Anda di halaman 1dari 23

2 |1

BAB 2
BAHAN UNTUK KEPERLUAN PERANGKAT MEKANIKAL

2.1. Pendahuluan

Pemilihan material untuk elemen mesin sangat tergantung pada sifatnya,


biaya, ketersediaan dan beberapa factor lainnya. Oleh karenanya sangat
penting untuk memiliki ide tentang material teknik pada umumnya dan
sifatnya. Material teknik pada umumnya diklasifikasikan menjadi logam dan
non-logam. Logam sendiri dibedakan menjadi ferrous dan non-ferrous. Logam
ferrous yang banyak dikenal adalah : (i) besi cor, (ii) wrought iron, (iii) baja

Gambar 2.1. Tabel periodik logam

Sedangkan logam non-ferrous yang banyak dipergunakan untuk keperluan


teknik adalah :

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 |2

1. Kelompok logam ringan, seperti aluminium dan paduan-nya,


magnesium dan manganese alloys
2. Alloy berbasis tembaga, seperti kuningan (Cu-Zn), perunggu (Cu-Sn)
3. Kelompok logam putih seperti nickel, silver, logam bearing putih misal
SnSb7Cu3, Sn60Sb11Pb, Zinc, dll

Masalah yang seringkali timbul adalah bagaimana memilih bahan yang benar
benar memiliki karakteristik kombinasi/paduan untuk aplikasi tertentu. Oleh
karena itu, professional yang terlibat dalam pengambilan keputusan harus
memiliki pengetahuan tentang opsi/pilihan bahan yang tersedia. Bagian
pertama dari bab ini memberikan gambaran singkat dari beberapa material
paduan komersial, sifat umum mereka, dan keterbatasan.

Pemilihan material juga dapat dipengaruhi oleh kemudahan paduan logam


dapat dibentuk atau dibuat menjadi komponen yang berguna. Sifat paduan
yang berubah akibat proses fabrikasi, dan, di samping itu,ada perbedan sifat
tambahan yang disebabkan oleh perlakuan panas pada prosesnya. Oleh karena
itu, dalam bagian berikut pada bab ini mempertimbangkan rincian dari
beberapa perlakuan tersebut, termasuk prosedur anil, perlakuan panas pada
baja, dan pengerasan presipitasi.

2.2. Jenis Logam Paduan

Paduan logam, berdasarkan komposisi, sering dikelompokkan menjadi dua


kelas : ferrous dan nonferrous. Pada ferrous paduan, besi merupakan
konstituen utama, termasuk di dalamnya adalah baja dan besi cor.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 |3

2.2.1. Ferrous Alloy / Besi AI-Si

Paduan-Ferrous - konstituen utamanya adalah besi -diproduksi dengan jumlah


besi lebih besar daripada jumlah logam lainnya. Penggunaannya dibedakan
berdasarkan tiga hal :

1. senyawa yang mengandung besi yang berasal dari kerak bumi;


2. logam besi dan baja paduan dapat dihasilkan melalui proses ekstraksi yang
ekonomis, pemurnian, paduan, dan teknik fabrikasi,
3. paduan besi yang sangat serbaguna, sedemikian, sehingga dapat
disesuaikan untuk mendapatkan berbagai sifat mekanik dan sifat fisik.
Kelemahan utama dari paduan dengan jumlah besi yang banyak adalah
rentan terhadap korosi. Pada gambar 2.2. diberikan skema klasifikasi
berbagai paduan besi.

Gambar 2.2. Skema klasifikasi berbagai ferrous alloys (Mc Callister, 7th ed.)

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 |4

2.2.2. Baja

Baja adalah paduan besi-karbon yang dapat juga mengandung konsentrasi


unsur paduan lainnya; terdapat ribuan paduan yang memiliki komposisi dan /
atau perlakuan panas yang berbeda. Sifat mekaniknya sangat sensitif terhadap
kadar karbon, yang biasanya kurang dari 1,0% berat. Beberapa baja
diklasifikasikan menurut konsentrasi karbon-yaitu, menjadi tipe karbon
rendah, menengah, dan tinggi. Masing-masing kelompok kemudian disub-
klasifikasikan menurut unsur paduannya. Pada baja karbon sederhana, selain
karbon, mengandung pula sejumlah konsentrasi residu pengotor serta
manganese dalam jumlah kecil. Pada baja paduan, ditambahkan unsur paduan
dalam konsentrasi tertentu.

