Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROSES PEMISAHAN KIMIA DENGAN DISTILASI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemisahan Kimia

Dosen Pengampu :
Dr. Hayuni Retno Widarti, M.Si.
Hanumi Oktiyani Rusdi, S.Pd., M.Si.

Oleh :
Kelompok 2 Offering I 2019
Hafiz Clevanota (190332622472)
Integralita Cahyanti (190332622424)
Irma Putri Asri (190332622447)
Moch. Chesa Nur Hidayat (190332622449)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2021
A. Pengantar
Distilasi telah digunakan secara luas untuk memisahkan komponen volatil dari
senyawa nonvolatil. Mekanisme yang mendasari distilasi adalah perbedaan volatilitas
antar komponen individu. Dengan panas yang cukup , fasa gas terbentuk dari larutan
cair. Produk cair selanjutnya dikondensasi dari fase gas dengan menghilangkan panas.
Oleh karena itu, panas digunakan sebagai bahan pemisah selama distilasi. Bahan umpan
ke peralatan distilasi dapat berupa cairan dan / atau uap, dan produk akhir dapat berupa
cairan dan uap. Peralatan tipikal untuk distilasi sederhana yang digunakan di
laboratorium kimia adalah peralatan di mana panci diam dapat dipanaskan dengan air,
uap, atau penangas minyak. Ketika cairan cenderung terurai atau bereaksi dengan
oksigen selama distilasi, tekanan kerja dapat dikurangi untuk menurunkan titik didih zat
dan suhu proses distilasi.
Distilasi adalah proses pemisahan yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Distilasi sangat baik untuk memisahkan bahan-bahan alam yang
berupa zat cair atau untuk memurnikan cairan yang mengandung pengotor. Metode
distilasi telah lama dipergunakan orang sejak zaman alkimia dahulu. Pada saat itu
rancangan peralatan distilasi telah dikenal dari peralatan gelas, seperti yang di kenal
sampai saat ini. Di zaman modern distilasi dipergunakan untuk pemurnian dan juga
pembuatan minuman beralkohol di negara-negara yang mempunyai budaya minum
alkohol. Proses distilasi sering digabungkan dengan proses lain, seperti ekstrasi, untuk
mencapai tujuan pemisahan yang diinginkan. Untuk campuran yang lebih kompleks
dilakukan langkah-langkah tambahan yang memerlukan perhitungan lebih lanjut.
Dalam proses industry distilasi digabungkan dengan prinsip-prinsip lainnya.
Adapun prinsip utama metode distilasi bekerja berdasarkan perbedaan titik didih
dari masing-masing senyawa komponen campuran pada tekanan yang tetap. Perbedaan
titik didih ini menyebabkan perbedaan volatilitas pada komponen campuran dan
merupakan sifat intrinsic dari senyawa penyusun campuran. Perbedaan ini sangat
potensial untuk dijadikan sarana pemisahan mereka asalkan tekanan dibuat tetap.

B. Perlengkapan Distilasi
Proses distilisasi dijalankan dengan bantuan beberapa peralatan yang khusus
dirancang untuk itu. Pada gambar dibawah disajikan seperangkatalat distilasi sederhana.
Pada prinsipnya campuran yang akan didistilasi atau dimurnikan (nomor 15 pada
Gambar 1.) berada di labu distilasi (nomor 2, biasanya labu dasar bulat atau labu
berleher untuk mengalirkan uap). Adapun labu distilasi dipanaskan dengan pemanas
elektrik (1) yang mempunyai pengatur suhu secara otomatis (13) atau dimasukkan
dalam penangas (14) yang bisa berisi air atau minyak jika diperlukan suhu tinggi.
Sebagai ganti pemanas elektrik bisa digunakan pembakar bunsen atau pembakar
spiritus.
Gambar 1. Seperangkat alat distilasi sederhana.

