Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN PADA BAYI SEHAT

Batasan Bayi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dengan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.

Ciri-ciri Bayi Normal


 Berat badan 2500 – 4000 gram
 Panjang badan lahir 48 – 50 cm
 Lingkar dada 30 – 38 cm
 Lingkar kepala 33 – 35 cm
 Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 x/menit, kemudian menurun
sampai 120 – 140 x/menit.
 Pernapasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 x/menit, kemudian menurun
setelah tenang kira-kira 40 x/menit.
 Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan
diliputi vernix caseosa
 Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
 Kuk panjang dan lemas
 Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan, testis sudah
turun (pada laki-laki).
 Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
 Reflek moro sudah baik : bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti
memeluk.
 Reflek Graff sudah baik : apabila diletakkan sesuatu benda di atas telapak tangan, bayi
akan menggenggam/ adanya gerakan refleks.
 Eliminasi baik : urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.

Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Bayi Baru Lahir


1. Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah,
untuk menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir diambil dari hasil
metabolisme asam lemak sehingga kadar gula dapat mencapai 120 mg/ 100 ml.
Apabila karena sesuatu hal misalnya bayi dari ibu yang menderita DM dan BBLR,
perubahan glukosa menjadi glikogen akan meningkat atau terjadi gangguan
metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka
kemungkinan bayi akan mengalami hipoglikemia.

2. Perubahan Suhu Tubuh


Segera setelah bayi lahir, bayi akan berada di tempat yang suhu lingkungannya
lebih rendah dari lingkungan dalam rahim. Suhu tubuh neonatus yang normal yaitu
sekitar 36,5 ºC sampai 37 ºC. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar (25 ºC) maka bayi
akan kehilangan panas melalui evaporasi (penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak
200 kalori/kg BB/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya
per sepuluh dari jumlah kehilangan panas di atas, dalam waktu yang bersamaan. Hal
ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2 ºC dalam waktu 15 menit.
Keadaan ini sangat berbahaya untuk neonatus terlebih bagi bayi BBLR, bayi dapat
mengalami asfiksia karena tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut
dengan produksi panas yang dibuat sendiri.
Akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan akan meningkat dan berakibat
lebih mudah terjadinya asidosis metabolic berat sehingga kebutuhan oksigen akan
meningkat . Selain itu hipotermi yang terjadi pada neonatus dapat menyebabkan
hipoglikemia.
Untuk mengurangi kehilangan panas tersebut di atas dapat dapat ditanggulangi
dengan mengatur suhu lingkungan, membungkus badan bayi dengan kain hangat,
membungkus kepala bayi, disimpan ditempat tidur yang sudah dihangatkan atau
dimasukkan sementara ke dalam incubator.

3. Perubahan Pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapat O2 dari pertukaran gas melalui plasenta.
Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama bayi adalah :
a. Tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir.
b. Penurunan tekanan O2 dan kenaikan tekanan CO2 merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotis.
c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan
pernapasan.
d. Refleks deflasi Hering Breur
Perkembangan normal pada neonatus pertama kali bernapas 30 detik sesudah
kelahiran, tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per vagina
mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80 – 100 ml)
kehilangan ⅓ dari jumlah cairan tersebut, sehingga cairan yang hilang ini diganti
dengan udara, paru-paru berkembang dan rongga dada kembali pada bentuk
semula..

4. Perubahan Sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru tekanan O2 di dalam alveoli meningkat, dan
tekanan CO2 menurun, hal ini mengakibatkan aliran darah ke paru-paru meningkat,
akhirnya darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus
menutup.
Dengan terpotongnya tali pusat, arteri dan vena umbilikalis menciut, aliran
darah dari plasenta melalui vena cava superior dan foramen ovale ke atrium kiri
terhenti, paru-paru mulai berfungsi.
Dengan masuknya darah dari paru-paru ke dalam atrium kiri, tekanan atrium
kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan, hal ini menyebabkan
foramen menutup, sirkulasi janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar
badan ibu.

