Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT

MALARIA PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS MANGANITU


KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

THE RELATIONSHIP BETWEEN ENVIRONMENTAL FACTORS WITH INCIDENCE OF


MALARIA IN THE OUTPATIENT OF PUSKESMAS MANGANITU
SANGIHE ARCHIPELAGO

Dainga Jane¹, Joy Rattu², Dina Rombot³

Bidang Minat Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam


Ratulangi
E-mail : janedienes@ymail.com
Abstrak

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama
dimana sangat mempengaruhi tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu hamil serta mengakibatkan dampak
yang luas. Provinsi Sulawesi utara khususnya Kabupaten kepulauan sangihe merupakan salah satu daerah
endemis malaria dimana hampir setiap tahun kasus malaria meningkat hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
dan salah satunya yaitu faktor lingkungan. Karakteristik lingkungan di kecamatan manganitu sangat berpotensi
sebagai breeding place dan resting place bagi vektor malaria dan sangat rentan terhadap penyebaran malaria.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisa hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian penyakit
malaria pada pasien rawat jalan di puskesmas Manganitu kabupaten kepulauan sangihe. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional dengan metode observasional analitik. Populasi pada penelitian ini yaitu
seluruh pasien rawat jalan di puskesmas manganitu pada bulan Januari-Februari 2013 yang berjumlah 840 dan
diambil 100 sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
prevalensi malaria di Kecamatan Manganitu yaitu 12,4% dan berdasarkan hasil uji statistik dengan
menggunakan fisher exact test dengan α = (0,05) dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan (kebiasaan keluar
rumah malam hari, kebiasaan penggunaan bahan anti nyamuk, keberadaan lingkungan perindukkan nyamuk,
keberadaan kandang ternak, dan kebiasaan penggunaan kelambu berinsektisida) merupakan faktor resiko
terjadinya penyakit malaria pada pasien rawat jalan di Puskesmas Manganitu Kabupaten kepulauan Sangihe,
sehingga disarankan agar melakukan upaya pencegahan dengan menghindari kontak dengan nyamuk serta
memperhatikan keadaan lingkungan sekitar yang berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan dan tempat
peristirahatan nyamuk sebagai vektor penyakit malaria.
Kata Kunci : Faktor lingkungan, Kejadian Penyakit Malaria

