Anda di halaman 1dari 141

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PERAWATAN UNIT
PROSEDUR
TETAP
CORONER INTENSIF
Halaman :
Pengertian Suatu bentuk perawatan khusus dengan pemantuan terus menerus, perawat
yang telah dididik khusus, dilengkapi dengan DC shock, pacu jantung
sementara dan obat-obatan lengkap.

Tujuan Mengawasi dan segera memberikan pengobatan atau tindakan bila terjadi
komplikasi

Prosedur A. PERSIAPAN ALAT


1. PERSONALIA ; tenaga dokter dan perawat yang telah dilatih untuk
merawat, serta penderita yang akan dirawat di ICCU. Tiap tempat tidur
harus paling sedikit seorang perawat.
MONITOR EKG : Tiap tempat tidur harus dilengkapi dengan sebuah
monitor EKG dipasang 24 jam setiap hari.
2. RESUSCITATION KIT
3. DC SHOCK
4. Pacu jantung sementara
5. Obat-obatan : xylocard, Digoxin / Cedilanid, preparat nitrat, Isoptin,
valium, Morfin, Dopamin / Dobutamin, Streptokinase
B. CARA KERJA
1. Penderita bedrest setengah duduk
2. Pasang oksigen 4 - 6 liter/menit
3. Infus NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% 8 tetes/menit
4. Pasang monitor EKG terus menerus
5. Rekam serial EKG setiap 12 jam
6. Segera lakukan tindakan atau pengobatan bila terjadi komplikasi

Page 1
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENERIMAAN PASIEN
TETAP
Halaman :
Pengertian Suatu kegiatan penerimaan pasien baru dalam rangka memberikan
pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, secara intensif dan
berkesinambungan sesuai dengan tingkat kekritisan penyakit jantung dan
pembuluh darah.

Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan pelayanan dan asuhan keperawatan intensif serta


menjamin pemantuan secara berksenambungan.
2. Dapat dilakukan tindakan khusus serta pengobatan yang spesifik
3. Dapat dilakukan deteksi dini, penanggulangan yang cepat dan tepat dengan
tujuan menurunkan kesakitan dan kematian penyakit jantung dan
pembuluh darah.

Kebijakan 1. Telah mendapatkan persetujuan konsulen Interna/Cardiolog


2. Transpotable
3. Persetujuan pasien/keluarga
4. Memberi tahu per telepon kepada perawat jaga

Indikasi 1. Penyakit jantung koroner akut/AMI


2. Nyeri dada atau disangka penyakit jantung koroner akut
3. Shock cardiogenic
4. Aritmia ganas / malignant
5. Tamponade jantung
6. Infeksi jantung / corditis
7. Decompensasi Cordis Berat / NYHA Derajat IV

Prosedur PERSIAPAN ALAT DAN OBAT : OLEH PERAWAT

1. Bedside / tempat tidur telah disiapkan di dalam pintu masuk unit rawat
jantung
2. Bedside : monitor sistem 3 elektrroda ON, lengkap dengan aksesorisnya,
seperti : manset dan kabel tensimeter, saturasi oksigen, elektroda dan
3 buah plat elektod
3. Emergency trolly dekatkan ke pasien yang telah dilengkapi dengan obat-
obat emergency, cairan serta alat-alat seperti : terapi oksigen,
defibrilator, resusitator, iv kateter, iv line

Page 2
4. EKG pertable atau automatic
5. Syring pump
6. Format catatan medik dan keperawatan
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENERIMAAN PASIEN
Halaman :
Prosedur CARA KERJA :
1. Nilai respon pasien, meliputi kesadaran, pernapasan, denyut jantung
dalam waktu 10-20 detik. Bila stabil segera dipindahkan ke tempat tidur
unit rawat jantung
tujuan menurunkan kesakitan dan kematian penyakit jantung dan
3. Beri tahu tentang tujuan dan manfaat pemasangan alat-alat unit
rawat jantung
4. Pasang monitor, pilih grafik R yang tinggi, ukur tekanan darah dan denyut
jantung
5. Pasang oksigen sesuai program
6. Serah terima dengan perawat pengantar pasien tentang kelengkapan
catatan medik dan keperawatan, pengobatan yang telah diberikan
serta tindakan atau hasil-hasil pemeriksaan.
7. Pasang / pertahankan infus emergency
8. Rekam EKG serial 12 -15 lead
9. Memberikan pengobatan sesuai program medik dengan atau tanpa
syring pump
10. Melaksanaan tindakan khusus dan atau pemriksaan khusus sesuai
program
11. Melaksanaan pengkajian dasar keperawatan
12. Melaksanaan pendokumentasian.

Page 3
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PEMINDAHAN PASIEN DARI UNIT RAWAT
PROSEDUR
TETAP
JANTUNG KE UNIT RAWAT INAP
Halaman :
Pengertian Pemindahan pasien dari unit rawat jantung ke rawat inap oleh karena pasien
tidak memerlukan lagi perawatan intensif, sehingga dapat dilanjutkan
asuhan keperawatan di rawat inap guna memenuhi pemulihan kesehatan.

Tujuan 1. Agar pasien terpenuhi pemulihan kesehatan


2. Melanjutkan pengobatan dan perawatan berkesinambungan
3. Membantu kelancaran alur pasien
4. Memperjelas alur tanggung jawab terhadap pengelolaan perawatan pasien

Kebijakan 1. Pasien pindah dari unit rawat jantung telah ditetapkan oleh dokter ahli /
konsulen SMF Jantung
2. Pasien pindah ke rawat inap diantar oleh perawat unit rawat jantung

Prosedur Dilaksanakan oleh perawat/ petugas unit rawat jantung

A. Persiapan pasien dan keluarga


1. Pasien dan keluarga diberitahu bahwa tidak memerlukan perwatan intensif
lagi dan boleh pindah ke rawat inap.
2. Menanyakan kepada pasien dan keluarga tentang klas perawatan yang
dikehendaki, kecuali pasien tidak mampu.
3. Memeriksa keadaan umum dan tanda vital, terakahir sebelum diantar
ke rawat inap dicatat dalam perawatan dan surat pindah
4. Menjelaskan hal-hal yang harus dipatuhi selama perawatan sampai
pulang ke rumah, tentang obat, diet, rehabilitasi pasien dan lain-lain.

B. Persiapan Administrasi dan Dokumen


1. Ada surat pindah dari dokter ahli / konsulen, SMF jantung
2. Dilampiri catatan perawatan terakhir
3. Memesan tempat di rawat inap, sesuai dengan kesepakatan pasien dan
keluarga kaitannya dengan pemilihan klas perawatan.
4. Sertakan hasil pemeriksaan dan tindakan selama di unit rawat jantung.
5. Melapor ke TPP serta melengkapi catatan medil rawat inap yang dituju.

Page 4
C. Pemindahan pasien
1. Dengan kursi roda/brankard/tempat tidur sesuai dengan kondisi pasien
2. Dengan oksigen atau tanpa oksigen sesuai keadaan pasien
3. Serah terima dilakukan oleh perwat unit rawat inap dengan unit rawat
jantung di nurse station, meliputi : kelengkapan catatan medik dan
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
PROSEDUR DIREKTUR RS
TETAP
PEMINDAHAN PASIEN DARI UNIT RAWAT

JANTUNG KE UNIT RAWAT INAP Halaman :


Prosedur keperawatan, hasil-hasil suatu tindakan pemeriksaan dan obat-obatan
4. Apabila dalam pelaksanaan mengalami kesulitan sehubungan dengan
keterbatasan perawat, kesibukan, tingkat emergency pasien di unit rawat
jantung maka pemindahan pasien ini dapat diesepakati bersama-sama
melalui penyelia jaga agar ruang rawat ianp yang terkait dapat mengambil
pasien tersebut.
5. selanjutnya perawatan pasien menjadi tanggung jawab dokter dan perawat
ruang inap yang ditempati.

Page 5
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENGGUNAAN EKG
Halaman :
Pengertian Elektrokardiografi adalah ilmu yang memperlajari tentang perubahan potensi
listrik jantung
Elektrokardiograf adalah alat galvanometer, dilengkapi dengan radio amplifier,
gerakan jarum dan tinta yang dapat mencatat getaran arus listrik melalui
permukaan tubuh
Elektrokardiogram adalah grafik yang menggambarkan perubahan potensial
listrik pada setiap kontraksi otot jantung yang dihubungkan dengan waktu.

Tujuan Pemeriksaan / pengkajian diagnostik penyakit jantung

1. penyakit jantung koroner


2. gangguan irama jantung / aritmia
3. hipertrofi atrium dan ventrikel
4. gangguan elektrolite/ kalium dan calsium
5. perikarditis
6. efek dari obat jantung
Prodesur Persiapan : oleh perawat

A. Alat :
1. Elektrokardiograf satu channel atau tiga channel lengkap dengan elektrode
serta plat atau manset extremitas
2. Kertas EKG
3. Jelly, kertas tissue
4. Tempat tidur
5. Spidol/pena

B. Pasien
1. Diberi penjelasan tentang tujuan pemeriksaan
2. Pasien tenang, tidak bergerak, tidak menahan b.a.k / b.a.b

Page 6
3. Tidur terlentang rileks/ tangan dan tungkai tidak bersentuhan
4. Tidak menyentuh besi tempat tidur

c. Perawat
1. Menyiapkan alat dan pasien, merekam serta mampu interpretasi rekaman
EKG pada pasien penyakit jantung koroner
2. Interpretasi EKG dalam keadaan tertentu segera kolaborasi atau melaku
kan pertolongan pertama pada keadaan gawat.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENGGUNAAN EKG
Halaman :
PROSEDUR CARA KERJA :
1. Bersihkan lemak kulit pada tempat yang akan ditempel elektrode
2. pasang manset / flat elektrode pada hantaran I, II, II, aVR, aVL, aVF
a. Kabel merah / R pasang di tangan kanan / RA
b. Kabel kuning / L pasang di tangan kiri / LA
c. Kabel hijau / F pasang di kaki kiri / RL
d. kabel hitam / G pasang di tungkai kanan / gronding
3. Pasang elektrode pada Precordial lead
VI s/d V6 / Anterior
V7 s/d V9 / Posterior
V2R s/d V6R / vbetrikuler kanan
a. V1 ruang intercosta IV faris sternum kanan
b. V2 Ruang intercosta IV garis sternum kiri
c. V3 pertengahan antara V2 dan V4
d. V4 Ruang intercosta V garis mid clavicula kiri
e. V5 Horisontal dengan V4 anterior aksilaris kiri
f. V6 horisontal V6 mid aksilaris kiri
g. V7 Horisontal V6 Posterior aksilaris
h. V8 Horisontal V7 ujung scapula
i. V9 Horisontal V8 pinggir vertebra
4. Kabel listrik EKG dihubungkan dengan stop kontak listrik
5. Tekan tombol ON power, tampak lampu menyala pada EKG
6. Cek voltage hingga 1 mv / 10 mm dengan kalibrasi,dial slektor posisi STD
7. Rekam dimulai dari lead I, II, III, aVR, aVL, aVF dengan memutar dial selekto
8. Rekam V1 s/d V6 ,bila menggunakan 6 elektrode dengan memutar dial
selektor dan bila menggunakan satu elektrode dapat memindahkan
elektrode ke arah lead V1 s/d V9
9. Setelah selesai merekam seluruhnya dicek voltage dengan kalibrasi lagi.

Page 7
10. Jika perlu voltage dibesarkan / dikecilkan dan diberi catatan
11. Tuliskan pada kertas rekaman EKG : nama pasien, umur, tanggal, jam dan
lead masing-masing serta nama yang merekam
12. Catat pada format EKG untuk hasil interpretasi.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
TINDAKAN DEFIBRILASI-CARDIOVERSI
Halaman :
Pengertian Merupakan terapi dengan cara memberi energi listrik ke jantung,melalui
electrode/pedal yang ditempatkan pada dinding dada pasien
Tujuan Defibrilasi :
1. Mencegah ancaman kematian oleh karena ventrikel Fibrilasi
2. Mencegah irama denyut jantung normal sinus dan mengembalikan curah
jantung yang hilang oleh karena VT / VT Non pols, mengembalikan oksigenasi
dan perfusi jaringan.

Cardioversi:
Mengembalikan Aritmia jantung yang ganas dengan hemodinamik yang rendah
dan atau gagal dengan farmakoterapi
Indikasi Defribrilasi :
ventrikular Fibrilasi
Ventrikular takikardi / VT - Tidak ada pols / Non Pols

Cardioversi
Ventrikular Takikardi / VT, Hemodinamik tidak stabil
Supra ventrikular takikardi , hemodinamik tidak stabil
* Paroksismal Atrial takikardi / PAT
* Atrial Fibrilasi Rapid Ventrikular Rate / AFRVR
* Atrial Flutter Rapid Ventrikular Rate / AFRV
* Paroksismal junction Takikardi
Prosedur Persiapan
A. Dokter / Perawat : Harus paham tentang :
1. Interpretasi Rekaman RKG
2. Prinsip-prinsip BCLS dan ACLS

Page 8
B. Alat :
1. Defibrilator dengan elektrode monitor dan dua paddle / 10 -13 cm
2. Emergency trolly lengkap dengan obat emergency, Resusitator
3. Alat intubasi papan resusitasi
4. Oksigen terapi
5. Jelly
C. Pasien :
1. Monitor EKG " Pastikan " VF / VT Non Pols
2. Monitor EKG " Pastikan " VT , PAT , SVT / EKG 12 lead
3. Posisi tidur spine diatas papan resusitasi
4. tidak ada gigi palsu
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
TINDAKAN DEFIBRILASI-CARDIOVERSI
Halaman :
Prosedur CARA KERJA DEFIBRILASI / ASINCRONISE
1. Dekatkan defibrilator dengan pasien serta alat-alat yang lain
2. Putar On defibrilator, atur energi diawali 200 joule asyncronise
3. Berikan jelly yang cukup pada seluruh permukaan kedua paddle
4. Tempatkan posisi paddle pada sternum & apex di dada pasien, cek dengan
melihat monitor display, dinilai irama jantungnya, pastikan adanya VF / VT
5. Komunikasikan pada anggota tim , Charging defibrilator"
6. Tekan charge,tombol pidal apex dengan tangan kanan atau defibrilator kontrol
7. Bila charge sudah penuh joule, beri tekanan pada paddle ke dinding dada
8. Nyatakan bahwa defibrilasi siap aman terhadap pasien dan penolong
9. Tekan kedua tombol paddle sternum dan apex simultan dan jangan terangkat
10. Perhatikan di monitor display post defibrilasi, berubah atau tidak dari VF / VT
11. Bila VF/VF tetap, paddle tetap diletakkan pada dinding dada pasien, ulangi
sampai ketiga kali dengan menaikkan 200-300 Joule
12. Bila masih tetap VF/VT, dilanjutkan Algoritma VF/VT
13. Bila berhasil pada shock ke 1/2/3, dipertahankan untuk pemulihan irama
janyung normal, serta pernapasan adekuat
14. Alat dirapikan, paddle dibersihkan dari sisa jelly

CARA KERJA CARDIOVERSI / SYNCHRONIZE


1. Beri tahu pasien dan keluarga
2. Pasien dalam infus, diberi penenang/ valium dan cukup oksigenasi
3. Hubungkan monitor dengan pasien dan usahakan mencari R yang tinggi dan
jelas usahakan gambaran EKG tidak artefak
4. Tekan knop sinchronize, pastikan alat monitor dalam keadaan siap, paddle
beri jelly

Page 9
5. Energi diawali dengan 50 joule, dinaikkan bertahap bila belum ada respon 100
joule, 200 joule, 300 joule, 360 joule
6. Observasi monitor EKG terus meneus selama tindakan dan observasi tanda
vital

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT
Halaman :
Pengertian keadaan dimana sebagian miokard mengalami nekrosis seluler irreversible
akibat adanya oklusi aliran koroner total yang mendadak. Keadaan ini biasanya
sebagai akibat menurunnya alliran darah koroner lama dibawah tingkat krisis

Tujuan 1. Pengawasan terhadap komplikasi terutama aritmia pada hari-hari pertama


2. segera bisa bertindak untuk mengatasi komplikasi yang sangat berbahaya.

Prosedur 1. Perawatan standar ICCU


2. Diagnosis : serial EKG dan enzim jantung CKMB, SGOT,LDH setiap 12 jam
3. Pengobatan : yang datang < 6 jam bila terdapat kontraindikasi dapat diberikan
terapi trombolitik (streptokinase), sakit dada dapat diberikan Novalgin IV,
Morfin SC atau Pethidin IM, angina pasca infark diberikan preparat nitrat
(sublingual transdermal, drip IV). Bila terjadi komplikasi seperti Aritmia, payah
jantung,dsb diobati menurut standar pengobatan masing-masing

Page 10
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENGOBATAN TROMBOLITIK INTRAVENA
TETAP
PADA INFARK MIOKARD AKUT Halaman :
Tujuan Membatasi luas infark

Indikasi 1. Nyeri dada yang khas lebih dari 20 menit bisa hilang dengan istirahat dan
pemberian nitrat
2. Onset kurang dari 12 jam
3. Pada EKG elevasi segmen ST > 2 mm pada dua sadapan atau lebih pada
sadapan prekordial atau lebih 1 mm pada dua sadapan atau lebih pada
sadapan extermitas.
4. Usia < 70 tahun
KONTRA 1. hipertensi , BP > 200 / 110 mmHg
INDIKASI 2. kecurigaan diseksi aorta
3. pasca resusitasi yang traumatic
4. riwayat stroke < 6 bulan
5. riwayat trauma kepala yang baru atau adanya neoplasma intrakranial
6. riwayat ulkus peptikum atau hemorroid dengan perdarahan baru.
7. riwayat post partum dini atau penderita hamil
8. penderita dengan penyakit-penyakit terminal
9. riwayat pengobatan streptokinase kurang dari satu tahun atau riwayat alergi
streptokinase
10. bila memang diperlukan, dapat menggunakan trombolitik yang non antigenik
(urokinase r.TPA)

Prosedur 1. Ada persetujuan keluarga


2. Tersedia defibrilator dan trolly emergency

Page 11
Prosedur

3. Pemeriksaan sebelum trombosis : EKG lengkap, foto thorax, Cardiac enzym,


darah lengkap, masa perdarahan, masa pendjedalan APTT dan elektrolit
4. Pasang kateter IV (infus)
5. Premedikasi dengan diphenhydramin hydroclorida 50 mg dan
dexamethasone 40 mg IV
6. Streptokinase 1.500.000 unit dilarutkan dalam 100 ml NaCl 0,9% dan diberi
kan selama 1 jam
7. Monitor tanda vital tiap 10 - 15 menit. Bila terjadi hipotensi -> head down
position. Trombolisis sementara dihentikan. Filling dengan NaCl 0,9 % 100 -
250 ml untuk mengatasi efek vasodilatasi karena trombolisis. Setelah
tekanan darah naik diteruskan lagi.
8. Monitor gambaran EKG jika terjadi aritmia
9. Observasi tanda-tanda alergi
10. Setelah streptokinase selesai dilanjutkan heparinisasi bolus 5000 unit
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENGOBATAN TROMBOLITIK INTRAVENA
TETAP
PADA INFARK MIOKARD AKUT Halaman :
heparin drip dengan dosisi awal 1000 unit/jam selama lima hari dengan
menyesuaikan hasil pemriksaan APTT 1,5 - 2 kali kontrol. Harus selalu diawasi
tanda-tanda perdarahan selama infus heparin.
bila terjadi perdarahan distop, pengelolaan perdarahan (transfusi k/p dan obat-
obatan fibrinotik).
pemeriksaan laboratorium sesudah streptokinase
* APTT tiap 12 jam
* enzim jantung tiap 24 jam
* EKG lengkap tiap 24 jam

Page 12
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PROGRAM TERAPI OKSIGEN
Halaman :
Pengertian Program terapi oksigen merupakan upaya dalam mempertahankan
keseimbangan kebutuhan oksigenasi dalam tubuh.

Tujuan a. Memenuhi kebutuhan oksigen pada hipoxia


b. Menurunkan kerja pernapasan
c. Menurunkan beban kerja jantung/ miokard
d. Pemerikasaan saturasi oksigen rendah

Prosedur 1. Persiapan Alat


a. Outlet oksigen sentral / dinding/ tabung
b. Flow meter oksigen dan humidifer
c. Kateter nasal
d. Kenule nasal
e. Sungkup muka sederhana
f. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing / NRM
g. sengkup muka dengan kantong rebreathing / RM
h. sengkup muka dengan Venturi
i. Jelly k-y/ untuk pelicin

2. Pasien
a. Diberi tahu manfaat dan tujuan
b. Atur posisi tidur sesuai dengan kondisi pasien

Page 13
Cara Kerja
oleh Perawat
1. Perawat cuci tangan
2. Hubungkan dengan flow meter oksigen
3. Hubungi dengan outlet sentral/ tabung
4. Pilih kateter nasal/ kenule nasal/ Sungkup muka sederhana, Sungkup muka
dengan kantong non rebreathing / atau sungkup muka dengan kantong
rebreathing atau Venturi
5. Hubungkan pada flow meter oksigen
6. Alirkan oksigen dengan memutar selektor sesuai kebutuhan
7. Pasang ke pasien dengan cara seperti dibawah ini :

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PROGRAM TERAPI OKSIGEN
Halaman :
PROSEDUR
Jenis Alat Ali Konsentrasi Cara Kerja
L/ (%)
Nasal Kenule 1 22 - 24 Beri pelicin pada ujung/ kedua
ujung kenule, masikan kedua ujung
kenule kedalam lubang hidung
pasien fiksasi
Karakter Nasal 1 24 - 44 Ukur jarak antara lubang hidung
sampai ke ujung daun telinga, beri
pelicin/ jelly pada ujung kateter
masukan melalui lubang hidung
sejauh yang diperkirakan kemudian
fiksasi.
Sungkup Muka 5 40 - 60 Atur tali pengikat sengkup muka,
sederhana sehingga menutup rapat dan
nyaman jika perlu memakai kain
kasa pada daerah tertekan.
Sungkup muka 8 60 - 100 Isi oksigen kedalam kantong
non rebreathing dengan menutup lubang antara
kantong dengan sungkup. Atur tali
pengikat sungkup sehinga menutup

Page 14
rapat dan nyaman
Sungkup muka 4 30 - 55 s.d.a
rebreathing

Perawatan 1. Outlet oksigen sentral/ dinding/tabung


2. Flow meter oksigen dan humidifer
3. Kateter nasal
4. Kenule nasal
5. Sungkup Muka sederhana
6. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing / NRM
7. Sungkup muka dengan kantong rebreathing / RM
8. Sungkup muka dengan venturi
9. Jelly K-Y / Untuk pelicin

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENATALAKSANAAN AKUT
TETAP
MIOKARD INFARK Halaman :
Pengertian Akut miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau
nekrose otot jantung yang disebabkan oleh berkurangnya atau terhentinya
aliran koroner secara tiba-tiba, atau secara tiba-tiba kebutuhan oksigen
meningkat tanpa disertai perfusi arteri koroner yang memadai.