Adapun uap yang dihasilkan pada pemanasan akan dialirkan langsung ke


kondensor (5) yang merupakan unit pendingin uap sehingga terjadi kondensasi.
Kondensor terdiri dari dua buah pipa, diantaranya pipa dalam dan pipa luar terdapat air
yang selalu bergantian secara kontinu sehingga temperatur stabil. Kondensor
didinginkan dengan air yang masuk (6) dari keran air melalui pipa dan dikeluarkan lagi
lewat lubang (7) ke bak pembuangan. Sebelum melalui kondensor kadang-kadang
diperlukan kolom distilasi yang panjang dan bentuknya bisa diatur (3). Kolom distilasi
ini pada skala laboratorium dilengkapi termometer (4) untuk menjaga kestabilan
temperatur supaya arus uap tidak terlalu deras dan dapat dikondensasikan semua di
kondensor. Jika tekanan uap terlalu tinggi ada kemungkinan uap menerobos keluar dan
hilang dari sistem.
Uap yang mengembun pada kondensor (posisi miring, supaya tetesan embun
dapat turun dengan bebas) akan ditampung di labu (8) melalui adaptor (10), bisa juga
dilengkapi keran (9). Labu penampung bisa dimasukkan dalam penangas (16) jika
diperlukan, penangas bisa berisi air atau air es untuk mendinginkan.
Pada praktiknya distilasi dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Ada beberapa
jenis pilihan labu distilasi maupun labu penampung destilat untuk digunakan pada
proses selanjutnya. Distilasi fraksional mendayagunakan pendingin (3) untuk mengatur
kondensasi fraksi-fraksi yang akan dipisahkan. Metode ini sangat berguna untuk
memisahkan campuran dalam jumlah banyak seperti minyak bumi.
Bermacam-macam modifikasi telah dilakukan untuk memaksimalkan kinerja
distilasi. Beberapa jenis kolom distilasi telah dibuat dan dirancang sesuai kebutuhan
sampel. Proses distilasi sederhana biasanya membutuhkan kolom distilasi dari kaca
(glass) dan membuatnya juga lebih mudah. Beberapa kolom terkadang menggunakan
logam sebagai pendingin atau piring teoretisnya. Kolom distilasi disebut juga dengan
kolom pendingin atau kolom fraksionasi. Kata “refluks” juga sering digunakan untuk
melukiskan kolom ini. Fraksionasi merujuk pada proses pemisahan menjadi fraksi-
fraksi yang lebih membutuhkan pemisahan yang lebih baik. Pada gambar dibawah ini
ada beberapa jenis kolom fraksionasi terbuat dari kaca yang sering digunakan bersama
istilah aslinya.

Gambar 2. Beberapa jenis kolom fraksionasi yang sering digunakan.

Setiap rancangan kolom fraksionasi membawa perbedaan proses distilasi dan


membawa akibat pada efektivitas prosesnya. Konsekuensi dari adanya beberapa jenis
alat distilasi ini digambarkan dengan rasio refluks, yang merujuk pada perbandingan
jumlah (dalam mol) refluks terhadap destilat:

𝑁
RF = 𝑁𝑟 (pers. 1)
𝑑

Di lain pihak, macam-macam distilasi memerlukan modifikasi peralatan yang


ada untuk mengikuti sifat fisika dan sifat kimia bahan yang akan dipisahkan. Selain
distilasi fraksional yang perlu kolom fraksionasi spesifik, ada distilasi kontinu yang
dijalankan secara otomatis, distilasi vakum yang memanfaatkan perubahan tekanan
untuk mempercepat pengembunan, distilasi uap yang sebenarnya merupakan proses
ekstrasi dengan bantuan uap panas, distilasi azeotropik jika diagram fase sistem
mengandung maksima atau minima. Ada pula distilasi “flash” yang memerlukan teknik
khusus berkaitan dengan tekanan uap sistem. Distilasi solar menggunakan cahaya
matahari sebagai sumber panasnya telah diterapkan secara nasional di beberapa negara
yang kaya sinar matahari.

C. Kesetimbangan Uap-Cair Campuran Biner


Diagram fase kesetimbangan yang paling sering diggunakan dalam pemisahan
dua buah cairan yang bercampur sempurna terdapat pada grafik Gambar 3. Jika sumbu
x ke kanan adalah fraksi mol dari i terhadap j maka campuran sempurna kedua zat cair
ini memberikan fungsi temperatur pada tekanan tetap seperti pada gambar. Pada contoh
ini i memiliki titik didih lebih tinggi dari j. Pada bagian atas adalah daerah uap di mana
didapati semua dalam fase gas, sedangkan di bagian bawah adalah daerah cair yang
kedua komponen berada dalam fase cair. Pada bagian dalam kurva kesetimbangan uap-
cair didapati wujud zat cair dan uap atau gas secara bersamaan, dengan kata lain kurva
ini merupakan daerah fase ganda.

