BAB 2
BAHAN UNTUK KEPERLUAN PERANGKAT MEKANIKAL
2.1. Pendahuluan
Masalah yang seringkali timbul adalah bagaimana memilih bahan yang benar
benar memiliki karakteristik kombinasi/paduan untuk aplikasi tertentu. Oleh
karena itu, professional yang terlibat dalam pengambilan keputusan harus
memiliki pengetahuan tentang opsi/pilihan bahan yang tersedia. Bagian
pertama dari bab ini memberikan gambaran singkat dari beberapa material
paduan komersial, sifat umum mereka, dan keterbatasan.
Gambar 2.2. Skema klasifikasi berbagai ferrous alloys (Mc Callister, 7th ed.)
2.2.2. Baja
Tool
melalui perlakuan dingin. Struktur
Medium
Carbon
mikro terdiri dari ferit dan
konstituen perlit. Paduan ini relatif
High
Carbon
lunak dan lemah tetapi memiliki
Gambar 2.3. Skema klasifikasi baja (Mc keuletan dan ketangguhan yang
Callister, 7th ed.)
tinggi, di samping itu, bisa diberi perlakuan mesin, bisa di-las, dan, dari semua
baja, adalah yang paling mahal untuk diproduksi. Pada tabel 2.1 dan 2.2 dapat
dilihat komposisi dan sifat mekanik dari beberapa baja rendah-karbon. Pada
umumnya material ini memiliki kekuatan luluh lebih dari 275 MPa, kekuatan
tarik antara 415 dan 550 MPa, serta daktilitas EL 25%.
Kelompok lain adalah High Strength Low Alloy (HSLA), paduan baja rendah
karbon yang berkekuatan tinggi. Material ini mengandung unsur paduan
lainnya, seperti tembaga, vanadium, nikel, dan molibdenum dalam konsentrasi
gabungan hingga 10% berat. Dengan perlakuan panas, maka kekuatan tariknya
bisa mencapai lebih dari 480 MPa. Baja HSLA lebih tahan terhadap korosi
daripada baja karbon biasa.
Sumber : Metals Handbook: Properties and Selection: Irons and Steels,Vol. 1, 9th edition, B. Bardes
(Editor), American Society for Metals, 1978, pp. 185, 407.
Karakteristik
Plain carbon steels memiliki sedikit bahan tambah (elemen alloy)
dan sejumlah kecil manganese.
Sumber : Metals Handbook: Properties and Selection: Irons and Steels,Vol. 1, 9th edition, B. Bardes (Editor), American
Society for Metals, 1978
Table 2.2. Sifat mekanis Baja Rendah-karbon dan High-Strength, Low-Alloy Steels
Klasifikasi dan spesifikasi baja dibuat oleh The Society of Automotive Engineers
(SAE), American Iron and Steel Institute (AISI), dan American Society of Testing
Materials (ASTM). Menurut AISI / SAE pengkodean baja dibuat dengan empat
digit nomor, dua digit pertama menunjukkan isi paduan, dua terakhir
menunjukkan konsentrasi karbon. Untuk baja karbon biasa, dua digit pertama
adalah 1 dan 0, sedangkan untuk baja paduan dua digit awal merupakan angka
kombinasi (misalnya, 13, 41, 43). Sedangkan digit ketiga dan keempat mewakili
persen berat karbon dikalikan dengan 100. Misalnya, baja 1.060 artinya adalah
baja karbon biasa yang mengandung 0,60% berat C.
Table 2.3. Penandaan system AISI/SAE dan UNS untuk Baja Karbon sederhana dan
berbagai Low-Alloy Steels
indikasi dari kelompok logam paduan. Penulisan dengan sistem UNS untuk
paduan ini dimulai dengan G, diikuti dengan jumlah AISI / SAE, digit kelima
adalah nol. Tabel 2.3 memperlihatkan karakteristik mekanik dan aplikasi khas
beberapa baja, yang telah mendapatkan perlakuan dalam prosesnya.
Tabel 2.4. Aplikasi dan sifat mekanik untuk Baja Karbon sederhana dan berbagai
Low-Alloy Steels
2.2.6. Stainless-Steels
Austenit dan baja tahan karat feritik bisa dibuat lebih keras dan lebih kuat
dengan perlakuan dingin. Baja tahan karat austenit adalah baja yang paling
tahan korosi karena kandungan kromium yang tinggi dan juga penambahan
nikel, sehingga produksi material tersebut merupakan produksi terbesar.