Tujuan Menurunkan kebutuhan oksigen dan meningkatkan persediaan oksigen miokard

Prosedur A. Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan EKG serial = Abnormal segmen ST, gelombang T dan Q
2. Pemeriksaan cardiac enzym serial = peningkatan CK-CKMB, LDH, GOT
3. Rontgen Thorax = ada cardiomegali, oedema paru
4. Echocardiografi = disfungsi ventrikel / valve
5. Angiografi koroner = Oklusi arteri koroner
6. Pemeriksaan darah = Lekositosis
serum lipid meningkat
AGD mungkin hipoxemia

Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan AMI adalah menurunkan kebutuhan oksigen dan
meningkatkan persediaan oksigen miokard.
1. Bedrest total selama 24 jam pertama

Page 15
2. Terapi oksigen
3. Infus emergency
4. Bedside cardiac monitoring
5. Monitoring hemodinamik
6. Terapi : vasodilator, beta bloker, analgetik, narkotik, antiplatelet, antilipid
7. Tindakan revaskularisasi koroner : PTCA (percutaneus Transluminae
Coronary Angioplasty)
8. Menenangkan pasien = obat sedative, penyuluhan
9. Diet = Puasa sampai 8 jam pertama setelah serangan, diteruskan diet
jantung secara bertahap (Diet jantung I,II,III,IV)
10. Monitoring balance cairan
11. Rehabilitasi = setelah 24 jam pertama tidak ada komplikasi dimulai
mobilisasi secara bertahap.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENATALAKSANAAN ANGINA PECTORIS
Halaman :
Pengertian Agina pectoris adalah suatu gejala temporer miokardia iskemia yang dirasakan
sebagai nyeri dada (Chest pain) atau tidak nyaman (Chest discomfort)

Tujuan Agar cepat menentukan sikap dan tindakan yang perlu dilakukan untuk
menyelamatkan pasien dari ancaman yang lebih serius yaitu kematian
otot jantung (AMI)

Prosedur Pemeriksaan penunjang :


a. EKG
30 % biasanya normal dan 70% abnormal pada episode nyeri dada atau
melakukan aktivitas, berupa depresi segmen ST atau gelombang T inverted.
b. Cardiac enzym (CK, CKMB, LDH, GOT)
Biasanya normal, meningkat menunjukan infark miokard
c. Sters Test / Treadmill
Hasil abnormal EKG : ST depresi atau T inverted, serangan angina saat test
d. Angiografi koroner
10 % biasanya normal, 90% abnormal berupa lesi arteri koroner
e. Serum Lipid ( HDL, LDL, Cholesterol, Triglyserid)
Meningkat resiko faktor CAD

Page 16
Penatalaksanaan :
a. Bedrest, sebaiknya tidur telentang atau semifowler
b. Terapi oksigen
c. Obat-obatan
a). Nitrat
Nitrat, cedocard, Minitran, isoket
b). Beta Bloker
propanolol, atenolol
c). Kalsium antagonis
Nifedipin, diltiazem, verapamil
d). Anti Agregasi
Aspilet, ascardia
e). Anto koagulan
Heparin, levonox
d. Pengendalian factor resiko
e. Tindakan intervensi
a). PTCA ( Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty)
b).CABG ( Coronary Artery By Pass Graft).
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK
Halaman :
Pengertian Syok adalah merupakan gangguan dimana perfusi ke jaringan tidak cukup
membawa zat yang diperlukan dan membuang sisa metabolisme , terutama ke
jaringan vital jantung , otak, Ginjal dan hati

Syok kardiogenik adalah jantung tidak dapat mempertahankan Cardiaca output


untuk membutuhkan metabolisme tubuh dengan tubuh
# Perfusi ke Organ tergantung dari tekanan arteriaol sistemik
dan resistensi atau tekanan vaskuler dari organ.
# Cardiac output adalah strok volume dikalikan Heart Rate.
# Tekanan arterial adalah cardiac output dikalikan resistensi vaskuler sistemik
# Resistensi vaskuler tergantung dari radius pembuluh darah yang
mempengaruhi struktur dinding pembuluh darah dan tonus alat polos vaskuler

Tujuan 1. Memperbaiki kontraksi jantung


2. Menaikan cardiac output
3. Memberikan vasodilatasi
4. Mengatasi asidosis respiratori dan metebolisme

Pemeriksaan penunjang :

Page 17
1. EKG
a). AMI luas : anterior, inferior, posterior kanan yang terjadi ( Perubahan QST)
b). Dysritmia : Bradiritmik/ AV Block total.
c). Hypertrofi jantung
2. Laboratorium
a). Enzym jantung meningkat (CKMB,LDH. SGOT, SGPT)
b). AGD :
Hypoksemia PaO2 < 80 mmHg
Asidosis metebolisme pH < 7,35
Alkalosis respiratori PaCO2 < 35 mmHg
3. Foto thoraks
# Jantung sering membesar
# Oedema Paru / pembendungan paru
4. Ekhokardiografi
5. Hemodinamic monitor
Selain untuk memonitor pemberian cairan juga untuk memonitor LV fungsi

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK
Halaman :
Terapi inisial :
1. Terapi oksigen (Dicapai PaO2 : 80 - 120 mmHg)
* 8 - 10 L/Mnt menggunakan masker /NRM
* Intubasi bila memerlukan terapi oksigen aliran cepat
dengan bantuan ventilator bila PaO2 < 50 mmHg
2. Obat adrenergik
* Dopamin
- Dosis rendah 2,5 mcg/kgBB/mnt untuk : dilatasi renal, mesenteric,
coronary cerebral
- Dosis tinggi 5-20 mcg/KgBB/mnt pada pasien dengan tekanan darah
kurang dari 70 mmHg (sistolik) untuk meningkatkan kontraksi otot
jantung dan cardiac output serta tekanan darah
* Dobutamin ( Dobutrex)
- Efek inotropik, menstimulasi beta reseptor untuk meningkatkan
kontraksi dan stroke volume
- Dosis dimulai 2-4 mcg/kgBB/Mnt
- Dosis terapi 2-20 mcg/kgBB/Mnt,bila TD sistolik 70 -100 mmHg

Page 18
* Norepinefrin alpa dan beta action
- Meningkatkan kontraksi miokard dengan menstimulasi beta reseptor,
meningkatktakn tekanan arterial sistemik, meningkatkan kardiak output,
dan resistensi vaskuler perifer.
3. Keseimbangan kebutuhan cairan
- Perlu pemasangan CVP
- Monitor RAP
- Monitor PCWP
- Dengan monitor hemodinamik dapat diobservasi dan dievaluasi terus
menerus setiap 10 menit
4. Memenuhi kebutuhan keseimbangan asam basa - pemeliharaan pH = 7,35
(sodium bicarbonat)
5. Tyrah baring, pososi supine, kaki dinaikan 45 derajat
6. IABP ( Intra Aotric Ballon pump)

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENATALAKSANAAN CARDIAC ARREST
Halaman :
Pengertian Cardiac Arrest dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana tidak ada
tanda-tanda klinis adanya cardiac output.

Tujuan Mencegah kerusakan cerebral yang menetap yang mungkin akan terjadi bahkan
kematian.

PROSEDUR Pemeriksaan penunjang


Henti jantung dapat diikuti fenomena listrik antara lain VF, VT, Asistole dan
Disosiasi Elektromekanik (PEA) . Oleh karena itu sangat perlu dilakukan
monitoring EKG pada pasien dengan cardiac arrest.

Penatalaksanaan :
Pasien dengan cardiac arrest harus sesegera mungkin dilakukan
Resusitasi CardioPulmonar, yang meliputi :
1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Cardiac Life Support) yang bertujuan untuk
mengupayakan kembali oksigenasi jaringan.
2. Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Cardiac Life Support) yang berguna untuk
mempertahankan oksigenasi yang spontan.

Page 19
3. Fase Post resusitasi
4. Tujuan CPR adalah untuk mempertahankan ventilasi dan sirkulasi yang
adekuat dan untuk menjaga kestabilan irama jantung.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENATALAKSANAAN PASIEN HIPERTENSI
Halaman :
Pengertian Hipertensi terdiri dari hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer (95%) tidak diketahui penyebabnya.
Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi,
yaitu : obesitas, merokok, stress, intake sodium yang berlebihan, serum lipid
yang meningkat dalam darah dan alkohol.
Hipertensi sekunder (5%) adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain
terutama ginjal.

Hipertensi krisis (very severe) : sistolik > 210 mmHg dan diastolik > 110 mmHg.
Diklasifikasi dalam 2 tipe :
1) hipertensi urgensi
adalah severe hipertensi tanpa diikuti kerusakan organ target.
2) Hipertensi emergency
adalah severe hipertensi yang diikuti dengan adanya kerusakan organ target
seperti otak, jantung dan ginjal.
Tujuan 1. Menurunkan morbiditas dan mortalitas.
2. Mempertahankan TD sistolik 140mmHg dan diastolik 90 mmHg

Page 20
Tujuan

3. Mencegah komplikasi.

Prosedur 1. Lakukan pemeriksaan penunjang ;

a. EKG
akan didapatkan : * Pembesaran ventrikel kiri
* Pembesaran atrium kiri
* Penyakit jantung koroner
b. Laboratorium
Fungsi ginjal : BUN, Ureum
Urine Rutin
Asam Urat
Darah lengkap
Elektrolit
c. Radiologi
- edema paru oleh karena gagal jantung kiri
- pembesaran jantung, vaskularisasi aorta yang lebar
- pelebaran mediastiunum oleh karena diseksi aorta
d. Ekokardiografi
Tampak penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin juga sudah terjadi dilatasi
dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik.
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENATALAKSANAAN PASIEN HIPERTENSI
Halaman :
PROSEDUR 2. Penatalaksanaan
a. Pengobatan Non Farmakologi
1) Perubahan cara hidup
2) Mengurangi asupan garam dan lemak
3) Mengurangi asupan alkohol
4) Berhenti merokok
5) Menurunkan BB bagi pasien obesitas
6) Meningkatkan aktifitas fisik
7) Olahraga teratur
8) Menghindari ketegangan
9) Istirahat cukup

b. Pengobatan Farmakologi
1) Diuretik : furosemid 0,5-1 mg/KgBB
2) Beta bloker : propanolol
3) Calsium antagonis

Page 21
4) ACE inhibitor : captopril
5) Alpha adrenergic blocking agent
6) Vasodilator :
- Nitroprusid, yaitu vasodilator arteri dan vena. Dosis 0,25-8ug/KgBB/menit
pemberian yang cepat > 15ug/KgBB/menit atau pemberian yang lama
> 48 jam dapat menyebabkan terjadinya Thyocinate Toxicity yang ditandai
dengan gejala pandangan buram, bingung, tinitus.
Obat ini diberikan dengan menggunakan infus pump.
- Nitroglicerine adalah vasodilator untuk vena dengan dosis 5-100ug/menit
7) Morphin : 2-5mg

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENGGUNAAN DEFIBRILASI (DC SHOCK)
Halaman :
Pengertian Defibrilatror adalah suatu alat elektrik yang biasanya dilengkapi dengan
alat monitor EKG yang digunakan untuk terapi aritmia jantung (defibrilasi
atau kardioversi)
Defibrilasi (external) adalah suatu tindakn terapi dengan cara memberikan
aliran energi listrik yang kuat dengan mode asinchron ke jantung pasien
melalui elektroda (pedal) yang ditempelkan di permukaan dinding dada.
Cardiovesi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran
energi listrik yang kuat dengan metode sinchron.
Tujuan a. menghilangkan ancaman kematian karena ancaman jantung
b. mengembalikan irama jantung menjadi normal.
c. mengembalikan oksigenasi dan perfusi ke jaringan.

PROSEDUR DEFIBRILASI
A. INDIKASI :
1. pasien dengan irama VF (Ventrikel Fibrilasi)

Page 22
PROSEDUR

2. Pasien dengan irama VT (Ventrikel Takikardi) non pulse

B. PERSIAPAN DEFIBRILASI
1) Perawat
Harus paham :
- Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
- Interpretasi gambaran EKG
- Prinsip-prinsip keamanan terhadap listrik.
2) Peralatan
a) DC Shock (Defibrilator dengan electrode/pedalnya)
b) Jelly
c) Ambu bag dengan face mask
d) Oksigen
e) papan resusitasi
f) obat-obat emergency
3) Pasien
a) Posisikan supine diatas papan yang rata dan keras (papan RKP)
b) Singkirkan semua besi yang menempel langsung pada pasien
c) Ambil gigi palsu pada pasien, bila ada.

C. PROSEDUR DEFIBRILASI
1. Pastikan gambaran EKG F pada monitor EKG
2. Siapkan alat-alat defibrilasi (lakukan RJP) bila alat-alat belum tersedia.
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENGGUNAAN DEFIBRILASI (DC SHOCK)
Halaman :
PROSEDUR 3. Matikan pace maker bila terpasang.
4. Lakukan defibrilasi bila dipastikan gambaran EKG VF atau VT non pulse
dengan cara sbb:
- Beri jelly yang cukup pada pedal
- Hidupkan defibrilator dan pastikan dalam setelan Asinchron, atur energi
yang dipakai
- Letakkan pedal pada dada, agak diputar agar jelly menyebar rata
- Pastikan tidak ada orang yang kontak dengan pasien atau bed pasien.
- Tekan knop pedal secara bersama-sama dan defibrilator akan
memberikan kejutan / kontraksi pada pasien
- Nilai gambaran EKG segera jika masih VF, defibrilasi diulangi.

D. PERAWATAN POST DEFIBRILASI


1. Nilai keadaan psien

Page 23
2. Monitoring gambaran EKG
3. Pasang infus bila belum terpasang
4. Siapkan pemberian obat-obatan dan observasi pemberian obat-obatan
5. Berikan oksigen
6. Perhatikan pada pasien apakah ada luka bakar

CARDIOVERSI
A. INDIKASI :
Dilakukan pada pasien dengan kelainan EKG :
* VT : Ventrikel Takikardi
* PAT : Paroksismal Atrial Takikardi
* SVT : Supra Ventrikel Takikardi
* F : Atrial Takikardi
Yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.

B. CARA CARDIOVERSI :
1. Emergency :
Tidak perlu tindakan (khusus) apa-apa, bila VT langsung cardioversi
(harus dengan alay-alat RJP)
2. Elektif :
Premediksai dulu dengan valium

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
PENGGUNAAN DEFIBRILASI (DC SHOCK)
Halaman :
PROSEDUR C. PROSEDUR CARDIOVERSI
1. Beritahu pasien dan keluarga (terangkan maksud dan tujuannya)
2. Rekam EKG 12 lead
3. Pasang Infus (bila belum terpasang)
4. Atur posisi pasien terlentang
5. Berikan oksigen dan obat penenang
6. Observasi tanda vital
7. Siapkan alat-alat Cardioversi :
a) hubungkan pasien dengan monitor EKG (usahakan EKG dengan
gelombang R yang tinggi dan jelas)
b). Usahakan gambaran EKG tidak artefak
c) tekan knop sinchron
d) berikan jelly yang cukup pada pedal

Page 24
8. Yakinkan lat-alat pada keadaan siap, knop pada posisi sinchron dan
berikan enrgi sesuai kebutuhan
9. Lakukan cardioversi
* letakkan pedal pada posisi yang benar
* tekan knop pedal secara bersamaan
10. Nilai gambaran EKG (bila menetap, energi dinaikkan bertahap dan
prosedur diulang)
11. Setelah selesai, rapikan alat-alat
12. Catat dan laporkan tindakan Cardioversi.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
INTUBASI
Halaman :
Tujuan Mendapatkan jalan napas yang lancar dengan penempatan yang tepat
pipa trachea oral
Indikasi 1. Henti jantung
2. Pasien sadar tapi ventali kurang adekuat
3. Pasien tidak dapat mempertahankan jalan napas yang adekuat
4. Penolong tidak mampu memberikan ventilasi adekuat dengan cara
konvensional

Persiapan 1. Laringoskop, lengkap dengan handle dan blade


Alat 2. Pipa Endotrakeal (ETT) dengan ukuran :
a) Perempuan : No. 7,0 ; 7,5 ; 8,0
b) Laki-laki : No 8,0 ; 8,5

Page 25
c) Emergency : No 7,5
3. Stilet
4. Mandrin
5. Forsep magil
6. Jeli
7. Spuit 20 cc atau 10 cc
8. Steteskop
9. bantal
10. Plester dan gunting
11. Mesin Suction (alat penghisap lendir)

Prosedur 1. Cek alat-alat yang diperlukan dan pilih ukuran ETT sesuai dengan kebutuhan
2. Beri pelumas pada ujung ETT sampai daerah "cuff"
3. Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik (lakukan "Sellick Manuver")
4. Letakkan bantal di Oksiput setinggi ± 10 cm dan kepala tetap extensi
5. Bila perlu lakukan penghisapan lendir pada mulut dan faring
6. Buka mulut dengan cara "cross finger" & tangan kiri memegang laringoskop
7. Masukkan bilah laringoskop menelusuri mulut sebelah kanan, sisihkan
lidah ke kiri. Masukkan bilah sampai mencapai dasar lidah, perhatikan
agar lidah atau bibir tidak terjepit diantara bilah dan gigi.
8. Angkat laringoskop ke atas dan ke depan dengan kemiringan 30 -40
derajat, jangan menggunakan gigi sebagai tumpuan.
9. Bila pita suara sudah terlihat, masukkan ETT sambil memperhatikan
bagian proximal dar "cuff" ETT melewati pita suara ± 1-2 cm atau
pada orang dewasa kedalaman ETT ± 19-23 cm
10. Waktu intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik.
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
INTUBASI
Halaman :
prosedur 11. Lakukan ventilasi dengan menggunakan "bagging" dan lakukan
auskultasi, pertama pada lambung kemudian pada paru kanan dan kiri
sambil memperhatikan perkembangan dada.
12. Bila terdengar suara "gargling" pada lambung dan dada tidak mengembang
lepaskan ETT, lakukan hiperventilasi kembali selama 30 detik dengan
O2 100% selanjutnya lakukan intubasi kembali.
13. Kembangkan balon "cuff" dengan menggunakan spuit 20 cc atau 10 cc
dengan volume secukupnya sampai tidak terdengar suara kebocoran
udara di mulut saat dilakukan ventilasi "bagging".
14. Lakukan fixasi ETT dengan plester agar tidak terdorong atau tercabut.
15. lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100%

Page 26
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PASIEN DAN PENDERITA
TETAP
YANG DAPAT DIRAWAT DI ICU Halaman :
PROSEDUR Penentuan penderita yang dapat dirawat di ICU

Memberikan batasan penderita yang akan mendapat pelayanan di ICU

Penderita dalam keadaan akut, kritis dan masih dalam keadaan dapat
ditolong (reversible dan recoverble)

I. INDIKASI UMUM
1. Semua penderita yang membutuhkan bantuan pernapasan mekanik atau
alat bantuan khusus lainnya.

Page 27
2. Semua penderita yang membutuhkan monitoring secara cermat dan ketat.

II. INDIKASI KHUSUS


1. Kelainan pada saluran pernapasan
Pneumonia, Bronkiolitis, Laringitis, dirawat di ICU apabila : dengan
pengobatan klasik tidak memberikan hasil yang baik atau menuju ke arah
terjadinya kegagalan pernapasan.
2. Kelainan pada sistem kardiovaskuler.
Syok hipovolemik, kardiogenik,septik.
syok hipovolemik dan septik yang tidak menunjukkan respon yang baik
terhadap pengobatan klasik atau didapatkan komplikasi menuju ke arah
kegagalan pernapasan. Setiap syok kardiogenik/syok septik maupun
penyebabnya, untuk pengawasan EKG (BED SIDE) / pemantauan ketat
hemodinamik.
3. Keracunan
Kasus-kasus keracunan makanan, obat-obatan, zat kimia yang memerlukan
pengobatan suportif misalnya : hemodialisa, transfusi tukar, bantuan napas
mekanik dan syok.

III. PRIORITAS INDIKASI RAWAT ICU


Mengingat terbatasnya tempat/tenaga/sarana makan prioritas indikasi rawat:
* Syok kardiogenik apapun sebabnya.