Gambar 3. Diagram fase campuran cair-cair menurut fungsi temperatur

Dengan demikian, bagian dalam diagram fase terdapat tiga macam wujud zat,
yaitu, cair, uap, dan cair-uap dalam kesetimbangan. Pada komposisi X=a, di bawah
temperatur T2, sistem berada dalam fase tunggal (cair). Pada saat di atas temperatur T 1,
sistem sudah berubah wujud menjadi gas semua. Namun, diantara temperatur T 2 dan T1
baik fase cair ataupun gas dapat ditemukan dalam keadaan kesetimbangan, yang mana
secara perlahan-lahan jumlah cairan akan berkurang karena berubah wujud menjadi gas
akibat pemanasan yang terus berlangsung.
Pada sebuah temperatur, misal T1 atau T2 bisa didapat dua buah komponen yang
berbeda. Apabila ditarik garis mendatar pada temperatur tersebut maka garis akan
memotong kurva uap-cair di dua titik yang masing-masing titik merujuk pada komposisi
campuran yang berbeda. Garis ini disebut garis pengikat (tie line) yang sangat berguna
dalam sistem pemisahan. Hal inilah yang menjadikan metode distilasi bertingkat sangat
berguna untuk memisahkan campuran senyawa-senyawa yang bercampur sempurna dan
mempunyai titik didih yang berbeda tidak terlalu besar. Contohnya pada eksploitasi
minyak bumi untuk membuat bermacam produk.

D. Prinsip Utama Distilasi


Pada umumnya pemisahan dengan metode destilasi melibatkan kesetimbangan cair-
uap. Kesetimbangan cair-uap sangat bergantung pada komposisi campuran yang hendak
dipisahkan.
1. Diagram Fase dan Komposisi Campuran
Sebenarnya secara prinsip metode distilasi relatif sukar untuk dilakukan dengan
sederhana. Jika terdapat dua zat cair yang saling bercampur dipanaskan, masing-
masing komponen akan berubah fase menjadi uap walaupun titik didih keduanya
belum tercapai. Uap dari kedua zat cair ini ada dalam bentuk campuran uap,
dengan perbandingan yang memenuhi hukum Raoult pada sistem tertutup.
Adapun kesetimbangan Cair-Uap untuk campuran biner menurut Hukum Raoult
dapat dituliskan sebagai berikut :

P = XA P°A + XB P°B (pers. 2)


Di mana:
P = tekanan total
XA,B = fraksi mol zat A dan B
P°A,B = tekanan uap murni zat A dan B

Rumus di atas berlaku untuk campuran-campuran sempurna tanpa


penyimpangan dari keadaan ideal. Gambaran diagramatik untuk sistem
campuran seperti ini dapat dilihat pada gambar berikut ini. Tekanan total
mengikuti fraksi mol komponen campuran.

Gambar 4. Diagram tekanan uap dan fraksi mol

Terlihat bahwa tekanan uap total campuran akan berada di antara


tekanan uap masing masing komponen murninya. Hal ini hanya terjadi pada
campuran yang sangat sempurna di mana tidak ada interaksi baik positif maupun
negatif antar molekul komponen. Contoh dari sistem ini adalah campuran ideal
dari n-heksana dan n-heptana mempunyai penambahan satu gugus alkil. Mr dan
sifat- sifat fisika keduanya hampir sama. Keduanya akan saling melarutkan,
namun sifat dari masing-masing komponen masih dapat dilihat pada diagram
fase di atas. Tekanan total campuran akan berubah dan mengikuti perbandingan
mol kedua senyawa tersebut. Tidak ada penyimpangan karena kemiripan sifat
keduanya.
Pada fraksi mol heptana = 1 (berarti tidak ada n-heksana) tekanan total
terendah dalam sistem ini dan sama dengan tekanan total n-heptana pada
temperatur tersebut. Sebaliknya pada fraksi mol heksana = 1 maka tekanan
totalnya adalah tekanan total n-heksana murni. Campuran keduanya dalam
berbagai komposisi akan mengikuti diagram fase ini. Jika terjadi tambahan gaya
antar molekul maka fitur diagram fase cair-uap tidak akan se-sempurna di atas.
Di lain pihak, jika konsentrasi atau fraksi mol salah satu komponen sangat kecil
(di awal diagram fase), berlaku Hukum Henry. Jika XA sangat kecil mendekati
0 maka hukum Raoult di atas akan dituliskan sebagai persamaan berikut ini :

PA = kXA (pers. 3)
Di mana:
PA = tekanan parsial komponen A
k = tetapan empiris
XA = fraksi mol komponen A

Gambar 5. Plot tekanan vs komposisi untuk campuran n-heksana dan n-heptana dalam
berbagai temperatur.

