Rencana
Perkuliahan Aktivitas
(150 menit)
2.1 Menetapkan tata ururtan materi dan instruktur sesuai dengan tujuan
dan sasaran pembelajaran dan pengembangan.
2.2 Menetapkan metode pelatihan yang sesuai dengan tujuan dan
sasaran pembelajaran dan pengembangan.
2.3. Menyiapkan modul dan bahan pembelajaran dan pengembangan
sesuai dengan program dan sasaran pembelajaran dan
pengembangan.
2.4 Mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan
pengembangan sesuai dengan Prosedur Operasi Standar
organisasi.
2. Perlengkapan
2.1 Materi penunjang pembelajaran
2.2 Modul pembelajara dan pengembangan\
2.3 Dokumen kebutuhan sarana dan prasarana
2.4 Dokumen Daftar Peserta
2.5 Dokumen Daftar Hadir
2.6 Dokumen susunan acara
Keterampilan
1. Mengoperasian komputer
2. Pengolahan dan penyajian data
3. Komunikasi dan presentasi
4. Memfasilitasi proses pembelajaran
Norma dan standar Norma
1. Keselarasan kebutuhan dan strategi
2. Keselarasan kepentingan para pihak
3. Kebijakan organisasi
Standar
1. Taat azas ketentuan peraturan perundangan
2. Standar etika dalam pengembangan pekerja
3. Peraturan Perusahaan
DESKRIPSI SINGKAT
Seringkali pelatihan tidak berdampak signifikan pada kinerja organisasi atau tidak
memberikan kontribusi nyata terhadap kinerja karyawan meskipun telah mengalokasikan
anggaran yang besar dan dipandu oleh trainer yang handal. Hal ini disebabkan pelatihan tidak
mendasarkan pada kebutuhan perusahaan atau kebutuhan karyawan atau tidak dilakukan
analisis kebutuhan pelatihan sebelum pelatihan dilaksanakan. Oleh karena itu diperlukan
aktivitas analisis kebutuhan pelatihan atau Training Need Analysis (TNA). Aktivitas ini
merupakan proses yang dilakukan untuk menentukan apakah training diperlukan atau tidak
oleh perusahaan atau karyawan.
Beberapa alasan yang mendasari diperlukan adanya TNA dapat dijabarakan sebagai
berikut:
1. Untuk memastikan apakah sebuah permasalahan yang terkait dengan kinerja
karyawan atau kinerja perusahaan dapat diatasi dengan training.
2. Training harus diberikan sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam menetapkan tujuan, materi dan metode training serta dalam
lmenentukan peserta training.
3. Setiap training yang dilaksanakan perusahaan atau diikuri oleh karyawan
seharusnya mendukung strategi perusahaan dalam mencapai tujuannya.
4. Agar tidak menghambur-hamburkan anggaran perusahaan sehingga alokasi
anggaran menjadi efektif.
TNA meliputi tiga elemen atau analisis: Analisis level organisasi, analisis level tugas
dan analisis level individu karyawan.
1. Analisis Level Organisasi (Organizational Analysis)
Pada analisis level ini untuk mengungkap 3 (tiga) hal pokok:
a. Arah strategi yang dijalankan oleh perusahaan. Bila perusahaan menempatkan
karyawan sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk mencapai tujuan maka
training menjadi salah satu cara yang terbaik.
b. Dukungan manajemen pada peserta training untuk menerapkan hasil pelatihan
yang telah diikuti.
c. Kesiapan perusahaan untuk mengadakan training, yang meliputi kesiapan
anggaran dan peserta.
Metode pengumpulan data yang dapat digunakan antara lain:
a) Wawancara dengan Top Management untuk mengungkap data tentang target
perusahaan, strategi yang digunakan, tantangan dan hambatan.
b) Dokumentasi, misalnya data kinerja unit-unit yang ada dalam perusahaan, data
rekapitulasi kehadiran karyawan, data turnover, data keluhan pelanggan, dan
lain-lain.
c) Observasi untuk mendapatkan gambaran riil tentang situasi organisasi
dikaitkan dengan tujuan dan strategi perusahaan.
Keluaran atau output analisis pada level organisasi adalah sebagai berikut:
1) Sebuah kesimpulan apakah organisasi membutuhkan training atau tidak untuk
meningkatkan kinerja organisasi. Jika dibutuhkan, unit atau gugus tugas
manakah yang membutuhkan. Jika tidak dibutuhkan, bentuk solusi lain apa
yang dapat diberikan?.
2) Jika dibutuhkan training, apakah pimpinan telah mengalokasikan anggaran
untuk pelaksanaannya?