5. Perubahan lain yaitu mulai berfungsinya alat-alat pencernaan, hepar, ginjal dan alat-
alat lainnya.
ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL

1. Pengkajian  inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi


a. Riwayat kehamilan
Mulai HPHT – umur kehamilan 38 – 42 minggu
 Ibu tidak menderita : hipertensi, kelainan jantung, DM, penyakit menular
 Riwayat obstetric baik
 Kehamilan < 3 kali
 Umur ibu < 20 tahun dan < 35 tahun
 Nutrisi ibu
 Pemeriksaan kehamilan secara teratur

b. Riwayat persalinan
 Bayi lahir spontan
 Letak belakang kepala
 Bayi segera bernapas
 Bayi segera menangis : kuat dan keras, tidak lemah dan tidak nyaring
 Nilai Apgar  1 menit : 10 ; 5 menit : 10
 Pada kala I dan II tidak ada kelainan

c. Penentuan usia kehamilan


Usia kehamilan 38 – 42 minggu – cukup bulan, dengan pemeriksaan
 Garis lipatan telapak kaki
 Nodules buah dada
 Rambut kulit kepala
 Daun telinga
 Bayi laki-laki  testis tergantung
 Bayi perempuan  klitoris dan labia minora ditutupi labia mayora.

2. Pemeriksaan fisik  Apgar Score, Antropometri, tanda-tanda vital

3. Pemeriksaan Refleks
a. Refleks moro : sentuhan, berkurang pada umur 4 bulan, hilang 6 bulan
b. Refleks roting : menoleh, berkurang pada umur 6 bulan, berhenti usia 1 tahun
c. Refleks swallowing : menelan
d. Refleks stopping : berinjak
e. Refleks Palmar Graps : menggenggam, berkurang pada umur 4 bulan
f. Babinsky : mengikuti arah, berhenti pada usia 1 tahun
g. Mata berkedip : dengan rangsangan cahaya atau sentuhan, sejak lahir – sepanjang
kehidupan
PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Kulit
Memberi petunjuk umur kehjamilan :
 Kulit biasanya halus, lembut dan padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada
telapak tangan, kaki dan selangkangan.
 Vernix caseosa : fungsi tak jelas
 Lanugo
 Petechiae, echimosa, ruam, pustula
 Warna : normal merah muda
Biru → cyanosis
Kuning → bilirubin / icterus
Pucat → anemia
 Mongolian spot
 Sclerema neonatorum
 Suhu tubuh berkisar antara 36,5 ºC – 37 ºC

Kepala
 Moulage/moulding
 Benjolan caput succedaneum, chepal hematoma, meningocele
 Hydrocephalus (sutura temporalis melebar)
 Craniotabes
 Ukuran lingkar kepala
- Sirkumferensia fronto-occipitalis 34 cm
- Sirkumferensia mento-occipitalis 35 cm
- Sirkumferensia suboccipitalis-bregmatika 32 cm
- Sirkumferensia submento-bregmatika 32 cm

Mata
 Conjunctivitis gonorhoica (blenorrhoe) :
- Timbul 1 – 4 hari
- Pencegahan AgNO3 1 % (Crede)
- Tetracyclin 1 %
 Subconjunctival bleeding
 Pupil refleks cahaya (+) normal
 Nystagmus → kelainan SSP
 Strabismus → minggu I → Normal
 Epicanthus → Down’s syndrome

Hidung
 Sumbatan → sulit bernapas
 Congenital → atresia choane
 Infeksi → rhinitis

Mulut
 Pearl Epstein → putih di langit-langit ; Moniliasis
 Palatoschisis
Telinga
 Congenital → Down’s syndrom
 Fistula preauricularis

Leher
 Bentuk pendek
 Webbed neck
 Lymphoma colli
 Caput obstipum

Thorax
 Pigeon chest, funnel chest
 Gland mamaae membesar
 Lingkar dada (32 – 34 cm)

Paru
 Normal pernapasan abdominal
 Sering pernapasan irreguler
Kadang tipe Cheyne stokes
 Frekuensi napas normal antara 30 – 60 kali/menit
 Perkusi ketukan yang lemah
 Auskultasi : krepitas tak selalu patologis

Jantung
 Heart rate normal : 120 – 160 kali/menit
 Tekanan darah normal : 60/30 – 90/50 mm Hg
 Auskultasi yang terpenting :
 Bising pada priode neonatus tak selalu kelainan anatomi
 Besar / kecilnya jantung sukar dengan perkusi