Pada gambar di atas, tampak diagram tekanan uap dari campuran pada
satu temperatur. Jika perubahan temperatur dilakukan, tekanan uap akan
berubah pula karena temperatur berhubungan erat dengan energi kinetik
masing-masing molekul untuk menjadi fase uapnya. Untuk sistem campuran,
volatilitas relatif antar campuran zat cair akan berpengaruh besar pada
pemisahan komponen. Jika temperatur dinaikan 10°C dan tekanan totalnya
diukur, maka akan tampak bahwa kemiringan garis tekanan total sedikit demi
sedikit akan berubah. Jika sebuah tekanan dipilih, misalnya tekanan 800 Torr,
dan ditarik garis horizontal pada diagram fase ini, tampak bahwa fraksi mol
(atau komposisi) akan berubah ke arah heptana. Untuk tekanan tersebut, pada
temperatur 70°C diperoleh heptana dalam jumlah minimum. Namun, jika
temperatur dinaikan 10°C saja maka komponen heptana akan naik hingga
mendekati 50%. Demikian pula jika temperatur dinaikkan sampai 80°C maka
persen mol heptana mencapai harga 80. Hal ini juga merupakan data yang
berguna untuk mengambil keputusan proses yang dipilih dalam langkah
pemisahan.
2. Volatilitas Relatif
Volatilitas relatif adalah ukuran perbedaan antara tekanan uap komponen
yang lebih mudah menguap dan komponen yang lebih sulit menguap dalam
suatu campuran cairan. Ukuran ini banyak digunakan dalam merancang proses
distilasi pada industri besar . Semakin tinggi volatilitas relatif campuran cairan,
semakin mudah untuk memisahkan komponen campuran dengan distilasi.
Volatilitas relatif dilambangkan sebagai α.
Adapun tekanan parsial masing masing komponen sangat tergantung
pada fraksi mol komponen tsb dan dapat dituliskan sebagai:

𝑃A 𝑃B
=YA dan = YB (pers. 4)
𝑃T 𝑃T
Rasio keduanya dapat dituliskan sebagai:

𝑃A 𝑌A 𝑋A𝑃⁰A 𝑥A
= = 𝑌B𝑃⁰B = α 𝑥B (pers. 5)
𝑃B 𝑌B
α adalah besaran yang menyatakan volatilitas relatif A terhadap B yang
𝑃⁰A
sebanding dengan kejenuhan tekanan uap . Besaran α menentukan proses
𝑃⁰B
yang akan dipilih. Jika A adalah komponen yang lebih volatil dari B maka
tekanan uapnya akan lebih tinggi (P⁰ A > P⁰B) sehingga Y A/YB lebih besar dari
X A/XB. Inilah yang menjadi prinsip utama distilasi fraksional. Karena untuk
campuran yang sedang dipanaskan sampai mendidih uapnya akan kaya dengan
komponen yang lebih volatile.
Volatilitas relatif digunakan dalam desain semua jenis proses distilasi
serta proses pemisahan atau penyerapan lainnya yang melibatkan kontak fase
uap dan cair dalam serangkaian tahap kesetimbangan .
Volatilitas relatif tidak digunakan dalam proses pemisahan atau absorpsi
yang melibatkan komponen yang bereaksi secara kimiawi satu sama lain
(misalnya, absorpsi gas karbon dioksida dalam larutan natrium hidroksida yang
menghasilkan natrium karbonat ).