Abstract

Malaria is a contagious disease that remains a major public health problem which greatly affects the high infant
mortality rate, under five and pregnant women as well as resulting in a broad impact. North Sulawesi province in
particular districts Sangihe archipelago is one of the most malaria-endemic areas where malaria cases increased
every year it is influenced by several factors and one of them is environmental factors. Characteristics of the
environment in the district Manganitu potential as a breeding place and resting place for malaria vectors and so
susceptible to the spread of malaria. The purpose of this study is to analyze the relationship between
environmental factors with the incidence of malaria in the outpatient of Puskesmas Manganitu Sangihe
archipelago. This study uses cross-sectional design with analytic observational method. Population in this study
are all patients at the outpatient of Puskesmas Manganitu in January-February 2013, which amounted to 840 and
100 samples were taken using simple random sampling technique. The results showed that 12,4% the prevalence
of malaria in the district Manganitu and based on the results of statistical tests using the Fisher exact test with an
error rate 5% (α=0.05) it can be concluded that environmental factors (night going habit, the use insect repellent
habits, the breeding place of mosquito, existence of cattle, and the use of insecticide-treated nets habits) is a risk
factor for malaria in outpatient health center Manganitu District of Sangihe Island so it can be suggested that
prevention efforts to avoid contact with mosquitoes and considering the state of the environment as a potential
breeding sites and resting places of mosquitoes as malaria vector.
Keywords : Environmental Factors, Incidence of malaria
PENDAHULUAN berpengaruh besar terhadapa ada tidaknya malaria di
suatu daerah. Adanya danau air payau, genangan air di
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang
hutan, pesawahan, tambak ikan, pembukaan hutan, dan
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan
utama dimana sangat mempengaruhi tingginya angka
kemungkinan timbulnya malaria karena tempat-tempat
kematian bayi, balita dan ibu hamil serta
tersebut merupakan tempat perindukkan nyamuk
mengakibatkan dampak yang luas dan memungkinkan
sebagai vektor penyakit malaria (Prabowo, 2004).
sebagai penyakit emerging dan reemerging karena
adanya kasus import dan vektor potensial pada Karakterisktik lingkungan di wilayah Kecamatan
penularan dan penyebarannya. Malaria tersebar luas Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan
hampir di seluruh belahan dunia terutama di Negara- daerah yang sangat berpotensi sebagai breeding place
negara yang beriklim tropis dan subtropis. Setiap tahun dan resting place bagi vektor malaria dan sangat rentan
lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria terhadap penyebaran malaria karena wilayah
dan lebih dari 100.000 orang meninggal dunia kecamatan Manganitu merupakan daerah pegunungan,
(WHO,2008). hutan dan beberapa aliran sungai dan air payau bahkan
masih terdapat bekas tambak atau kolam ikan yang
Indonesia sebagai salah satu Negara beriklim tropis
sudak tidak terawat di sekitar pemukiman penduduk.
termasuk Negara yang rawan terhadap penularan
Sementara itu, dari segi lingkungan sosial penduduk
penyakit malaria. Pada tahun 2007, terdapat 396
yaitu kebiasaan penggunaan kelambu berinsektisida
Kabupaten endemis dari 495 Kabupaten yang ada,
yang telah menjadi salah satu program pemerintah
dengan perkiraan sekitar 45% penduduk berdomisili di
daerah dimana setiap rumah tangga telah dibagikan
daerah yang beresiko tertular malaria. Menurut hasil
kelambu berinsektisida tetapi sebagian besar penduduk
Riskesdas tahun 2010, prevalensi (Period Prevalence)
di kecamatan Manganitu tidak menggunakan kelambu
malaria di Indonesia yaitu 10,7% (Depkes, 2011).
tersebut sebagaimana mestinya. Penelitian ini

Di Provinsi Sulawesi utara, tahun 2010 prevalensi dilaksanakan di wilayah kecamatan Manganitu dengan

malaria juga masih cukup tinggi yaitu 1,9% pertimbangan masih tingginya kasus kejadian malaria

dibandingkan dengan prevalensi nasional tahun 2010 dan terus menunjukan peningkatan setiap tahun dan

0,6%. Sementara itu prevalensi malaria di Kabupaten hingga saat ini belum diketahui dengan jelas hubungan
Kepulauan Sangihe khususnya wilayah Kecamatan antara faktor lingkungan dengan kejadian penyakit

Manganitu juga menunjukkan angka yang cukup tinggi malaria di wilayah kecamatan Manganitu Kabupaten

dimana pada tahun 2008 prevalensi malaria 5,4% Kepulauan Sangihe.


sedangkan tahun 2012 terjadi peningkatan hingga
Tujuan Penelitian
mencapai 12,4%.
Secara umum penelitia ini dilakukan dengan tujuan
Kejadian malaria di suatu daerah dipengaruhi oleh untuk Menganalisis hubungan faktor lingkungan
beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan, dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas
perilaku, vektor, genetik, bahkan pelayanan kesehatan. Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Namun dari beberapa faktor tersebut lingkungan
Metode penelitian exact dan menggunakan program statistik SPSS versi

Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian 2.0. dilakukan analisis univariat dan bivariat.

observasional analitik dengan menggunakan


Hasil dan Pembahasan
pendekatan potong lintang atau cross sectional.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2013- Karakteristik individu. Karakteristik individu
bulan April 2013 di Puskesmas Manganitu Kabupaten meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan tingkat
Kepulauan Sangihe. Populasi pada penelitian ini pendidikan. Dalam penelitian ini jumlah sampel
adalah seluruh pasien rawat jalan yang berobat di sebanyak 100 pasien rawat jalan di puskesmas
Puskesmas Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe Manganitu. Berdasarkan data hasil distribusi beberapa
pada bulan Januari-Februari 2013 yang berjumlah 840 karakteristik responden maka diperoleh data sebagian
orang namun Diambil 100 sampel. Penentuan sampel besar responden pada penelitian ini berusia 31-40
pada penelitian ini menggunakan metode probability tahun yang berjumlah 34 responden atau dengan
sampling dengan teknik simple random sampling persentase 34%. Usia 31-40 tahun merupakan usia
sementara besar sampel ditentukan dengan produktif yang seringkali beraktifitas di luar rumah
menggunakan rumus Slovin : sehingga kemungkinan kontak dengan nyamuk lebih
tinggi. Namun bila dilihat dari karakteristik jenis
𝑁
n= kelamin maka reponden dalam penelitian ini
1+𝑁 𝑑 2