Abdomen
 Bentuk normal silinders, setelah 2 minggu ke lateral
 Hepar : palpasi 1 – 2 cm di bawah arkus kosta
 Lien tak teraba
 Perut membuncit : asites / tumor
 Perut cekung / datar : hernia diafragma

Umbilicus
 Terdiri dari 2 bagian : dilapisi amnion dan kulit
 Mengalami mumifikasi : lepas 4 – 6 hari, bila lebih 10 hari → ingat infeksi →
omphalitis
 Hernia umbilikalis

Genitalia
Pria :
 Cryptochismus
 Hydrocele testis
 Hernia inguinalis
Wanita :
 Sering labium mayus tak menutup labium minus
 Vagina : secret mucus - Keputihan → 1- 2 minggu
 Pseudomenstruasi hari ke 3 – 4 (normal)

Anus
 Atresia ani
 Atresia recti ≥ 2 ½ cm dari anus
 Fistula rectovaginalis

Ekstremitas
 Position of comfort → penting
 Apakah paralyse / fraktur
 Polydactili / syndactili
 Lingkar lengan atas ( 10 – 11 cm)
 Panjang badan (48 – 50)

Refleks
 Refleks menghisap/menelan : sudah kuat sejak lahir
 Refleks menelan : sejak dalam kandungan
 Rooting refleks
 Refleks moro
Menilai : fungsi otak, fungsi saraf perifer, ada/tidak fraktur
Pada umur 3 bulan biasanya menghilang
Pada umur 6 bulan → tidak normal
 Refleks mengenggam
 Refleks berjalan

Meconium
 Tinja pertama yang dikeluarkan bayi
 Biasanya 1 – 2 jam post partum
 Bila > 10 jam belum ada → ingat kelainan
 Setelah 3 – 4 hari meconium berubah warna
 Frekuensi dan sifat tinja bayi tergantung susu
 Adanya darah dalam tinja → dapat dari darah ibu / bayi

Urine
 Pada bayi 24 jam I + 15 – 20 cc
26 hari + 200 cc
 Bila 24 jam I belum kencing → cari penyelesaian
PENILAIAN APGAR

Untuk menentukan tingkat asfiksia dengan tepat membutuhkan pengalaman dan


observasi klinis serta penilaian yang tepat.
Daftar penilaian dibuat dengan mengobservasi bayi baru lahir pada menit pertama dan menit
kelima. Tujuan menit pertama untuk menunjukkan beratnya asfiksisa dan menentukan
kemungkinan hidup selanjutnya sedangkan menit kelima untuk menentukan gejala sisa.

Tabel Apgar Skore untuk menentukan derajat asfiksia

Tabel Apgar Skore

SKOR
TANDA
0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Usaha bernapas Tidak ada Lambat, tak teratur Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakan aktif
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/
melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
ekstremitas biru kemerahan

Tiga tahapan penilaian asfiksia :


 Asfiksia Ringan (Vigorous baby)  apgar skore 7 – 10 (bayi dianggap sehat shg tdk
memerlukan tindakan khusus)
 Asfiksia Sedang (Mild-Moderate Asfiksia)  4 – 6
 Asfiksia Berat  0 – 3

PENGKAJIAN
 Pernapasan dan peredaran darah
- Bayi mulai bernapas 30 detik sesudah lahir  Apgar score
- Frekuensi denyut jantung : 120 – 160 kali.menit
- Pernapasan bayi : 30 – 60 kali/menit
 Suhu tubuh : 36,5 ºC – 37 ºC
 Kulit : halus, lembut, padat, sedikit pengelupasan, verniks kaseosa
 Keadaan dan kelengkapan ekstremitas
Perhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki  adakah cacat bawaan : kelainan
bentuk, kelainan jumlah atau tidak ada sama sekali
 Tali pusat : keadaan kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan
 Refleks : moro, menggenggam, berjalan, menghisap, menelan
 Berat badan  turun pada hari kedua dan ketiga (fisiologis) jangan sampai turun 10 %
dari BB. Pada hari ke-10 sampai ke-14. Berat badan lahir normal : 2500 – 4000 gram.
 Mekonium  keluar 24 jam I sampai hari kedua atau ketiga.
 Antropometri
- Lingkar kepala : 33 – 35 cm
- Lingkar dada: 32 – 34 cm (diukur dari dada ke daerah punggung kembali ke dada
melalui putting susu
- Lingkar lengan atas : 10 – 11 cm
- Panjang badan : 48 – 50 cm (diukur dari puncak kepala sampai ke tumit)
PERENCANAAN