Besi cor adalah paduan besi dengan isi karbon di atas 2,14% berat, namun,
dalam prakteknya, besi cor mengandung antara 3,0 dan 4,5% wt C ditambah
unsur-unsur paduan lainnya. Gambar diagram fasa di bawah ini menunjukkan
bahwa komposisi paduan dalam rentang kondisi ini, menjadi benar-benar cair
pada suhu antara 1150 dan1300 °C. Suhu ini jauh lebih rendah daripada baja.
Dengan demikian, mereka mudah dilelehkan dan baik untuk pengecoran.
Selain itu, beberapa besi cor bersifat sangat rapuh, maka casting adalah teknik
fabrikasi yang paling sesuai. Sementit (Fe3C) merupakan senyawa metastabil,
dan dalam kondisi tertentu dapat terurai untuk membentuk ferit dan grafit,
menurut persamaan berikut
Dengan demikian, diagram keseimbangan yang benar untuk besi dan karbon
adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Pada besi cor, umumnya karbon berbentuk grafit, baik struktur mikro dan
perilaku mekanik tergantung pada komposisi dan perlakuan panas. Jenis besi cor
yang paling umum adalah besi berwarna abu, nodular, berwarna putih, lunak,
dan merupakan grafit padat.
Gambar 2.4. Diagram fasa keseimbangan besi-carbon, dengan grafit sebagai fasa
stabil bukan cementite (Binary Alloy Phase Diagrams, T.B Massalski)
Kandungan karbon dan silikon pada besi cor abu / grey iron bervariasi antara
2,5 dan 4,0% berat, dan 1,0 dan 3,0% berat. Pada sebagian besar besi cor,
grafit terjadi dalam bentuk serpihan (mirip dengan corn flakes), yang biasanya
dikelilingi oleh matriks α-ferit atau perlit; ciri khas struktur mikro besi abu
ditunjukkan dalam Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Photomicrograph berbagai macam besi-cor (a) besi cor abu, (b) besi
cor liat/nodular/daktail, (c) besi-cor putiah, (d) malleable iron, (e)
compacted graphite iron *)
*) courtesy : Brady and Smith; Amcast Industrial Corp; Iron Casting Society
Secara mekanis, tegangan tarik besi abu relatif lemah dan rapuh disebabkan
oleh struktur mikronya; ujung serpihan graphite tajam dan runcing, sehingga
bisa menjadi titik pusat konsentrasi tegangan bila ada beban tarik yang
bekerja. Pada saat mendapat beban tekan, kekuatan dan daktilitas jauh lebih
tinggi.
Sifat mekanik dan komposisi dari beberapa besi cor abu dapat dilihat pada
Tabel 2.6. Besi cor abu memiliki beberapa karakteristik yang dapat
dimanfaatkan secara ekstensif, terutama sangat efektif dalam meredam energi
getaran. Struktur dasar mesin dan alat berat yang terkena getaran sering
terbuat dari bahan ini. Selain itu, besi cor abu menunjukkan ketahanan yang
tinggi dalam penggunaannya.
Dalam keadaan meleleh, material ini memiliki tingkat fluiditas tinggi pada suhu
casting/pengecoran, sehingga memungkinkan untuk melakukan pengecoran
dengan bentuk yang rumit.
Akhirnya, dan mungkin yang paling penting, besi cor abu adalah bahan yang
paling mahal dibandingkan logam lainnya. Besi abu dapat memiliki struktur
mikro yang berbeda dari yang ditunjukkan pada Gambar 2.5a, yaitu dengan
cara penyesuaian komposisi dan / atau dengan menggunakan perlakuan yang
tepat. Misalnya, dengan menurunkan kadar silikon atau meningkatkan laju
pendinginan, maka akan dapat mencegah pemisahan lengkap sementit yang
akan membentuk grafit. Pada kondisi ini, struktur mikro berbentuk serpihan
grafit menyatu dalam matriks perlit.
Gambar 2.6. Struktur mikro secara mikro besi cor dengan perlakuan panas dan
komposisi yang berbeda*).