didominasi oleh responden dengan jenis kelamin


Keterangan : n = Jumlah Sampel
perempuan dengan persentase 52% atau berjumlah 52
N = Jumlah populasi orang. Distribusi menurut tingkat pendidikan
d = Presisi (10%) . responden menunjukkan sebagian besar tingkat
pendidikan responden SMA/sederajat yaitu sebanyak
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dimana
42 responden (42%), 26% responden dengan tingkat
pengumpulan data menggunakan kuesioner penelitian.
pendidikan SMP, 16% responden tingkat pendidikan
Pertanyaan faktor lingkungan meliputi kebiasaan
SD, 12% responden dengan tingkat pendidikan
keluar rumah malam hari, kebiasaan penggunaan
perguruan tinggi serta 4% responden dengan tingkat
kelambu berinsektisida pada saat tidur, kebiasaan
pendidikan tidak tamat SD. Karakteristik responden
penggunaan bahan anti nyamuk, keberadaan
menurut pekerjaan, sebagian besar responden bekerja
lingkungan perindukkan nyamuk di sekitar rumah
sebagai petani dengan persentase 33,0% demikian pula
seperti genangan air, air payau, semak-semak/hutan,
33% responden perempuan berprofesi sebagai Ibu
bekas rawah/kolam/tambak ikan yang tidak terawatt,
Rumah Tangga sementara itu, ada 22% responden
serta keberadaan kandang ternak.
berprofesi sebagai PNS, 9% sebagai Pedagang dan 4%
Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan uji lainnya dimana ada 4 responden yang masih berstatus
validitas dan reliabilitas kuesioner. Setelah data mahasiswa. Profesi petani memiliki risiko yang besar
kuantitatif dikumpul dilakukan pengolahan data untuk menderita malaria karena sangat besar
dengan melakukan editing, koding, pemrosesan data kemungkinan kontak dengan nyamuk anopheles.
dan cleaning data. Data dianalisis dengan uji fisher Sesuai dengan hasil penelitian dari Ernawati, dkk
(2010), dimana kelompok responden yang bekerja semak, air payau, maupun bekas kolam/rawa/tambak
sebagai petani memiliki kemungkinan 1,57 kali lebih ikan yang tidak terawat.
besar menderita malaria. Demikian pula dengan
Tabel 1. Hasil analisis univariat
distribusi pernah tidaknya responden menderita
malaria. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian (+) (-)

besar responden pernah menderita malaria dengan Variabel malaria malaria p

persentase 87% sedangkan 13% responden tidak Kebiasaan keluar


pernah menderita malaria. Tingginya kejadian penyakit rumah malam hari
malaria disebabkan oleh banyak faktor salah satunya Ya 92,5% 7,5% 0,004
yaitu lingkungan khususnya di wilayah kecamatan Tidak 65,0% 35,0%
manganitu faktor yang paling berperan dalam Kebiasaan penggunaan
mempengaruhi tingginya kejadian penyakit malaria bahan anti nyamuk
yaitu faktor lingkungan seperti adanya semak-semak Ya
disekitar tempat tinggal penduduk, payau, adanya Tidak 60,0% 40,0% 0,000
tambak/kolam ikan yang sudah tidak terawat. 93,8% 6,2%
Kebiasaan penggunaan
Faktor Lingkungan
ITN
Berdasarakan data pada tabel 1, sebagian besar Ya 42,9% 57,1% 0,003