1. Menghisap lendir dan merangsang pernapasan


2. Menotong dan mengikat tali pusat
3. Memberi identitas bayi
4. Memandikan/membersihkan badan bayi
5. Merawat tali pusat
6. Menetesi mata bayi
7. Menimbang bayi
8. Antropometri
9. Memberi minum bayi dengan segera : ASI

PRINSIP PELAKSANAAN BBL

1. Tindakan aseptic dan Antiseptik


2. Pertahankan suhu lingkungan
3. Resusitasi
4. Identifikasi bayi
5. Perawatan tali pusat

PELAKSANAAN

MENGHISAP LENDIR DAN MERANGSANG PERNAPASAN

Pengertian
Melaksanakan pembersihan saluran pernapasan lebih dalam dengan menggunakan alat
penghisap lendir baik melalui hidung maupun mulut pada neonatus.

Tujuan
Saluran pernapasan bebas dari sumbatan semua kotoran sehingga bayi dapat bernapas
secara normal.

Persiapan alat
4. Perangkat penghisap lendir
5. Sarung tangan steril
6. Kain kasa steril
7. Nierbekken
8. Selimut pembungkus bayi

Pelaksanaan
1. Alat-alat didekatkan dekat penolong
2. Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan
3. Bayi ditidurkan terlentang, bagian leher disanggah tangan kiri sedikit
diekstensikan.
4. Tangan kanan penolong membuka mulut bayi kemudian jari telunjuk tangan kiri
penolong dimasukkan ke dalam mulut bayi sampai epiglottis untuk menahan lidah,
sedangkan jari telunjuk tangan kanan memasukkan selang sejajar dengan jari
telunjuk tangan kiri.
5. Masukkan selang penghisap sampai tenggorokan bayi kemudian kotoran dihisap
sebanyak-banyaknya, kotoran ditampung dalam nierbekken.
6. Lakukan berulang-ulang sampai bersih dan bayi menangis kuat.
7. Setelah selesai alat-alat dibersihkan dan dirapikan kembali.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Gunakan selang penghisap lendir sesuai petunjuk dan kebutuhan.
2. Dilarang melakukan penghisapan secara terus-menerus, beri kesempatan bayi
untuk bernapas.
3. Dilarang menggunakan selang yang sudah mengeras (bahaya iritasi).
4. Lakukan teknik penghisapan dengan gerakan memutar.

MEMOTONG DAN MENGIKAT TALI PUSAT

Pengertian
Memutuskan hubungan antara plasenta dengan bayi dan mengikat tali pusat yang
sudah dipotong dengan teknik aseptic dan antiseptik.

Tujuan
1. Bayi dapat bernapas sendiri dengan segera
2. Memudahkan perawatan selanjutnya
3. Mencegah perdarahan umbilikalis

Persiapan Alat
Alat-alat steril :
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Klem tali pusat 2 buah
3. Gunting tali pusat 1 buah
4. Benang pengikat tali pusat 2 buah
5. Kapas lidi secukupnya
6. Kain kasa / kapas
Alat tidak steril :
1. Nierbekken

Obat-obatan :
1. Betadine 10 %
2. Alkohol 70 %

Pelaksanaan
Setelah bayi lahir seluruhnya diterima di atas kain steril, bebaskan jalan napas dengan cara
penghisapan, setelah bayi menagis dengan kuat lakukan segera :
1. Penolong masih memakai sarung tangan, tali pusat dijepit dengan dua buah klem.
Klem I dipasang kira-kira 5 cm dari perut bayi kemudian tali pusat diurut ke arah
plasenta, klem II dipasang kira-kira 5 cm dari klem I.
2. Tali pusat dipotong dengan gunting tali pusat diantara kedua klem kira-kira 2,5 cm
dari klem I. Waktu memotong tali pusat tangan kiri melindungi perut bayi
sehingga gunting tali pusat tidak mengenai bayi.
3. Sebelum memotong tali pusat, tali pusat diolesi dengan betadine 10 % dengan
memakai kapas lidi. Kemudian tali pusat diikat.
4. Setelah tali pusat diikat dengan kuat, olesi tali pusat dengan kapas beralkohol 70 %
lalu bungkus dengan kain kasa steril.
5. Lakukan perawatan selanjutnya.
MEMANDIKAN BAYI