Unit Terkait
SMF lain, HCU, ICCU

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TATA CARA
TETAP
JAGA ICU Halaman :
Pengertian Peraturan yang dibuat untuk mengatur tugas jaga ICU

Tujuan Supaya pelayanan pasien dan pencatatan pasien di ICU dapat berjalan baik

Kebijakan Dokter jaga ICU melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur

Prosedur 1. Serah terima pasien dengan segala permasalahannya dari dokter jaga ICU
ke dokter jaga sesuai konsultan jaag kelas 1 dan kelas 2, dengan aturan :
senin-kamis : 14.00

Page 28
Prosedur

jumat : 11.00
sabtu : 12.30
Minggu / hari libur pagi : 08.00
malam : 20.00
2. Atasi kegawatan -> lakukan program -> konsul Anestesi atau sub bagian
lain yang terkait
3. Menulis laporan jaga di MR 4
4. Menyerahkan pasien dengan segala permasalahannya ke dokter jaga
berikutnya

Unit Terkait
Dokter jaga ICU

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENYEDIAAN OBAT DAN
TETAP
PERALATAN KEGAWATAN Halaman :
Pengertian Obat-obat emergency dan peralatan standar yang harus tersedia di ICU

Tujuan Mendukung pelayanan terhadap kegawatan penderita yang dirawat.

Kebijakan Semua tempat perawatan yang menjadi ruang lingkup ICU harus tersedia

Prosedur 1. PERALATAN
A. Alat pembebas jalan nafas

Page 29
Prosedur

1. Ambu bag : lengkap


2. Masker / Sungkup muka : semua ukuran lengkap
3. Laringoskop dan blade
4. Pipa ET lengkap
5. Pipa nasofaringeal lengkap
6. Pipa Orofaringeal lengkap
7. Pipa Tracheostomi lengkap
8. Masker (non dan reberathing ), T piece
9. Head box
10. kateter penghisap
B. Transfusi dan Infus
1. Infusion pump
2. Syringe Pump
3. Infus set/Transfusion set/ extension set
4. IV catheter
5. Three way stopcock
6. Umbilical catheter
C. Monitor
1. bed side monitor : pulse oxymetri, tekanan darah invasif dan non invasif
2. EKG
3. Respirasi
4. Temperatur
D. lain-lain
1. NGT (feeding tube)
2. Catheter Urine
E. Obat-obatan
1. Adrenalin
2. Aminophyllin
3. Atropin sulfas
4. calcium chloride 10% calcium gluconas 10%
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENYEDIAAN OBAT DAN
TETAP
PERALATAN KEGAWATAN Halaman :
5. dexamethasone
6. diazepam
7. dilantin
8. digoxin
9. dipenhidramin
10. dopamin
11. dobutamin

Page 30
12. dextrose 40%
13. furosemid
14. heparin
15. clonidin injeksi
16. lidocain
17. manitol
18. midazolam
19. morfin
20. naloxone
21. natrium bicarbonat
22. phenytoin
23. phenobarbital
F. cairan-cairan
A. cairan kristaloid
cairan yang mengandung molekul elektrolit
1. Sodium Chloride (NaCl 0,9%)
2. Rineger lactat
3. maintanance : D5% dengan elektrolit NaCl dan Kcl
B. cairan koloid
cairan pengganti plasma sebelum mendapatka transfusi
1. HAES steril 6%, HAES steril 10%
2. Expafusin
3. Albumin 2,5%, 10%
Unit terkait
IGD, ICU, SMF lain

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENILAIAN TINGKAT KESADARAN
TETAP
(METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE)
Halaman :
Pengertian Penentuan tingkat kedaran dengan metode Glasgow-Pittsburgh Coma Scale

Tujuan Menyamakan penilaian tingkat kesadaran pasien

Kebijakan Penilaian tingkat kesadaran harus memakai kriteria yang telah dibuat.

Page 31
Prosedur a. BUKA MATA
Spontan 4
Patuh perintah 3
Pada rangsangan nyeri 2
Tidak ada 1

b. RESPON MOTORIK TERBAIK


Menurut perintah 6
Reaksi setempat 5
Menarik (wihdraws) 4
Flexi abnormal 3
Extensi 2
Tidak ada 1

C. RESPON VERBAL TERBAIK


Baik (oriented) 5
Pembicaraan kacau 4
Kata-kata tak tersusun 3
Suara 2
Tidak ada 1

D. REAKSI PUPIL TERHADAP CAHAYA


Normal 5
Lambat 4
Respon tak sama 3
Besar tak sama 2
Tidak ada 1

E. REFLEX SARAF OTAK TERTENTU


Semua ada 5
Reflex bulu mata (-) 4
Reflex Kornea (-) 3
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENILAIAN TINGKAT KESADARAN
TETAP
(METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE)
Halaman :
Prosedur
semua reflex kranial (-) 1

f. KEJANG
Tidak ada 5

Page 32
Kejang fokal 4
Umum intermitten 3
Umum kontinyu 2
Flaksid 1

g. NAPAS SPONTAN
Normal 5
periodik 4
Hiperventilasi sentral 3
Hipoventilasi/ irreguler 2
Apnea 1

Unit Terkait IGD, SMF SARAF, ICU

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
KENAIKAN TEKANAN INTRAKRANIAL
Halaman :
Pengertian Peningkatan volume/jumlah tekanan dari struktur di dalam rongga tengkorak
yang terdiri dari otak, otak dan pembuluh darah serta cairan serebrospinal.

Tujuan Sebagai panduan penanganan kenaikan intrakranial

Page 33
Tujuan

Kebijakan Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala sisa serta
menurunkan mortalitas.

Prosedur 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada keluarga pasien.
2. Kenali gejala, tanda penyakit
sakit kepala, muntah, perubahan kepribadian, diplopia, kejang, penurunan
kesadaran, dilatasi pupil.
3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi:
pengukuran tekanan intrakranial, CT Scan kepala, Funduskopi
4. Pengobatan
Tergantung pada penyebabnya :
1) Endema otak
a. Endema vasogenik
Kortikosteroid
Monitol 0,5 - 1 gr/kgBB/6-8 jam
b. Endema sitotoksik
Manitol 0,5-1gr/KgBB/6-8 jam
c. Endema interstitial
Azetazolamid 25-50 mg/KgBB/hr
2). Hidrosefalus : VP shunting
3). Tumor,perdarahan,SOL
a. Konsul bedah saraf, operatif
b. Atasi faktor penyebabnya.
5. Pemantauan efek samping pengobatan berupa gangguan elektrolit,
gangguan keseimbangan cairan dan sirkulasi, hipertensi dan komplikasi
penyakit yaitu tanda-tanda herniasi dan cushing syndrome.

Unit Terkait
ICU, SMF Saraf, SMF Anak, ICCU

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
MENINGITIS BAKTERI
Halaman :
Pengertian Meningitis bakteri adalah peradangan selaput otak yang disebabkan oleh bakteri
patogen

Page 34
Tujuan
Sebagai panduan penanganan menigitis bakteri
Kebijakan Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas

Prosedur 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada keluarga pasien.
2. Kenali gejala dan tanda meningitis bakteri.
- sering didahului infeksi saluran nafas atau saluran cerna dengan gejala
panas, batuk, pilek, diare dan muntah serta nyeri kepala
- Penurunan kesadaran, kaku kuduk, tanda rangsang meningeal yang lain,
kejang dan defisit neurologis fokal.
3. Pemeriksaan penunjang
* Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah.
* Lumbal pungsi (jumlah sel, kadar protein, kadar gula, pewarnaan gram,
biakan dan uji resistensi)
* Pemeriksaan CT scan kepala, EEG atas indikasi.
4. Pengobatan Supuratif
Atasi kejang, turunkan panas, cegah hipoxia otak, cegah dekubitus, keratitis
aspirasi, turunkan tekanan inttrakranial yang meningkat
Jika ditemukan endema otak dapat diberikan manitol 0,5-1gr/KgBB
setiap 8 jam dan kortikosteroid.

Pengobatan kausatif
1) Pengobatan empirik antibiotik
Cefotaxime
Ampicillin
Chloramphenicol
2) Terapi Antibiotik sesuai kultur LCS
Lama pengobatan : 10-14 hari
3) Kortikosteroid : dexamethasone
4) Bedah : jika ditemukan emyema subdural, abses otak, hidrosefalus.

5. Pemantauan efek samping pengobatan


* pemeriksaan darah tepi
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
MENINGITIS BAKTERI
Halaman :
Prosedur * uji fungsi hati
* uji fungsi ginjal

Page 35
Prosedur

* uji pendengaran
* uji penglihatan

Komplikasi penyakit subdural effusion subdural empyema, abses cerebri,


hidrocefalus.
unit Terkait
ICU, SMF Saraf, SMF Anak

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
TETANUS
Halaman :
Pengertian Suatu penyakit toksemia akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium tetani

Page 36
Pengertian
dengan tanda utama kekauan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran

Tujuan Sebagai panduan penanganan ketoasidoasis diabetik

Kebijakan Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas.
PROSEDUR 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada keluarga pasien

2. Kenali gejala, tanda, derajat dan komplikasi penyakit


Derajat I (tetanus ringan)
* Trismus ringan sampai sedang
* Kekakuan umum
* Kaku kuduk, opistotonus, perut papar.
* Tidak dijumpai disfagia ringan
* Tidak dijumpai kejang
* Tidak dijumpai gangguan aspirasi

Derajat II (tetanus sedang)


* trismus sedang
* kekakuan jelas
* dijumpai kejang rangsang
* tidak ada keajng spontan
* takipnea
* disfagia ringan

Derajat III (tetanus berat)


* trismus berat
* otot spastis, keajng spontan
* takipnea, takikardi
* Apneic spell
* disfagia berat
* aktifitas sistem autonom meningkat

Derajat IV (tetanus stadium terminal)


* derajat III ditambah dengan
* gangguan autonom berat
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
TETANUS
Halaman :

Page 37
* hipertensi berat dan takikardi atau
* hipertensi dan bradikardi
* hipertensi berat atau hipotensi berat

Penyakit pada tetanus


# gangguan ventilasi paru
# aspirasi pneumonia
# bronkopneumonia
# atelektasis
# empisema mediastinal
# pneumothorax
# sepsis
# fraktur vertebra

3. Pemeriksaan laboratorium atas indikasi


Liquor cerrebrospinal dan biakan kuman anaerobik

4. Terapi dasar tetanus


Antibiotik
* Penicillin prokain 50.000 IU/KgBB/Kali IM, tiap 12 jam atau
* Ampicillin 150 mg/KgBB/hari IV dibagi 4 dosis atau
* tetrasiklin 25-50 mg/KgBB/Hari PO dibagi 4 dosis (max 2 gram)
atau
* metronidazole loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 mg/KgBB
tiap 6 jam, atau
* eritromisin 40-50 mg/KgBB/hari PO dibagi 4 dosis

(bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan sefalosporin)

Netralisasi toksin :
^ anti tetanus serum (ATS) 50.000 - 100.000 IU setengah dosis diberikan
IM dan setengahnya IV dilakukan uji kulit terlebih dahulu.
^ apabila tersedia dapat diberikan human tetanus immunoglobulin (HTIG)
3000-6000 IU IM

Anti konvulsi

* diazepam0,1-0,3 mg/KgBB/Kali IV tiap 2-4 jam


TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
TETANUS

Page 38
TETANUS
Halaman :
PROSEDUR * dalam keadaan berat : diazepam drip 20 mg/KgBB/hari dirawat di ICU
* dosis pemerliharaan 8 mg/KgBB/hari PO dibagi 6-8 dosis
perawatan luka atau pot d'entrée
dilakukan setelah diberi antioksidan dan anti konvulsi

5. Terapi suportif
* bebaskan jalan nafas
* hindarkan aspirasi dengan menghisap lendir perlahan-lahan dan
memindah-mindahkan posisi pasien
* perawatan dengan stimulasi minimal
* pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat dapat dipasang
sonde nasogastrik
* bantuan nafas pada tetanus berat atau tetanus neonatorum
* pemantuan atau monitoring kejang dan tanda penyulit

6. Tetanus ringan dan sedang


* terapi dasar tetanus
* perhatian khusus pada keadaan jalan nafas akibat kejang dan aspirasi
* pemberian cairan parenteral bila perlu nutrisi secara parenteral.

Tetanus berat
* terapi dasar seperti diatas
* perawatan dilakukan di ICU, diperlukan intubasi dan pemakaian ventilator
* balans cairan dimonitor secara adekuat
* apabila spasme sangat hebat, berikan pankuronium bromida
0,02 mg/KgBB/Kali IV diikuti 0,05 mg/KgBB/kali diberikan tiap 2-3 jam
* apabila terjadi aktifitas simpatis yang berlebihan, berikan beta bloker
seperti propanolol dan labetalol

Unit Terkait

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK

Page 39
TETAP
PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK
Halaman :
Pengertian Mati batang otak adalah suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian beratnya
sehingga fungsi vitalnya rusak, irreversible dan tidak lagi tergantung pada keada
jantung

Tujuan Untuk menyamakan penilaian/diagnosa kematian batang otak.

Kebijakan Diagnosa kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkan

PROSEDUR 1. Setiap pasien yang dibawa ke IGD dianggap masih dalam keadaan hidup dan
diperlakukan sebagaimana layaknya meninggal.
2. Pernyataan meninggal cukup dilakukan seorang dokter kecuali bila pasien
dipersiapkan menjadi donor cadaver maka harus dibuat oleh minimal oleh 2
orang dokter yang tidak terlibat dalam proses transplantasi.
3. Sebelumnya dokter harus melakukan pemeriksaan teliti
4. Bila sudah terdapat henti jantung dan paru maka perlu resusitasi pasling sediki
menit atau dipasang alat respirator kecuali dokter yakin bahwa tindakan medik
tersebut tidak ada gunanya.
5. Jika sesudah resusitasi tidak menunjukkan tanda-tanda berhasil maka segala
upaya dapat dihentikan dan kemudian pasien ditempatkan di ruang observasi
selama 2 jam untuk kepentingan konfirmasi kecuali dokter yakin bahwa pasien
telah benar-benar meninggal.
7. Setiap pasien yang telah dinyatakan meninggal oleh dokter dibuatkan surat
kematian atas namanya dan selanjutnya jenazah ditempatkan di kamar janaza
8. Dalam hal pasien diapsang alat penunjang kehidupan (respirator) maka untuk
penentuan kematiannya dikemudian hari harus menggunakan kriteria diagnosi
yang bersumber pada konsep "brain stem death is death"

Unit terkait
Bangsal perawatan, ICU, IGD

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS

SEPSIS
Page 40
PROSEDUR
TETAP
SEPSIS
Halaman :
Pengertian Sepsis adalah SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai penyebab.

Tujuan Sebagai panduan penanganan sepsis.

PROSEDUR Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas

1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan


tindakan medis kepada keluarga pasien
2. kenali definisi, gejala dan tanda sepsis

SIRS (Systemic inflammatory Response syndrome)


Respon sistemik terhadap berbagai kelainan klinik berat ( misalnya infeksi,
trauma dan luka bakar) yang ditandai dengan ≥ 2 dari 4 kriteria sebagai berikut:
* Hipertermi ( > 38,5 0 C)
* Takikardi yaitu peningkatan HR > 2 SD diatas normal sesuai umur dalam
keadaan tidak terdapat stimulasi external. Pemakaiaan obat-obat jangka panjan
atau rangsangan nyeri kenali definisi, gejala dan tanda sepsis
SIRS (Systemic inflammatory Response syndrome) :
Respon sistemik terhadap berbagai kelainan klinik berat ( misalnya infeksi,
trauma dan luka bakar) yang ditandai dengan ≥ 2 dari 4 kriteria sebagai berikut:
* Hipertermi ( > 38,5 0 C) atau Hipotermi (< 36 0C)
* Takikardi yaitu peningkatan HR > 2 SD diatas normal sesuai umur dalam
keadaan tidak terdapat stimulasi external. Pemakaiaan obat-obat jangka panja
atau rangsangan nyeri atau
bradikardi : HR< persentil 10 sesuai umur tanpa stimulasi vagal external,
pemakaian ß-Bloker, atau penyakit jantung bawaan.
* Takipneu dengan RR > 20 SD diatas normal sesuai umur atau ventilator
mekanik yang akut yang tidak berhubungan dengan penyakit neuromuskuler
atau penggunaan anastesi umum
* Jumlah lekosit yang meningkat atau menurun
( yang bukan akibat dari kemoterapi) sesuai umur atau neurofil imatur > 10%
( Lihat Tabel 1)
SEPSIS
SIRS dengan bikti atau dugaan infeksi sebagai penyebab.

INFEKSI
Suatu kecurigaan atau bukti ( dugaan kultur positif, pengecatan jaringan/ uji POR
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN

Page 41
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
SEPSIS
Halaman :
PROSEDUR Infeksi disebabkab adanya kuman patogen atau sindrom klinis yang berhubunga
dengan kemungkinan besar infeksi.
bukti infeksi meliputi penemuan positif pada pemeriksaan klinis, pencitraan /test
laboratorium ( misalnya pada sel darah putih pada cairan tubuh normal steril
perforasi usus, foto ronsen dadamenetap adanya pnemonia, ruam ptekiae atau
purpura atau purpura fulminal).
SEPSIS BERAT
sepsis dengan disfungsi organ cardiovaskuler/ ARDS atau ≥ 2 disfungsi organ lain.

SYOK SEPTIK
Sepsis dengan disfungsi organ cardiovaskuler ( lihat tabel 2)

3.Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi :


* Darah rutin, Hb, Ht, Leukosit, Trombosit
* GDS, CRP
* Studi Koagulasi
* Kultur darah berseri
* Hapus darah tepi : lekopenia/ lekositosis , granula toksis, shif to the left
* urinalisis
* Foto Thoraks
* Syok Septik → asam laktat, BAG, LFT, Elektrolit dan EKG

4. Pengelolaan :
1) diagnosis dini
2) Early Goal Directed Therapy (EGDT)
resutansi cairan agresif dengan koloid atau kristaloid, pemberian obat-obat
inotroprik dan atau vasopresor dalam waktu 6 jam sesudah sesudah
diagnosis ditegakkan di unit gawat darurat sebelum masuk PICU.
3) Inotropik/ Vasopresor/ Vasodilator
4) Extra Corporeal Membrane Oxigenation (ECMO)
5) Suplemen Oksigen
6) Koreksi Asidosis
7) terapi antibiotika
8) Eradikasi sumber infeksi
9) Terapi Kortikosteroid
10) Anti - inflamasi
11) Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor ( GMCSF)
12) Intervenous Imunoglobulin (IMG)
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:

Page 42
RSU

DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
SEPSIS
Halaman :
13) Transfusi tukar/ hemafiltrasi
14) Terapi suportif
a. Profilaksis stress Ulcers
b. Profilaksis trombosis Vena dalam
c. Pencegahan hipoglikemia pada sepsis
d. Penatalaksanaan disfungsi organ paru,saluran cerna, koagulasi, & renal
Tabel 1. Tanda vital khusus sesuai umur & variabel laboratorium ( batas bawah
untuk HR jumlah leukosit & TD sistolik untuk persentil 5 & batas atas
untuk frekuensi jantung, laju napas/ hitung leukosit untuk persentil 95)
Kelompok Usia Heart rate, X/ Menit Laju napas Σ lekosit Tekanan
(mmHg) takika brik x/Permenit (x 103/mm2 Sistol
0 hari - I > 80 < 100 > 50 > 34 < 65
minggu
1 minggu - 1 bula > 180 < 100 > 40 >19.5 atau < 5 < 75
1 Bulan - 1 Tahun >180 < 90 > 34 > 17.5 atau < 5 < 100
2- 5 tahun > 140 Not applicable > 22 > 15.5 atau <6 < 94
6- 12 tahun >130 Not applicable > 18 > 13.5 atau , 4. < 105
13-18 tahu > 110 Not applicable > 14 > 11 atau < 4.5 < 117

Tabel 2. Kriteria disfungsi Organ


Disfungsi Kardiovaskuler
meskipun pemberian bolus cairan intravena isotonis ≥ 40 mg/kg BB dalam 1 jam
* Penurunan tekanan darah ( hipotensi) < persentil 5 Th. Sesuai usia atau sistolik < 2 SD
dibawah normal sesuai usia ATAU
* Membutuhkan obat vasioaktif untuk mencegah tekanan darah dalam rentang normal (dopami
5 mg/kg/ menit atau dobutamin epineprin atau norepineprin pada berbagai dosis)
* Dua hari berikut ini : asidosis metabolik yang dapat dijelaskan, defisit basa> 5.0 mEq/L
Meningkatnya laktat arteri > 2 kali batas atas atau normal
Oligori , urine < 0,5 cc/kgBB/jam
Pemanjangan cappilary refill > 5 detik
Beda suhu core dan perifer > 3o C

Pernapasan
* PaO2/FiO2 < 300 tanpa adanya penyakit jantung sianotik atau penyakit paru sebelumnya AT
* PaCO2 > 65 torr atau 20 mmHg diatas PaCO2 normal ATAU
* dibutuhkan FiSO2 > 50 % untuk menjaga saturasi diatas 92% ATAU
* Membutuhkan ventilasi mekanik non efektif invasif atau non invasif
Neurologi
TANGGAL TERBIT

RSU

Page 43
RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
SEPSIS
Halaman :
* Glasgow Coma scale ≤ 11
* Perubahan akut pada status mental dengan penurunan GCS ≥ 3 poin dari keadaan abnormal

Hematologi
* Hitung Trombosit < 80 mm2 atau penurunan 50% hitung trombosit dari nilai tertinggi yang
dicatat dalam 3 hari terakhir untuk pasien hematologi onkologi kronik ) ATAU

Ginjal
* Serum kreatinin ≥ 2 kali batas atas normal sesuai usia 2 kali lipat peningkatan dari kreatinin
awal Hepar
* Bilirubin Total ≥ 4 mg/dl ( tidak untuk neonatus) ATAU
* SGPT 2 kali diatas batas normal sesuai usia

Unit Terkait

TANGGAL TERBIT

RSU
Page 44
RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
KETOASIDOSIS
Halaman :
Pengertian Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah kegawatan penyakit metabolik dan endokrin
sebagai komplikasi Diabetes Mellitus tipe karena defisiensi insulin yang ditandai
kadar gula darah > 300 mg di ketonimia dan asidosis (pH < 7,32 dan kadar
bikarbonat < 15 mEq)

Tujuan Sebagai panduan penanganan ketoasidosis diabetik

Kebijakan Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas
PROSEDUR 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada keluarga pasien
2. Kenali gejala dan tanda diabetes atau riwayat poliuria dan polidipsi beberapa
hari sebelumnya kemudian kesadaran menurun sampai koma.
Tanda-tanda asidosis dan dehidrasi kadang sampai syok:
Hiperpnea, reflex tendon menurun sampai hilang, adanya reflex Babinski
dan hipotermia.
3. Timabang berat badan, tentukan derajat dehidrasi, tingkat kesadaran dan
keadaan sirkulasi (ukur tekanan darah dan nadi)
4. Pemeriksaan laboratorium atas indikasi :
gula darah, fungsi ginjal, urinalisa, AGD
5. Tidak sadar
GDS> 100 mg% atau kondisi lain yang memerlukan perawatan di ICU

Unit terkait Management Airway dan breathing


Intubasi dan pemakaian ventilator mekanik jika perlu.