2.2.3. Baja Rendah-Karbon


Dari berbagai baja yang tersedia,
Steels sebagian besar termasuk dalam
klasifikasi baja rendah karbon.
Umumnya mengandung kurang
Low alloy High alloy

dari sekitar 0,25% berat C dan


tidak responsif terhadap perlakuan
Stainless
Low panas untuk membentuk
Carbon

martensit, penguatan diperoleh

Tool
melalui perlakuan dingin. Struktur
Medium
Carbon
mikro terdiri dari ferit dan
konstituen perlit. Paduan ini relatif
High
Carbon
lunak dan lemah tetapi memiliki

Gambar 2.3. Skema klasifikasi baja (Mc keuletan dan ketangguhan yang
Callister, 7th ed.)

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 |5

tinggi, di samping itu, bisa diberi perlakuan mesin, bisa di-las, dan, dari semua
baja, adalah yang paling mahal untuk diproduksi. Pada tabel 2.1 dan 2.2 dapat
dilihat komposisi dan sifat mekanik dari beberapa baja rendah-karbon. Pada
umumnya material ini memiliki kekuatan luluh lebih dari 275 MPa, kekuatan
tarik antara 415 dan 550 MPa, serta daktilitas EL 25%.

Kelompok lain adalah High Strength Low Alloy (HSLA), paduan baja rendah
karbon yang berkekuatan tinggi. Material ini mengandung unsur paduan
lainnya, seperti tembaga, vanadium, nikel, dan molibdenum dalam konsentrasi
gabungan hingga 10% berat. Dengan perlakuan panas, maka kekuatan tariknya
bisa mencapai lebih dari 480 MPa. Baja HSLA lebih tahan terhadap korosi
daripada baja karbon biasa.

Sumber : Metals Handbook: Properties and Selection: Irons and Steels,Vol. 1, 9th edition, B. Bardes
(Editor), American Society for Metals, 1978, pp. 185, 407.

Tabel 2.1. Komposisi Baja Rendah-karbon dan High-Strength, Low-Alloy Steels

2.2.4. Baja Karbon-Sedang


Baja karbon sedang memiliki konsentrasi karbon antara 0,25% hingga 0,60%
berat. Paduan ini dapat dipanaskan dengan cara austenit, didinginkan, dan
kemudian dilakukan tempering, untuk meningkatkan sifat mekanik.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 |6

Penambahan kromium, nikel, dan molibdenum dapat meningkatkan kapasitas


paduan ini untuk bisa diberi perlakuan panas. Komposisi dari beberapa baja
paduan dengan karbon medium diberikan pada tabel 2.3.

Karakteristik
 Plain carbon steels memiliki sedikit bahan tambah (elemen alloy)
dan sejumlah kecil manganese.

 Sebagian besar jenis baja adalah baja rendah karbon (jumlah


produksi besar, tidak mahal)

 Karbon rendah yang tidak dapat diberi perlakuan panas, harus


diberi perlakuan dingin

 Bisa di-las dan dikerjakan dengan mesin

 Baja High Strength, Low Alloy (HSLA) mengandung elemen alloy


(copper, vanadium, nickel and molybdenum) hingga 10 % berat;
memiliki kekuatan yang lebih besar (dibandingkan plain LC Steel),
bisa diberi perlakuan panas.

Sumber : Metals Handbook: Properties and Selection: Irons and Steels,Vol. 1, 9th edition, B. Bardes (Editor), American
Society for Metals, 1978

Table 2.2. Sifat mekanis Baja Rendah-karbon dan High-Strength, Low-Alloy Steels

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 |7

Klasifikasi dan spesifikasi baja dibuat oleh The Society of Automotive Engineers
(SAE), American Iron and Steel Institute (AISI), dan American Society of Testing
Materials (ASTM). Menurut AISI / SAE pengkodean baja dibuat dengan empat
digit nomor, dua digit pertama menunjukkan isi paduan, dua terakhir
menunjukkan konsentrasi karbon. Untuk baja karbon biasa, dua digit pertama
adalah 1 dan 0, sedangkan untuk baja paduan dua digit awal merupakan angka
kombinasi (misalnya, 13, 41, 43). Sedangkan digit ketiga dan keempat mewakili
persen berat karbon dikalikan dengan 100. Misalnya, baja 1.060 artinya adalah
baja karbon biasa yang mengandung 0,60% berat C.

