Anda di halaman 1dari 62

3 |1

BAB 3
ILMU BAHAN LISTRIK

3.1. Pendahuluan
Bahan listrik dalam sistem tenaga listrik merupakan salah satu elemen penting
yang akan menentukan kualitas penyaluran energi listrik itu sendiri. Bahan
listrik yang sangat popular selama ini meliputi konduktor, semi konduktor dan
isolator. Satu lagi yang dikenal dengan super konduktor, namun masih dalam
penelitian intensif para ahli. Ketiga bahan tadi secara integrative dalam system
kelistrikan dimanfaatkan secara optimal. Seperti misalnya konduktor adalah
salah material paling besar yang dipakai dalam penyaluran tenaga listrik baik
alumunium maupun tembaga atau campuran dengan bahan lain. Demikian
pula isolator dipakai banyak sekali untuk menyekat bagian bagian bertegangan
dengan bagian yang kontak langsung dengan manusia

Gambar 3.1. Klasifikasi bahan listrik

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 |2

3.2. Pemahaman Dasar

Pergerakan elektron dalam logam diperlihatkan pada gambar 3.2, dapat dilihat
bahwa,
a. Pembawa muatan, semacam electron, akan disimpangkan/dibelokkan
oleh atom atau cacat kristal, sehingga lintasannya ke arah konduktor
menjadi tidak teratur. Tingkat rata-rata pergerakannya disebut
kecepatan bergerak/drift velocity
b. Elektron valensi pada ikatan logam bergerak dengan mudah.
c. Pada semikonduktor dan insulator, ikatan kovalen harus terlepas
dulu, agar bisa bergerak.
d. Seluruh ion harus membaur untuk dapat membawa muatan dalam
sejumlah material yang terikat secara ion.

Elektron dalam logam bergerak


secara random (dengan kecepatan
rata rata u), tersebar secara acak
akibat getaran panas atom. Jika
tidak ada medan magnit, maka
tidak aka nada net drift pada setiap
arahnya.

Gambar 3.2. Pergerakan elektron dalam logam

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 |3

Medan Listrik- Pergerakan Netto Applied Field – net drift


Elektron menyebar akibat adanya tumbukan dengan atom dan ruang kosong
yang kemudian mengubah arah gerak secara drastis. Elektron bergerak secara
acak, dengan net drift pada arah yang berlawanan dengan medan listrik.
Namun, jika ada medan listrik, maka akan ada net drift di sepanjang arah x
seperti terlihat pada gambar 3.3, net drift sepanjang gaya medan listrik sangat
tergantung pada gerak acak elektron. Setelah tersebar beberapa kali, electron
kemudian bergeser sebesar Δx, dari posisi semula menuju terminal positip.

Gambar 3.3. Net drift sepanjang arah x

Hukum Ohm’s

Bila potensial listrik V [volts, J/C] diberikan pada seluruh penampang material,
maka akan mengalir arus listrik sebesar I [amperes, C/s]. Pada sebagian besar
logam, pada voltase yang rendah, arus listrik akan sebanding dengan potensial
listrik, dan bisa dinyatakan dengan

• Hukum Ohm's : I = V/R, dengan R sebagai tahanan listrik [ohms, W]. (3.1)

Adanya ketidak sempurnaan dalam kristal akan meningkatkan resistivitas,


contohnya : batas butiran, perpindahan lokasi, pengotor/impuritas pada atom
serta ruang kosong dan interstitials. Hal tersebut akan menyebabkan elektron

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 |4

menyebar, sehingga lintasan langsung yang dilalui bisa lebih pendek, yang juga
dapat menyebabkan elektron kehilangan energi kinetiknya.

Resistivitas tergantung pada


besarnya tumbukan, dan akan
meningkat dengan bertambahnya
impuritas terhadap % berat, serta
naiknya suhu.

