Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang
penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan
padanya. Rumah sakit yang baik adalah rumah sakit yang memiliki
kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan yang ada
dengan program-program pelayanan kesehatan (Wulan, 2011).
Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 menyatakan bahwa
keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan. Didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Hidayat, 2008).
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang
mempunyai suatu paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat
komponen yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan dan perawat itu sendiri.
Perawat adalah suatu profesi yang mulia,untuk itu seorang perawat
memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan
intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring
atau kasih sayang (Hastuti, 2011)
Sikap caring merupakan cara bagaimana menghargai orang lain
(Rustikayanti, 2018). Hunter (2006) dalam Januar menyebutkan bahwa caring
adalah perilaku manusia yang ditunjukan dari rasa kepedulian secara fisik,
emosi, social, sprirituan dan moral (Januar, 2017). Seorang perawat
professional diharapkan selalu menerapkan sikap caring dalam melakukan
asuhan keperawatan (Firmansyah, 2019). Caring menjadi fokus dalam praktek
keperawatan dikarenakan caring merupakan pendekatan yang dinamis yang
menuntun perawat dapat bekerja dengan mengutamakan kepedulian terhadap
sesama. Sehingga perawat tetap menjaga keharmonisan skill, knowledge,
simpati, tanggung jawab dalam melakukan asuhan keperawatan (Chrisanto &
Nopianti, 2020).
Sikap caring juga dapat digunakan sebagai cara mengevaluasi pelayanan
Kesehatan yang telah diberikan. Akibat adanya pergeseran pola pelayanan pada
era service excellence yang berdasarkan pada pelayanan dengan karakter yang
meliputi nilai-nilai caring yang menjadi prinsip pelayanan kesehatan
(Priambodo, 2014), (Pardede & Simamora, 2020). Perawat mempunyai
peranan yang penting dalam mengatasi kecemasan yang dialami oleh pasien,
hal ini dikarenakan perawat merupakn orang yang terdekat dan selalu ada
apabila dibutuhkan oleh pasien. (Agsutina & Oxyandi Miming, 2018). Asuhan
keperawatan yang diberikan dengan mengutamakan rasa empati mampu
mengurangi kecemasan yang dialami oleh pasien (Faridah, 2015).
Pentingnya sikap caring dalam asuhan keperawatan mampu
meningkatkan perasaan puas pada pasien selama mendapatkan perawatan di
Rumah sakit,. Sikap caring juga menjadi salah satu indikator dari kualitas
layanan Kesehatan yang diberikan oleh perawat. (Mailani & Fitri, 2017).
Apabila perawat tidak mampu menunjukan sikap caring pada pasien dapat
mempengaruhi hubungan sosial dengan pasien yang sedang dirawat.
Penelitian yang dilakukan Nurahayu mendapatkan bahwa terdapat 66,7%
pasien mersa perilaku caring yang diberikan oleh perawat masih kurang
(Nurahayu & Sulastri, 2019).
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa dilapangan ada
kecenderungan perawat tidak caring dalam memberikan asuhan keperawatan.
Hasil penelitian Sobirin (2002), didapatkan bahwa penerapan perilaku caring
lebih dari separuh perawat pelaksana (52,5%) di RSUD unit swadana
Kabupaten Subang termasuk kategori rendah. Hasil penelitian Agustin (2002)
di RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang menyebutkan bahwa perawat belum
sepenuhnya berperilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan dan
tingkat kepuasan klien masih sangat rendah. Hampir separuh perawat dinilai
tidak caring (48,5%). Perawat yang caring berhubungan dengan outcome dari
pasien. Caring dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien serta
dapat memfasilitasi atau memudahkan dalam promosi kesehatan (Khademian
& Vizeshfar, 2008). Perawat yang caring juga berdampak pada peningkatan
rasa percaya diri serta menurunkan kecemasan pada pasien, berkurangnya
kecemasan dan stress akan meningkatkan pertahanan tubuh dan membantu
meningkatkan penyembuhan (Novieastari, 2009).
Kecemasan merupakan respon yang diberikan oleh individu terhadap
suatu ancaman. Keadaan seseorang yang masuk dalam kondisi menunggu
jadwal operasi menunjukan suatu kejadian yang penuh dengan ketidakpastian,
sehingga mampu menimbulkan rasa takut dan cemas (Aliftitah & Suprayitno,
2015). Kecemasan dapat menjadi suatu masalah yang sering muncul dalam
layanan Kesehatan, dapat diperkirakan terdapat 5 % dari jumlah penduduk
yang mengalami kecemasan mulai dari yang terendah sampai pada tahap panik
(hawari, 2011) yang di kutip oleh (Siska Agustina, 2013), (Lariwu et al., 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Garvin (2003), didapatkan data
79,8% menyatakan bahwa penanganan kecemasan sangat penting. Dan 17,6%
menyatakan penanganan kecemasan penting. Didapatkan data berikutnya 33%
berfikir bahwa kecemasan dapat mengancam kehidupan.Dan hampir setengah
dari responden 49,5% menyatakan sangat berbahaya bila kecemasan tidak
ditangani dengan baik, hal ini membuktikan bahwa pentingnya penanganan
kecemasan pada pasien.
Berdasarkan dengan latar belakang diatas maka penulis ingin
mengangkat judul:
“HUBUNGAN SIKAP PERAWAT DENGAN KECEMASAN PASIEN
DALAM MEMBERIKAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI
RUANGAN TERATAI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA
BENGKULU “

Anda mungkin juga menyukai