Pengertian
Membersihkan kulit tubuh bayi dengan menggunakan air hangat atau minyak (baby
oil).

Tujuan
1. Membersihkan kulit tubuh bayi dari sisa-sisa lemak tubuh serta keringat.
2. Merangsang peredaran tubuh
3. Memberi rasa segar dan nyaman
4. Mencegah terjadinya infeksi tali pusat

Persiapan
1. Meja mandi khusus
2. Handuk mandi
3. Popok atau handuk bersih untuk alas mandi
4. Waslap 2 buah
5. Kapas lembab dalam tempatnya
6. Kapas kering dalam tempatnya
7. Kapas alcohol dalam tenpatnya
8. Baby oil
9. Ember tertutup untuk pakaian kotor
10. Perlengkapan pakaian bayi
11. Dua baskom berisi air
12. Bak mandi bayi (setelah disabuni, bayi dimandikan dalam bak mandi, dilap dengan
handuk kering, rawat tali pusat, dipasangi baju ; cara memegang bayi sama
dengan pelaksanaan bayi dilap di bawah ini).
13. Masker petugas dan pakaian khusus petugas

Pelaksanaan (Bayi dilap)


1. Perawat memakai masker dan pakaian khusus, pintu dan jendela ditutup, pakaian
bayi dibuka.
2. Bayi diangkat ke meja mandi dan diletakkan pada posisi yng aman.
3. Mata bayi dibersihkan memakai kapas lembab dengan cara menghapus mulai dari
bagian dalam ke arah luar. Setiap kali usapan kapas harus diganti.
4. Telinga dibersihkan dengan kapas pembersih, setiap kali usap kapas harus diganti.
5. Muka dilap dengan waslap setelah bersih dikeringkan dengan handuk.
6. Kemudian kepala bayi ditaruh di atas tangan kiri perawat, lalu disabun dan
dibersihkan dengan waslap.
7. Pakaian dibuka, lalu bersihkan dengan waslap basah pada tangan, badan dan kaki.
8. Punggung disabun dengan menelungkupkan/memiringkan bayi, selama menyabuni
punggung, dada dan leher bayi harus selalu berada di atas lengan kiri perawat,
perawat memegang lengan kanan bayi secara erat.
9. Punggung diseka dengan waslap basah, sabun harus betul bersih terutama pada
daerah lipatan.
10. Bokong dan daerah perineum dibersihkan paling akhir, genitalia dibersihkan dari
bagian depan menuju bagian belakang untuk mencegah kontaminasi.
11. Setelah bayi dikeringkan dengan handuk lalu dibei talk.
12. Tali pusat dan daerah sekelilingnya dirawat.
13. Kulit yang terlalu kering diolesi minyak bayi, lalu pakaian dipasang.
MERAWAT TALI PUSAT

Pengertian
Memberikan perawatan terhadap tali pusat pada bayi.

Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mempercepat proses pengeringan tali pusat
3. Mempercepat terlepasnya tali pusat

Persiapan alat
1. Alkohol 70 % dalam tempatnya
2. Kasa / kapas
3. Korentang dalam tempatnya
4. Perlengkapan pakaian bayi (gurita, popok, baju)

Pelaksanaan
1. Bersihkan tali pusat dengan kapas alcohol, mulai dari ujung sampai pangkal tali
pusat dan daerah sekitarnya dengan diameter 2 cm.
2. Tali pusat selanjutnya dibungkus dengan kasa steril dan difiksasi dengan
menggunakan gurita.
3. Pakaian bayi dipakai, alat-alat dirapikan. Kembalikan bayi dengan posisi sesuai
dengan kebutuhan.