3. Piring Teoretis

Gambar 6. Komposisi uap dan cairan dari campuran ideal A dan B


Campuran yang serupa juga dapat dilukiskan dengan komposisi
campuran-campuran-temperatur. Komposisi kurva kesetimbangan (Gambar 6)
yang di sebelah bawah merupakan kurva kesetimbangan cair (garis cair jenuh),
sedangkan kurva di atasnya adalah kurva kesetimbangan gas (garis uap jenuh).
Di daerah di bawah kurva cair, semua komposisi dalam bentuk cair, sedangkan
di atas kurva kesetimbangan, semua komposisi berada dalam fase gas. Daerah
tengah kurva gas didapati campuran kedua komponen dalam bentuk uap maupun
cair secara seimbang, dan dapat dihitung menurut komposisinya. Keadaan
setimbang ini sering diperhitungkan untuk langkah-langkah pemisahan.
Pada grafik dapat dilihat, Pada temperatur T₁ terdapat dua komposisi
yaitu komposisi XA dan YA, untuk kesetimbangan cair dan uap. Artinya pada
temperatur ini cairan campuran yang mendidih mempunyai komposisi X A.
Kemudian campuran uap dengan komposisi YA, akan mengembun pada
temperatur T₂. Pada temperatur ini, kondensat uap yang ada bercampur dengan
komposisi cair yang sama. Dengan demikian, campuran uapnya dan campuran
cair yang baru (pada temperatur T₁) mengandung lebih banyak A dan
seterusnya. Pengayaan uap ini (vapor enrinchment) merupakan akibat langsung
dari volatilitas relatif komponen yang dikelola dalam distilasi. Jika diagram fase
ini dituangkan dalam bentuk praktis, pada kolom distilasi terdapat beberapa
“piring " yang merupakan penampung hasil kondensasi campuran uap. Proses
dari cair (hasil kondensasi dengan komposisi X A) menjadi uap (dengan
komposisi Y A) dan turun menjadi cair lagi di temperatur T₂, disebut sebagai
sebuah "piring teoretis" di mana terjadi pengayaan zat A.

Gambar 7. Kolom distilasi tutup gelembung “bubble cup” untuk ilustrsi piring teoretis

Satu kolom bisa terdiri dari beberapa piring teoretis dan komposisi cairan
yang didapat akan berubah sesuai dengan diagram fasenya. Dalam kolom
"bubble-cup",Pemisahan terjadi secara alami namun tidak seefisien yang
digambarkan pada diagram fase sebelumnya. Pada tiap piring teoretis,
digambarkan sebagai sebuah piring penampung destilat dengan lubang-lubang
agar uap bisa melewatinya. Dan kemudian mengembun pada tutup gelembunya.
Hasil kondensasi ini akan diturunkan dan ditampung di wadahnya sesuai dengan
komposisinva P'ada tiap piring teoretis ini kesetimbangan cair-uap akan
tercapai.
Gambar 8. Diagram fase unutk menggambarkan piring teoretis di dalam refluks

Jika, menggambarkan diagram fase dengan lebih detail seperti Gambar


8. yaitu dengan ditambahkan garis bantuan 45° yang menandakan komposisi
yang saa antara A dan B. Komposisi A merupakan komponen yang lebih
volatil. Sumbu x adalah fraksi mol A sebagai cairan dan sumbu y adalah fraksi
mol A sebagai uap. Jumlah piring teoretis bisa dihitung sebagai jumlah tahapan
tercapainya kesetimbangan cair-uap mulai dari titik jenuh cair ke titik jenuh
uap ke titik jenuh cair lagi. Dengan demikian diagram pada Gambar 8. ini
menunjukkan proses kontinu distilasi dan setiap nomor menunjukkan piring
teoretis yang dilalui. Dalam hal ini ada lima buah piring teoretis yang benar-
benar tergambarkan di sana. Jumlah piring teoretis selanjutnya dapat
dilambangkan sebagai n. Selanjutnya metode kromatografi juga akan
menggunakan notasi yang sama untuk menggambarkan kondisi kolom
pemisahannya.
Cara lain untuk menentukan keadaan kolom adalah dengan
menggunakan besaran HETP (Height Equivalent to a Theoretical Plate).
Karena biasanya kolom distilasi dibangun tegak, maka istilah yang digunakan
"tinggi" dan bukan "panjang" walaupun pada dasarnya sama. Jika panjang
kolom adalah L maka nilai H adalah:

𝐿
H=𝑛 (pers. 6)

Biasanya harga H tidak ditentukan oleh L atau panjang kolom namun lebih
tergantung pada jumlah pelat teoretis. Berikut adalah jumlah pelat teoretis
yang dapat diperkirakan untuk beberapa jenis kolom fraksionasi.
Tipe Jumlah lewatan Daya tampung HETP
(mL/min) (mL/piring)
Vigreux 5-10 0,5-2 7-12
Glass helices 2-7 0,7-2 3-5
Metal helices 1-5 0,2-0,5 1-1,5
Tabung bulat konsentrik 0,5-2 0,02-0,03 0,5-1,0
Pita alir (spinning band) 3-5 0,01-0,03 0,5-3,0
4. Persamaan Fenske
Persamaan Fenske dalam distilasi fraksi kontinu adalah persamaan yang
digunakan untuk menghitung jumlah minimum piring teoretis yang diperlukan
untuk pemisahan aliran umpan biner dengan kolom fraksinasi yang
dioperasikan pada refluks total (yaitu, yang berarti tidak ada produk distilat
overhead yang ditarik dari kolom, D = 0).
Konsep volatilitas relative (pers. 5) dan konsep persamaan Fenske selalu
muncul dalam pembahasan distilasi. Jika operasi distilasi pada Gambar 7.
diilustrasikan ulang pada Gambar 9.,sehingga didapat korelasi antara lukisan
piring teoretis dengan diagram fase dan komposisi campuran disebelahnya.