Page 45
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
RESUSITASI JANTUNG PARU
Halaman :
Pengertian Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi
pernapasan dan jantung guna kelangsungan hidup pasien.

Tujuan Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru


PROSEDUR Indikasi:
1) Henti nafas
2) Henti jantung

Persiapan
1) Alat
a. Alat pelindung diri (masker, handscoen)
b. trolly emergency yang berisi:
* Laryngoskop lurus dan bengkok (anak dan dewasa)
* Magil force
* Pipa trakhea berbagai ukuruan
* trakhea tube berbagai ukuran
* Gudel berbagai ukuran
* CVP set
* Infus set/blood set
* Papan resusitasi
* Gunting verban
* bag resusitasi lengkap
c. EKG
d. DC shock lengkap
2) Pasien
a. Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras
c. Baju bagian atas pasien dibuka

Pelaksanaan
1. petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)
2. mengecek kesadaran pasien dengan cara:
memanggil nama
menanyakan keadaannya
menggoyangkan bahu pasien/ mencubit pasien
3. Jika pasien tidak sadar/respon, aktifkan SPGDT
4. Buka jalan nafas dengan head lift chin lift dan bersihkan jalan nafas dari

Page 46
sumbatan
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
TETAP
RESUSITASI JANTUNG PARU
Halaman :
PROSEDUR 5. Menilai pernafasan dengan cara :
melihat pergerakan dada/perut
mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung
merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau punggung tangan
6. Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan resuscitator
sebanyak 2 kali secara perlahan
7. Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika
arteri carotis teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali
8. Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi
jantung luar dengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolon
dan 3 : 1 untuk neonatus
9. Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek pernapasan
h. Jika nafas tetap belum ada lanjutkan tehnik kombinasi dimulai dengan kompre
jantung luar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Evaluasi pernapasan pasien tiap 1 menit saat dilakukan RJP BC kombinasi
2. Lakukan RJP BC sampai :
timbul napas spontan
diambil alih alat/petugas lain
dinyatakan meninggal
penolong tidak mampu atau sudah 30 menit tidak ada respon
3. Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara :
a) dewasa
* penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangan dengan kejutan ba
* penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atas processus xyphoideus
* kedalaman tekanan 3-5 cm
* frekuensi penekanan 80-100 kali per menit
b) anak
*penekanan menggunakan satu pangkal telapak tangan
* kedalaman tekanan 2-3 cm
* frekuensi penekanan 80-100 kali per menit
c) neonatus
* punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri penolong sedangkan tan
kiri memegang lengan atas bayi sambil meraba arteri brachalis sebelah kiri
* jari tangan dan telunjuk tanagn penolong menekan dada bayi pada posisi
sejajar putting susu 1 cm ke bawah

Page 47
* kedalaman tekanan 1-2 cm
* perbandingan kompresi jantung dengan begging adalah 3 :1

Page 48
Page 49
Page 50
Page 51
Page 52
Page 53
Page 54
Page 55
Page 56
Page 57
Page 58
Page 59
Page 60
Page 61
Page 62
Page 63
Page 64
Page 65
Page 66
Page 67
Page 68
raan /test

Page 69
asi, & renal

Page 70
Page 71
Page 72
Page 73
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENERIMAAN DAN PENANGANAN PASIEN
PROSEDUR
TETAP
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang proses penerimaan dan penanganan pasien
di instalasi gawat darurat.

Tujuan a. Agar sistem pelayanan yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat sesuai
dengan alur yang ditetapkan
b. sebagai acuan dalam pelaksanaan penanganan pasien di Instalasi Gawat
darurat, langkah-langkah mengenai batasan tugas dan dokter dan perawat
jaga IGD

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Pasien diterima oleh perawat dan dokter Instalasi Gawat Darurat yang
bertugas di ruang tindakan
2. Pasien gawat bedah (trauma) dan atau non trauma yang perlu tindakan
misalnya retensi urin, corpus alienum, intoksikasi, langsung dilakukan
tindakan life saving oleh dokter jaga atau perawat jaga IGD
3. Lakukan konsultasi untuk penanganan lebih lanjut pada pasien oleh dokter
jaga IGD bila perlu ( kasus bedah, kasus medik )
4. Pasien gawat yang memerlukan tindakan bedah cito, langsung disiapkan
pelayanan operasinya di IGD. Dan setelah kamar operasi (Instalasi Bedah
Sentral) sudah siap, pasien segera diantar oleh perawat IGD untuk
dilakukan operasi di kamar operasi
5. Dokter dan perawat jaga IGD mendokumentasikan semua tindakan yang
sudah dilakukan dalam catatan medik (status pasien)
6. Pasien diobservasidi IGD selama 2-6 jam. Setelah 6 jam, dokter jaga IGD
menentukan pasien boleh pulang atau rawat inap.
7. Pasien / keluarganya menyelesaikan administrasi IGD dan obat yang
dipakai di loket IGD

Unit Terkait SMF Anak, SMF Bedah, SMF penyakit dalam, SMF Kebidanan, ICU/ICCU, OK,
SMF Saraf, SMF THT, SMF Jiwa, SMF Mata, TPP

74
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PELAYANAN TRIAGE
TETAP
Halaman :
Pengertian Sistem penerimaan dan seleksi untuk pelayanan sehari-hari dan atau
mengadakan seleksi penderita pada keadaan bencana atau musibah massal

Tujuan Agar semua pasien dapat menerima dan dilayani, diklaifikasikan tingkat & jenis
kegawatannya sehingga diarahkan pada pertolongan yang tepat dan cepat

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan
keperawatan di Unit Gawat Darurat

Prosedur Semua pasien di triage dilakukan oleh dokter/perawat jaga triage


1. Pelayanan pasien di triage dilakukan oleh dokter/perawat jaga triage
2. Label seleksi pasien sebagai berikut :
∆ Pasien yang telah meninggal dunia (Hitam) = 0
∆ Pasien gawat darurat mengancam nyawa (Merah) = 1
∆ Pasien gawat darurat dengan keadaan umum stabil (Kuning) = 2
∆ Pasien gawat darurat palsu/false emergency (Hijau) = 3
3. Pasien dengan kriteria biru dan merah sesudah dilakukan life saving
( penanganan segera oleh dokter)
4. Pasien dengan kriteria kuning dan hijau diberikan perawatan dan
pengobatan oleh dokter jaga dan dibantu oleh perawat IGD
5. Triage dalam keadaan bencana/disaster digunakan untuk menentukan
prioritas penanganan pasien berdasarkan beratnya cedera dan atau
kegawatan pasien serta probabilitas hidupnya ( label merah didahulukan).

A. Triage dalam keadaan sehari-hari


1. Pasien diterima oleh perawat jaga triage dan dilakukan pemeriksaan oleh
dokter jaga triage
2. Lakukan seleksi dengan memberi label sesuai tingkat kegawatan pasien.
3. Keluarga atau pengantar pasien mendaftar ke ruang TPP untuk dicatat
kelengkapan data atau identitas pasien dan mendapatkan status untuk
catatan medis selanjutnya yang akan diisi oleh dokter jaga triage
4. Apabila pasien perlu mendapat tindakan makan pasien dibawa ke ruang

75
tindakan IGD disertai rekam medik (status) pasien
5. Apabila pasien tidak perlu mendapat tindakan maka pasien diperbolehkan p
dan keluarga menyelesaikan administrasinya.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PELAYANAN TRIAGE
TETAP
Halaman :
Prosedur B. Triage dalam Keadaan Bencana/Disaster
1. Dokter memeriksa kondisi korban secara singkat dan cermat
2. Dokter segera menentukan tingkat kegawatdaruratan korban
3. Dokter bersama petugas memberikan label:hitam, merah, kuning & hijau
untuk setiap korban sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan, yaitu :
a. Label hitam : Diberikan untuk korban yang sudah meninggal dunia = 0
b. Label Merah : Diberikan untuk korban gawat darurat yaitu korban
cedera sehingga terjadi gangguan pada sistem respirasi yang
mengancam henti nafas & atau ada gangguan sistem kardiovaskuler
yang mengancam henti jantung atau korban yang diketahui baru saja
terlihat henti nafas atau henti jantung = 1
c. Label kuning : Diberikan untuk korban gawat darurat , yaitu korban
dengan cedera berat atau parah dalam keadaan stabil = 3
d. Label Hjau : Diberikan untuk korban darurat tidak gawat, yaitu korban
dengan luka ringan, tidak ada gangguan sistem respirasi dan atau
kardiovaskuler = 4
4. Pada saat terjadi musibah massal, dokter jaga menetapkan status
terjadinya musibah massal, tergantung dari banyaknya pasien yang
datang

Unit Terkait
IRNA, OK, ICU/ICCU, NICU, RADIOLOGI, LABORATORIUM

76
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PEMBUATAN CATATAN MEDIS DI IGD
TETAP
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang proses pembuatan catatan perjalanan
penyakit pasien IGD dan dihasilkan dengan rapi dan lengkap

Tujuan 1. Diperolehnya catatan medis yang lengkap,tepat, jelas dan benar


2. Mencegah terjadinya kesalahan dalam memberikan tindakan dan
melindungi petugas medis dari tuntutan hukum

Kebijakan c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan
keperawatan di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Semua psien yang masuk ke IGD harus mendaftar dirinya atau didaftarkan
oleh keluarga atau pengantarnya ke petugas TPP
2. Pasien tanpa keluarga dan pengantar tetap didaftarkan oleh petugas IGD ke T
dengan diberi identitas / label Tn / Ny / Nn / An / :X
3. Lembar catatan medik diisi oleh dokter jaga IGD dan perawat jaga IGD dan
Konsulen sesuai kasus pasien
4. Lembar catatan medik pasien rawat jalan setelah selesai perawatan dicatat
pada laporan medis harian IGD dan dalam waktu maksimal 1x24 jam di
setor ke TPP rawat jalan
5. Lembar catatan medik IGD bagi pasien yang MRS rawat inap setelah di
lengkapi pengantar rawat, didaftarkan se petugas TPP rawat inap untuk
diberikan nonor registrasi dan berkas rekam medis rawat inap
6. Lembar catatan medis IGD dan pengantar rawat disatukan dengan berkas
rekam medis rawat inap, untuk selanjutnya oleh perawat IGD diserahkan ke
perawat ruangan sesuai permintaan ruang/kelas atau hak pasien
7. Lembaran catatan medik IGD tidak dibenarkan untuk diisi atau diserahkan
oleh atau kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

77
Unit Terkait
Semua SMF , Medical Record

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PROSEDUR
TETAP
KLINIS PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT
Halaman :
Pengertian Sistem pelayanan pemriksaan laboratorium klinis pada pasien yang masuk
dan atau dirawat di IGD
Tujuan Agar pemeriksaan laboratorium klinis dapat dilakukan secara cepat dan benar
untuk penunjang diagnosa
Kebijakan a. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
b. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
keperawatan di Unit Gawat Darurat
Prosedur 1. Yang meminta pemeriksaan laboratorium adalah dokter jaga IGD atau
dokter konsulen jaga sesuai bidang SMF terkait
2. Perawat/ dokter jaga IGD melakukan pengambilan sampel pemeriksaan
sesuai permintaan yang tertulis pada blanko pemeriksaan laboratorium
3. Sampel pemeriksaan & blanko permintaan pemeriksaan selanjutnya di-
serahkan kepada keluarga/pengantar pasien untuk diantar ke laboratorium
4. Pasien ASKES/ JAMKESMAS/JAMKESDA/JAMKESDA PROPINSI untuk
blanko permintaan pemeriksaan harus disertai dengan blanko jaminan
5. Pasien umum (tanpa jaminan asuransi) pembayaran biaya pemeriksaan di
atur berdasarkan ketentuan /prosedur tetap instalasi Laboratorium RS
6. Pemeriksaan yang karena keterbatasan fasilitas laboratorium RS dapat
dilakukan di laboratorium lain yang mempunyai fasilitas yang sesuai
dengan permintaan / kasus setelah dibicarakan dengan pasien/keluarga
7. Bagi pasien yang sulit dilakukan penangambilan sampel pemeriksaan
(seperti bayi/anak dengan vena yang kolaps/sulit didapat) maka perawat
IGD menghubungi petugas laboratorium untuk pengambilan sampelnya
Alternatif lain untuk pengambilan sample pemriksaan sulit adalah melalui
venaseksi yang dilakukan oleh dokter ahli sesuai kebutuhan.
8. Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, keluarga/pengantar pasien
mengambil hasil pemeriksaan dari labortaorium untuk diserahkan kepada
dokter atau perawat jaga IGD

78
9. Bagi pasien yang tidak ada keluarga/pengantar maka perawat IGD
menghubungi petugas laboratorium untuk pengambilan sampel sesuai
permintaan pemeriksaan.
10. Hasil pemeriksaan laboratorium klinis IGD untuk pasien rawat jalan
diserahkan kepada pasien/keluarga/pengantar oleh dokter/perawat jaga
IGD sebelum pasien meninggalkan ruang perawatan IGD.
11. Kepada pasien yang MRS hasil pemeriksaannya disertakan pada berkas
catatan medisnya
Unit terkait
semua SMF, PICU/NICU, ICU/ICCU/HCU, Instalasi Patologi klinik
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PELAYANAN PEMERIKSAAN FOTO RADIOLOGI
PROSEDUR
TETAP
PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT
Halaman :
Pengertian Pelayanan pemeriksaan foto radiologi bagi pasien yang masuk dan atau
dirawat di IGD
Tujuan Agar foto radiologi dapat segera diperoleh untuk membantu penegakkan
diagnosa dengan cepat dan tepat
Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
di Unit Gawat Darurat
Prosedur 1. Permintaan foto dilakukan oleh dokter jaga IGD atau dokter konsulen jaga
bidang SMF terkait
2. Dokter/perawat jaga IGD memberitahukan kepada pasien/keluarga/
pengantar pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan foto radiologi & salah
satu anggota keluarga/pengantar pasien disarankan menemani pasien
untuk ikut ke instalasi Radiologi
3. Perawat jaga dibantu pekarya/petugas loket IGD mengantar pasien ke Instalasi
Radiologi untuk dilakukan pemeriksaan radiologi sesuai permintaan pada blank
pemeriksaan
4. Pasien ASKES/ JAMKESMAS/ JAMKESDA/ JAMKESDA PROPINSI blanko
permintaan pemeriksaan harus disertai dengan blanko jaminan ASKES/
JAMKESMAS/ JAMKESDA/ JAMKESDA PROPINSI
5. Pasien umum tanpa jaminan asuransi pembayaran pemeriksaan radiologi
diatur berdasarkan ketentuan /prosedur tetap Instalasi radiologi RS
6. Setelah dilakukan pemeriksaan foto radiologi, pasien diantar perawat di
bantu pekarya untuk kembali ke IGD. Sedangkan salah satu anggota
keluarga/ pengantar pasien menunggu hasil pemeriksaan untuk selanjutnya
diserahkan kembali ke dokter jaga IGD atau dokter konsulen.

79
7. Bagi pasien yang tidak ada keluarga/pengantar dan atau pasien yang saat
itu belum mampu melunasi administrasi di Instalasi Radiologi, pemeriksaan
radiologi tetap dilakukan. Hasil pemeriksaan radiologi diambil oleh petugas
IGD beserta dengan kwitansi tagihan (sebagai piutang) yang akan ditagih-
kan kepada pasien/ keluarga setelah ada kepastian cara pembayarannya.
8. Hasil pemeriksaan foto radiologi dari IGD untuk pasien rawat jalan setelah
dicatat hasilnya pada berkas catatan medis pasien, dituliskan hasil radiologi
telah diserahkan kepada pasien atau keluarga/pengantar pasien oleh dokter
/perawat jaga IGD sebelum pasien meninggalkan ruang perawatan IGD
9. Pada pasien yang MRS hasil pemeriksaannya disertakan pada berkas
catatan medisnya
Unit terkait SMF Anak, SMF Bedah, SMF Penyakit dalam, kebidanan, ICU/ICCU, Radiologi
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PELAYANAN FARMASI PASIEN IGD
TETAP
Halaman :
Pengertian suatu sistem pelayanan yang mengatur tentang penggunaan obat dan bahan
pakai untuk pengobatan dan perawatan pasien yang masuk dan atau dirawat
di IGD

Tujuan Agar penyediaan obat-obatan dan bahan bagi pasien IGD dapat segera diguna
kan untuk menyelamatkan pasien dari kecacatan dan atau kematian

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Dokter jaga IGD/dokter konsulen membuat resep sesuai dengan catatan
penggunaan obat dan bahan yang habis pakai yang digunakan pasien
2. Petugas Depo obat IGD membuat perincian harga obat dan bahan yang
digunakan, untuk pasien umum dibuat pada resep umum selanjutnya
diserahkan pada pasien/keluarga agar membayar di petugas jaga depo obat
IGD untuk pasien ASKES/JAMKESMAS/JAMKESDA/JAMKESDA PROPINSI
dibuat pada resep ASKES (blanko/formulir resep tersedia) selanjutnya resep
akan menjadi arsip bagi petugas depo IGD. Ini berlaku bagi pasien rawat
jalan dan MRS dengan resep ASKES, khusus pasien MRS kopian resepnya
dibawasertakan ke rauangan bersama status rawat inap
3. Pada kondisi karena ketersediaan/keterbatasan obat dan bahan yang akan
digunakan pada pasien IGD maka petugas Depo obat IGD menganjurkan

80
pasien/keluarga/pengantar untuk membeli/menebus resep di apotek lain.
4. Bila tidak ada anggota keluarga yang mengurus obat & bahan yang dipakai
maka dibuatkan catatan pemakaian oleh petugas Depo IGD untuk tujuan :
a. Dilanjutkan ke ruangan bila penderita dirawat inap sebagai piutang untuk
ditagihkan
b. Bon dengan jaminan berupa alamat penderita secara lengkap dan tanda
tangan lengkap penderita untuk urusan penagihan (bon dilakukan petugas
IGD dengan mengetahui dokter jaga IGD)
c. Bilamana penderita meninggal dunia, tagihan diberikan pada keluarga
penderita untuk diselesaikan.
5. Demi untuk ketersediaan & kelangsungan pengadaan khusus untuk bahan
spalk/ bidai (dalam hal ini penyediaan papan spalknya) maka pengaturan
pemakaiannya & pembayarannya diatur berdasarkan PERDA
Unit terkait Instalasi farmasi
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PELAYANAN SISTEM RUJUKAN
TETAP
Halaman :
Pengertian Cara bagaimana masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang
memadai sesuai dengan penyakitnya

Tujuan Sebagai pedoman penerapan langkah-langkah untuk membantu masyarakat


mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Pasien yang datang dirujuk dari sarana kesehatan lain diminta menunjukkan
surat pengantar rujukan
2. Keluarga atau pengantar pasien mendaftarkan di TPP untuk dicatat datanya
dalam status catatan medik
3. Pasien dimasukkan ke dalam ruang pemeriksaan sesuai dengan kasusnya
4. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan dibantu perawat IGD dan kalau
perlu mengatasi kegawatannya.
5. Sesudah dokter jaga IGD mengisi lembar catatan medik yang diperlukan &
perawat mengisi lembar tindakan perawatan dan kolaboratif, bila memerlu
kan konsultasi ahli, pasien dilaporkan ke dokter konsulen, lengkap dengan
keterangan tindakan medik yang sudah diberikan

81
6. setelah mendapatkan saran/jawaban dari dokter konsulen pasien dapat
MRS ke ruang rawat inap atau pasien dipulangkan.
7. Pasien karena keterbatasan kemampuan RS terpaksa dirujuk ke RS
rujukan harus membawa surat pengantar dari konsulen, lengkap dengan
keterangan tindakan medik yang sudah diberikan
8. Kalau pasien memerlukan pengawasan dalam perjalanan harus diantar
dengan pengawasan perawat terlatih
9. Pasien yang tidak MRS rawat inap atas saran dokter konsulen harus diberi
kan jawaban surat rujukan untuk sarana kesehatan yang merujuk.

