Primer

Pencegahan primer ditujukan kepada masyarakat yang telah memiliki resiko untuk
terkena PJK. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan:
a. Menurunkan kadar kolesterol yang dilakukan dengan mengurangi makanan yang
mengandung kadar kolesterol tinggi.

b. Mengurangi obesitas dengan membatasi kalori dalam makanan dan minuman


sehari-hari.

c. Mencegah stres, menghindari rokok, dan obat yang memiliki efek buruk pada
pembuluh darah jantung.

d. Menurunkan tekanan darah dengan menghindari makanan dengan kadar garam


tinggi.33,34

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan kepada orang yang sudah terlanjur menderita PJK
untuk mencegah terjadinya kerusakan jantung yang lebih berat dengan usaha
menyembuhkan penyakit secepat mungkin. Pencegahan sekunder meliputi diagnosis
dini (pemeriksaan PJK) dan pengobatan yang tepat.33

a. Pemeriksaan PJK

a.1. Anamnesis

Anamnesis merupakan cara untuk mendapatkan keterangan dan data klinis tentang
keadaan penyakit seorang pasien melalui tanya-jawab lisan.

a.2. Elektrokardiogram (EKG)

Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman potensial listrik yang timbul sebagai akibat
aktivitas jantung. EKG dapat merekam potensial-potensial listrik yang timbul pada
waktu otot-otot jantung berkontraksi.35 Sinyal elektrik kecil yang melintas atrium
jantung dan ventrikel jantung dan memacu denyut jantung dapat tercacat di atas
kertas. Elektrode ditempatkan pada lengan dan tungkai dan pada enam posisi di dada
di depan jantung.36

a.3. Foto Rontgen Dada

Foto rontgen dada merupakan metode untuk mendapatkan gambaran jantung untuk
menentukan secara keseluruhan dari ukuran jantung dan untuk mendeteksi bendungan
di paru-paru. Meskipun demikian, gambaran jantung yang didapat bersifat statik, dan
informasi yang lebih terperinci dapat diperoleh dari ekokardiografi.36

a.4. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kenaikan enzim jantung pada


infark miokardium akut. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL,
dan kadar trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor risiko seperti
hiperlipidemia. Dan pemeriksaan gula darah juga perlu dilakukan untuk menemukan
diabetes mellitus yang juga merupakan faktor risiko terjadinya PJK.35
a.5. Uji Latihan Jasmani

Uji latihan jasmani dilakukan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer yang
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG sampai pasien mencapai kecepatan
jantung maksimal. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan.
Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya
PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada
keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal. 35

a.6. Kateterisasi Jantung

Kateterisasi merupakan pemeriksaan lanjutan yang lebih invasif, yaitu dengan


memasukkan kateter ke dalam ventrikel jantung melalui pembuluh darah dilipat paha
atau siku dengan pembiusan lokal, yang ujungnya didorong ke dalam ventrikel
jantung dan dipantau lewat layar monitor untuk memeriksa keadaan anatomi dan
fungsi jantung.

Pengobatan PJK

Obat-obat yang diberikan pada penderita PJK, yaitu:

b.1. Analgetik

Analgetik yang biasanya golongan narkotik (morfin). Analgetik ini diberikan secara
intravena dengan pengenceran dan diberikan secara perlahan. Dosis awalnya 2,0-2,5
mg dan dapat diulangi jika diperlukan.

b.2. Nitrat

Nitrat mempunyai efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatkan
suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian
dilanjutkan dengan peroral atau intravena.

b.3. Aspirin

Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Aspirin dianjurkan diberikan


sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan angka
kematian.

b.4. Betablocker

Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga akan


menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Disamping itu betablocker juga mempunyai
efek anti aritmia.21

2.6.4. Pencegahan Tertier


Pencegahan tertier ditujukan kepada penderita jantung koroner yang keadaannya
sudah tidak mengkhawatirkan lagi dengan tujuan agar mereka secepat mungkin dapat
beraktivitas kembali.33

