Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AGAMA ISLAM

“MEMAHAMI HAKEKAT MANUSIA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1
1. WINDA KUSUMA CAKRAWATI
2. ANNISA ICA NUR AZIZAH
3. TETHA FATWA LUJENG
4. ANNISA NUR AULIA

JURUSAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Memahami Hakikat Manusia”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama
Islam di Poltekkes Kemenkes Semarang.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Semarang, 18 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................

A. Definisi Manusia..............................................................................................................
B. Penciptaan Manusia..........................................................................................................
C. Hakikat Manusia..............................................................................................................
D. Kelebihan Manusia dari Makhluk Lainnya......................................................................
E. Fungsi dan Tanggung Jawab Manusia.............................................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................................

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan menciptakan kebaikan,
kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Manusia mendayagunakan akal budinya untuk
menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan
hidupnya dengan menciptakan kebudayaan. Di samping itu, manusia mampu menciptakan,
mengkreasi, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang
ada untuk kepentingan hidup manusia.

Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain ialah adanya
akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir, bertanggung jawab,
serta memilih jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini seperti yang dijelaskan pada QS Al-Isra
70. Selain itu ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia sehingga membuat manusia
berbeda dari sesama manusia, yaitu hati.
Jika hati manusia kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT.
Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu derajatnya
akan ditinggikan oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk Tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki kewajiban.
Kewajiban yang utama adalah beribadah kepadaAllah SWT yang merupakan tugas pokok
dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai dengan
perintah Allah SWT.
Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah
sebagai khalifatullah dan sebagai hamba Allah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi manusia?
2. Bagaimana proses penciptaan manusia?
3. Apa hakikat manusia?
4. Apa kelebihan manusia dari makhluk lainnya?
5. Bagaimana fungsi dan tanggung jawab manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi manusia
2. Mengetahui proses penciptaan manusia
3. Mengetahui hakikat manusia
4. Mengetahui kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain
5. Untuk mengetahui fungsi dan tanggung jawab manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka bumi ini. Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata
yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata
basyar, insan dan al-nas.

Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : “innama anaa
basyarun mitlukum” (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata
basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau
lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum :
33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu “allamal insaana maa lam ya’ ” (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep Islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia
sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan
adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 “walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal” (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada
semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan sosial. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak
biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3.Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada
saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua
hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi.
Manusia adalah makhluk sosial untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan
hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain
manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup
berkumpul bersama manusia.

B. Penciptaan Manusia
1. Fase Pertama (Tanah)

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, "Sesungguhnya Aku menciptakan


manusia dari tanah." (QS. Shad : 71)

Saripati tanah yang dimaksud adalah suatu zat yang berasal dari bahan makanan (baik
tumbuhan maupun hewan) yang bersumber dari tanah, yang kemudian dicerna menjadi
darah, kemudian diproses hingga akhirnya menjadi sperma.

2. Fase Nutfah (Air Mani)

"Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia
menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan)." (Q.S Fathir :11)

Secara etimologi, Nuthfah adalah cairan dalam jumlah kecil atau tetesan. Maksud Nuhtfah
disini adalah nutfah laki-laki dan perempuan, atau spermatozoa laki-laki dan sel telur
perempuan. Nutfah juga bisa artikan sebagai campuran antara spermatozoa laki-laki dan
sel telur perempuan. Fase ini dianggap sebagai mukjizat medis lain karena ia sangat cocok
dengan kesimpulan kedoketeran modern yang menyatakan, di antara jutaan spermatozoa
hanya satu saja yang bisa membuahi sel telur perempuan. Spermatozoa ini adalah pilihan
dari sekian juta sprematozoa lain. Fakta ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang
disabdakan sejak 1.400 tahun lampau, "tidak setiap air terlahir seorang anak." (HR.
Muslim)

3. Fase 'Alaqah (Segumpal Darah)

Fase 'Alaqah adalah fase pembentukan organ tubuh. Saat itu zigot sudah mempunyai
sifat aluq (bergantung). Fase ini juga merupakan fase persiapan untuk membentuk atau
menggambar organ-organ janin. Disebut 'Alaqah, karena ia bergantung di dinding rahim.

"Dia telah menciptakan manusia dari alaq (segumpal darah)." (Al-'Alaq: 2)


'Alaqah hidup dengan menghisap darah ibunya untuk mendapatkan makanannya. Pada
fase ini janin akan membentuk organ-organ genital baik berjenis laki-laki ataupun
perempuan.