responden memiliki kebiasaan keluar rumah malam Tidak 90,3% 9,7%

hari yaitu dengan persentase 80%. Dari data yang ada Keberadaan kandang
menunjukkan 80% responden tidak menggunakan ternak
kelambu berinsektisida pada saat tidur malam hari dan Ya 93,3% 6,7% 0,000
20% responden memiliki kebiasaan menggunakan Tidak 30,0% 70,0%
kelambu berinsktisida. Sementara itu data tentang Keberadaan
kebiasaan responden menggunakan bahan anti nyamuk Lingk.perindukkan
menunjukkan 80% responden tidak menggunakan nyamuk
bahan anti nyamuk pada saat beraktifitas dimalam hari Ya 90,3% 9,7% 0,003
namun ada 20% responden yang memiliki kebiasaan Tidak 42,9% 57,1%
menggunakan bahan anti nyamuk pada saat tidur di
Ket. p = probabilitas
malam hari. dan untuk variabel keberadaan kandang
ternak di sekitar rumah 55% di sekitar tempat tinggal Setelah di uji statistik dengan menggunakan uji fisher
responden terdapat kandang ternak dengan jarak yang exact hubungan kebiasaan keluar rumah malam hari
dekat sementara 45% responden lainnya tidak ada dengan kejadian penyakit malaria diperoleh hasil nilai p
kandang ternak di sekitar tempat tinggal data ini dapat (0,004) dengan OR sebesar 6,64. maka dapat
dilihat pada tabel 1. Sementara itu, 59% dari responden disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan
di sekitar tempat tinggalnya terdapat lingkungan keluar rumah malam hari dengan kejadian penyakit
perindukkan nyamuk seperti genangan air, semak malaria dimana responden yang memiliki kebiasaan
keluar rumah malam hari memiliki risiko 6,64 kali lebih Seperti Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
besar menderita malaria dibandingkan dengan oleh Babba, dkk (2005) di Papua hasilnya menunjukkan
responden yang tidak memiliki kebiasaan keluar rumah bahwa keberadaan ternak di sekitar rumah merupakan
malam hari. faktor resiko terjadinya malaria dengan nilai OR : 2,44
yang berarti adanya kandang ternak di sekitar rumah
Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dapat
memiliki resiko 2,44 kali menderita malaria. Demikian
meningkatkan risiko terinfeksi penyakit malaria karena
halnya dari hasil uji statistik hubungan antara
sifat dari vektor malaria yaitu eksofilik yaiu nyamuk
keberadaan lingkungan perindukkan nyamuk dengan
yang lebih memilih habitat di luar rumah dan eksofagik
kejadian penyakit malaria dapat disimpulkan terdapat
yaitu nyamuk yang suka menggigit manusia di luar
hubungan antara keberadaan lingkungan perindukkan
rumah. Hal ini didukung dengan penelitian yang pernah
nyamuk dengan kejadian penyakit malaria karena
dilakukan oleh Ernawati, dkk (2010) pada 414 sampel
responden yang di sekitar tempat tinggalnya terdapat
di provinsi Lampung, dimana hasil penelitian
lingkungan perindukkan nyamuk beresiko 12,4 kali
menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi malaria
menderita malaria. penelitian yang sama pernah
pada kelompok responden yang memiliki aktivitas
dilakukan di Thailand tahun 2003 yang dilakukan oleh
keluar rumah pada malam hari lebih tinggi dari proporsi
Honraddo et al, menunjukkan bahwa rumah yang dekat
kelompok responden yang tidak memiliki kebiasaan
dengan tempat perkembangbiakkan nyamuk
beraktivitas keluar rumah malam hari dengan
menyebabkan meningkatnya risiko penularan malaria
prevalence ratio 1,04. Sementara hasil tabulasi antara
2,37 kali.
kebiasaan penggunaan bahan anti nyamuk dengan
kejadian penyakit malaria menunjukkan responden yang Kesimpulan
memiliki kebiasaan tidak menggunakan bahan anti
Responden yang memiliki kebiasaan keluar rumah
nyamuk pada saat beraktifitas dimalam hari memiliki
malam hari memiliki risiko 6,64 kali menderita malaria
peluang sebesar 1,56 kali menderita malaria. Sejalan
dengan nilai p (0,004); responden yang memiliki
dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Masra
kebiasaan menggunakan bahan anti nyamuk berpeluang
(2002) di Kota Bandar lampung dimana hasil penelitian
1,56 kali menderita penyakit malaria dengan nilai p
menunjukkan makin rendah tingkat penggunaan bahan
(0,000) ; responden yang tidak menggunakan kelambu
anti nyamuk, semakin besar risiko untuk terinfeksi
berinsektisida pada malam hari berisiko 2,10 kali
penyakit malaria karena kebiasaan tidak menggunakan
menderita malaria ; responden yang disekitar tempat
bahan anti nyamuk memiliki risiko 1,75 kali menderita
tinggalnya ada kandang ternak memiliki peluang 32,6
malaria. Sementara untuk hubungan antara keberadaan
kali menderita malaria ; responden yang di sekitar
kandang ternak dengan kejadian penyakit malaria
tempat tinggal terdapat lingkungan perindukkan nyamuk
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh (p=0,000)
berisiko 12,4 kali menderita malaria dibandingkan
dengan OR sebesar 32,6 hal ini menunjukkan terdapat
dengan responden yang di sekitar tempat tinggalnya
hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan
tidak ada lingkungan perindukkan nyamuk.
kejadian penyakit malaria dimana responden yang di
sekitar tempat tinggalnya terdapat kandang ternak
memiliki peluang 32,6 kali menderita penyakit malaria.
Daftar Pustaka Kedokteran Masyarakat. Vol. 24. No. 1. Maret
2008: 38-43.
Arsin, A. 2012. Malaria di Indonesia tinjauan aspek
epidemiologi. Makassar : Masagena Press Honrado ER, Fungladda W. 2003. Social and
behavioral risk factor related to malaria in
Babba, I, Hadisaputro, S, Sawandi, S .2006. Faktor-
southeast Asia Countries. Bangkok : department
faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian
of tropical medicine, mahidal university.
Malaria (Studi Kasus diWilayah Kerja
Puskesmas Hamadi Kota Jayapura), Artikel Masra, F. 2002. Hubungan tempat perindukkan
Publikasi , Tesis S2. Universitas Diponegoro nyamuk dengan kejadian malaria di kecamatan
Semarang. Teluk Betung Barat kota Bandar Lampung
[tesis]. Jakarta : Program pasca sarjana ilmu
Chin. 2000 , Control of Comunicable Desease Manual
kesehatan masyarakat UI.
edisi 17. American Public Health Association,
Washington Nalim, S. 2002 Rapid Assesment of Correlation
between remotly sensed data and Malaria
Depkes. 2011. Riset Kesehatan Dasar 2010.
Prevalence in the Monoreh Hill Central Java,