Pencegahan dalam tingkatan ini bisa berupa rehabilitasi jantung. Rehabilitasi jantung,
seperti yang didefinisikan oleh American Heart Association dan The Task Force on
Cardiovaskular Rehabilitation of The National Heart, Lung, and Blood Institute,
adalah proses untuk memulihkan dan memelihara potensi fisik, psikologis, sosial,
pendidikan, dan pekerjaan pasien. Program rehabilitasi jantung memang terutama
ditujukan kepada penderita PJK atau pasca operasi jantung. 16, 26

2. Metode Penelitian

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebegai berikut :

1. Kajian Pustaka

Penelaahan terhadap literatur-literatur, buku-buku pendukung, jurnal penelitian, dan


laporan-laporan untuk mendapatkan konsep teori mengenai masalah yang diteliti.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu
status penderita PJK kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang
dibutuhkan.

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.1.1 Alat Penelitian

3.1.2 Bahan Penelitian

3.2 Metode Penelitian

4. Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

1. Bustan, M. N. 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta.

2. Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi.
Jakarta: Ditjen PPTM dan Ditjen PP & PL.

3. Siregar, F. A., dkk. 2005. Analisis Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Penderita Rawat
Jalan Rumah Sakit Dokter Pirngadi Medan. Majalah Info Kesehatan Masyarakat Vol. IX No.1

4. WHO. 2002. The World Health Report 2001: Reducing Risks, Promoting Healthy Life.
Diakses tanggal 10 Februari 2009. http://www.who.int/whr/2002

7. Depkes RI. 2006. Profil Kesehatan Indonesia 2004. Jakarta.

8. Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta.

12. Tapan, E. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: Elex Media Komputindo.

13. Payne, M. 1995. Kiat Menghindari Penyakit Jantung. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

14. Atwood, S., dkk.1996. Pengenalan Dasar Disritmia Jantung. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

15.Hirmawan, S. 1973. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomi FK UI.

16. Price, S. A. dan Lorraine M. W. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit
Edisi 4 Buku 1. Jakarta:EGC.

18. Irawan, dkk. 1998. Waspadai Ancaman Stroke dan Jantung Koroner. Bandung: Carya
Remadja.

19.Yasmin, A. 1996. Proses Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Kardiovaskular.


Jakarta: EGC

20. Chung, E K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular. Jakarta:EGC

21. Joewono, B. S. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University

Press.

23. Isselbacher, dkk. 2000. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3. Jakarta:
EGC.

25. Gray, H. H. 2005. Lecture Notes: Kardiologi. Jakarta: Erlangga.

26.Kaplan, N. 1994. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner: Penatalaksanaan


Praktis dari Faktor-Faktor Risiko. Jakarta: EGC.

28. Erman, Efrina. 1996. Penyakit Jantung Koroner pada Wanita. Majalah Kesehatan
Masyarakat Indonesia Vol. XXIV No.4. Jakarta.

29.Santoso, T. 2001. Perkembangan dan Berbagai Permasalahan Intervensi Koroner. Diakses


tanggal 25 Februari 2009. http://www.internal.fk.ui.ac.id

30. Bambang, H. dan Suharti K. 2003. Pencegahan Stroke dan serangan Jantung pada Usia
Muda. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

32. Kaplan dan Joseph, M.D. 2006. Kaplan’s Clinical Hypertension Ninth Edition. USA:
Lipppincott Williams & Wilkins.

33. Kertohoesodo, S. 1988. Pencegahan Penyakit Jantung. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

34. Iskandar. 2004. Menuju Hidup Sehat dan Awet Muda. Jakarta: PT Bhuna Ilmu Populer.

35. Noer, I. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI.

36. Petch, M. 1996. Buku Pintar Kesehatan Penyakit Jantung. Jakarta: Arcan.

Anda mungkin juga menyukai