4. Fase Mudhgah (Segumpal Daging)

Sebab penamaannya mudhghah ialah karena saat diteropong bentuknya seperti


segumpal daging. Pada fase ini juga terbentuk suatu lempengan daging merah yang
disebut plasenta. Oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui aliran darah ibu kemudian
menembus plasenta. Dari sini, tali pusar yang terhubung ke bayi membawa oksigen dan
nutrisi tersebut untuk bayi.

Fase Mudhgah ini berakhir dengan peniupan ruh yang tejadi pada hari ke-120, atau
bisa sebelum atau sesudahnya, sebagaimana yang dicatat dalam hadis Nabi, "kemudian
menjadi mudhghah seperti itu, lalu Allah mengutus malaikat kepadanya dan meniupkan
ruh kedalamnya."

5. Fase 'Idzam (Tulang)


Salah satu bagian dari ruas mudhghah ini akan berubah menjadi jaringan-jaringan
tulang untuk membentuk tulang punggung dan struktur tulang lainnya. Pada sekitar awal
minggu ketujuh, rupa awal manusia telah tampak.

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari hadits Hudzaifah bin Usaid, ia
berkata:

"Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda: "Apabila nutfah telah berusia empat puluh
dua malam, maka Allah mengutus malaikat, lalu dibuatkan bentuknya, diciptakan
pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya."

6. Fase Kisa al-'idzam bil-lahm ( Pembungkus Daging)

Pengungkapan fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm (daging)
diibaratkan pakaian yang membungkus tulang, selaras dengan kemajuan yang dicapai
embriologi yang menyatakan bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum sel-sel daging, dan
bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel daging sebelum terlihat sel tulang.
Fase ini ditandai dengan menebarnya otot-otot di sekitar tulang dan meliputinya. Fase
pembungkusan tulang dengan daging dimulai pada akhir minggu ketujuh dan berlangsung
hingga akhir minggu kedelapan.

7. Fase 'Insya ( Pembentukan Manusia)

Disini kemukjizatan ilmiah dari firman Allah "kemudian kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain." (Al-Mu'minun : 14). Atau maknanya kami menciptakannya dalam
bentuk ciptaan yang berbeda dari makhluk yang lainnya. Pertumbuhan difase ini semakin
cepat dibanding sebelumnya. Janin pun berubah menjadi ciptaan dalam bentuk lain.
Bentuk kepala, tubuh dan organ lainnya mulai seimbang. Organ-organ dan sistem-sistem
mulai berkembang untuk menjalankan fungsinya. Janin mulai disiapkan untuk menerima
kehidupan diluar rahim.

C. Hakikat Manusia
1. Sebagai Hamba Allah swt.
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai
seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani
segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang
manusia juga wajib menjalankan ibadah seperti shalat wajib, puasa ramadhan (baca puasa
ramadhan dan fadhilahnya), zakat (baca syarat penerima zakat dan penerima zakat), haji
(syarat wajib haji) dan melakukan ibadah lainnya dengan penuh keikhlasan dan segenap
hati sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini :
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5).

2. Sebagai Al-Nas

Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran
cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau
dalam masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah
makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya (baca keutamaan
menyambung tali silaturahmi). Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT
berikut
“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan
peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.” (QS: An Nisa:1).

“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang
paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).

3. Sebagai khalifah Allah

Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.(baca fungsi
alqur’an bagi umat manusia)

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).

Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung


jawabannya kelak di hari akhir.

4. Sebagai Bani Adam

Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi
kesalahpahaman bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang
disebutkan oleh Charles Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk
menghormati nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam
Alqur’an Allah SWT berfirman :

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga
mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia
telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf 26-27).

5. Sebagai Al- Insan

Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al
insan merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta
kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya (baca hukum menuntut ilmu).
Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud berikut ini :

“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut
dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).