Unit Terkait SMF Anak, SMF Bedah, SMF penyakit dalam, SMF Kebidanan, ICU/ICCU, OK,
SMF Saraf, SMF THT, SMF Jiwa, SMF Mata, TPP

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN
PROSEDUR
TETAP
YANG MENINGGAL DI IGD
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang pelayanan perawatan pada pasien yang
meninggal di IGD

Tujuan Agar keluarga pasien yang meninggal dalam perawatan di IGD dapat
memperoleh ketenangan untuk menghadapi musibah yang mendadak dan
tidak terduga

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
keperawatan di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Dokter jaga IGD atau dokter SMF terkait yang merawat pasien yang gawat
harus memberikan penjelasan secara terperinci mengenai kemungkinan
perjalanan penyakit yang dapat menimbulkan kematian pasien serta upaya
tindakan yang akan dan telah dilakukan
2. Pasien yang meninggal pada saat dilakukan pemeriksaan/pertolongan/
perawatan di IGD, diobservasi di IGD selama 2 jam. Selanjutnya jenazah
langsung dikirim ke kamar jenazah (IPS) oleh perawat jaga dibantu
pekarya IGD
3. Jenazah diserhakan kepada petugas kamar jenazah disertai surat
penyerahan yang ditandatangani petugas.
4. Selanjutnya perawat IGD menyerahkan perawatan jenazah kepada petugas

82
kamar jenazah (IPS) sepengetahuan keluarga atau pengantar.
5. Pada kasus kematian tidak wajar (ruda paksa) atau penderita yang tidak
dikenal, petugas IGD melaporkan pada pihak yang berwajib/polisi
6. Pada kondisi yang membutuhkan kelancaran atau untuk meghindari
keributan/banyaknya pengunjung IGD, pasien yang sudah dinyatakan
meninggal oleh dokter jaga IGD atau dokter SMF terkait, perawat/pekarya
IGD dapat langsung mengantarkan jenazah ke kamar jeanazah tanpa
menunggu observasi 2 jam di IGD atau dengan kata lain observasi 2 jam
dilakukan Instalasi Pemulasaran Jenazah

Unit Terkait
Instalasi Pemulasaran Jenazah, Medical Record

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PEMBERIAN RESEP
TETAP
Halaman :
Pengertian Pemberian resep adalah tanda bukti permintaan obat dari dokter untuk diberi
kan kepada pasien yang bersangkutan untuk pembelian obat di apotek

Tujuan Adanya peraturan tertulis tentang langkah-langkah pemberian resep oleh dokter
terhadap pasien.

Kebijakan Dokter menuliskan resep-resep sesuai dengan acuan pembukaan resep

Prosedur 1. Setelah dokter memeriksa pasien


2. Dokter menuliskan resep untuk pasien
3. Resep diberikan kepada pengantar pasien
4. Resep dibawa ke apotek untuk pengambilan obat

Unit terkait IGD, Medical record, Apotek

83
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PEMBERIAN SURAT KETERANGAN SAKIT
TETAP
Halaman :
pengertian Surat keterangan sakit adalah laporan tertulis untuk pasien yang memerlukan
istirahat yang dibuat oleh dokter sesuai dengan penyakitnya.

Tujuan sebagai acauan dalam membuat surat keterangan sakit

kebijakan adanya peraturan tertulis tenyang pemberian surat keterangan sakit

Prosedur 1. Setelah dokter memriksa pasien, dokter mencatatnya di rekam medik


2. Dokter menulis surat keterangan sakit sesuai dengan keadaan pasien, bagi
pasien yang memerlukan surat keterangan sakit
3. Surat keterangan sakit yang telah dibuat diberikan kepada pasien atau
keluarga pasien

Unit terkait
Dokter IGD, Medical record

84
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
MENJAGA RAHASIA MEDIS
TETAP
Halaman :
Pengertian Rahasia medis adalah rahasia yang ditimbulkan akibat adanya pelayanan
medis yang dilakukan oleh petugas medis yang dilakukan oelh petugas RS
kepada pasien yang tercatat maupun yang tidak tercatat.

Tujuan Sebagai acuan untuk menjaga kerahasiaan pelayanan medis

Kebijakan Adanya prosedur dalam menjaga rahasia medis

Prosedur 1. Setiap petugas RS diberitahukan bahwa pelayanan medik kepada pasien


bersifat rahasia oleh sebab itu wajib dijaga kerahasiaannya.
2. Dokumen rekam medik yang berisi hasil pelayanan medis harus disimpan
dengan baik dan tidak boleh ditunjukkan kepada siapapun secuali seijin
petugas.
3. Apabila ada permintaan aparat penyelidik atau pengadilan, yang dapat
diserahkan hanya resume penyakitnya saja.

85
4. Apabila keluarga pasien ingin mengetahui hasil pelayanan medik dapat
dijelskan secara lisan dengan pengetahuan pasien
5. Bila pasien asuransi atau berusaha ingin mengetahui informasi tentang
pelayanan medis, pasien yang ditangani harus disertai dengan surat
permintaan dokter perusahaan atau asuransi, selanjutnya dapat diberikan
riwayat penyakitnya.
6. Catatan rekam medik disimpan di rekam medik dengan diberi tulisan
"Dilarang masuk kecuali petugas"

Unit Terkait
Dokter IGD, Perawat IGD, Medical record

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PASIEN TANPA IDENTITAS
TETAP
Halaman :
Pengertian Pasien tanpa identitas adalah pasien yang tak diketahui identitasnya dan di
kirim oleh masyarakat setempat atau pihak lain dalam keadaan tidak sadar

Tujuan sebagai acuan penerapan langka-langkah pada pasien tanpa identitas atau
tidak dikenal.

Kebijakan Adanya prosedur pasien tanpa identitas

Prosedur 1. Pasien diterima di ruang Triage, sesuai dengan prosedur triage


2. Lakukan analisa terhadap kelangsungan hidup seperti pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf.
3. Lakukan tindakan bantuan hidup dasar & lanjutkan sesuai dengan prosedur
4. Petugas mencatat identitas pasien (meliputi jenis kelamin, umur,warna

86
rambut, panjang rambut, warna baju pada status pasien)
5. Perawat mencatat temuan-temuan lainnya, bila ada luka, jenis luka, luas
permukaan luka, keadaan cacat tubuh dari rambut sampai kaki pada status
6. Perawat IGD mencatat identitas pengantar
7. Bila perlu dirujuk sesuai dengan prosedur rujukan
8. Barang yang dipakai diamankan oleh perawat IGD dan ditulis jenis barang
nya pada formulir identifikasi barang pasien.
9. Petugas IGD melapor ke pihak kepolisian.

Unit terkait
IGD, Medical Record, kepolisian

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PELAYANAN PASIEN DATANG DENGAN
PROSEDUR
TETAP
PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM DI IGD
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang pelayanan kepada pasien yang membutuh
kan visum et repertum

Tujuan Agar pemeriksaan atas pasien dengan permohonan visum et repertum dapat
dilakukan sesuai dengan syarat undang-undang

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/Pelayanan RS
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
Keperawatan di Unit Gawat Darurat

87
Prosedur 1. Pasien diterima dan dilayani seperti pasien rutin
2. IGD hanya melyani pasien dengan permintaan visum et repertum yang di
antar oleh petugas yang sah (polisi atau jaksa) sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
3. Ada permintaan tertulis visum et repertum dari yang berwajib.
4. Identitas pasien harus sesuai dengan identitas permintaan
Visum et Repertum.
5. Visum et repertum diterima dan diagendakan oelh petugas (pada bagian
loket MR) dan jawabannya atau visum et repertumnya dibuat segera oleh
dokter yang menangani pasien.
6. Permintaan visum et repertum harus diserahkan ke petugas urusan
visum et repertum RS pada jam kerja.
7. Administrasi keuangan diselesaikan sesuai dengan prosedur yang berlaku
di IGD (PERDA)
8. Hal yang bersifat khusus (visum bedah mayat/otopsi) penanganannya
dilakukan oleh tim otopsi dibawah tanggung jawab wadir pelayanan dan
tekinik pelaksanaannya dikoordinasikan dengan petugas IPS RS.
9. Permintaan visum et repertum dapat untuk orang hidup, orang mati, benda
dari tubuh manusia, penggalian jenazah.
10. Penolakan otopsi berakhir dengan pencabutan visum et repertum oleh
polisi atau pernyataan keberatan tertulis oleh keluarga.
11. Khusus visum et repertum perkosaan dibuat: SMF kebidanan &kandungan
12. Hasil pemeriksaan pasien sebagai jawaban permintaan visum et repertum
dikirim kepada petugas visum et repertum dalam 24 jam untuk selanjutnya dia
pengirimannya kepada yang berwenang.

Unit Terkait SMF Anak, SMF Bedah, SMF penyakit dalam, SMF Kebidanan, medical record,
Instalasi Pemulasaran jenazah.
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PELAYANAN PENERIMAAN JASA RS
PROSEDUR
TETAP
UNTUK PASIEN IGD
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang proses penerimaan jasa RS untuk setiap
pasien yang datang dan atau dirawat di IGD

Tujuan Sebagai pedoman/ acuan pelaksanaan Peraturan Daerah (PERDA) tentang


tarif jasa pelayanan di IGD

Kebijakan a. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan


di Unit Gawat Darurat

88
Kebijakan

b. Perda Tarif No. 10 Tahun 2010 tentang retribusi pelayanan

Prosedur 1. Tugas penarikan jasa rumah sakit dalam pelayanan pasien IGD dilaksana-
kan oleh seksi keuangan RS
2. Pelayanan dibantu oleh pembantu bendahara penerima penyetor yang
bertugas secara shift selama 24 jam
3. Pasien ASKES / JAMKESMAS / JAMKESDA / JAMKESDA Propinsi yang
telah menerima pelayanan di IGD harus menyelesaikan administrasinya,
jaminan pembayaran oleh asuransinya, termasuk obat-obatan dan alat
habis pakai yang digunakan untuk pelayanan terhadap pasien.
4. Pasien umum (tanpa jaminan pembayaran asuransi) yang telah menerima
perawatan di IGD, harus menyelesaikan administrasi pembayarannya di
loket administrasi keuangan IGD
5. Petugas loket keuangan IGD menghitung nominal uang atau biaya
perawatan obat-obatan dan alat kesehatan yang telah diterima oleh pasien
di IGD
6. Petugas loket keuangan IGD mengeluarkan bukti pembayaran dan diserah-
kan kepada pasien atau keluarga pasien atau pengantar
7. Pasien yang belum bisa menyelesaikan administrasi keuangan akan
diputuskan oleh pimpinan RS
8. Kepala IGD hanya menerima laporan keuangan dari petugas loket IGD

Unit Terkait
Bagian Keuangan

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
TUGAS DAN WEWENANG
PROSEDUR
TETAP
DOKTER JAGA IGD
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang tugas dan wewenang dokter jaga dalam
memberikan pelayanan pasien gawat darurat

Tujuan Sebagai pedoman/acuan penerapan langkah-langkah mengenai batasan


tugas dan wewenang dokter jaga di IGD

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

89
Kebijakan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
keperawatan di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Melakukan seleksi pasien baik sehari-hari maupun bencana massal


atau disaster.
2. Melakukan pemeriksaan, pengobatan dan tindakan lanjutan pada pasien
yang datang di IGD
3. Melakukan pemeriksaan penunjang yang berguna untuk menegakkan
diagnosa penyakit pasien
4. Melakukan tindakan medis sesuai kemampuan dan ketrampilan yang
dimiliki demi menyelamatkan pasien dari kecacatan dan kematian seperti :
Hecting, resusitasi Jantung Paru dan lain-lain secara benar dan tepat
5. Melakukan konsultasi dan atau rujukan kepada SMF terkait untuk
penanganan pasien selanjutnya
6. Menentukan pasien untuk pulang (rawat jalan) dan atau masuk
Rumah sakit (MRS)
7. Mencatat semua hasil pemeriksaan, tindakan, konsultasi dan obat yang di
berikan pada lembar catatan medis pasien IGD dengan baik dan benar,
baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap
8. Menulis blanko rujukan jika diperlukan dan atau atas persetujuan konsulen
9. Membuat Visum Et Repertum jika diperlukan
10. Membuat laporan dokter jaga
11. Mengatur pengunjung agar tidak mengahlangi tugas pelayanan di IGD
12. bertanggung jawab terhadap Direktur RS melalui tahap-tahap pertanggung-
jawaban yaitu kepada kepala ruangan IGD, kepala IGD dan wakil Direktur
Pelayanan dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien.
Unit Terkait Komite Medik, Bidang Pelayanan, SMF Terkait, RANAP, IPJ, PICU/NICU, ICU/
ICCU/HCU, Radiologi, Patologi Klinik, OK

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
TUGAS DAN WEWENANG
PROSEDUR
TETAP
DOKTER KONSULEN
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang tugas dan wewewang sebagai dokter
konsulen dalam memberikan pelayanan konsultasi medik

Tujuan 1. Sebagai pedoman/acuan penerapan langkah-langkah mengenai batasan tugas


dan wewenang dokter konsulen di IGD

90
Tujuan

2. Menghindari pelanggaran etika kedokteran


3. Melindungi petugas medis dari tuntutan hukum

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
keperawatan di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Dokter konsulen datang di IGD apabila dihubungi oleh dokter jaga IGD
untuk mengadakan konsultasi medis
2. Jika dalam waktu 15 menit dokter jaga IGD tidak dapat menghubungi
konsulen jaga maka wajib menghubungi konsulen jaga berikut
3. Memberikan pemeriksaan, pengobatan dan tindakan lanjutan kepada
pasien yang datang di IGD
4. Menyarankan pemeriksaan penunjang yang masih perlu dilakukan.
5. Mengadakan konsultasi dengan SMF lain yang terkait jika diperlukan
6. Memberikan tindakan profesional sesuai dengan bidangnya.
7. Menuliskan jawaban konsul pada kolom formulir konsultasi yang tersedia
8. Mengisi resume perawatan jika pasien yang dikonsulkan meninggal
9. Membuat daftar jaga konsulen di IGD untuk masing-masing SMF
10. Membuat rujukan ke RS rujukan apabila oleh karena sesuatu sebab harus
dirujuk (misalnya keterbatasan sarana) yang tidak memadai dan atau atas
permintaan pasien.
11. Memberikan bimbingan, tambahan ketrampilan dan penyegaran ilmiah
kepada dokter jaga IGD untuk meningkatkan pelayanan di IGD

Unit Terkait Semua SMF, komit Medik, RANAP, PICU/NICU, ICU/ICCU/HCU, OK, Radiologi,
Patologi Klinik

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
TUGAS DAN WEWENANG
PROSEDUR
TETAP
PERAWAT IGD
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang tugas dan wewenang perawat jaga dalam
memberikan pelayanan pasien gawat darurat.

91
Tujuan Sebagai pedoman/acuan penerapan langkah-langkah mengenai batasan
tugas dan wewenang perawat jaga IGD

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Bersama dokter jaga menyeleksi pasien, baik sehari-hari maupun bencana
massal
2. Menyiapkan peralatan medis dan atau non medis yang dibutuhkan untuk
pelayanan kepada pasien IGD sesuai yang dibutuhkan
3. Memberikan tindakan perawatan kepada pasien secara profesional dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan
4. Dengan pengawasan dan persetujuan dokter jaga IGD melakukan tindakan
medis sesuai kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki demi menyelamat
kan pasien dari kecacatan dan atau kematian seperti : hecting, (RJP)
dan lain-lain secara tepat dan benar
5. Melaporkan kepada dokter jaga IGD tentang perkembangan kondisi pasien,
baik pasien yang baru datang maupun pasien yang diobservasi di IGD
6. Mencatat semua hasil pemeriksaan, tindakan dan obat yang diberikan
pada berkas rekam medis pasien (lembar catatan keperawatan dan
tindakan kolaboratif) IGD dengan baik dan benar, rawat jalan maupun
pasien yang rawat inap
7. Membuat laporan perawat jaga
8. Mengantar pasien yang perlu perawatan inap ke ruang rawat inap
9. Bersama pekarya dan cleaning service IGD bertanggung jawab menjaga
kebersihan ruangan dan peralatan / inventaris IGD
10. Mengatur pengunjung agar tidak menghalangi tugas pelayanan di IGD

Unit Terkait IRNA, OK, PICU / NICU, ICU / ICCU / HCU

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PERTEMUAN BERKALA STAF IGD
TETAP
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang pertemuan staf IGD dan mengevaluasi

92
Pengertian
pelayanan di IGD

Tujuan Sebagai acauan penerapan langkah-langkah dalam rangka peningkatan mutu


pelayanan gawat darurat.

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan


di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Semua staf/petugas IGD datang tidak pakai undangan hanya ditulis pada
papan pengumuman
2. Pertemuan dimulai jam 07.30-09.00
3. Diadakan absent dengan tertib
4. Materi yang akan disampaikan :
a. Koordiansi kerja untuk peningkatan pelayanan,
b. mengevaluasi pelayanan sebulan sebelumnya,
c. mencari solusi masalah yang harus dipecahkan bersama-sama
d. menampung permasalahan yang akan disampaikan pada rapat
koordinasi Instalasi yang akan dipimpin Direktur
5. Notulen ditulis dengan rapi.

Unit terkait
Bidang Keperawatan, Bidang Pelayanan.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
ORIENTASI PEGAWAI BARU DI IGD
TETAP

93
ORIENTASI PEGAWAI BARU DI IGD
Halaman :
Pengertian Suatu sistem untuk memberikan arahan kepada petugas baru supaya
mengetahui tugas masing-masing di IGD

Tujuan Sebagai acauan penerapan langkah-langkah untuk memberikan arahan


kepada petugas baru untuk mengetahui tugas msaing-masing sehingga dapat
bekerja secara optimal sesuai latar belakang pendidikan dan profesinya.

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan


di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Petugas/pegawai baru datang ke IGD menghadap Kepala IGD dengan


membawa Surat Tugas dari direktur
2. Sesuai dengan tugas/profesi masing-masing petugas baru mendapat
bimbingan orientasi yaitu :
Tenaga Dokter : oleh Kepala IGD atau koordinator medis
Tenaga Perawat, pekarya/cleaning service/loket dan administrasi :
oleh KARU IGD
3. Petugas baru mengikuti program orientasi sesuai dengan materi yang telah
disiapkan dalam blanko orientasi.
4. Setelah dianggap cukup, petugas baru menghadap kembali Kepala IGD
dengan membawa bukti pelaksanaan orientasi yang telah ditandatangani
oleh pembimbing
5. Petugas mulai dapat bekerja dan selanjutnya menjadi staf IGD

Unit terkait
Bagian Kepegawaian, bidang Keperawatan, bidang Pelayanan.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS

PERMINTAAN BARANG MEDIS DI IGD


94
PROSEDUR
PERMINTAAN BARANG MEDIS DI IGD
TETAP
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang permintaan barang medis yang dibutuhkan
di IGD
Tujuan Agar semua kebutuhan bahan medis selalu tersedia untuk kelancaran
pelayanan kepada pasien

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan


di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Daftar permintaan barang medis dilakukan oleh Kepala Ruang IGD dengan
mengetahui Kepala IGD
2. Daftar permintaan barang habis pakai ditujukan kepada Apotek RS. Daftar
permintaan barang diluar barang medis habis pakai (peralatan/inventaris
medis) ditujukan kepada Kabid Pelayanan.
3. Permintaan bahan yang tidak terpenuhi dilaporkan langsung kepada
Bidang Pelayanan&dicatat untuk bahan pembahasan Rapat koordinasi.
4. Karu IGD dengan mengetahui Ka.IGD menuliskan daftar barang medis
habis pakai pada buku permintaan disiapkan), dibawa petugas IGD ke
Instalasi Farmasi setiap hari..dan...Untuk inventaris (perlatan medis) dalam
dalam bentuk permintaan kebutuhan yang diajukan dalam tahun anggaran
5. Permintaan barang medis yang tidak terpenuhi dilaporkan langsung
kepada Bidang Pelayanan dan dicatat untuk bahan pembahasan dalam
rapat koordinasi.
6. Daftar permintaan barang medis dilakukan oelh Kepala Ruang IGD dengan
mengetahui Kepala IGD
7. Daftar permintaan barang medis habis pakai ditujukan kepada Apotek RS.
Daftar permintaan barang diluar barang medis habis pakai (peralatan/
inventaris medis) ditujukan kepada Kabid Pelayanan.
8. Permintaan bahan yang tidak terpenuhi dilaporkan langsung kepada Kepala
Bidang Pelayanan&dicatat untuk bahan pembahasan Rapat kooordinasi
9. Karu IGD dengan mengetahui Kepala IGD menuliskan daftar bahan medis
habis pakai pada buku permintaan untuk dibawa petugas IGD ke Instalasi
Farmasi setiap hari.. dan.. Untuk inventaris (peralatan medis) dibuat dalam
bentuk permintaan kebutuhan yang diajukan pertahun anggaran.
10. Permintaan barang medis yang tidak terpenuhi dialporkan langsung
kepada Bidang Pelayanan dan dicatat untuk bahan pembahasan dalam
rapat koordinasi.

Unit terkait
Instalasi farmasi, bidang Pelayanan.
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:

95
RSU

DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PERMINTAAN BARANG NON MEDIS DI IGD
TETAP
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang laporan kerusakan alat non medis yang
digunakan di IGD

Tujuan Agar setiap peralatan dan fasilitas di IGD selalu siap untuk memberikan
pelayanan selama 24 jam.

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan


di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Daftar permintaan barang non medis dilakukan oleh Kepala Ruang IGD
2. Karu IGD dengan mengetahui Kepala IGD menuliskan daftar barang non
medis pada buku permintaan (disiapkan) untuk dibawa petugas IGD ke
bagian perlengkapan setiap hari Kamis.
3. Daftar permintaan barang non medis ditujukan kepada bagian perlengkapan
4. Permintaan barang yang tidak terpenuhi dilaporkan langsung kepada Kepala
Bidang Pelayanan untuk dicatat sebagai bahan pembahasan pada rapat
koordinasi.
5. Untuk inventaris dibuat dalam bentuk permintaan kebutuhan yang diajukan
pertahun anggaran.

Unit terkait
Instalasi farmasi, bidang Pelayanan.