*) Mc Callister, 7th ed
Pemanasan besi putih pada suhu antara 800 ° dan 1470 °C dengan jangka
waktu pemanasan yang lebih lama, serta tanpa terjadinya oksidasi, akan
menyebabkan dekomposisi sementit, untuk kemudian membentuk grafit.
Photomicrograph besi ditempa feritik disajikan dalam Gambar 2.5d Gambar.
Struktur mikro besi tempa serupa dengan besi nodular (Gambar 2.5b), yang
menyumbang kekuatan yang relatif tinggi dan daktilitas yang cukup atau
kelenturan. Beberapa karakteristik mekanik khas juga tercantum dalam Tabel
2.1. Contoh aplikasinya adalah : gigi transmisi, industri otomotif, dan juga
flensa, perlengkapan pipa, katup untuk jalan kereta api, dll.
Jumlah produksi Besi cor abu dan besi cor liat hampir sama; yang paling sedikit
adalah produksi besi cor putih dan besi cor lunak.
Jenis besi cor yang relatif baru dalam kelompok besi cor adalah besi grafit
dipadatkan / compacted graphite iron (disingkat CGI). Seperti halnya besi cor
abu-abu dan besi tempa, maka carbon pada material ini berbentuk grafit, dan
formasinya terbentuk akibat adanya silikon. Kadar silicon berkisar antara 1,7
dan 3,0% berat, sedangkan konsentrasi karbon biasanya antara 3,1 dan 4,0%
berat. Secara mikro, grafit dalam paduan CGI memiliki bentuk seperti-cacing
(atau vermicular). Tipikal struktur mikro CGI ditunjukkan dalam mikrograf optik
pada Gambar 2.5e. Dalam arti, mikrostruktur ini adalah kondisi antara besi abu
(Gambar 2.5a) dan besi liat (nodular) (Gambar 2.5b), danjumlah grafit dalam
bentuk nodular kurang lebih 20%, sedangkan karakteristik serpihan grafit
dengan bentuk tepi tajam harus dihindari, karena dapat menurunkan
ketahananya terhadap fraktur dan fatig. Pada campuran ini ditambahkan pula
magnesium dan / atau cerium, tetapi dengan konsentrasi yang lebih rendah
dibandingkan besi nodular.
Struktur kimia dari CGIS lebih kompleks dibandingkan jenis besi cor lainnya.
Komposisi magnesium, cerium, dan aditif lainnya harus dikendalikan sehingga
bisa menghasilkan suatu struktur mikro grafit yang berbentuk seperti-cacing.
Sementara pada saat yang sama juga harus membatasi tingkat grafit
nodularity, dan mencegah pembentukan grafit berbentuk serpihan.
Seperti halnya besi cor lainnya, maka sifat mekanik CGIS sangat berhubungan
dengan struktur mikro: juga fasa matriks. Peningkatan derajat nodularity dari
partikel grafit akan menyebabkan peningkatan terhadap kekuatan dan
daktilitas. CGIS dengan maktiks feritik memiliki kekuatan yang lebih rendah
dan daktilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan matriks perlitik. Kuat tarik
dan kuat luluh CGI menyerupai besi tempa. Selain itu, besarnya daktilitas CGI
memiliki nilai di antara besi cor abu dan besi nodular, serta nilai modulus
elastisitas antara 140 dan 165 GPa. CGI saat ini sudah banyak diaplikasikan,
antara lain untuk blok mesin diesel, exhaust manifolds, penutup gearbox, rem
cakram rem pada kereta api berkecepatan tinggi, dan flywheels.
Konsumsi Baja dan besi paduan lainnya sangat besar jumlahnya, karena sifat
mekaniknya yang sangat beragam, mudah difabrikasi, serta ekonomis dalam
produksinya. Namun, keduanya memiliki beberapa keterbatasan yang
berbeda, terutama: (1) kepadatan yang relatif tinggi, (2) konduktivitas listrik
yang relatif rendah, dan (3) rentan terhadap korosi. Dengan demikian, pada
aplikasi nya perlu memanfaatkan paduan lain yang menguntungkan atau untuk
mendapatkan kombinasi karakterisitik yang diinginkan. Sistem material paduan
diklasifikasikan sesuai karakterisitik logam dasar atau menurut karakteristik
tertentu beberapa material paduan.