Duarsa, A. 2007. Pengaruh perpaduan berbagai Indonesia, Final Report, Geneva 2002.

derminan di tingkat individu dan determinan di


Prabowo, A. 2004. Malaria ; mencegah dan
tingkat ekologi agregat terhadap kejadian
mengatasinya. Jakarta : Puspa swara
infeksi malaria di kabupaten Lampung selatan
[Disertasi] Jakarta : Program pasca sarjana Ilmu Sembel, D T. 2009. Entomologi Kedokteran.
kesehatan masyarakat UI. Yogyakarta : ANDI.

Erdinal, Susanna D, Wulandari RA, 2006 Faktor- Soedarto, 2012. Protozoologi Kedokteran. Bandung:
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian KPD
Malaria Di Kecamatan Kampar Kiri Tengah,
Sucipto, C D. 2011. Vektor penyakit tropis.
Kabupaten Kampar, 2005/2006, Makara,
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Desember 2006: 64-
70 Sutanto, I, Ismid, IS, Sjarifuddin, PK, Sungkar, S.
2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta:
Ernawati K, Soesilo B, Duarsa A, Rifqatussa A. 2010.
Fakultas Kedookteran UI.
Hubungan faktor risiko individu dan lingkungan
rumah dengan malaria di Punduh Pedada WHO. 2008. WHO Recomended Surveilance Second
Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. edition, Geneva
Makara kesehatan, vol.15 no.2, Desember 2011:
51-57 Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi,
Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya.
Handayani L, Pebrorizal, Soeyoko. 2008. Faktor Jakarta : Erlangga.
Risiko Penularan Malaria Vivak. Berita

Anda mungkin juga menyukai