) Gambar 3.4. Grafik hubungan antara


resistivitas

dan suhu

Pada gambar 3.4. dapat dilihat bahwa , dengan mengacu kepada aturan
Matthiessen’s, maka total resistivitas adalah:

ρtotal = ρt+ρi+ρd (3.2)

keterangan : ρt, kontribusi dari phonon (thermal); ρi, kontribusi dari


pengotor/impuritas; ρd, kontribusi akibat adanya deformasi.

Pergerakan elektron tergantung pada struktur Kristal yang dilaluinya, seperti


terlihat pada gambar 3.5 berikut, maka pergerakan electron tersebut
dibedakan pada :
(a) Kristal sempurna,
(b) Kristal yang dipanaskan pada suhu tinggi, dan
(c) Kristal yang memiliki cacat tingkat atomic.
Penyebaran electron akan mengurangi mobilitas dan konduktivitas.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 |5

Gambar 3.5. Pergerakan elektron pada beberapa kondisi kristal

Material dapat didefinisikan berdasarkan kemudahannya menghantar listrik.


Sebagai contoh, cold glass tidak menghantar listrik, tetapi merupakan
insulator. Adapun material yang menghantar listrik, seperti tembaga, disebut
konduktor. Sedangkan semikonduktor, bisa menghantar arus listrik, tetapi
bukan penghantar listrik yang baik sebagaimana konduktor. Beberapa material
lainnya disebut superkonduktor, yang pada suhu yang sangat rendah berubah
menjadi penghantar arus listrik yang sangat baik, dan dapat menjadi
penghantar arus listrik tanpa hambatan.

 Seluruh material tersebut di atas tersusun dari atom yang


terdiri dari inti atom serta electron di sekitarnya. Apa yang
membuatnya berbeda jika dikaitkan dengan
kemampuannya menghantar listrik?

Perbedaan di antara ketiganya terjadi ditinjau dari susunan elektron di sekitar


inti. Hukum Ilmu Fisika Kuantum menyebutkan bahwa elektron hanya dapat
bergerak pada lintasan tertentu. Dengan demikian ada tiga hal yang dapat
dipakai sebagai acuan, pertama, hanya sedikit elektron yang bisa bergerak

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 |6

pada lintasannya, kedua posisi lintasan yang berkaitan dengan energi yang
dimilikinya, dan ketiga, beberapa lintasan posisinya dekat satu sama lainnya.

Konduktivitas listrik atau kemampuan bahan menghantar arus listrik,


merupakan kebalikan dari resistivitas/tahanan listrik :

konduktivitas, s = 1/r (3.3)

Gambar 3.6. pergerakan elektron


akibat adanya medan listrik.
Elektron bergerak dengan
kecepatan vdx pada arah x (Ex
adalah medan listrik)

3.2.1. Pita Energi

Pada saat sejumlah atom yang bersatu membentuk padatan, elektron valensi
akan berinteraksi akibat adanya gaya Coulomb; kemudian mendapat pengaruh
medan listrik yang dihasilkan inti atom masing-masing serta atom lainnya.
Berdasarkan prinsip ketidakpastian Heisenberg's, elektron akan tetap berada
pada suatu volume yang kecil, kemudian mengalami peningkatan kondisi
energi, dan bisa memicu pergerakan elektron menuju celah pita/band gap
terlarang. Sedangkan prinsip exclusion Pauli menyebutkan, bahwa elektron
yang memiliki sifat sama sangat terbatas. Pada semikonduktor dan insulator,
pita valensi terisi, dan tidak ada lagi elektron yang bisa ditambahkan. Sebagai
akibatnya, elektron valensi membentuk pita yang lebar pada kondisi padatan.
Kedua pita tersebut terpisah oleh suatu jarak antara, tanpa kehadiran elektron.
Lokasi presisi pita serta band gaps/celah energy, tergantung pada: atom, jarak
antara atom pada padatan serta susunan atom. Pada gambar 3.6 diberikan

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 |7

gambaran tentang pita valensi, pita konduksi, serta celah pita serta kaitannya
dengan klasifikasi bahan listrik (isulator, konduktor, dan semi konduktor).