TANGGAL TERBIT

RSU
96
RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI DIREKTUR RS
PROSEDUR DAN OBAT LIFE SAVING
TETAP DI INSTALASI GAWAT DARURAT
Halaman :
Pengertian Petunjuk tentang cara menggunakan alat dan obat yang benar,tepat dan
cepat dalam penanganan pasien di instalasi gawat darurat
Tujuan Agar memiliki pedoman/petunjuk pelaksanaan penggunaan obat dan bahan
yang benar,tepat dan cepat dalam penanganan pasien di IGD
Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/Pelayanan RS
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan
keperawatan di Unit Gawat Darurat
Prosedur A. Alat-alat habis pakai
1. Nasogastrik tube (NGT)
a. Indikasi
1) Kumbah lambung pada pasien keracunan.
2) Pada pasien vomitus berat untuk cegah aspirasi
3) Pada pasien pre OP jika ada indikasi
b. Cara pemasangan
1) Ukur panjang NGT : telinga-pangkal hidung sampai lambung pasien
2) Memberikan pelicin/jeli pada NGT
3) Masukkan ujung NGT melalui hidung, pasien disuruh menelan NGT
sampai batas yang telah diukur, fiksasi NGT
Pastikan NGT masuk lambung bukan paru dengan cara memasukkan
udaar lewat NGT dan pasang steteskop pada epigastrum akan terdengar
bunyi udara masuk atau dengan mengaspirasi adanya cairan lambung.
2. Foley kateter
a. Indikasi :
1) Retensio urine pada Benign Prostat Hypertropy
2) Untuk mengukur banyaknya urine output pada rehidrasi.
3) Keperluan diuresis yang cepat, misalnya pada pemberian diuretic
pada edema paru
b. Cara pemakaian
1) Bersihkan Oriticium Uretrae Externa (OUE) dengan antiseptik
2) Licinkan kateter dengan jeli,masukkan jeli ± 3 cc lewat OUE
3) Masukkan ujung kateter pada OUE dengan cara steril sampai Vesica
urinaria sehingga keluar urin
4) Fiksasi dengan memasukkan aquabidest ± 15-25 cc lewat pengunci
atau sesuai indikasi pada etiket kateter
3. Urine bag
a. Indikasi :
1) Retensio urine pada Benign Prostat Hypertropy

97
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI DIREKTUR RS
PROSEDUR DAN OBAT LIFE SAVING
TETAP DI INSTALASI GAWAT DARURAT
Halaman :
Prosedur 2) Untuk mengukur banyaknya urine output pada rehidrasi.
3) Keperluan diuresis yang cepat, misalnya pada pemberian diuretic
pada edema paru
b. Cara pemakaian :
dipasang di ujung luar kateter dengan sekaligus dipergunakan
mengukur banyaknya urine output
4. Venacath
a. Indikasi :
Memberikan jalur intravena untuk dapat memasukkan obat dan atau
cairan ke dalam tubuh pasien
b. Cara pemasangan :
1) Lakukan ikatan di atas vena yang dipilih
2) Masukkan jarum setelah dilakukan tindakan antiseptik sehingga
darah keluar kemudian dihubungkan dengan botol infus yang telah
disediakan
3) Kemudian ditutup dengan kasa berantiseptik dan lakukan fikasasi
5. Infus set/Transfusi set
a. Indikasi :
1) penghubung venacath dengan cairan infus/darah, sekaligus
mengatur besarnya tetesan aliran cairan infus/darah.
2) Sebagai jalan masuk obat-obatan yang dimasukkan secara IV
b. Cara pemasangan :
Dipasang antara venacath dan botol infus/darah

Disamping alat-alat tersebut di IGD perlu disediakan bahan habis pakai :


6. kassa steril
7. Kapas alkohol
8. Alkohol 70%
9. Povidone Iodine
10. Aqua pro injeksi dan aqua steril
11. jarum injeksi
12. Papan spalk dan softband spalk

B. Obat-obatan habis pakai


1. Adrenalin
Indikasi :
a. Shock Anafilaktik

98
b. Asma Bronkiale
c. Henti jantung
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI DIREKTUR RS
PROSEDUR DAN OBAT LIFE SAVING
TETAP DI INSTALASI GAWAT DARURAT
Halaman :
Prosedur 2. Dexamethasone
Indikasi :
a. Shock Anafilaktik
Dosis 10 mg (dewasa) secara IV bisa diulang tiap jam
b. Asma Bronkiale
Dosis 10 mg (dewasa) secara IV bisa diulang tiap 6-8 jam
Catatan : hanya diberikan pada status asmatikus&penderita asma yang
sudah tergantung dengan kortikosteroid.
c. Alergi
Dosis 5 mg (dewasa) secara IV atau IM
3. Natrium bicarbonat
Indikasi :
a. Henti jantung
b. Asidosis
Dosis : 1 mg/KgBB secara IV
4. Dopamin
Indikasi :
Hipotensi atau shock Kardiogenik
Dosis : 2-20 mg/KgBB/menit per drip (ditrasi) sampai tercapai tekanan
yang diinginkan
5. Lidokain
Indikasi :
a. Disaritmia ventrikuler
Dosis 1 mg/KgBB Bolus, diikuti per infus 1-4 mg/menit sampai hilang
Disaritmianya
b. Anestesi Lokal
Dosis 0,5-1 mg sampai tercapai efek yang diinginkan
6. Sulfas Atropin
Indikasi :
a. Bradikardia
Dosis 0,5-2 mg/IV sampai tercapai efek yang diinginkan
b. Keracunan obat Insektisida
Dosis : 0,5 -2 mg/IV sampai tercapai efek yang diinginkan.
7. Aminophyllin
Indikasi :

99
Asma Bronkiale
Dosis : 1/2 ampul Bolus diteruskan dengan 1 1/2 ampul dalam D5%
dengan tetesan 10 tetes/menit
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI DIREKTUR RS
PROSEDUR DAN OBAT LIFE SAVING
TETAP DI INSTALASI GAWAT DARURAT
Halaman :
Prosedur 8. Antrain
Digunakan sebagai analgesik
9. Diazepam
Indikasi :
Pasien kejang
Dosis : 10 mg IV dewasa
5 mg per rectal anak , bila masih kejang :diulang per 10 menit
10. Primperan / Metoclopramid
Indikasi :
Pada pasien dengan keluhan mual-muntah
Dosis : 1 ampul secara IV dewasa
11. Ulsikur / cimetidine
Indikasi :
Epigastric pain/ gastritis
Dosis : 1 ampul dewasa
12. Lasik / Furosemid
Indikasi :
Pasien diuresis cepat pada edema pulmonal
Dosis : 2 ampul secara IV
13. Profenid Suppositoria
Indikasi :
Pada pasien dengan nyeri hebat
Dosis : sesuai kebuthuan
14. Transamin / Asam traneksamat
Indikasi :
Kasus perdarahan
Dosis : 1 ampul secara IV
15. Dextrose 40 %
Indikasi :
Kasus Hipoglikemia
Dosis : sesuai hasil pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS)
16. Serum Anti Bisa Ular
17. Anti Tetanus/ Tetagam
18. Xylomidon

100
19. Diphenhidramine

C. Cairan infus
1. Ringer Laktat
Digunakan pada kasus hipovolemik/dehidrasi dan asidosis metabolik
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI DIREKTUR RS
PROSEDUR DAN OBAT LIFE SAVING
TETAP DI INSTALASI GAWAT DARURAT
Halaman :
Prosedur atau pasien dengan cedera kepala
2. NaCl 0,9%
Digunakan pada pasien :
a. Alkalosis metabolik misalnya pasien muntah terus menerus
b. cairan kumbah lambung
3. Dextrose 5 %
Digunakan untuk maintanance
4. Dextrose 10 %
Digunakan pada pasien sulit makan (pengganti glukosa)
5. Martos
Digunakan untuk maintanance pada penderita DM
6. Dextran
Digunakan pada pasien anti oedem, misalnya pasien stroke
7. D5 1/2NS
Digunakan pada pasien anak (pada kasus) cedera kepala)
8. D5 1/4NS
Digunakan pada pasien neonatus (pada kasus cedera kepala)
9. Manitol
Digunakan pada pasien yang mengalami gangguan perfusi jaringan otak

101
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENGGUNAAN JASA AMBULANCE
TETAP
Halaman :
Pengertian Petunjuk tentang penggunaan Ambulance
Tujuan Menjelaskan tata cara pemesanan ambulance,penanganan pasien serta
pencatatan administrasi

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Penanggulangan pemesanan ambulance oleh pihak luar :


^ Pasien/keluarga yang berkepentingan menghubungi RS (IGD-Ambulance)
untuk menjemput pasien di lokasi yang telah ditentukan.
^ Petugas jaga melihat daftar penggunaan ambulance untuk memastikan
keberadaan ambulance dan membuat surat jalan kepada sopir dan
perawat jaga yang bertugas
^ Sopir dan perawat yang bertugas menerima surat jalan dan langsung
menuju lokasi yang diminta dan langsung melakukan penanganan medis
terhadap pasien (sesuai standar emergency yang berlaku) serta
melakukan koordianasi dengan pihak unit gawat darurat untuk mempersiap
kan penanganan medis lanjutan
2. Penanganan pemesanan ambulance oelh pihak instalasi (pelayanan medis/
pelayanan diagnostik dan penunjang medik)
# Petugas jaga menerima surat rujukan/surat pengantar dokter dari petugas
poli/ instalasi dan selanjutnya melihat daftar penggunaan ambulance untuk
memastikan keberadaan ambulance dan membuat surat jalan kepada
sopir dan perawat jaga yang bertugas
# Sebelum dilakukan pengantaran, pihak keluarga lebih dahulu menyelesai
kan masalah administrasi dengan menerima bukti penyewaan ambulance

102
Unit terkait
IRNA, OK, PICU/NICU, ICU/ICCU/HCU

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PERSIAPAN PASIEN OPERASI CITO/
PROSEDUR
TETAP
EMERGENCY
Halaman :
Pengertian Persiapan operasi yang dilakukan segera untuk menyelamatkan hidup
pasien atau mempertahankan fungsi organ tanpa penundaan

Tujuan 1. Menyelamatkan kehidupan pasien


2. mempertahankan fungsi organ/anggota tubuh dengan segera
3. menghentikan perdarahan
4. Mencegah terjadinya infeksi intra dan pasca operasi

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Melengkapi semua dokumen pasien baik status, pemeriksaan diagnostik


dan pendaftaran di kamar operasi
2. Menhubungi ruang rawat (sesuai dengan permintaan kelas) untuk menyiap
kan tempat pasien operasi cito.
3. Mengontrol persiapan obat dan alat untuk keperluan operasi sesuai resep
4. Menyiapkan pasien:
$ Check informed consent
$ Personal hygiene dan daerah yang dicukur
$ Puasakan pasien sesuai program
$ Melepaskan gigi palsu atau lensa kontak
$ Mengosongkan kandung kemih dengan urine bag
5. Mengontrol kembali persiapan darah, obat-obatan dan status pasien
6. Mengobservasi tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah dan RR)
7. Mengantar pasien ke kamar operasi setelah diinformasikan oleh perawat

103
Instalasi Bedah Sentral (IBS)
8. Memberi laporan kepada perawat penerima di IBS

Unit terkait
SMF Bedah, Instalasi Bedah Sentral

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PELAYANAN PASIEN STATUS DOA
PROSEDUR
TETAP
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
Halaman :
Pengertian Suatu sistem yang mengatur tentang prosedur dalam memberikan pelayanan
kepada pasien dengan status meninggal dalam perjalanan (death of arrival)

Tujuan Agar mendapatkan pelayanan perawatan jenazah sehingga tidak menimbulkan


penampilan jenazah yang kurang baik atau tidak layak

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Semua pasien yang tiba mati (DOA) di IGD harus dilakukan pemeriksaan
dan diisi data pasien oleh dokter jaga dan perawat jaga IGD pada berkas
catatan medis IGD dengan baik dan benar
2. Jenazah dirawat, dibersihkan dari kotoran, darah,dll
3. Bila sudah meninggal, langsung dikirim ke Instalasi Pemulasaran jenazah
RS serta dibuat serah terima jenazah (formulir pengantar jenazah IGD)
4. Lembar catatan medis pasien IGD yang datang dengan DOA oleh petugas
administrasi IGD, menyerahkannya ke TPP rawat jalan.

Unit Terkait
Semua SMF, Instalasi Pemulasaran Jenazah, Medical Record

104
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGGULANGAN PASIEN GAWAT DARURAT
PROSEDUR
TETAP
DI LUAR RUMAH SAKIT
Halaman :
Pengertian Sistem yang mengatur tentang pertolongan/penangganan pasien gawat
darurat di luar rumah sakit

Tujuan Agar pasien gawat darurat di luar rumah sakit dapat diberi pertolongan dengan
cepat dan tepat serta dibawa ke rumah sakit untuk tindakan penyelamatan
selanjutnya.

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Informasi yang diterima harus melalui telepon (0380)……….


2. Informasi yang diterima meliputi :
a. Nama Lengkap yang memberi informasi
b. Alamat lengkap yang memberi informasi, kalau perlu nomor telepon
terdekat untuk re-check
c. Gejala sakit yang diterima terutama jenis dan tingkat kegawatan
3. Penerima telepon harus melaporkannya kepada perawat penanggung jawab
atau dokter penanggung jawab.
4. Dokter penanggung jawab /perawat penanggung jawab menelpon kembali
untuk re-check (kalau ada telepon)
5. Koordinasikan segera dan disiapkan ambulance IGD dan team pertolongan

105
serta peralatan sesuai kebutuhan.
6. Dalam 15 menit paling lambat ambulance menuju lokasi kejadian.

Unit terkait SMF Terkait, OK, Radiologi, Patologi Klinik, PICU/NICU, ICU/ICCU/HCU,
Rawat Inap, medical Record

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PEMASANGAN SPALK ATAU BIDAI
TETAP
Halaman :
Pengertian Spalk atau bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan
atau letak tulang yang fraktur

Tujuan 1. Memberi support/memperthankan kedudukan tulang yang fraktur


2. Mengurangi rasa sakit

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan


di Unit Gawat Darurat

Prosedur a. Persiapan alat :


# spalk 1 pasang (lebar,panjang sesuai dengan kebutuhan)
# pembalut/perban roll
# kapas
# handscoen
b. Persiapan pasien:
* Perawat mencuci tangan dan memakai handscoen
* Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
* Mengatur posisi pasien utnuk memudahkan perawat memasang
spalk atau bidai
* Meletakkan splak/bidai malampui 2 sendi tulang yang fraktur
* Memastikan posisi fraktur sudah sesuai dengan ukuran spalk/bidai yang

106
akan dipasang
* Membalut (kassa perban) bagian yang sudah terpasang spalk/bidai
dengan gerakan melingkar dan dipastikan bagian yang terpasang spalk/
bidai tertutup kembali
* Bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat, dengan memperhatikan warna k
setelah 10 menit
* Mencuci tangan
* Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan.

Unit terkait
IGD

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PEMAKAIAN NEBULIZER
TETAP
Halaman :
Pengertian Alat yang digunakansebagai bronchodilator pada pasien dengan Asma
Bronchiale
Tujuan 1. Melebarkan jalan nafas pasien
2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
3. Memberikan kenyamanan pasien

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan


di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Persiapan alat :


# Nebulizer siap pakai
# Bisolvon™ dan berotec™ solution
# NaCl 0,9%
# Spuit disposible 3cc/5 cc
# Handscoen
# Masker
# Nierbeken
2. Persiapan pasien :
* Menjelaskan pada pasien& keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
* Mengisi medication tank dengan cairan atau obat sesuai program

107
( 3ml max 6 ml )
* Memasang kembali nebulizer cup dengan nebulizer tank kemudian
pasang masker/bagian penghubung ke mulut pasien
* Hubungkan selang udara : ujung yang 1 ke unit kompresor dan ujung yang
lain dihubungkan ke bagian bawah medication tank
* Pegang nebulizer pada bagian nebulizer cup dan hidupkan mesin
* Saat menghirup uap nebulizer, pasien harus duduk tegap&rileks. Jika
pasien dalam perawatan di tempat tidur, sokong tubuh pasien dengan
bantal hingga duduk tegap (posisi kepala miring, tertekuk tidak dianjurkan)
* Letakkan mouthpiece ke depan mulut pasien ± 3 cm untuk memulai
menghirup uap
* Tarik nafas perlahan-lahan dan dalam hingga uap obat dapat mencapai
saluran bronchiale
tahan nafas beberapa saat (2-3 detik) lalu hembuskan nafas perlahan
perlahan mengeluarkan mouthpiece dari mulut. Tekan pause bila lelah
* Bila obat telah habis, tekan off dan diconnect/mencabut kabel dari saklar
* Bersihkan nebilizer kit dan rapikan alat
* Perawat mencuci tangan
* Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGGANAN PASIEN AKIBAT TINDAKAN
PROSEDUR
TETAP
ATAU DIDUGA AKIBAT TINDAKAN KRIMINAL
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang penangganan pasien akibat tindakan atau didug
tindakan kriminal

Tujuan Agar penangganan pada pasien dengan dugaan/kasus kriminal dapat terlayani
sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Penangganan pasien dilakukan sesuai dengan prosedur oleh perawat dan
dokter jaga IGD
2. Memberi saran kepada keluarga untuk melapor kepada yang berwajib atau polis
3. Pemberitahuan tentang dugaan/kasus kriminal kepada yang berwajib hanya
dilakukan oleh dokter jaga

108
Unit terkait
SMF Bedah, Medical Record

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT
PROSEDUR
TETAP
PERKOSAAN DI IGD
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang pelayanan pasien yang mengalami kasus
perkosaan.

Tujuan Agar pasien yang mengalami perkosaan dapat diberi ketenangan guna
perawatan dan tindak lanjutan (pemeriksaan untuk visum et repertum)

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/Pelayanan RS
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
keperawatan di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Tenangkan korban di tempat yang tenang, bebas dari kegaduhan atau
gangguan orang lain.
2. Bila korban tidak sadar atau mengalami luka berat atau ringan maka catat
secara teliti keadaannya dan atasi kelainan-kelainan tersebut sebagimana
kelainan secara umum.

109
3. Mengenai kelainan di alat kelamin dan pembuktian adanya cairan mani, sel
Kebidanan dan penyakit kandungan. Bila pasien memerlukan penanganan
yang lebih lanjut segera kirim ke SMF kebidanan dan penyakit kandungan.
4. Permintaan visum et repertum diajukan secara tertulis oleh pihak kepolisian
atau kejaksaan dan korban diantarkan sendiri oleh pihak kepolisian atau
kejaksaan bersama surat permohonan visum et repertum. Permintaan
visum et Repertum repertum tidak boleh dibawa sendiri oleh yang
bersangkutan atau keluarga korban.
5. Dalam permintaan visum et repertum dimana kejadian perkosaan atau
upaya perkosaan :
# Baru terjadi (kurang dari 3 hari) maka korban harus dirawat inap di RS
sampai selesai pemriksaan dilakukan oleh dokter dari SMF kebidanan
dan penyakit kandungan.
# Sudah lama (lebih dari 3 hari) maka korban dianjurkan untuk kembali
diperiksa di SMF kebidanan dan penyakit kandungan pada jam kerja.
6. Petugas penerima korban yang memerlukan visum et repertum wajib
mencatat : nama, pangkat, NRP, petugas kepolisian atau kejaksaan yang
mengantarkan korban. Selanjutnya petugas tersebut dapat meninggalkan
korban di rumah sakit sambil membawa lembaran II permintaan
Visum et Repertum yang telah diisi dan ditandatangani oleh dokter yang
menerima korban yang pertama kalinya.

Unit terkait SMF kebidanan, medical record, komite medic


TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PELAYANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR/
PROSEDUR
TETAP
TERSANGKA PENYAKIT MENULAR DI IGD
Halaman :
Pengertian Prosedur yang mengatur tentang tugas dan wewenang perawat jaga dalam
memberikan pelayanan pasien gawat darurat dengan penyakit menular atau
tersangka penyakit menular

Tujuan sebagai pedoman/ acuan penerapan langkah-langkah mengenai batasan


tugas dan wewenang dokter dan perawat jaga IGD

Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/Pelayanan RS
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
keperawatan di Unit Gawat Darurat

Prosedur 1. Bila pasien sudah meninggalkan ruangan isolasi :


^ Alat-alat yang telah dipakai pasien harus didesinfektan ulang termasuk

110
Prosedur

lantai dan dinding


^ Kasur dan bantal dijemur di bawah sinar matahari
^ Semua peralatan dikembalikan ke tempat semula setelah didesinfektan.
^ Kamar dikosongkan selama 24 jam
2. Ruangan isolasi adalah ruangan khusus untuk memisahkan pasien
berpenyakit menular dan peralatan yang terpakai agar tidak terjadi
penyebaran atau penularan penyakit
3. Penyakit-penyakit yang membutuhkan ruangan isolasi :
# Difteria
# Varicella
# TBC
# Hepatitis
# Enteritis ; disentri ; kolera
# Susp.HIV AIDS
# Susp. Flu burung

unit terkait
semua SMF, medical record

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN PASIEN LUKA BAKAR
TETAP
Halaman :
Pengertian Luka bakar adalah luka yang mengenai kulit dan lapisan dibawahnya yang
disebabkan oleh trauma panas/dingin, trauma elektrolis dan trauma kimia

Tujuan Sebagai acuan dalam pelaksanaan diagnosis dan terapi luka bakar

Kebijakan Agar petugas medis dan paramedis dapat menagani pasien luka bakar sesuai
dengan standar yang berlaku
Prosedur 1. Anamnesa
a. trauma panas/dingin
b. trauma elektrolis
c. trauma kimia
2. Pemeriksaan fisik

111
a. edema
b. penuh bulla
c.eritema
3. pemeriksaan penunjang :
Laboratorium
4. Diagnosis banding
5. Penatalaksanaan
a. bebaskan jalan nafas K/P dan O2
b. atasi keadaan shock
c. timbang berat badan penderita
d. Tanyakan kronologis terjadinya luka bakar, jam terjadinya
e. Hitung luas luka dengan rule of nine
f. Rehidrasi
^ Dengan memasang infus RL, dengan dosis menurut formula boxter :
% luas luka bakar x kgBB x 4 ml RL
^ Setengah dari jumlah tersebut diberikan dalam 8 jam pertama dan
setengahnya lagi 16 jam berikutnya.
g. Bersihkan luka
h. Keluarkan cairan darah, bulla
i. Cuci dengan NaCl 0,9%
j. Tutup luka dengan sofratulle dan silvadene
k. Balut luka
l. awasi keadaan umum dan balance cairan
m. medikamentosa
* Antibiotika
* ATS 1500 mg
* Analgetik
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN PASIEN LUKA BAKAR
TETAP
Halaman :
Prosedur 6. Konsultasi ; dokter spesialis bedah
7. Perawatan Rumah Sakit :
^ Rawat inap tergantung tingkat luka bakar dan luasnya
^ Rawat jalan tergantung tingkat luka bakar dan luasnya.
8. Penyulit ;
shock
9. Tenaga standar : dokter umum
10. Lama perawatan
$ Rawat jalan dengan 3 (tiga ) hari kontrol
$ Opname sampai dengan sembuh

112
11. Masa pemulihan :
Tergantung luka bakarnya.