Table 2.3. Penandaan system AISI/SAE dan UNS untuk Baja Karbon sederhana dan
berbagai Low-Alloy Steels

Sumber : Mc.Callister, Material Science and Introduction, 7th. ed

United Number System (UNS) digunakan untuk keseragaman indeks baik


paduan ferrous maupun non-ferrous. Setiap nomor UNS terdiri dari awalan
huruf tunggal diikuti oleh lima digit angka. Penomoran tersebut merupakan

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 |8

indikasi dari kelompok logam paduan. Penulisan dengan sistem UNS untuk
paduan ini dimulai dengan G, diikuti dengan jumlah AISI / SAE, digit kelima
adalah nol. Tabel 2.3 memperlihatkan karakteristik mekanik dan aplikasi khas
beberapa baja, yang telah mendapatkan perlakuan dalam prosesnya.

2.2.5. Baja Karbon-Tinggi


Baja karbon tinggi biasanya memiliki kandungan karbon antara 0,60 dan 1,4%
berat. Merupakan baja yang bersifat liat, dan paling kuat. Material tersebut
hampir selalu digunakan dalam kondisi keras dan tempa. Baja paduan yang tinggi
karbon, biasanya mengandung kromium, vanadium, tungsten, dan molybdenum.
Unsur-unsur paduan digabungkan dengan karbon untuk membentuk senyawa
karbida yang sangat keras dan (misalnya, Cr23C6, V4C3, dan WC).

Tabel 2.4. Aplikasi dan sifat mekanik untuk Baja Karbon sederhana dan berbagai
Low-Alloy Steels

Sumber : Mc.Callister, Material Science and Introduction, 7th. ed

2.2.6. Stainless-Steels

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 |9

Stainless steels sangat tahan terhadap korosi akibat pengaruh bermacam


kondisi lingkungan. Paduan dominan dalam material tersebut adalah kromium,
dengan konsentrasi minimal 11% berat Cr. Ketahanan terhadap korosi juga
dapat ditingkatkan dengan penambahan nikel dan molibdenum. Stainless steel
dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan fasa-nya, dengan konstituen yang
dominan adalah mikro-martensit, feritik austenitic. Pada tabel 2.5 diberikan
karakterisitik beberapa baja stainless dengan klasifikasi, komposisi dan sifat
mekaniknya. Berbagai sifat mekanik dikombinasikan dengan ketahanan yang
sangat baik terhadap korosi membuat baja tahan karat dan sangat serbaguna
dalam penerapan. Stainless steel martensitik bisa diberi perlakuan panas,
sedemikian rupa sehingga martensit menjadi kandungan mikro utama.
Penambahan unsur paduan dengan konsentrasi yang berarti menghasilkan
perubahan dalam diagram fase besi-besi karbida. Pada baja tahan karat
austenit, fase austenit diperpanjang sampai suhu ruang. Baja stainless feritik
terdiri dari fase ferritus (BCC).
Tabel 2.5. Sifat mekanis baja dengan struktur kondisi material yang berbeda*)

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 10

*)Mc Callister, 7th ed

Austenit dan baja tahan karat feritik bisa dibuat lebih keras dan lebih kuat
dengan perlakuan dingin. Baja tahan karat austenit adalah baja yang paling
tahan korosi karena kandungan kromium yang tinggi dan juga penambahan
nikel, sehingga produksi material tersebut merupakan produksi terbesar.

Paduan martensit dan baja stainless feritik bersifat magnetis, sedangkan


stainlesses austenitik tidak. Beberapa baja tahan karat sering digunakan pada
suhu tinggi dan dalam lingkungan yang buruk, karena dapat melawan oksidasi
dan mempertahankan integritas mekanikalnya dalam kondisi seperti itu.
Penguatan dilakukan dengan pengerasan presipitasi dengan perlakuan panas.