Hal-hal yang harus diperhatikan


1. Perawatan tali pusat harus dilakukan setiap hari sesudah dimandikan atau sewaktu-
waktu bila diperlukan.
2. Daerah tali pusat harus selalu dalam keadaan bersih dan kering untuk mencegah
infeksi.
3. Dilarang menggunakan plester sebagai fiksasi tali pusat.

Glossary

1. Mongolion spot : biru pada paha atau bokong

2. Sclerema : keadaan jaringan yang mengeras khususnya kulit, penyakit pada


bayi baru lahir yang ditandai dengan edema yang meluas, kulit
dingin dan kebiru-biruan  perfusi jelek.

3. Craniotabes : ukuran kepala kecil seperti bola pingpong.

4. Epicantus : jarak mata lebar

5. Pearl Epstein : putih di langi-langit seperti mutiara.

6. Moniliasis : candida alba

7. Low set ear : telinga di bawah mata pada Dow’n syndrom


8. Webbed neck : leher besar

9. Lymphoma colli : bentuk seperti kista berisi air

10. Caput obstipum : tanda seperti tumor pada sternocleido mastoideus oleh karena letak
sungsang terjadi tekanan pada leher.

11. Cryptochismus : testis belum turun

12. Hyrdocele testis : ada kumpulan air pada testis

13. Polydactili : jumlah jari-jari lebih (kelainan congenital)

14. Syndactili : antara jari yang satu lengket dengan jari yang lain.

PENGKAJIAN PADA BAYI


a. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pedoman inspeksi
 Inspeksi adalah sederhana tetapi menggunakan teknik yang sangat terlatih.
 Inspeksi melibatkan penggunaan penglihatan, pendengaran dan penciuman
pada pengkajian yang sistematik.
 Inspeksi adalah esensial pada permulaan pengkajian kesehatan
untukmendeteksi dengan jelas keluhan guna menetapkan prioritas.
 Inspeksi harus teliti dan harus mencakup setiap bagian tubuh.
 Inspeksi membutuhkan pencahayaan yang baik.
 Bagian tubuh dikaji terhadap bentuk, warna, kesimetrisan dan bau.

2. Palpasi
Pedoman palpasi
 Dilakukan jari dan telapak tangan untuk menentukan suhu, dehidrasi, tekstur,
bentuk, gerakan dan area nyeri tekan.
 Hangatkan tangan sebelum palpasi.
 Pertahankan kuku tetap pendek.
 Daerah yang lunak terakhir dipalpasi
 Lakukan dengan ujung jari untuk palpasi, ukuran, bentuk, tekstur dan hidrasi.

3. Perkusi
 Dilakukan dengan ketukan untuk menghasilkan gelombang bunyi yang
ditandai dengan intensitas, nada, durasi dan kualitas.
 Bisa secara langsung atau tidak langsung.
 Lakukan perkusi dari daerah resonan  redup

Bunyi
Intensitas Nada Durasi Kualitas Bagian tubuh
Perkusi
Gelembung udara
gastric usus yang
Seperti berisi udara
Keras Tinggi Sedang
gendang seperti ketukan
pipi yang
digembungkan
Sedang -
Resonan Rendah Panjang Bergema Paru-paru
keras
Paru-paru dengan
udara yang
Hipereso Sangat Sangat
Panjang Nyaring tertangkap (paru-
nan keras rendah
paru pada anak
kecil)
Halus - Seperti Hati : ruangan
Pekak Tinggi Sedang
keras gebuk yang berisi cairan
Datar Halus Tinggi Pendek Datar Otot

4. Auskultasi
Pedoman auskultasi
 Merupakan proses pendengaran bunyi
 Bel stetoskop untuk bunyi rendah (kardiovaskuler) dan bagian diafragma untuk
bunyi nada tinggi (gangguan paru-paru dan usus).
 Stetoskop ditempatkan dengan rapat pada bagian tubuh (tidak ditekan terlalu
kuat  kulit menjadi rata dan vibrasi kurang).
 Pemeriksa harus terlatih mendengar bunyi-bunyian normal sebelum
mengidentifikasi bunyi abnormal.

Anda mungkin juga menyukai