Unit Terkait 1. Instalasi gawat darurat


2. ICU

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN PASIEN SHOCK
TETAP
Halaman :
Pengertian Merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi darah ke
jaringan sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel.

Tujuan Memperbaiki dan mempertahankan sistem sirkulasi sehingga penderita dapat


dibebaskan dari ancaman kematian atau kerusakan organ/cacat lebih lanjut
dengan melakukan usaha-usaha penganganan shock sesuai dengan prosedur
dan ketentuan yang ada.

113
kebijakan agar petugas medis dan paramedis dapat menangani shock sesuai dengan
prosedur yang berlaku.

Prosedur 1. Pedoman awal penanganan shock


a. kenali macam shock dan penyebabnya
b. lakukan tindakan awal penanganan shock secara umum dengan segera.
c. koreksi penyebabnya bila memungkinkan.
2. Tindakan penanganan shock
a. penderita ditelentangkan dengan kaki ditinggikan
b. bebaskan jalan nafas , beri O2 5 - 6 Liter/menit
c. Pasang jalur infus NaCl 0,9 % atau ringer lactat 50 tetes/menit
d. obat-obatan ;
* Adernalin pada kolaps kardiovaskuler yang berat diberikan SC/IM 0,3-
-o,5 cc atau 3-5 cc adrenalin yang dilarutkan dalam 9 cc NaCl 0,9%
* Oradexon/kortikosteroid 10-20 mg IV
* Vasopresor bila pemberian cairan saja tidak memberikan hasil
memadai (dopamin/dobuject/kombinasi)
3. Penanganan shock secara khusus
a. Penanganan shock hipovolemik
* Penderita dibaringkan terlentang, kaki ditinggikan 30 cm
* Bebaskan jalan nafas, beri O2 5-8 liter/menit
* Pasang jalur infus, bila perlu lebih dari satu
* Berikan cairan dengan cepat 2-3 liter dalam 20-30 menit waspada akan
orang tua kemungkinan terjadinya over hidarasi
* Cairan yang diberikan ;
kristaloid : garam fisiologis, NaCl hipertonis atau larutan garam
berimbang seperti R.Solution, R.lactat
* Koloid ; hemacell, HABS
* Darah : diberikan setelah ± 40 % dari jumlah volume cairan darah yang
hilang diganti dengan kristaloid
* Bila pemberian cairan yang memadai kurang memberikan hasil yang
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN PASIEN SHOCK
TETAP
Halaman :
Prosedur diharapkan berikan dopamin/dobuject melalui drip/syringe pump.
* Pemberian kortikosteroid/oradexon 10-20 mg IV
* Koreksi penyebabnya bila memungkinkan
b. Penanganan shock kardiogenik
* Penderita dibaringkan terlentang kecuali bila terdapat oedema paru
* Bebaskan jalan nafas, beri O2 5-6 liter/menit

114
* Pasang jalur infus dengan tetes pelan (0,5 % NaCl 0,9%
* Untuk chest pain berat
morfin : 3-5 mg IV pemberian selama 2 menit, dapat diulang setelah
10 menit , bila tidak ada depresi pernapasan pethidine 50 mg
* Pada Tach/Aritmia
Xylocard 50 mg IV bolus, bila perlu : drip/ syringe pump 2-1 mg/menit
* Pada bradikardi
SA 2 ampul IV dapat diulang tiap 5 menit
* Pada AMI : Berikan cedocard 1 tube sub
* Pertimbangkan untuk pemberian nitrodisk sebagai venodilator sentral
untuk menurunkan preload
c. Penanganan septik shock
* Septik shock ditandai dengan gejala klinik shock dan adanya infeksi
¤ Febris
¤ Ptechie
¤ Lekositosis
¤ Lekopern
¤ Hiperventilasi dengan hipokopnia
* Penderita dibaringkan terlentang
* Bebaskan jalan nafas, berikan cairan kristaloid 1-2 liter selama 30-60 menit
* Dopamin drip / syringe pump diberikan bila dengan pemberian cairan
belum ada perbaikan
* Kortikosteroid / oradexon 10-20 mg IV
* Berikan antibiotik
d. Penanganan shock neurogenik
* Tanda gejala seperti pada shock hipovolemik disertai kelainan neurogenik
* Penderita dibaringkan terlentang
* Bebaskan jalan nafas berikan O2 5-6 liter/menit
* Pasang jalur infus berikan cairan NaCl 50 tetes/ menit
* Berikan dopamin melalui drip/syringe pump
* Kontraindikasinya pada rujukan ruptur lien
e. Penanganan anafilaktik shock
* anafilaktik shock ditandai dengan gejala klinis hipotensi broncospasme
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN PASIEN SHOCK
TETAP
Halaman :
Prosedur oedema laring, ruam-ruam kulit dan kelainan intestinal
* Penderita dibaringkan terlentang dengan kaki ditinggikan
* Bebaskan jalan nafas beri O2 5-6 liter/menit
* Berikan adrenalin sedini mungkin

115
Prosedur

* Pada reaksi yang hebat :


berikan IV 3-5 cc larutan 1 ampul adrenalin 1/1000 dalam 9 cc NaCl 0,9 %
untuk anak : 0,01 cc/KgBB dari larutan 1 ampul adrenalin
* untuk reaksi yang ringan :
berikan secara IM/ SC 0,3-0,5 larutan aderanlin 1/1000
untuk anak : 0,01 cc/KgBB larutan 1/1000
* dosis ulangan seperlunya adrenalin dapat diberikan setiap 5-10 menit
* pasangkan jalur infus dengan NaCl 0,9 %
bila bronchospasme menetap, berikan aminophyllin bolus 1 ampul,
dilanjutkan dengan drip
* korikosteroid / oradexon 10-20 mg
* antihistamin : antihistamin, incidal, diphenhydramin
* pada ancaman gagal nafas :
# Intubasi
# Krikotirotomi
# Tracheostomi

Unit terkait Instalasi Gawat darurat, ICU

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN
PROSEDUR
TETAP
DENGUE SHOCK SYNDROM
Halaman :
Pengertian Yang dimaksud DSS adalah serangan demam berdarah yang bersifat lanjut
diman dapat menyebabkan kematian bila tidak diatasi

116
Pengertian

Tujuan Sebagai acuan petugas medis dan paramedis di IGD dalam menangani
dengue shock syndrom

kebijakan Semua petugas medis dan para medis di IGD dan perawatan dapat
memahami tata laksana DSS.

Prosedur 1. Anamnesa
a. Riwayat demam yang mulai secara tiba -tiba 2-7 hari dengan
gejala tidak spesifik sakit kepala ,sakit sendi atau sakit perut
b. Timbul bintik-bintik merah pada kulit atau epistaxis atau perdarahan
gusi serta batuk darah.
^ Dapat terjadi renjatan dengan penurunan kesadaran atau terjadi kejang.
^ Kejang akral dingin
2. Pemeriksaan fisik
Febris dengan kesadaran menurun dengan tensi tak terukur, uji torniket (+)
dapat terjadi kejang, kaki dan tangan terasa dingin dapat disertai
hepatomegali yang nyeri tekan dan splenomegali.
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium rutin darah : Hb, Leukosit,Ht, trombosit tiap 4-6 jam,
pemeriksaan serologis dengue
4. Diagnosa banding:
a. ITP
b. Anemia apalstik
5. Penatalaksanaan
a. Penggantian cairan dengan infus RL 20 ml/KgBB per jam jika renjatan
teratasi jika tak tampak perbaikan diberikan plasma expander 15-20 ml/
KgBB/jam jika renjatan teratasi tetesan dipertahankan 14-48 jam
b. Awasi terjadinya asidosis dapat dikoreksi dengan meylon
c. Jika terjadi hemtemesis atau melena pada pemeriksaan berkala
menunjukkan penurunan transfusi darah
d. Observasi tiap jam keadaan umum (tensi, nadi)
e. Pemeriksaan laboratorium bekala Hb, Ht, trombo tiap 4-6 jaam
f. Tetapi antibiotik sesuai indikasi
g. Terapi simptomatik

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN
PROSEDUR
TETAP
DENGUE SHOCK SYNDROM
Halaman :

117
Prosedur 6. Penatalaksanaan
a. Konsultasi spesialis penyakit dalam jika pasien dewasa
b. Konsultasi spesialis anak jika pasien anak
7. Perawatan Rumah Sakit
a. renjatan teratasi : rawat inap
b. renjatan tak teratasi atau perdarahan : masuk ke ICU
8. Penyulit :
a. perdarahan
b. prolonged shock
9. Tenaga standar:
Dokter umum

Unit Terkait instalasi gawat darurat


instalasi perawatan

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN GASTROENTERITIS AKUT
PROSEDUR

118
TETAP
DENGAN DEHIDRASI PADA ANAK
Halaman :
Pengertian Gastroenteritis akut dengan dehidrasi adalah buang air besar dengan
konsistensi lebih encer dari biasanya dapat disertai darah atau lendir yang
timbul mendadak tidak lebih dari 2 minggu disertai dengan dehidrasi menurun
gejala klinis dehidrasi ,dibagi menjadi :
1. Dehidrasi ringan
Hilangnya cairan 5%
Keadaan umum sehat
Mata : normal
Respirasi : 20-30 x/menit
Mulut : normal
Nadi : kuat < 120 x/menit
2. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 8%
Keadaan umum gelisah apatis
Turgor ; turun
Mata ; cekung
Respirasi : 30-40x/menit
Mulut : kering
Nadi : 120-140x/menit
3. Dehidrasi berat
Kehilangan caitan > 10%
Keadaan umum ngingau / koma shock
Turgor : sangat turun
Mata : sangat cekung
Respirasi : 40-60x/menit
Mulut : kering biru
Nadi : > 140 x/menit

Tujuan Mengganti kekurangan cairan akibat diare/muntah

Kebijakan Adanya prosedur 10 besar penyakit UGD

Prosedur 1. Dehidrasi ringan - sedang


* Pemberian upaya rehidrasi oral dengan pemberian oralit 75 cc/KgBB
diberikan setiap mencret atau muntah, diberikan selama 3 jam
* Setiap jam nilai kembali
2. Dehidrasi berat
* Pemberian oralit diberikan setiap mencret / muntah 75 cc /KgBB
* Pemberian cairan lebih dari 10%
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN

119
DIREKTUR RS
PENANGANAN GASTROENTERITIS AKUT
PROSEDUR
TETAP
DENGAN DEHIDRASI PADA ANAK
Halaman :
prosedur ^ Umur < 12 bulan 30 ml/KgBB diberikan dalam 1 jam selanjutnya
70 ml/KgBB diberikan dalam 5 jam
^ Umur > 12 bulan : 30 ml/KgBB diberikan dalam 7/8 jam selanjutnya
70 ml/KgBB diberikan dalam 2,5 jam
* Bayi ASI diteruskan
* Anak yang lebih besar, susu formula diencerkan makanan lunak, rendah
serat porsi kecil frekuensi sering
* Pemberian antibiotik tergantung indikasi :
^ Cotrimoxazole 50 mg/KgBB dibagi dalam 2 dosis selama 5 hari
^ Tetracyclin (>7th) : 50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis selama 2 hari
^ Metronidazole(Amuba) : 30 mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari
^ Metronidazole(Giardia) : 15 mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari
^ Jika perlu konsul dokter anak

Unit Terkait Dokter jaga IGD


Perawat IGD
Dokter spesialis anak
Medical record

TANGGAL TERBIT

RSU

120
RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENATALAKSANAAN GASTROENTERITIS AKUT DIREKTUR RS
PROSEDUR
DENGAN
TETAP
DEHIDRASI BERAT DAN HIPOVOLEMIK SHOCK Halaman :
Pengertian Gastroenteritis dehidrasi berat dan hipovolemik shock adalah keadaan dimana
tubuh sangat kekurangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi hipovolemik
shock biasanya disertai dengan penurunan kesadaran.

Tujuan sebagai acuan untuk penatalaksanaan gastroenteritis dengan hipovolemik


shock

Kebijakan adanya prosedur standar 10 besar penyakit di UGD

Prosedur 1. Anamnesa :
BAB cair timbul secara akut dengan gejala-gejala dehidrasi
2. Pemeriksaan fisik, kesadaran menurun, shock, pernapasan kusmaul, mata
cekung, bibir kering, turgor kurang, dapat terjadi sianosis perifer, dapat
terjadi kejang otot , oliguria sampai anuria
3. Pasang infus RL guyur jika perlu pasang 2 jalur sampai tekanan darah
100 mmHg (hati-hati pada orang tua)
4. Pasang dower kateter
5. Observasi input + output cairan
6. Berikan antibiotik bila ada indikasi
7. Pasien ditempatkan pada " Cholera Pot "
8. Pemeriksaan penunjang Hb, pemeriksaan faeces, ureum creatinin
9. Bila perlu konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam

Unit Terkait
IGD, Spesialis penyakit dalam, laboratorium

121
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN OBSERVASI DEMAM
TETAP
Halaman :
Pengertian Observasi demam adalah suatu keadaan demam dimana penyebabnya
belum diketahui secara pasti.

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanggulangan tindakan demam ya


belum diketahui secara pasti penyebabnya.

Kebijakan Adanya prosedur tertulis untuk kasus 10 besar penyakit UGD

Prosedur 1. Anamnesa dengan adanya riwayat demam dengan penyebab yang tidak
spesifik
2. Periksa tanda-tanda vital,apabila ada penurunan tanda vital segera ditangani
3. Pemeriksaan laboratorium yaitu trombosit dan lekosit
4. Berikan antibiotik yang sesuai dengan hasil pemeriksaan hasil penunjang
5. Apabila perlu konsultasi dengan konsulen dokter penyakit dalam
6. Pasien dirawat.

Unit Terkait
IGD, Spesialis penyakit dalam, laboraotrium

122
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN DEMAM KEJANG
TETAP
Halaman :
Pengertian Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu > 38 derajat
yang disebabkan oleh suatu proses extracranium yang bersifat umum, tonik
kklonik terjadi beberapa detik sampai 10 menit, penyebab biasanya infeksi
saluran pernapasan atas otitis media, pneumonia, GE dan ISK

Tujuan sebagai acuan untuk menangani kejang demam

Kebijakan adanya prosedur 10 besar penyakit IGD

Prosedur Prinsip pengobatan :


Atasi kejang, mencari dan mengobati penyebab, pemberian profilaksis
terhadap berulangnya kejang
1. Anamnesa
2. Bebaskan jalan nafas, pasang sudip lidah
3. Beri O2 lembab
4. Berikan diazepam IV 0,3 - 0,5 mg/KgBB perlahan-lahan dosis max 20 mg
5. Jika sukar mencari vena berikan per rectal dengan dosis 0,5-o,75 mg/kgBb
(5 mg untuk BB <10 Kg dan 10 mg untuk BB >10 Kg)
6. Jika pasien sudah sadar berikan antipiretik & antibiotik sesuai penyebabnya.
7. Antikonvulsan profilaksis, berikan diazepam 0,3 mg/KgBB / kali
pemberian diberikan 3x/hari selama demam biasanya 2-3 hari
DD/ : meningitis, epilepsi

Unit terkait
IGD, Spesialis Anak, Spesialis Saraf

123
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN DENGAN
PROSEDUR
TETAP
EPISTAKSIS DI IGD
Halaman :
Pengertian a. Epistaksis anterior adalah perdarahan dari rongga hidung yang berasal dari
plexus Kiesselbach atau a.etmoidalis anterior
b. Epistaksis posterior adalah perdarahan dari ronnga hidung yang berasal
dari arteri sphenopalatina dan atau arteri etmoidalis posterior
Tujuan 1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
Prosedur 1. Tentukan asal perdarahan dengan memasang tampon yang dibasahi
dengan adrenalin1/1000 dan pantokain 2%,dibantu dengan alat penghisap.
sedapat mungkin penderita dalam posisi duduk

Bila ternyata perdarahan berasal dari Anterior :


2. Pasang kembali tampon yang dibasahi Adrenalin 1/1000 & Pantokain 2%
selama 5-10 menit dan ala nasi ditekan ke arah septum
3. Setelah tampon diangkat, asal perdarahan di kaustik dengan larutan
AgNO3 20-30% atau asam trikloroasetat 2-6% atau dengan elektrokauter.
4. Bila masih berdarah, pasang tampon anterior yang terdiri :kapas/ kasa
yang diberi boozalf/ bimuth iodine paraffin paste (BIPP). Tampon ini di-
pertahankan 1-2 hari ( boorzalf)/ 3-4 hari ( menggunakan BIPP)

Bila ternyata perdarahan berasal dari Posterior :


5. Coba atasi dengan kasutik dan tampon anterior (lihat cara diatas)
6. Bila gagal, pasang tampon posterior (Bellocq); caranya :
# Tampon ini terdiri dari gulungan kassa yang mempunyai dua benang di
satu ujung dan satu benang di ujung lain.
# Masukkan kateter karet dari nares anterior ke dalam sampai tampak di
orofaring dan ditarik keluar melalui mulut
# Pada ujung kateter diikatkan salah satu dari dua benang yang ada pada
satu ujung& kateter ditarik kembali melalui hidung. Dengan cara yang
sama benang yang lain dikeluarkan melalui lubang hidung yang lain.
# Kemudian kedua benang yang telah keluar melalui lubang hidung itu di
tarik sedang telunjuk tangan yang lain membantu mendorong tampon ke
arah nasofaring sampai tepat menutup koana.
# Lalu kedua benang diikat pada tampon lain yang terletak dekat sekat

124
rongga hidung.Benang dari ujung lain dikeluarkan melalui mulut dan di
keluarkan melalui mulut & diletakkan secara longgar di pipi, benang ini
berguna untuk menarik keluar tampon bila akan dilepas.
# Bila perlu dapat dipasang tampon anterior
# Penderita harus dirawat dan tampon diangkat setelah 1-2 hari. Berikan
antibiotik misalnya PS 8:1
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN DENGAN
PROSEDUR
TETAP
EPISTAKSIS DI IGD
Halaman :
Prosedur Bila perdarahan menetap walaupun telah dilakukan tindakan diatas,
pertimbangkan operasi ligasi arteri :
7. Untuk perdarahan anterior dilakukan ligasi a.etmoidalis anterior dengan
membuat sayatan dari bagian medial alis mata ke bawah kantus internus:
setelah jaringan dipisahkan akan tampak a.etmoidalis anterior
8. Untuk perdarahan posterior dilakukan ligasi a. maksilaris interna dengan
membuat sayatan di lipatan gingivobukal seperti pada operasi caldwell Luc;
setelah memasuki sinus diangkat sehingga tampak a.maksilaris interna
dan cabang-cabangnya di fosa pterigomaksilaris.
Unit Terkait
SMF Anak, SMF THT, OK, ICU/ICCU, RANAP

125
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN DENGAN
PROSEDUR
TETAP
KEDARURATAN SISTEM PERNAPASAN
Halaman :
Pengertian

Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa.


2. mencegah dan membatasi cacat serta meringankan penderitaan pasien.
Prosedur Bila disebabkan oleh benda asing ( misalnya tersedak makanan) usahakan
dikeluarkan segara dengan Heimlich manuver:
A. Penderita dalam posisi duduk/berdiri :
1. Penolong duduk/berdiri di belakang penderita
* Lingkarkan kedua tangan mengelilingi penderita
* buat kepalan dengan satu tangan, tangan lain mencekap kepalan
tersebut dengan ibu jari menghadap perut & diletakkan di epigastrium
* Lakukan pendorongan dengan kuat dan cepat ke arah atas
* Tindakan ini dapat diulang beberapa kali
2. Bila tidak berhasil, coba kait benda asing tersebut dengan jari yang
dimasukkan ke dalam larings
3. Bila sulit atau benda asing terletak dalam, penderita dibungkukkan dan
dilakukan penepukan kuat di punggung diantara kedua scapula.
B. Penderita dalam posisi terlentang
1. Penolong berlutut di atas penderita dengan kedua lutut disamping kiri
dan kanan tubuh penderita
satu telapak tangan diletakkan di epigastrium penderita, telapak tangan
yang lain diatasnya
2. Lakukan penekanan dengan pangkal telapak tangan dengan kuat dan
cepat ke arah atas
3. Tindakan ini dapat diulang beberapa kali
4. Bila penderita muntah, miringkan tubuhnya dan bersihkan mulutnya

Bila cara-cara diatas gagal atau bila tidak disebabkan oleh benda asing:

126
siapkan segera bronkoskopi atau trakeotomi
Terhadap penderita obstruksi jalan nafas stadium I dan II :
Dilakukan tindakan konservatif dengan oksigen, obat bronkodilator
aminophyllin dan bisolvon) & anti edema (papasee) dan pengawasan ketat
terhadap gejala yang timbul.
Terhadap penderita obstruksi jalan nafas stadium III dan IV :
Memerlukan tindakan intubasi atau trakeotomi segera.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN YANG MEMERLUKAN
PROSEDUR
TETAP
TRAKEOSTOMI
Halaman :
Pengertian Merupakan tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan
memintas jalan nafas bagian atas.