6. Sebagai Makhluk Biologis (Al- Basyar)

Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia
memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan
makanan, berkembang biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada
umumnya. Sama seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat
manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami kematian, bedanya
manusia memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan
kelak di akhirat. Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar
manusia dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus
dapat memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama
penciptaannya. Keistimewaan Manusia dalam Alquran. Dalam banyak ayat, Alquran
memuji-muji manusia karena memiliki keistimewaan dibanding ciptaan Allah lainnya.
Keistimewaan inilah yang menjadikan manusia memiliki posisi yang lebih mulia dan
utama dari malaikat sekalipun. Allah SWT berfirman:

“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di
darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
(QS: Alisra:70)

Di awal penciptaan, para malaikat bersujud kepada Nabi Adam kecuali Iblis. Iblis merasa
bahan penciptaan dirinya lebih mulia dari manusia, manusia dari tanah sedangkan Iblis
dari api. Padahal kemuliaan dan keistimewaan Nabi Adam, bukan berkaitan dengan bahan
penciptaannya sehingga Iblis membanding-bandingkan dengan dirinya, tapi sekaitan
dengan keistimewaan potensi yang dimiliki manusia, sebagai bahan menapaki hidup di
dunia kelak.

D. Kelebihan Manusia dari Makhluk Lainnya


1. Memiliki Ilmu Pengetahuan
Manusia memiliki potensi kemampuan memahami berbagai macam ilmu, karena
manusia dibekali akal yang dengannya bisa berpikir dan mengolah berbagai macam
ilmu pengetahuan. Suatu kemampuan yang tidak dimiliki makhluk lainnya. “Dan Dia
ajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para
malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu
yang benar!. Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha
Mengetahui, Mahabijaksana. Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah
kepada mereka nama-nama itu!” Setelah Adam menyebutkan nama-namanya, Dia
berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu
sembunyikan?” (QS: Albaqoroh: 31-33).
2. Menjadi Khalifah
Dari sisi wujud, manusia memiliki kepantasan menjadi khalifah di muka bumi.
Memiliki potensi dan kelayakan mewarisi serta menjaga bumi agar tetap menjadi
tempat yang layak ditinggali dan tempat makhluk-makhluk lain bertasbih kepada
Sang Pencipta. “Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan
orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih
memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” (QS: Albaqarah:30).
3. Malaikat pun Bersujud Kepada Manusia
Di antara bukti lain dari kedudukan tinggi manusia adalah Allah menyuruh para
malaikat-Nya untuk bersujud kepada manusia, sebagai bukti ketundukan dan ketaatan
malaikat kepada perintah Allah. “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Kemudian
apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)-Ku
kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.” (QS: Shad:71-72)
4. Mampu Mengungkap Rahasia Alam Semesta
“Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging
yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang
kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari
sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.” (QS. Anahl: 14).
5. Memiliki Akal Sempurna untuk Mengetahui Baik dan Buruk
Di antara keistimewaan penting manusia adalah pengetahuan baik dan buruk yang
dipahami oleh akalnya. Karena pengetahuan akan kebaikan inilah yang akan
menjadikan manusia sempurna menuju kepada kesucian. Namun sebaliknya, jika
menentang akal dan memperturutkan hawa nafsu akan mejerumuskan, dan
menjadikannya makhluk yang hina. “Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya,
maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh
beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang
mengotorinya.” (QS: Assyam: 7-10)
6. Dibekali Fitrah Tauhid
Manusia dibekali fitrah untuk bertauhid kepada Allah sebagai penciptanya. Manusia
memiliki kecendrungan kepada agama, mencari pencipta lalu tunduk menyembah-
Nya. Jika tidak, niscaya dalam hidupnya akan senantiasa gelisah. Tidak akan pernah
tentram selama belum bersama Tuhan. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan
manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS: Arrum: 30) Di dalam
Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia.