2.3. Aplikasi Logam Paduan

Besi cor adalah paduan besi dengan isi karbon di atas 2,14% berat, namun,
dalam prakteknya, besi cor mengandung antara 3,0 dan 4,5% wt C ditambah
unsur-unsur paduan lainnya. Gambar diagram fasa di bawah ini menunjukkan
bahwa komposisi paduan dalam rentang kondisi ini, menjadi benar-benar cair
pada suhu antara 1150 dan1300 °C. Suhu ini jauh lebih rendah daripada baja.
Dengan demikian, mereka mudah dilelehkan dan baik untuk pengecoran.
Selain itu, beberapa besi cor bersifat sangat rapuh, maka casting adalah teknik
fabrikasi yang paling sesuai. Sementit (Fe3C) merupakan senyawa metastabil,
dan dalam kondisi tertentu dapat terurai untuk membentuk ferit dan grafit,
menurut persamaan berikut

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 11

Dengan demikian, diagram keseimbangan yang benar untuk besi dan karbon
adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Kecenderungan untuk membentuk grafit ditentukan oleh komposisi dan tingkat


pendinginan. Pembentukan grafit dipicu oleh kehadiran silikon dalam
konsentrasi lebih dari 1% berat. Juga, tingkat pendinginan lebih lambat selama
mendukung solidifikasi grafitisasi (pembentukan grafit).

Pada besi cor, umumnya karbon berbentuk grafit, baik struktur mikro dan
perilaku mekanik tergantung pada komposisi dan perlakuan panas. Jenis besi cor
yang paling umum adalah besi berwarna abu, nodular, berwarna putih, lunak,
dan merupakan grafit padat.

Gambar 2.4. Diagram fasa keseimbangan besi-carbon, dengan grafit sebagai fasa
stabil bukan cementite (Binary Alloy Phase Diagrams, T.B Massalski)

2.3.1. Besi Cor Abu

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 12

Kandungan karbon dan silikon pada besi cor abu / grey iron bervariasi antara
2,5 dan 4,0% berat, dan 1,0 dan 3,0% berat. Pada sebagian besar besi cor,
grafit terjadi dalam bentuk serpihan (mirip dengan corn flakes), yang biasanya
dikelilingi oleh matriks α-ferit atau perlit; ciri khas struktur mikro besi abu
ditunjukkan dalam Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Photomicrograph berbagai macam besi-cor (a) besi cor abu, (b) besi
cor liat/nodular/daktail, (c) besi-cor putiah, (d) malleable iron, (e)
compacted graphite iron *)

*) courtesy : Brady and Smith; Amcast Industrial Corp; Iron Casting Society

Secara mekanis, tegangan tarik besi abu relatif lemah dan rapuh disebabkan
oleh struktur mikronya; ujung serpihan graphite tajam dan runcing, sehingga
bisa menjadi titik pusat konsentrasi tegangan bila ada beban tarik yang

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 13

bekerja. Pada saat mendapat beban tekan, kekuatan dan daktilitas jauh lebih
tinggi.

Sifat mekanik dan komposisi dari beberapa besi cor abu dapat dilihat pada
Tabel 2.6. Besi cor abu memiliki beberapa karakteristik yang dapat
dimanfaatkan secara ekstensif, terutama sangat efektif dalam meredam energi
getaran. Struktur dasar mesin dan alat berat yang terkena getaran sering
terbuat dari bahan ini. Selain itu, besi cor abu menunjukkan ketahanan yang
tinggi dalam penggunaannya.

Dalam keadaan meleleh, material ini memiliki tingkat fluiditas tinggi pada suhu
casting/pengecoran, sehingga memungkinkan untuk melakukan pengecoran
dengan bentuk yang rumit.

Tabel 2.6. Sifat mekanis berbagai macam besi *)


*)Mc Callister, 7th ed

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 14

Akhirnya, dan mungkin yang paling penting, besi cor abu adalah bahan yang
paling mahal dibandingkan logam lainnya. Besi abu dapat memiliki struktur
mikro yang berbeda dari yang ditunjukkan pada Gambar 2.5a, yaitu dengan
cara penyesuaian komposisi dan / atau dengan menggunakan perlakuan yang
tepat. Misalnya, dengan menurunkan kadar silikon atau meningkatkan laju
pendinginan, maka akan dapat mencegah pemisahan lengkap sementit yang
akan membentuk grafit. Pada kondisi ini, struktur mikro berbentuk serpihan
grafit menyatu dalam matriks perlit.

Gambar 2.6. Struktur mikro secara mikro besi cor dengan perlakuan panas dan
komposisi yang berbeda*).