Paduan kuningan dengan kandungan seng yang lebih tinggi, pada suhu ruang
memilki fasa α dan β’. Fasa β’ memiliki struktur Kristal BCC, lebih kuat dan
lebih keras. Komposisi, sifat, dan penggunaan khas beberapa ini paduan
tercantum dalam Tabel 2.3.
Paduan tembaga yang bisa diberi perlakuan panas adalah tembaga berrylium.
Material ini memiliki kombinasi karakteristik yang sangat baik, kuat tariknya
sekitar 1.400 MPa, sifat listrik dan korosi yang sangat baik, dan memiliki
ketahanan yang tinggi bila diberi pelumas. Material paduan ini bisa diberi
perlakuan panas dan perlakuan dingin. Kekuatan yang tinggi diperoleh dengan
cara perlakuan panas. Material ini mahal karena adanya penambahan
beryllium.
Paduan ini juga diklasifikasikan sebagai tuang atau tempa, yang juga mungkin
diberi perlakuan panas. Elemen paduan utamanya adalah Aluminium, seng,
Titanium dan paduannya merupakan bahan teknik yang relative baru, dan
memiliki sifat kombinasi yang luar biasa. Material ini merupakan logam murni
yang memiliki densitas yang relatif rendah, yaitu 4,5 g/cm3, titik leleh yang
tinggi ( 1668 °C ), serta modulus elastis 107 GPa. Paduan titanium sangat kuat;
pada suhu kamar kekuatan tariknya dapat mencapai 1.400 MPa. Selain itu,
paduan ini sangat daktail dan mudah ditempa dan dikerjakan dengan mesin.
Keterbatasan utama dari titanium adalah reaksi kimia dengan material lainnya,
terutama pada suhu yang tinggi. Karakterisitik ini menyebabkan mahalnya
proses produksi yang menggunakan bahan titanium paduan. Meskipun
reaktivitas pada suhu tinggi sangat peka, namun paduan titanium memiliki
ketahanan terhadap korosi yang tinggi pada suhu normal.
Logam yang memiliki suhu leleh yang sangat tinggi diklasifikasikan sebagai
logam refraktori. Termasuk dalam kelompok ini adalah niobium (Nb),
molibdenum (Mo), tungsten (W), dan tantalum (Ta). Suhu leleh berkisar antara
2468 °C untuk niobium dan 3410 °C untuk tungsten (suhu leleh tertinggi dalam
kelompok logam). Ikatan antar atom dalam logam sangat kuat, yang berperan
besar terhadap leleh, dan, modulus elastisitas dan kekuatan yang tinggi.
Aplikasi logam ini bervariasi. Misalnya, tantalum dan molibdenum adalah
paduan dengan stainless steel untuk meningkatkan ketahanan korosi. Paduan
2.4.6. Superalloy
Nikel dan paduan nikel sangat tahan terhyadap korosi. Nikel biasanya dipakai
sebagai pelapis logam. Monel, paduan berbasis nikel yang mengandung sekitar
65% berat Ni dan 28% Cu, memiliki kekuatan yang sangat tinggi dan sangat
tahan korosi, digunakan dalam pompa, katup, dan komponen lain yang berada
dalam kontak dengan beberapa asam dan minyak pelumas. Seperti telah
disebutkan, nikel merupakan salah satu elemen utama dalam paduan stainless
baja dan salah satu unsur utama dalam superalloy. Timah, serta paduannya
banyak digunakan untuk bahan teknik. Secara mekanis, lunak dan lemah, suhu
leleh rendah, sangat tahan korosi.
Seng tanpa paduan juga merupakan logam yang relatif lunak, memiliki suhu
leleh rendah. Secara kimia, reaktif terhadap lingkungan, karena itu, rentan
terhadap korosi. Baja galvanis adalah baja karbon yang dilapisi dengan lapisan
seng tipis; untuk melindungi baja dari korosi. Meskipun zirkonium relatif
melimpah di kerak bumi, namun pengembangan aplikasinya baru saja
dikembangkan. Zirconium dan paduannya bersifat daktail, dan memiliki sifat
mekanik lainnya yang sebanding dengan paduan titanium serta stainless steel
austenite. Keutamaannya adalah tahan korosi, walaupun di dalam air dengan
suhu tinggi. Dari segi biaya, material ini juga seringkali dipilih untuk penukar
panas, bejana reaktor, dan sistem pipa untuk industri kimia pengolahan
maupun industri nuklir.