E. Fungsi dan Tanggung Jawab Manusia


1. Fungsi manusia
Fungsi manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah berarti pemimpin,
wakil, pengelola dan pemelihara. Khalifah Allah berarti wakil Allah, manusia dibekali
dengan profesi untuk memahami dan menguasai hukum Allah yang terkandung dalam
ciptaan-Nya. Dengan pemahaman terhadap kebenaran tersebut manusia dapat menyusun
konsep dan melakukan rekayasa. Pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang baru
dalam perkembangan manusia yang dinamis. Segala yang dihasilkan manusia dalam
konteks sebagai khalifah di landasi dengan ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT.
Ketundukan dan ketaatan ini tidak lain adalah refleksi dari fungsi penciptaan sebagai
khalifah di berikan oleh Allah dan akan di pertanggung jawabkan oleh manusia.
a. Fungsi Manusia Terhadap Diri Pribadi
Manusia pribadi terdiri dari kesatuan unsur jasmani dan rohani, unsur rohani terdiri
dari cipta (akal), rasa dan karsa. Fungsi manusia terhadap diri pribadi yaitu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan unsur-unsur tersebut secara menyeluruh agar kebutuhan pribadi
tetap terjaga. Unsur jasmani yang memerlukan makan-minum, pakaian, tempat tinggal,
kesehatan dan sebagainya dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Akal yang merupakan salah
satu segi unsur rohani kita bertabiat suka berpikir. Tabiat suka berpikir akan dipenuhi
dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi hidup manusia. Rasa yang
juga merupakan salah satu segi unsur rohani yang selalu merindukan keindahan,
kebenaran, keadilan dan sebagainya itu kita penuhi pula kebutuhannya dengan berbagai
keseniaan yang sehat, hidup dengan pedoman yang benar, berlaku adil dan sebagainya
[Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 4]. Perasaan yang rindu kepada kebaikan diisi dengan nilai-
nilai moral, perasaan yang rindu kepada keindahan diisi dengan nilai-nilai seni-budaya,
perasaan yang rindu kepada kemuliaan diisi dengan taqwa, perasaan yang rindu kepada
kesucian diisi dengan usaha-usaha meninggalkan sifat-sifat tercela, seperti dengki,
takabbur, aniaya dan sebagainya (Ahmad Azhar Basyir, 1984 : 8),
b. Fungsi Manusia Terhadap Masyarakat
Firman Allah, QS. al-Hujarat : 13, Allah mengajarkan kepada manusia sebagai berikut
: "Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, dan telah kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di hadirat Allah
ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal" [QS.al-Hujarat: 13].
Dari ayat ini dapat diketahui bahwa manusia adalah makhluk individual, makhluk
relegius, dan makhluk sosial. "Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan
untuk kepentingan pribadi, sebagai makhluk relegi manusia mempunyai dorongan untuk
mengadakan hubungan dengan kekuatan di luarnya [Allah], adanya hubungan yang
bersifat vertikal, dan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk
berhubungan dengan manusia yang laiannya", ...maka kemudian terbentuklah kelompok-
kelompok masyarakat [Bimo Walgito, 1987 : 41].
c. Fungsi Dan Peranan Manusia Dalam Islam
Fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial yang dimiliki
manusia, yaitu adanya kesedian untuk selalu melakukan interaksi dengan sesamanya.
Ditegaskan dalam al-Qur'an bahwa manusia selalu mengadakan hubungan dengan
Tuhannya dan juga mengadakan hubungan dengan sesama manusia. Kesedian untuk
memperhatikan kepentingan orang lain, dalam hal ini adalah tolong menolong. Hal ini
ditegaskan dalam al-Qur'an surat al-Maidah ayat 2, sebagai berikut : "Dan tolong
menolong-menolong kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran".
d. Fungsi Manusia Terhadap Alam dan Lingkungan
Fungsi manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia memanfaatkan potensi
alam untuk mencukupkan kebutuhan hidup manusia. Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang
menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan dibumi ditundukan Allah kepada manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sendiri [QS.al-Jatsiyah:13]. Laut, sungai,
matahari, bulan, siang dan malam dijadikan sebagai sarana kemakmuran hidup manusia
[QS. Ibrahim : 32-34]; binatang ternak diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia [QS. an-Nahl : 5] ; laut ditundukkan kepada manusia sebagai sarana komunikasi
dan untuk digali dan dimanfaatkan kekayaannya [QS. Fathir:12 dan an-Nahl:14] [Ahmad
Azhar Basyir, 1988 : 40]. Dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam, hendaknya
selalu diusahakan agar keselamatan manusia tidak terganggu. Tidak memanfaatkan
potensi alam secara berlebih-lebihan, agar generasi mendatang masih dapat menikmatinya,
karena potensi alam terbatas [Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 16]. Apabila berlaku belebih-
lebihan, tamak, rakus, dalam menanfaatkan potensi alam akan berakibat kerusakan pada
manusia itu sendiri. Dalam hubungan ini, Allah memperingatkan manusia [QS. Ruum :
41] bahwa, "Kerusakan di darat dan laut terjadi akibat perbuatan tangan manusia sendiri;
Allah merasakan kepada mereka sebagai [akibat] perbuatan mereka, supaya mereka
kembali ke jalan yang benar". Berdasarkan ayat ini, maka pemanfaatan potensi alam untuk
kepentingan manusia sekarang, harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang,
dengan berusaha menjaga, melestarikan potensi alam tersebut.
e. Fungsi Manusia Terhadap Allah
Fungsi manusia terhadap Allah ditegaskan dalam al-Qur'an surat adz-Dzariyat ayat 56,
sebagai berikut : "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku". Dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 21, Allah memerintahkan
manusia untuk beribadah, sebagai berikut :
"Hai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-
orang sebelummu, agar kamu bertaqwa".