*) Mc Callister, 7th ed

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 15

Gambar 2.6. menunjukkan perbandingan struktur mikro beberapa macam besi


cor yang diperoleh dengan membuat variasi komposisi dan perlakuan panas.

2.3.2. Besi Liat (atau Nodular)


Penambahan sejumlah kecil magnesium dan/atau serium pada besi abu
sebelum pengecoran dilakukan, akan menghasilkan struktur mikro dan sifat
mekanik yang berbeda. Bentuk grafit yang terjadi masih berbentuk nodular
atau menyerupai bola, bukan serpihan. Besi paduan semacam itu disebut besi
liat/nodular, dengan struktur mikro seperti terlihat pada Gambar 2.4.b. Tahap
matriks di sekitar partikel ini bisa berupa perlit atau ferit, tergantung pada
perlakuan panas yang diterima. Namun, perlakuan panas yang dilakukan
selama beberapa jam dengan suhu lebih dari 700 °C akan menghasilkan
matriks ferit seperti nampak pada gambar 2.5. Perbandingan sifat mekanik
untuk besi nodular diberikan pada Tabel 2.6. Besi nodular liat memiliki
karakteristik mekanik yang hampir sama dengan baja. Contoh: kuat tarik besi
liat feritik berkisar antara 380 dan 480 Mpa, dan daktilitas (sebagai persentase
perpanjangan) dari 10% sampai 20%. Aplikasi umum untuk bahan ini termasuk
katup, badan pompa, engkol-poros, roda gigi, serta komponen otomotif dan
mesin lainnya.

2.3.3. Besi Putih dan Besi Lunak/Malleable Iron


Merupakan besi-cor rendah silicon (mengandung kurang dari 1,0% berat Si)
dengan tingkat pendinginan yang cepat. Sebagian besar karbon didapati
sebagai sementit bukan berbentuk grafit, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.5. Permukaan fraktur paduan ini memiliki warna tampilan putih,
oleh karenanya disebut besi cor putih. Gambaran struktur mikro besi putih
disajikan dalam Gambar 2.5.c. Bagian tebal dari material ini hanya memiliki

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 16

lapisan permukaan berwarna putih akibat pendinginan pada proses


pengecorannya, pada bagian luar terbentuk besi cor abu saat dilakukan
pendinginan yang lebih lambat. Sebagai akibat adanya fasa sementit yang
besar, maka besi putih sangat keras, tetapi juga sangat rapuh dan kadangkala
sulit diberi perlakuan mesin. Penggunaannya terbatas pada aplikasi yang
memerlukan karakterisitik permukaan sangat keras dan ketahanan yang tinggi
pada permukaannya, contoh : roller di rolling mills. Umumnya, besi cor putih
digunakan sebagai material antara pada produksi besi cor lainnya, yaitu besi
tempa.

Pemanasan besi putih pada suhu antara 800 ° dan 1470 °C dengan jangka
waktu pemanasan yang lebih lama, serta tanpa terjadinya oksidasi, akan
menyebabkan dekomposisi sementit, untuk kemudian membentuk grafit.
Photomicrograph besi ditempa feritik disajikan dalam Gambar 2.5d Gambar.
Struktur mikro besi tempa serupa dengan besi nodular (Gambar 2.5b), yang
menyumbang kekuatan yang relatif tinggi dan daktilitas yang cukup atau
kelenturan. Beberapa karakteristik mekanik khas juga tercantum dalam Tabel
2.1. Contoh aplikasinya adalah : gigi transmisi, industri otomotif, dan juga
flensa, perlengkapan pipa, katup untuk jalan kereta api, dll.

Jumlah produksi Besi cor abu dan besi cor liat hampir sama; yang paling sedikit
adalah produksi besi cor putih dan besi cor lunak.

2.3.4. Besi Grafit Dipadatkan/Compacted Graphite Iron

Jenis besi cor yang relatif baru dalam kelompok besi cor adalah besi grafit
dipadatkan / compacted graphite iron (disingkat CGI). Seperti halnya besi cor
abu-abu dan besi tempa, maka carbon pada material ini berbentuk grafit, dan