Gambar 3.7. Pita energy pada konduktor, isolator dan semikonduktor

Pita konduksi : putih

Tanpa celah Celah Pita


Pita Valensi
merah

Konduktor Insulator Semikonductor

3.2.2. Struktur Elektron dalam Padatan Pada 0 K.

Gambar 3.8. Struktur elektron tembaga dan magnesium

Besarnya energy sesuai dengan kondisi tertinggi yang terisi dan disebut Fermi
energy, Ef. Contoh : tembaga, celah pita terisi setengah; Magnesium, ada
overlap antara pita 3s dan 3p; insulator, pita valensi yang terisi terpisah oleh
celah pita yang besar terhadap pita konduksi yang kosong; semikonduktor, pita

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 |8

valensi yang terisi terpisah oleh celah pita yang sempit dari pita konduksi yang
kosong. Sedangkan pita konduksi adalah pita energy yang kosong atau terisi
sebagian. Pita valensi merupakan pita yang terisi sebagian atau secara penuh

Konduktor
Pita Konduksi:
kosong

Tanpa celah: konduktor

Pita Valensi:
penuh

Gambar 3.9. Pita energi pada konduktor

3.2.3. Band Gap Energy

Bila cahaya bersinar pada kristal silikon, maka electron pada bidang Kristal ada
kemungkinan terlepas. Pada semikonduktor, hanya photon (paket energy
cahaya) dengan tingkat energy ertentu yang dapat membebaskan electron dari
ikatan atom untuk menghasilkan arus listrik. Tingkatan energi semacam ini
(band gap energy) adalah jumlah energy yang diperlukan untuk memindahkan
electron dari ikatan kovalen dan memungkinkannya untuk menjadi bagian dari
sirkuit listrik. Untuk membebaskan elektron, maka energi photon paling sedikit
harus sebesar band gap energy. Photon dengan energi lebih besar
dibandingkan band gap energy akan memanfaatkan ekstra energi tersebut
sebagai panas pada saat electron terbebas.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 |9

3.2.4. Fermi Energy

Pada gambar 3.9 berikut, diperlihatkan implikasi dari persamaan Fermi untuk
konduktivitas listrik pada semikonduktor. Teori pita padatan menunjukkan
bahwa ada celah terukur antara tingkatan energy Fermi dengan pita konduksi
semikonduktor. Pada suhu yang lebih tinggi, fraksi electron yang lebih besar
dapat menjembatani celah ini and ikut memberikan andil dalam konduksi
listrik.

Pada suhu 0 °K, electron tidak Pada suhu tinggi, beberapa


bisa berada di atas pita valensi, electron dapat mencapai
karena tidak ada electron yang pita konduksi, sehingga bisa
memiliki energy di atas batasan berkontribusi terhadap arus
Fermi listrik

Gambar 3.10. Implikasi dari persamaan Fermi untuk konduktivitas listrik pada
semikonduktor

3.3. Pengelompokan Bahan Listrik


Secara umum, material dapat dikelompokkan menjadi, benda padat, benda cair,
benda gas. Namun demikian, dalam teknik listrik bahan juga dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

1. Bahan konduktor/penghantar, yaitu bahan yang mudah menghantarkan

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 10

listrik. Dengan demikian bahan ini mempunyai daya hantar listrik


(Electrical Conductivity) yang besar dan tahanan listrik (Electrical
Resistance) yang kecil. Bahan semacam ini berfungsi untuk mengalirkan
arus listrik.

2. Bahan insulator/penyekat, adalah bahan yang befungsi untuk menyekat


(misalnya antara 2 penghantar); agar tidak terjadi aliran
listrik/kebocoran arus listrik, apabila kedua penghantar tersebut
bertegangan, sehingga, bahan penyekat harus mempunyai tahanan jenis
yang besar dan tegangan tembus yang tinggi.