3) Jika akan dilaksanakan training apakah pimpinan organisasi telah menyiapkan
mekanisme tertentu bagi peserta untuk menerapkan hasil training tersebut?
Hasil analisis level organisasi ini akan menjadi dasar untuk melakukan analisis
pada level tugas maupun individu.
Contoh 1: Suatu perusahaan akan menerapkan sebuah budaya organisasi yang
baru. Dalam implementasikan ditempuh melalui berbagai media antara lain
sosialisasi melalui bulletin perusahaan dan acara-acara seremonial. Top
Management melihat bahwa budaya baru ini belum terinternalisasi secara kuat
pada seluruh karyawan. Dari hasil wawancara dan diskusi dengan pihak Top
Management, diduga peran supervisor belum optimal dalam menginternalisasi
budaya baru ini kepada para bawahannya.
PERSIAPAN PELATIHAN
1. Seleksi Peserta
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menyeleksi peserta pelatihan dan
menetapkan menjad peserta pelatihan:
a. Menyebarluaskan informasi tentang program pelatihan yang akan dilaksanakan
serta persyaratannya.
b. Melakukan pendaftaran calon peserta.
c. Menetapkan metode seleksi yang akan dipakai sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan.
d. Melakukan seleksi terhadap calon peserta (memilih calon peserta sesuai dengan
persyaratan serta mengetahui kondisi pengetahuan dan ketrampilan calon
peserta).
e. Menetapkan hasil seleksi.
f. Mengumumkan hasil seleksi.
g. Menyiapkan daftar peserta yang telah dinyatakan diterima.
h. Membuat data lengkap peserta pelatihan.
2. Pelatih/Instruktur
Dalam memilih pelatih perlu diperhatikan pemenuhan persyaratan sebagai pelatih
yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pelatihan:
a. Memiliki kompetensi metodologi dan kompetensi teknis
b. Mendapat penugasan
c. Dapat terdiri dai instruktur, tenaga ahli, praktisi.
Tugas pelatih dalam program pembelajaran dan pengembangan adalah sebagai
berikut:
a. Membantu peserta pelatihan dalam merencanakan proses pelatihan.
b. Membimbing peserta melalui tgas-ugas pelatihan yang dijelaskan dalam
pelatihan.
c. Membantu untuk memahami konsep dan menjawab pertanyaan peserta
pelatihan.
d. Membantu mencari sumber informasi tambahan yang diperlukan peserta
pelatihan.
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
f. Mendatangkan seorang ahli dari tempat kerja jika diperlukan.
g. Menguji/mengamati dan mengumpulkan bukti-bukti serta membuatcatatan-
catatan kemajua pelatihan untuk setiap peserta pelatihan.
h. Mengevaluasi pencapaian kompetensi peserta per individu.
Peran seorang pelatih dalam program pembelajaran dan pengembangan meliputi:
a. Sebagai narasumber, menguasai materi teori dan mampu mendemonstrasikan
materi praktik.
b. Sebagai fasilitator, mampu menjembatani antara peserta dan materi pelatihan
c. Sebagai pembimbing, mampu menolong peserta pelatihan mengembangkan
rencana-rencana belajar individu atau kelompok, mendorong cara berfikir kritis
dan kemampuan memecahkan persoalan, memotivasi peserta pelatihan secara
perorangan.
d. Sebagai penilai, membuat keputusan mengenai RCC/RPL, menilai capaian
kompetensi perorangan menurut kriteria dan standar yang ditetapkan, serta
mendokumentasikan hasil-hasil penilaian setiap peserta pelatihan.
e. Sebagai mechanism, lebih memfokuskan pada proses pelatihan dan mampu
menggerakkan proses pelatihan.
3. Materi/Modul Pelatihan
Materi yang terangkum dalam modul pelatihan menjadi instrument yang sangat
penting dalam menunjang keefektifan proses pembelajaran dalam program
pelatihan. Beberapa penting yang harus dipersiapkan dalam penyusunan
materi/modul adalah:
a. Konten materi harus sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan. Kebutuhan
peserta pelatihan terlihat pada rumusan tujuan pelatihan.
b. Materi tidak terlalu banyak sehngga peserta pelatihan dapat fokus dan mudah
memahami mengingat keterbatasan peserta. Perlu identifikasi dan seleksi materi
yang menjadi prioritas disesuaikan dengan tujuan pelatihan dan waktu yang
tersedia.
c. Materi yang memungkinkan untuk dilakukan simulasi dan praktik. Dalam
pembelajaran orang dewasa (andragogi), peserta lebih menyukai materi yang
memungkinkan mereka melakukan praktik. Dengan demikian materi yang
diberikan harus bersifat praktis.
a) Ruangan. Agar proses belajar berjalan maksimal dan efektif maka suatu pelatihan
dilakukan di ruang yang memenuhi kriteria ideal:
Nyaman dan mudah diakses oleh peserta
Tenang dan bebas dari berbagai gangguan
Memungkinkan peserta untuk saling berinteraksi, berdiskusi, melakukan praktik/
simulasi, serta memiliki pandangan yang lapang terhadap trainer maupun media
bantu yang digunakan seperti LCD Minitor dan papan tulis.