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 17

formasinya terbentuk akibat adanya silikon. Kadar silicon berkisar antara 1,7
dan 3,0% berat, sedangkan konsentrasi karbon biasanya antara 3,1 dan 4,0%
berat. Secara mikro, grafit dalam paduan CGI memiliki bentuk seperti-cacing
(atau vermicular). Tipikal struktur mikro CGI ditunjukkan dalam mikrograf optik
pada Gambar 2.5e. Dalam arti, mikrostruktur ini adalah kondisi antara besi abu
(Gambar 2.5a) dan besi liat (nodular) (Gambar 2.5b), danjumlah grafit dalam
bentuk nodular kurang lebih 20%, sedangkan karakteristik serpihan grafit
dengan bentuk tepi tajam harus dihindari, karena dapat menurunkan
ketahananya terhadap fraktur dan fatig. Pada campuran ini ditambahkan pula
magnesium dan / atau cerium, tetapi dengan konsentrasi yang lebih rendah
dibandingkan besi nodular.

Struktur kimia dari CGIS lebih kompleks dibandingkan jenis besi cor lainnya.
Komposisi magnesium, cerium, dan aditif lainnya harus dikendalikan sehingga
bisa menghasilkan suatu struktur mikro grafit yang berbentuk seperti-cacing.
Sementara pada saat yang sama juga harus membatasi tingkat grafit
nodularity, dan mencegah pembentukan grafit berbentuk serpihan.

Seperti halnya besi cor lainnya, maka sifat mekanik CGIS sangat berhubungan
dengan struktur mikro: juga fasa matriks. Peningkatan derajat nodularity dari
partikel grafit akan menyebabkan peningkatan terhadap kekuatan dan
daktilitas. CGIS dengan maktiks feritik memiliki kekuatan yang lebih rendah
dan daktilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan matriks perlitik. Kuat tarik
dan kuat luluh CGI menyerupai besi tempa. Selain itu, besarnya daktilitas CGI
memiliki nilai di antara besi cor abu dan besi nodular, serta nilai modulus
elastisitas antara 140 dan 165 GPa. CGI saat ini sudah banyak diaplikasikan,
antara lain untuk blok mesin diesel, exhaust manifolds, penutup gearbox, rem
cakram rem pada kereta api berkecepatan tinggi, dan flywheels.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 18

2.4. Ferrous Non-Alloys

Konsumsi Baja dan besi paduan lainnya sangat besar jumlahnya, karena sifat
mekaniknya yang sangat beragam, mudah difabrikasi, serta ekonomis dalam
produksinya. Namun, keduanya memiliki beberapa keterbatasan yang
berbeda, terutama: (1) kepadatan yang relatif tinggi, (2) konduktivitas listrik
yang relatif rendah, dan (3) rentan terhadap korosi. Dengan demikian, pada
aplikasi nya perlu memanfaatkan paduan lain yang menguntungkan atau untuk
mendapatkan kombinasi karakterisitik yang diinginkan. Sistem material paduan
diklasifikasikan sesuai karakterisitik logam dasar atau menurut karakteristik
tertentu beberapa material paduan.

2.4.1. Tembaga dan Tembaga Paduan


Tembaga dan tembaga paduan, memiliki kombinasi sifat fisik yang diinginkan,
telah digunakan untuk berbagai aplikasi sejak jaman dahulu. Tembaga tanpa
paduan karakterisitiknya lunak dan daktail serta sulit diberi perlakuan mesin.,
juga memiliki keterbatasan untuk diberi perlakuan dingin. Namun demikian,
tahan korosi pada berbagai kondisi lingkungan, air laut serta lingkungan
industry. Sifat ketahanan terhadap korosi bisa ditingkatkan dengan
memberikan paduan. Sebagian besar tembaga paduan tidak bisa diperkuat
dengan memberikan perlakuan panas.

Paduan tembaga yang paling umum adalah kuningan, yang memanfaatkan


seng/zinc sebagai paduan utama untuk substitusi pengotor. Seperti yang dapat
diamati untuk diagram fasa tembaga-seng, fasa stabil berada pada konsentrasi
Zn kira-kira 35% berat. Fasa ini memiliki struktur kristal FCC. Karakterisitik
kuningan relatif lembut, ulet, dan mudah dikerjakan dengan perlakuan dingin.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 19

Paduan kuningan dengan kandungan seng yang lebih tinggi, pada suhu ruang
memilki fasa α dan β’. Fasa β’ memiliki struktur Kristal BCC, lebih kuat dan
lebih keras. Komposisi, sifat, dan penggunaan khas beberapa ini paduan
tercantum dalam Tabel 2.3.