Gambar 9. Operasional dari kolom distilasi tutup gelembung dan diagram fase yang menjelaskannya.

Jumlah piring teoretis efektif biasanya kurang dari jumlah piring


sesungguhnya yang terdapat pada sistem. Apabila ingin merancang sebuah
sistem pemisahan yang paling baik untuk sampel tertentu maka diperlukan
perhitungan jumlah piring teoretis yang dapat diawali dari volatilitas relatif
masing-masing komponen dalam sistem. Jika konsentrasi awal komponen A
dan B adalah XA,0 dan XB,0 maka konsentrasi final XA,f dapat dihitung dari
volatilitas relatif . Uap dari labu distilasi pertama akan memenuhi persamaan:

𝑌A,0 𝑋A,0 𝑌A,0 𝑋A,0


= atau 1−𝑌A,0 = (pers. 7)
𝑌B,0 𝑋B,0 1−𝑋A,0

Pada saat uap dari labu distilasi mengembun di piring pertama,


konsentrasinya tidak berubah yaitu XA,0 = YA,0 disaat uapnya menguap dari
piring pertama maka didapatkan persamaan:

𝑌A,1 𝑋A,1 𝑋A,0 2 𝑋A,0


1−𝑌A,1
= 1−𝑋A,1
= 1−𝑋A,0
= 1−𝑋A,0
(pers. 8)

Setelah n piring terlewati, maka (n+1) kali proses penguapan-


kondendasi:
𝑌A,n n+1 𝑋A,0
1−𝑌A,n
= 1−𝑋A,0
(pers. 9)
atau
𝑌A,0 𝑋A,0
log 1−𝑌A,0 = (n+1) log log 1−𝑋A,0 (pers. 10)

Pada saat uap di piring ke-n terkondensasi, komposisi final destilat YA,n
dan XA,f maka:

𝑌A,n 𝑋A,f
log 1−𝑌A,n = log 1−𝑋A,f (pers. 11)
dan
𝑋A,f (1−𝑋A,0)
log
𝑋A,0 (1−𝑋A,f)
(n+1) = (pers. 12)
log 𝑎
Persamaan Fenske adalah pers. 12 yang sering digunakan untuk
mengukur dan merancang sebuah proses distilasi bertingkat.
Campuran ideal tidak mudah didapatkan dari alam secara alami, hanya
ada di laboratorium karena dibuat oleh manusia dengan memperhatikan sifat-
sifatnya. Beberapa hukum dan persamaan diturunkan dari persamaan ideal ini.
Dalam kehidupan sehari-hari dan di alam, campuran ada dalam bentuk yang
lebih kompleks. Campuran di alam bisa terjadi secara spontan mengikuti
kehendak alam. Campuran kompleks alami memerlukan strategi khusus untuk
memisahkannya, oleh karena itu, pengetahuan yang cukup mengenai sifat-sifat
bahan harus digali terlebuh dahulu.

E. Kajian Pustaka
Citizendium. 2013. Relative Volatility. Alamat web:
https://en.citizendium.org/wiki/Relative_volatility. Diakses pada 22 Februari
2021.
Chemeurope.com. Fenske Equation. Alamat web:
https://www.chemeurope.com/en/encyclopedia/Fenske_equation.html. Diakses
pada 20 Februari 2021.
Science Encyclopedia. Distillation: General Principles, Applications. Alamat web:
https://science.jrank.org/pages/2121/Distillation-General-
principles.html#ixzz6nGb9bO4. Diakses pada 23 Februari 2021.
Wonorahardjo, Surjani. 2018. Metode-Metode Pemisahan Kimia: Sebuah Pengantar.
Jakarta: PT. Indeks.
Clark, Jim. 2020. Raoults Law and Ideal Mixtures of Liquids. Alamat web:
https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Physical_and_Theoretical_Chemistry_T
extbook_Maps/Supplemental_Modules_(Physical_and_Theoretical_Chemistry)/
Equilibria/Physical_Equilibria/Raoults_Law_and_Ideal_Mixtures_of_Liquids.
Diakses pada 24 FebruarI 2021.

Anda mungkin juga menyukai