Bebas dari gangguan kebisingan mesin, AC, atau suara lain.
Warna cat ruangan yang tidak melelahkan mata, misalnya warna putih.
Struktur ruangan idealnya berbentuk segi empat atau bundar. Struktur ruangan
yang berbentuk persegi panjang akan menyulitkan peserta untuk saling
mendengarkan, melihat monitorm, dan berdiskusi.
Penerangan yang cukup.
Kursi yang memiliki sandaran dan mudah dipindahkan dengan mudah.
Ketinggian ruangan harus cukup sehingga tidak melelahkan peserta.
Akustik yang jernih dan jelas sehingga tidak menganggu konsentrasi peserta dan
menurunkan motivasi peserta selama pelatihan.
Seringkali pelatihan di luar perusahaan akan lebih efektif dibandingkan dilaksanakan
dalam lingkup perusahaan. Peserta akan lebih berkonsentrasi mengikuti pelatihan
karena tidak diganggu oleh urusan pekerjaan.
b) Susunan Tempat Duduk. Susunan tempat duduk dalam ruangan pelatihan akan
mempengaruhi tipe interaksi antara sesame peserta maupun interaksi antara trainer
dan peserta. Prinsip yang dipegang dalam penataan tempat duduk adalah bagaimana
para peserta dapat saling melihat dan trainer dapat bergerak bebas ke setiap peserta.
Contoh susunan tempat duduk yang ideal adalah U-Shape dan V-Shape.
Dari berbagai pertimbangan tersebut maka akan memudahkan untuk memilih metode
pelatihan yang tepat.
Teknik pelatihan berbasis kompetensi pada dasarnya dapat dilakukan dengan On The
Job Training (OJT) dan Off The Job Training. On The Job Training didilakukan di tempat
kerja sedangkan Off The Job Training dilakukan di ruang kelas atau di luar tempat kerja.
9) Lakukan identifikasi, bagaimana setiap peserta dapat belajar dengan baik (seperti melalui
diskusi kelompok, praktik, peragaan).
10) Lakukan interaksi kepada peserta yang kurang berpartisipasi (misalnya dengan
pertanyaan yang sederhana).
11) Berikan kenyamanan dalam pelatihan terutama bagi peserta yang memiliki kesulitan atau
tantangan dalam pelatihan.
12) Berikan umpan balik positif dengan menjelaskan kesalahan atau perbaikan yang harus
dilakukan.
13) Jika menjelaskan menggunakan tampilan visual maka yakinkan bahwa peserta pelatihan
da[at menahami dan menginterpretasikannya.
14) Jika pelatih mendemostrasikan materi praktik, alur posisi peserta pelatihan dapat
memperhatijan secara jelas.
15) Lakukan demonstrasi secara perlahan-lahan agar semua peserta pelatihan dapat
mengikuti dengan jelas.
16) Pada saat demonstrasi, tenaga pelatih wajin menekankan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam melakukan pekerjaan tersebut.
17) Demonstrasikan secara bertahap, beri kesempatan peserta bertanya.
18) Bila diperlukan, lakukan demonstrasi berulang-ulang untuk satu pekerjaan, sampau
semua peserta pelatihan mengerti.
19) Untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi pelatihan, ajukan pertanyaan
tentang materi pelatihan.
20) Lakukan interaksi dengan industry atau pasar kerja (misalnya menghadirkan narasumber
dari perusahaan).
21) Lakukan pelatihan secara komprehensif dan berkesinambungan.
22) Setiap materi pelatihan atau unit kompetensi harus diselesaikan secara tuntas, sebelum
berpindah ke materi pelatihan atau unit kompetensi yang lain.
23) Berikan kesimpulan sebagai “key point” di setiap akhir sesi pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan ke enambelas. Jakarta : PT.
Bumi Aksara
Rivai, Veithzal. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Edisi Kedua.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga. Yogyakarta: STIE
YKPN.
TUGAS MODUL 5. MELAKSANAKAN KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN
PENGEMBANGAN.