Perunggu merupakan paduan antara tembaga dengan beberapa elemen


lainnya, termasuk timah, alu-minum, silikon, dan nikel. Paduan ini agak lebih
kuat dibandingkan kuningan, namun mereka masih memiliki tingkat ketahanan
korosi yang tinggi. Pada tabel 2.4. diberikan beberapa paduan perunggu,
komposisi, sifat, dan aplikasinya. Selain ketahanannya terhadap korosi,
material ini dimanfaatkan karena kuat tariknya yang tinggi.

Paduan tembaga yang bisa diberi perlakuan panas adalah tembaga berrylium.
Material ini memiliki kombinasi karakteristik yang sangat baik, kuat tariknya
sekitar 1.400 MPa, sifat listrik dan korosi yang sangat baik, dan memiliki
ketahanan yang tinggi bila diberi pelumas. Material paduan ini bisa diberi
perlakuan panas dan perlakuan dingin. Kekuatan yang tinggi diperoleh dengan
cara perlakuan panas. Material ini mahal karena adanya penambahan
beryllium.

2.4.2. Aluminium dan aluminium Paduan


Aluminium dan paduannya ditandai oleh kepadatannya yang relatif rendah
(2,7 g/cm3 ) dibandingkan dengan baja yang memiliki kepadatan relative 7,9
g/cm3, memiliki konduktivitas listrik dan thermal yang tinggi, tahan terhadap
korosi. Sebagian besar paduan ini mudah dibentuk dengan memanfaatkan
daktilitasnya yang tinggi. Bisa dilihat dari tipisnya aluminium-foil yang bisa
digulung. Struktur Kristal aluminium adalah FCC, maka sifat daktilitasnya tetap
bisa dipertahankan pada suhu yang sangat rendah. Keterbatasan utama dari

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 20

aluminium adalah suhu leleh yang rendah (660 °C).


Kekuatan mekanik dari aluminium dapat ditingkatkan dengan perlakuan dingin
dan dengan memberikan paduan. Saat ini telah dikembangkan jenis paduan
aluminium-lithium untuk industry pesawat terbang. Material ini memiliki
densitas rendah (antara 2.5 hingga 2.6 g/cm3), modulus elastisitas yang tinggi,
sifat ketangguhan dan fatig yang baik. Namun demikian, biaya fabrikasinya
mahal dibandingkan paduan aluminium, karena memerlukan teknik proses
yang spesifik karena ada reaksi kimia lithium.

2.4.3. Magnesium dan Magnesium Paduan


Karakteristik yang paling menonjol dari magnesium adalah densitasnya, yaitu
1,7 g / cm3, yang merupakan densitas terendah dari semua logam struktural,
sehingga paduannya digunakan jika ringan menjadi pertimbangan yang penting
dalam pemilihannya (misalnya, dalam komponen pesawat). Magnesium
memiliki struktur kristal HCP, relatif lunak, dan memiliki modulus elastisitas
yang rendah: 45 GPa(Psi). Pada suhu kamar, magnesium dan magnesium
paduan sulit untuk dibentuk kembali, bahkan, sdikit sekali tingkat pekerjaan
yang bisa dilakukan dengan perlakuan dingin, tanpa anil. Akibatnya, fabrikasi
sebagian besar harus dilakukan dengan pengerjaan panas pada suhu antara
200 dan 400 °C. Magnesium, seperti halnya aluminium, memiliki titik leleh
rendah. Secara kimiawi, paduan magnesium relatif stabil dan rentan terhadap
korosi di lingkungan laut. Di sisi lain, korosi atau ketahanan oksidasi cukup baik
dalam lingkungan yang normal. Perilaku ini disebabkan karena paduan Mg
cenderung menjadi impuritas. Serbuk magnesium akan mudah menguap di
udara bila dipanaskan, sehingga perlu perhatian dalam penanganannya.

Paduan ini juga diklasifikasikan sebagai tuang atau tempa, yang juga mungkin
diberi perlakuan panas. Elemen paduan utamanya adalah Aluminium, seng,

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 21

dan mangan. Pada aplikasinya, paduan magnesium dapat menggantikan peran


bahan plastic rekayasa, karena memiliki kepadatan yang sebanding, lebih bisa
didaur ulang, dan lebih murah untuk diproduksi.