3. Bahan Semikonduktor/setengah penghantar, adalah bahan yang


mempunyai daya hantar listrik lebih kecil dibanding bahan konduktor,
tetapi lebih besar dibanding bahan isolator.

4. Bahan Magnetik (Magnetic Materials) dikelompokkan menjadi 3 kelompok,


yaitu ferro magnetic, para-magnetic dan dia-magnetic. Bahan ferro-
magnetic adalah bahan yang mempunyai permeabilitas tinggi dan mudah
sekali dialiri garis- garis gaya magnet. Contoh bahan yang mempunyai
permeabilitas tinggi adalah besi, besi pasir, stalloy, dan sebagainya. Selain
itu sering dijumpai magnet yang merupakan magnet permanen, misalnya
alnico, cobalt, baja arang, dan sebagainya. Baja untuk magnet sering
dijumpai pada pelat-pelat motor/generator, pelat-pelat transformator,
dan sebagainya. Dalam bidang elektronika, digunakan bahan magnet
misalnya pada speaker, alat-alat ukur elektronika, dan sebagainya.

5. Bahan Superkonduktor. Pada tahun 1911, Kamerligh Onnes mengukur


perubahan tahanan listrik yang disebabkan oleh perubahan suhu Hg dalam

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 11

helium cair. Dia menemukan bahwa tahanan listrik tiba-tiba hilang pada
suhu 4,153°K. Sampai saat ini telah ditemukan sekitar 24 unsur hantaran
super dan lebih banyak lagi paduan dan senyawa yang menunjukkan
sifat-sifat hantaran super. Temperatur kritisnya berkisar antara 1
sampai 19° Kelvin. Bahan-bahan lead (timah), tin (timah patri), alumunium,
dan mercury, pada sushu mendekati 0°K mempunyai resistivitas nol.

6. Bahan Nuklir, sering dipakai sebagai bahan baker reaktor nuklir. Reaktor
nuklir adalah pesawat yang mengandung bahan-bahan nuklir yang dapat
membelah, yang disusun sedemikian sehingga suatu reaksi berantai
dapat berjalan dalam keadaan dan kondisi terkendali. Dengan sendirinya
syarat agar suatu bahan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar
nuklir adalah bahan yang dapat mengadakan fisi (pembelahan atom).
Dalam reaktor nuklir digunakan bahan bakar uranium 235, plutonium-239,
uranium-233.

7. Bahan Khusus untuk pembuatan Kontak, Sekering, dll.

3.4. Konduktor

Konduktor adalah suatu bahan yang memiliki kemampuan untuk


menghantarkan arus listrik yang sangat besar, sehingga memiliki nilai
konduktivitas yang besar dibandingkan semikonduktor dan isolator. Material
konduktor mempunyai elektron bebas dalam jumlah besar. Elektron bebas
dalam material konduktor dapat terjadi karena lemahnya ikatan metalik antara
elektro valensi dengan inti atom bahan semikonduktor. Logam contohnya,
memiliki ikatan elektron valensi yang sangat lemah sehingga mudah bergerak
melalui seluruh stukturnya, bila dikenai gaya oleh suatu medan magnit. Jadi

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 12

logam digolongkan sebagai konduktor, karena memiliki muatan bebas dalam


jumlah yang sangat banyak.

Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut :
 Konduktifitasnya cukup baik.
 Kekuatan tarik yang cukup tinggi.
 Koefisien muai panjang yang kecil.
 Modulus elastisitas yang cukup besar.

Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai konduktor, antara lain:


 Logam biasa, seperti: tembaga, aluminium, besi, dll.
 Logam paduan (alloy), yaitu material dengan logam utama dari tembaga
atau aluminium yang diberi campuran elemen logam lainnya dalam
jumlah tertentu, sehingga memiliki sifat yang lebih baik dari elemen
aslinya.
 Komposit, yaitu dua jenis logam atau lebih yang dipadukan dengan cara
kompresi, peleburan (melting) atau pengelasan (welding).