Dengan demikian, beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi manusia terhadap Allah baik
dalam bentuknya umum maupun dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah
melaksanakan hidup sesuai ketentuan-ketentuan Allah, sebagaimana diajarkan al-Qur'an dan
Sunnah Rasul. Ibadah dalam pengertiam umum mencakup segala macam perbuatan, tindakan
dan sikap manusia dalam hidup sehari-hari. Sedangkan ibadah dalam bentuk khusus
(mahdhah) yaitu berbagai macam pengabdian kepada Allah yang cara melakukannya sesuai
dengan ketentuan syarat.

Tanggung Jawab Manusia :

1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT


Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, dalam al-quran
dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu
dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan
dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah
memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang
diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja
keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.
Ada caranya untuk mengabdi dan beribadah kepada tuhan yang benar,  beribadah kepada
tuhan dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
Tahap I. Bekerjalah untukku.
Engkau harus mengerti bahwa pekerjaan apapun yang kau lakukan di dunia ini hal itu telah
terkait dengan tuhan (Alloh) karena Dia adalah penguasa tertinggi di Dunia.
Al-Insaan (76 Ayat 30 ):
“Dan tiadalah kamu berkehendak kecuali yang di kendaki Alloh.
Sesungguhnya Alloh adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Tahap II. Semata-mata demi aku.
Apapun yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan untuk dirimu sendiri. Siapakah
engkau sebenarnya ?  Tuhan berkata : “Akulah yang bersinar dalam dirimu” kata Aku ini
timbul dari yang Esa, dari roh itu sendiri.  “Apapun yang kau lakukan, lakukanlah bagi
kepuasan-Ku, demi Aku.  Kerjakanlah semua atas nama-KU.
Bertindaklah sebagai alat-Ku, sadarlah bahwa aemua yang kau lakukan hanyalah demi Aku.
Disini kata “Milik-Ku atau “Aku” menunjukan roh, bukan badan Jasmani.
Tahap III. Berbaktilah Hanya Kepada-Ku
Engkau harus mengerti petunjuk ini.Bakti adalah pernyataan taqwa. Emosi yang dinamakan
taqwa memancar dari roh. Taqwa yang sebenarnya berarti bakti, adalah sebutan untuk roh.
Prinsip taqwa yang memancar dari lubuk hati ini harus menjiwai setiap perbuatan,perkataan
dan pikiran.Hal ini akan terjadi bila engkau beranggapan bahwa segala sesuatu yang kau
lakukan, katakana dan pikirkan, hanya kau perbuat untuk menyenangkan Tuhan saja. Tidur,
makan dan berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari kau lakukan karena cinta kepada
Aku dan Aku timbul dari roh. Al-An’aam (6 ayat 162)  Katakanlah, “Sesungguhnya Shalatku,
ibadahku, hidup dan matiku (hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta alam”. Jadi seluruh
kehidupan kita ini sebenarnya hanyalah untuk Allah. Ibadah, kerja, belajar,  shalat, mati dan
semuanya hanyalah untuk Allah. Dan semua itu memang milik Allah semata.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna
manusia diciptakan oleh Allah swt. Dan sepatutnya kita sebagai manusia bisa menjadi
individu yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.

Manusia tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan pasti ada masalah yang tidak
bisa kita selesaikan sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan bantuan dari orang lain.
Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial dan
tidak bisa berdiri sendiri. Maka dari itu, kita harus saling menghargai dan menghormati satu
sama lain yang diciptakan Allah swt. sama, tidak ada bedanya penciptaan manusia satu
dengan manusia lainnya. Serta janganlah lupa bahwa kita sebagai manusia juga harus menaati
peraturan yang telah ditetapkan, menghindari segala larangannya dan menaati segala
perintahnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8454535/Makalah_Hakikat_Manusia_Menurut_Islam

http://tegusitepu.blogspot.com/2016/04/makalah-hakikat-manusia.html

http://asnirasyid.blogspot.com/2013/10/makalah-agama-hakikat-manusia-dalam_7.html

Anda mungkin juga menyukai