2.4.4. Titanium dan Titanium Paduan

Titanium dan paduannya merupakan bahan teknik yang relative baru, dan
memiliki sifat kombinasi yang luar biasa. Material ini merupakan logam murni
yang memiliki densitas yang relatif rendah, yaitu 4,5 g/cm3, titik leleh yang
tinggi ( 1668 °C ), serta modulus elastis 107 GPa. Paduan titanium sangat kuat;
pada suhu kamar kekuatan tariknya dapat mencapai 1.400 MPa. Selain itu,
paduan ini sangat daktail dan mudah ditempa dan dikerjakan dengan mesin.
Keterbatasan utama dari titanium adalah reaksi kimia dengan material lainnya,
terutama pada suhu yang tinggi. Karakterisitik ini menyebabkan mahalnya
proses produksi yang menggunakan bahan titanium paduan. Meskipun
reaktivitas pada suhu tinggi sangat peka, namun paduan titanium memiliki
ketahanan terhadap korosi yang tinggi pada suhu normal.

2.4.5. Logam Refraktori

Logam yang memiliki suhu leleh yang sangat tinggi diklasifikasikan sebagai
logam refraktori. Termasuk dalam kelompok ini adalah niobium (Nb),
molibdenum (Mo), tungsten (W), dan tantalum (Ta). Suhu leleh berkisar antara
2468 °C untuk niobium dan 3410 °C untuk tungsten (suhu leleh tertinggi dalam
kelompok logam). Ikatan antar atom dalam logam sangat kuat, yang berperan
besar terhadap leleh, dan, modulus elastisitas dan kekuatan yang tinggi.
Aplikasi logam ini bervariasi. Misalnya, tantalum dan molibdenum adalah
paduan dengan stainless steel untuk meningkatkan ketahanan korosi. Paduan

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 22

molibdenum dimanfaatkan untuk bagian struktural pesawat ruang angkasa,


tabung x-ray, dan elektroda las menggunakan paduan tungsten. Tantalum
tahan korosi.

2.4.6. Superalloy

Superalloy memiliki kombinasi sifat superlatif. Kebanyakan digunakan untuk


komponen turbin, yang harus menahan paparan oksidasi dari lingkungan
dengan suhu tinggi. Bahan-bahan ini diklasifikasikan sesuai dengan logam yang
dominan dalam paduan, seperti kobalt, nikel, atau besi. Elemen paduan
lainnya yang tahan api termasuk logam (Nb, Mo, W, Ta), kromium, dan
titanium. Selain untuk turbin, paduan ini juga digunakan dalam reaktor nuklir
dan petrokimia.

2.4.7. Berbagai Paduan Non-Ferrous Lainnya

Nikel dan paduan nikel sangat tahan terhyadap korosi. Nikel biasanya dipakai
sebagai pelapis logam. Monel, paduan berbasis nikel yang mengandung sekitar
65% berat Ni dan 28% Cu, memiliki kekuatan yang sangat tinggi dan sangat
tahan korosi, digunakan dalam pompa, katup, dan komponen lain yang berada
dalam kontak dengan beberapa asam dan minyak pelumas. Seperti telah
disebutkan, nikel merupakan salah satu elemen utama dalam paduan stainless
baja dan salah satu unsur utama dalam superalloy. Timah, serta paduannya
banyak digunakan untuk bahan teknik. Secara mekanis, lunak dan lemah, suhu
leleh rendah, sangat tahan korosi.

Seng tanpa paduan juga merupakan logam yang relatif lunak, memiliki suhu
leleh rendah. Secara kimia, reaktif terhadap lingkungan, karena itu, rentan

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


2 | 23

terhadap korosi. Baja galvanis adalah baja karbon yang dilapisi dengan lapisan
seng tipis; untuk melindungi baja dari korosi. Meskipun zirkonium relatif
melimpah di kerak bumi, namun pengembangan aplikasinya baru saja
dikembangkan. Zirconium dan paduannya bersifat daktail, dan memiliki sifat
mekanik lainnya yang sebanding dengan paduan titanium serta stainless steel
austenite. Keutamaannya adalah tahan korosi, walaupun di dalam air dengan
suhu tinggi. Dari segi biaya, material ini juga seringkali dipilih untuk penukar
panas, bejana reaktor, dan sistem pipa untuk industri kimia pengolahan
maupun industri nuklir.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012

Anda mungkin juga menyukai