Indikasi 1. Terjadinya obstruksi jalan nafas


2. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis
(pasien koma).
3. Apabila terdapat benda asing di subglotis
4. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas, epiglotitis dan lesi vaskuler
5. Pasien dengan kerusakan paru yang kapasitas vitalnya berkurang

Prosedur 1. Premedikasi dengan atropin sulfat 1 mg IM


2. Penderita dalam posisi hiperekstensi pada leher, bila perlu tengkuk diganjal
dengan bantal/ kantong pasir
3. Setelah a & antisepsis daerah tindakan, diberikan anestesi lokal (infiltrasi)
dengan procain 1% mulai dari cartilago thyroid sampai daerah fosa supra
sternal dapat juga dilakukan anestesi umum tetapi sebelumnya trachea
harus ditandai dengan pipa endotachea atau bronchoscop.
4. Insisi dibuat mulai dari bawah cartilago cricoid sampai fosa suprasternal,
tepat digaris tengah;cara ini lebih aman daripada insisi horisontal meskipun
kosmetik lebih buruk.
5. Jaringan subkutis disisihkan,sedapat mungkin jangan memotong pembuluh
darah, fascia otot dipotong digaris tengah.
6. Setelah cincin trakea tampak, ismus tiroid disisihkan (bila perlu dipisahkan)
sampai cincin trakea I-V terbuka; perdarahan dirawat.
7. Dapat disuntikkan beberapa tetes kokain 5% melalui intercartilago I untuk
mencegah iritasi pada pemasangan kanul.

127
8. Trakea dibuka digaris tengah, sebaiknya dibawah cincin trakea III, lalu
dibuat lubang atau flap yang sesuai dengan kanul yang akan dipasang.
9. Bila ada, benda asing dapat dicari dan dikeluarkan melalui stoma dengan
bantuan spekulum hidung dan pinset. Bila ternyata benda asing itu terletak
distal stoma dan tidak dapat diambil, dorong ke salah satu bronkus agar
jalan napas dapat terbuka sebagian dan segera kirim ke tempat yang
mempunyai fasilitas bronchoscopi
10. Pasca tindakan tidak perlu dijahit; bila perlu dapat dibuat jahitan longgar di
kedua ujung insisi.

Unit terkait
SMF Bedah, SMF Anestesi, Ok, ICU/ICCU/HCU
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN DENGAN
PROSEDUR
TETAP
STATUS ASMATIKUS
Halaman :
Pengertian Merupakan suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa
jam sampai beberapa hari, yang tidak memberi perbaikan pada pengobatan .
yang lazim

Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa.


2. Mencegah dan membatasi cacat serta meringankan penderitaan pasien.

Prosedur 1. Bronkodilator
¥ Dipakai obat-obat Bronkodialtor secara inhalasi atau per enteral
Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik maka
sebaiknya diberikan aminofilin per enteral sebab mekanisme kerja yang
berlainan demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat
golongan teofilin per oral maka sebaiknya diberikan obat golongan
simpatomimetiksecara aerosol/ parenteral. Obat bronkodilator golongan
simpatomimetik bentuk selektif terhadap adrenoreseptor B2 (orsiprenalin,
salbutamol, terbutalin, isoetarin, fenoterol) mempunyai sifat lebih efektif &
masa kerja lebih lama serta efek samping yang lebih kecil dibandingkan
dengan bentuk non selektif (adrenalin, efedrin dan isoprenalin)
¥ Obat-obat bronkodilator secara aerosol bekerja lebih cepat & efek samping
sistemik lebih kecil. Baik untuk digunakan pada anak/ dewasa dengan
sesak nafas yang berat. Mula-mula diberikan 2 sedotan dari suatu metered
aerosol devise(Alupent ®) metered aerosol).Jika penilaian 10-15 menit
tidak menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 2 jam.Jika pada penilain 10
- 15 menit berikutnyatidak menunjukkan perbaikan, berikan aminofilin IV
¥ Obat-obat bronkodilator simpatomimetik secara perenteral :

128
Pada dewasa : dicoba dengan 0,3 ml larutan epineferin 1:1000 secara SC
Pada anak : diberikan dengan dosis 0,01 mg/KgBB secara SC (1mgr/ ml)
dapat diulangi tiap 30 menit, 2-3 kali tergantung kebutuhan.
¥ Pemberian Aminofilin IV ; dewasa/ anak : dosis awal 5,6 mg/KgBB yang
disuntikkan secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit.
selanjutnya dosis penunjang : 0,9 mg/KgBB/Jam yang diberikan infus

2. Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukkan perbaikan,
dilanjutkan dengan kortikosteroid:
200 mg hidrokortison atau dosis 3-4 mg/kgBB, IV dapat diulang tiap 2-4 jam
parenteral sampai serangan akut terkontrol, diikuti 30-60 mg prednison atau
dosis 1-2 mg/KgBB/Hari Oral, dosis terbagi lalu diturunkan perlahan-lahan

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN DENGAN
PROSEDUR
TETAP
STATUS ASMATIKUS
Halaman :
Prosedur 3. Oksigen
Pemberian oksigen dapat melalui kanula hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4
menit dan dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban.

129
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN TRAUMA KEPALA
TETAP
Halaman :
Pengertian Trauma kepala adalah keadaan pasien dimana diakibatkan oleh benturan
benda tumpul atau tajam sehingga menyebabkan gangguan neurologis
pada pasien.

Tujuan Sebagai acuan petugas medis dan paramedis IGD dalam menangani kasus
trauma kepala

kebijakan Semua petugas medis dan paramedis di IGD dan perawat yang memahami tata l
penanganan penyakit trauma kepala sesuai dengan prosedur.

Prosedur 1. Pasien datang ke IGD dengan trauma kepala, segera ditidurkan ke meja
tindakan resusutasi. Lakukan tindakan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
2. Lakukan auto anamnesa/ alloanamnesa dengan teliti terutama cara, tempat,
waktu, keadaan pasca kejadian (pingsan, muntah, kejang,pusing-pusing)
3. Rawat luka sebagaimana mestinya. Jika di kepala, cukur rambut sekitarnya
sebelum dilakukan tindakan. Jika dasar cranium patah /impresi ada jaringan
otak lakukan jahit situasi.
4. Buat diagnosis : tentukan tingkat kesadaran (Glasgow Coma Scale) serta
jenis cedera jenis kepala (ringan, sedang, berat) atau Comotio cerebri,
Contusio cerebri, Contusio batang otak atau mungkin terjadi komplikasi
EDH, SDH

130
5. Tentukan diagnosa trauma tubuh lain dan ada tidaknya penyakit lain
sebelum trauma
6. Lakukan pemeriksaan CT Scan kepala jika :
* GCS 4-8
* GCS > 8 dengan riwayat lucide interval / anisokor / bradikardi atau gelisah
sekali karena kesakitan kepala, muntah terus atau kejang
7. Pasien dikirim ke kamar bedah / ruangan / ICU dalam keadaan stabil
8. Sertakan rekaman medik penderita yan telah diisi lengkap

Unit Terkait Instalasi Gawat Darurat


intalasi keperawatan

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN TRAUMA THORAX
TETAP
Halaman :
Trauma thorax adalah suatu bentuk kegawatdaruratan di bidang bedah karena ad
trauma , baik trauma tumpul maupun tajam yang mengenai thorax dan dapat
mengancam nyawa pasien.
Pengertian

sebagai acuan dalam penanganan trauma Thorax

Kebijakan
RS menetapkan standar pelayanan medis dalam bidang keilmuan

prosedur Pada trauma thorax secara cepat harus dilakukan penilaian mengenai airway,
Breathing dan circulation
A. Prosedur Diagnosis
a. Anamnesa
* adanya riwayat trauma
* mengeluh sakit dada
* mengeluh sesak nafas
b. Pemeriksaan klinis
* penderita nampak sesak nafas
* takikardi
* tekanan darah menurun

131
* sianosis
* pada hemi thorax yang tekena, suara paru hipersonor dan vesikuler
menghilang
c. Pemeriksaan penunjang
* terapi tension pneumothorax tidak boleh terhambat oleh karena
pemeriksaan radiologis
* pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah X-foto thorax
d. penanganan
* segera dilakukan pemasangan jarum ukuran besar pada sela iga ke-2
linea midcalvicularis.

B. Open pneumothorax
1. Prosedur Diagnosis :
a. Anamnesa
adanya riwayat trauma dada
b. pemeriksaan klinis
* adanya defek atau luka terbuka di daerah dada
* penderita kesakitan
* sesak nafas sampai sianosis
2. penanganan
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN TRAUMA THORAX
TETAP
Halaman :
Prosedur a. Penanganan awal meliputi menutup luka dengan kasa steril yang
diplester pada tiga sisi saja
b. segera pasang selang WSD
c. setelah terpasang WSD, luka pada dada ditutup.

C. Flail Chest
1. Prosedur Diagnosis :
a. Anamnesa
* adanya riwayat trauma di daerah dada
* sakit dada
* sesak nafas
b. pemeriksaan Fisik
* adanya jejas di thorax
* adanya fraktur tulang iga multiple pada dua atau lebih tulang iga
dengan dua atau lebih garis fraktur.
* terlihat adanya segmen 'Flail chest'
* penderita dispnoe

132
2. Penanganan
a. stabilisasi segment flail dan pemberian analgetik
b. pemasangan ventilator

D. Hemothorax
1. Prosedur Diagnosis :
a. anamnesa
* adanya riwayat trauma
* sakit dada
* penderita sesak nafas
b. Pemeriksaan klinis :
* adanya jejas atau luka di daerah dada
* bila terjadi masif hemothorax, penderita nampak anemi
* sesak nafas
* pada sisi dada yang mengalami trauma suara nafas menghilang dan
perkusi pekak
* bila terjadi masif hemothorax akan ditemukan tanda-tanda shock
hipovolemik.
2. Penanganan
Penanganan awal berupa dekompresi rongga pleura dengan WSD
bersama-sama dengan pemasangan infus.
Unit Terkait IGD, Semua Instalasi atau ruangan pelayanan keperawatan
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN TRAUMA ABDOMEN
TETAP
Halaman :
Pengertian Trauma di daerah abdomen meliputi trauma di daerah abdomen yang dapat
diakibatkan oleh trauma tumpul dan tajam. Manifestasi klinis yang ditimbulkan
tergantung dari kerusakan organ, bisa berupa intra abdominal, bleeding,
peritonitis umum/ hematom
Tujuan
sebagai acuan dalam penanganan trauma abdomen
Kebijakan RS menetapkan standar pelayanan medis dalam bidang keilmuan

Prosedur Pada pasien trauma harus dipastikan dahulu bahwa airway, breathing
dan circulation terjamin
1. Anamnesa
a. Adanya riwayat trauma
b. Nyeri perut yang hebat, bisa terlokalisir atau menyeluruh
c. Perut kembung, bisa disertai mual dan muntah
d. Perut kembung, bisa disertai mual dan muntah

133
e. Bila disertai febris, bisa mengarah ke proses peritonitis atau kejadian
sudah relatif lama
f. Penderita tidak bisa flatus dan BAB, kencing baisanya sedikit.
g. Bila kencing berwarna merah, organ tractus urinarius mengalami trauma.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan vital sign sangat penting, pastikan airway, breathing dan circulati
baik dan circulation baik.
a. Inspeksi
* adanya jejas di abdomen
* adanya perut distensi
* anemia menunjukkan terjadi proses perdarahan
b. Palpasi
c. Perkusi
* nyeri ketok di abdomen
* pekak alih positif
* pekak sisi meninggi
* pekak hepar menghilang, menunjukkan adanya pneumo peritonium
d. Auskultasi
suara usus melemah sampai menghilang
e. Colok dubur
Nyeri seluruh lapangan pada pemeriksaan colok dubur dapat menunjuk
kan proses peritonitis
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium darah rutin (Hb, leukosit, trombosit) dan
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENANGANAN TRAUMA ABDOMEN
TETAP
Halaman :
pemeriksaan colok dubur dapat menunjukkan proses peritonitis
b. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan ini dilakukan bila keadaan airway, breathing, circulation
(hemodinamik)
sudah stabil : pemeriksaan yang sudah dilakukan adalah
# X ray / foto abdomen
# USG abdomen
4. Penatalaksanaan
a) preoperatif
^ Pasang infus untuk resusitasi cairan
^ Pasang NGT
^ Pasang kateter urine
b) Tindakan operatif

134
Tindakan operatif atau non operatif dilakukan tergantung pada diagnosa
yang ditemukan
Unit Terkait 1. Instalasi Gawat darurat
2. semua Instalasi/ ruangan yang menyelenggarakan pelayanan keperawatan.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN
PROSEDUR
TETAP
ILEUS OBSTRUKSI
Halaman :
Pengertian Ileus obstruksi merupakan suatu keadaan dimana isi usus tidak dapat
melewati (pasage) usus secara normal.

Tujuan
sebagai acuan dalam penanganan ileus obstruksi
Kebijakan
RS menetapakan standar pelayanan medis dalam bidang keilmuan

Prosedur 1. Anamnesa
a. Keluhan pasien bermacam-macam tergantung letak dari obstruksi
b. Secara umum didapatkan keluhan mual, muntah, distensi perut, nyeri dan
tidak dapat flatus dan mungkin didapatkan demam

135
Prosedur

c. Riwayat kebiasaan BAB sebelumnya dapat membantu diagnosis

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
Abdominal distensi, gambaran dan gerakan usus nampak, tanda-tanda
dehidrasi mungkin ditemukan massa di inguinal atau diabdomen, anemia
mungkin ditemukan.
b. Palpasi :
Turgor kulit mungkin menurun, nyeri tekan dan mungkin ditemukan
massa di inguinal atau diabdomen. Adanya defane muskular berarti
sudah terjadi strangulasi / perforasi organ usus.
c. Perkusi :
hipertimpani. Adanya nyeri ketok mungkin disebabkan adanya perforasi.
d. Auskultasi :
Biasanya suara usus meningkat dan didapatkan metalic sound, suara
usus yang negatif berarti sudah terjadi paralitik.
e. Colok dubur :
Dari pemeriksaan ini mungkin didapatkan adanya massa di daerah anus
atau rectum sebagai penyebab obstruksi.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium darh rutin, bila perlu pemeriksaan elektrolit ureum creatinin
tergantung kondisi pasien.
b. Pemeriksaan X-foto
* X-Foto BNO 3 posisi akan didapatkan gambaran dilatasi usus atau
colon multiple air fluid level
* X-foto colon inloop, dikerjakan tergantung kebutuhan pasien.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN
PROSEDUR
TETAP
ILEUS OBSTRUKSI
Halaman :
4. Penatalaksanaan
1) Preoperatif
a. pasang infus ringer lactat untuk mengoreksi dehidrasi
b. pasang NGT
c. pasang kateter urine, untuk mengukur produksi urine.
d. pemberian antibiotika preoperatif
2) Pada ileus obstruksi yang disebabkan karena adhesi maka cukup
dilakukan pemasangan NGT, koreksi dehidrasi dengan pemasangan infus,
pemasangan kateter. Tindakan konservatif ini dilakukan selama 2x24 jam,

136
bila tindakan ini gagal maja dilakukan tindakan operatif.
3) Tindakan operatif
a. Tindakan sangat tergantung oleh penyebab dari obstruksi
b. Bila obstruksi kemungkinan besar disebabkan oleh masa/proses intra
abdomen maka dilakukan tindakan laparatomi explorasi
c. Bila obstruksi kemungkinan disebabkan oleh hernia externa maka
cukup dilakukan koreksi hernia.

Unit Terkait Instalasi Gawat darurat


semua instalasi/ ruangan yang menyelenggarakan pelayanan keperawatan.

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN
PROSEDUR
TETAP
KRISIS HIPERTENSI
Halaman :
Pengertian Krisis hipertensi adalah hipertensi yang (sering) sangat meningkat & dengan
tekanan darah diastolik >120 mmHg. Hipertensi ini memerlukan penurunan
tekanan darah segera meskipun tidak perlu menjadi normal, untuk mencegah
atau membatasi terjadinya kerusakan organ sasaran.

Tujuan Sebagai acuan petugas medis dan paramedis di IGD dalam menangani kasus
krisis hipertensi

137
Tujuan

kebijakan Semua petugas medis & paramedis di IGD dan perawatan dapat memahami
tata laksana penanganan penyakit krisis hipertensi sesuai dengan prosedur
yang berlaku

Prosedur 1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit sebelumnya hipertensi , jantung, ginjal
b. Keluhan sakit kepala yang hebat
c. Perdarahan dari hidung/epistaxis
d. Gangguan neurologis, perubahan mental
e. Kegagalan jantung kiri
2. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran dapat menurun, tensi diastolik > 120 mmHg
b. Takikardi, pelebaran vena leher
c. Pupil edema, perdarahan fundus
d. Gangguan neurologis dan perubahan mental
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan EKG
b. Pemeriksaan radiologi " Thorax"
c. Laboratorium, darah rutin, fungsi ginjal elektrolit
d. Funduskopi
4. Identifikasi pasien dan pengantarnya
a. Hipertensi essensial
b. Hipertensi sekunder
5. Penatalaksanaan
Tirah baring, diet rendah garam.
Menurunkan tekanan secepat dan seaman mungkin, dengan :
a. Nifedipin sublingual 15 mg, tunggu 15 menit bisa diulang 2 kali
b. Furosemid IV 20 mg dosis awal s/d 100 mg IV, cukup satu kali pemberian
c. Obat anti hipertensi yang lain sesuai indikasi :
# Kelainan jantung aman, dipakai golongan Ace Inhibitor (Captopril)
# Kelainan ginjal aman, dipakai golongan Ca-Antagonis (Adalat)
TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN
PROSEDUR
TETAP
KRISIS HIPERTENSI
Halaman :
6. Konsultasi
a. Spesialis penyakit dalam
b. Spesialis mata
c. Spesialis kebidanan
7. Perawatan RS :

138
Rawat inap semua kasus krisis hipertensi
8. Penyulit
a. CVD / stroke
b. Payah jantung
c. Infark miokard
d. Payah ginjal
e. gangguan penglihatan
9. Tenaga standar :
a. Perawat terlatih
b. Dokter umum terlatih

Unit terkait Instalasi Gawat darurat


Instalasi keperawatan

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENANGANAN PASIEN
PROSEDUR
TETAP
OEDEMA PARU
Halaman :
Pengertian Oedema paru adalah keadaan dimana paru-paru terendam oleh sejumlah
besar cairan sehingga menyebabkan fungsi kiri abnormal atau peningkatan
membran kapiler

139
Pengertian

Tujuan Sebagai acuan petugas medis dan paramedis IGD dalam menangani kasus
oedema paru.

Kebijakan Semua petugas medis & paramedis di IGD dan perawatan dapat memahami
tata laksanaan penanganan kasus oedema paru sesuai dengan prosedur yang
berlaku

Prosedur 1. Segera baringkan penderita ke tempat tidur dengan posisi setengah duduk
2. Isap lendir dan beri O2 5-10 liter/menit
3. Berikan diuretika (furosemid/ Lasix 2 ampul IV)
ukur tekanan darah, hati-hati terhadap kemungkinan hipotensi
4. Berikan aminophyllin bolus 1 ampul IV pelan, dilanjutkan dengan aminofilin
drip per infus
5. Berikan kortikosteroid / oradexon 10-20 mg IV
6. Pemakaian morfin 2-5 mg/KgBB titrasi dengan hati-hati tiap 5-10 menit
sampai tercapai efek yang diinginkan dan waspadai kemungkinan depresi
pernapasan hipotensi.
7. Jika perlu morfin dapat diulang 4-6 jam
8. Pemberian digitalis dapat dipertimbangkan jika penderita selama 2 minggu
terakhir jika penderita selama 2 minggu terakhir tidak mendapat digitalis
9. Pemeriksaan DGA dan lakukan koreksi seperlunya
10. Selanjutnya rawat inap

Unit terkait Instalasi Gawat Darurat


Instalasi perawatan

TANGGAL TERBIT

RSU
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PROSEDUR
PENATALAKSANAAN STROKE
TETAP
Halaman :
Pengertian Stroke adalah disfungsi cerebral (defisit neurologik) yang terjadi mendadak fokal

140
Pengertian
global (penurunan kesadaran), disebabkan semata-mata gangguan pembuluh dara
yang berlangsung lebih dari 24 jam atau meninggal, gangguan pembuluh darah ot
diketahui dari ditemukannya faktor resiko stroke

Tujuan
sebagai acuan dalam melaksanakan penatalaksanaan stroke
Kebijakan
adanya prosedur kasus yang mengancam jiwa
Prosedur 1. Anamnesa /alloanamnesa adanya defisit neurologik dan ditemukan faktor
stroke
2, Periksa kesadaran dan fungsi vital
3. Jika perlu atasi dulu jalan napas, pernapasan dan sirkulasi
4. Posisi terlentang kepala 30 derajat
5. Beri oksigen
6. Pasang infus RL 12 tetes/menit
7. Jika perlu pasang dower kateter
8. Konsul dokter spesialis penyakit saraf
9. Jika penyebabnya infark : berikan pentoxyphillin (trental) 300 mgr (15 cc)
dalam 500 cc RL kecepatan 12 tetes/menit, berikan juga piracetam
(nootropil) 12 gr IV drip harus habis dalam 20 menit
11. Ranitidine 2x1 ampul IV
12. Atau sesuai instruksi dokter
13. Pemeriksaan penunjang Hb, lekosit, Gula Darah

Unit Terkait IGD, Dokter spesialis saraf, laboratorium

141

Anda mungkin juga menyukai