3.4.1 Klasifikasi konduktor menurut bahan-nya


1. Kawat logam biasa, contoh: BBC (Bare Copper Conductor); AAC (All Aluminum
Alloy Conductor).
2. Kawat logam paduan (Alloy), contoh: AAAC (All Aluminum Alloy Conductor) ;
kawat logam paduan , seperti: kawat baja berlapis tembaga (Copper Clad
Steel) dan kawat baja berlapis aluminium (Aluminum Clad Steel); Kawat lilit
campuran, yaitu kawat yang lilitannya terdiri dari dua jenis logam atau lebih,
contoh: ASCR (Aluminum Cable Steel Reinforced).

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 13

3.4.2. Konduktivitas Listrik


Menyatakan kemudahan - kemudahan suatu material untuk meneruskan arus
listrik. Satuan konduktivitas adalah (ohm meter). Konduktivitas merupakan sifat
listrik yang diperlukan dalam berbagai pemakaian sebagai penghantar
tenaga listrik dan mempunyai rentang harga yang sangat luas. Logam atau
material yang merupakan penghantar listrik yang baik, memiliki
konduktivitas listrik dengan orde 107 (ohm.meter) -1 dan sebaliknya material
isolator memiliki konduktivitas yang sangat rendah, yaitu antara 10-10 sampai
dengan 10-20 (ohm.m)-1. Diantara kedua sifat ekstrim tersebut, ada material
semi konduktor yang konduktivitasnya berkisar antara 10-6 sampai dengan
10-4 (ohm.m)-1. Berbeda pada kabel tegangan rendah, pada kabel tegangan
menengah untuk pemenuhan fungsi penghantar dan pengaman terhadap
penggunaan, ketiga jenis atau sifat konduktivitas tersebut diatas digunakan
semuanya.

DEFINISI
 Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non
logam yang bersifat konduktor atau dapat mengalirkan arus listrik dari
satu titik ke titik yang lain. Penghantar dapat berupa kabel ataupun
berupa kawat penghantar.
 Kabel ialah penghantar yang dilindungi dengan isolasi dan keseluruhan
inti dilengkapi dengan selubung pelindung bersama, contohnya ialah
kabel NYM, NYA dan sebagainya..
 Sedangkan kawat penghantar ialah penghantar yang tidak diberi
isolasai contohnya ialah BC (Bare Conductor), penghantar berlubang
(Hollow Conductor), ACSR (Allumunium Conductor Steel Reinforced).
dsb.

Konduktivitas logam penghantar sangat dipengaruhi oleh unsur pemadu,


impuritas/pengotor atau ketidak-sempurnaan dalam kristal logam, yang
ketiganya banyak berperan dalam proses pembuatan penghantar itu sendiri.
Unsur - unsur pemandu selain mempengaruhi konduktivitas listrik, akan

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 14

mempengaruhi sifat - sifat mekanika dan fisika lainnya. Logam murni memiliki
konduktivitas listrik yang lebih baik dari pada yang lebih rendah kemurniannya,
akan tetapi kekuatan mekanisnya rendah.

Penghantar tenaga listrik, selain mensyaratkan konduktivitas yang tinggi


juga membutuhkan sifat mekanis dan fisika tertentu yang disesuaikan dengan
penggunaan penghantar itu sendiri. Selain masalah teknis, penggunaan logam
sebagai penghantar ternyata juga sangat ditentukan oleh nilai ekonomis
logam tersebut, sehingga merupakan suatu kompromi antara nilai teknis
dan ekonomi logam yang akan digunakan mutlak diperhatikan. Nilai
kompromi termurahlah yang akan menentukan logam mana yang akan
digunakan.

Table 3.1. Konduktivitas berbagai logam pada


suhu ruang
Penghantar Tanpa Isolasi

Hantaran tak berisolasi merupakan Bahan Konduktivi-


penghantar yang tidak dilapisi oleh tas
isolator, Contoh penghantar tidak Perak ( Ag ) 6,8 x 107
berisolasi :
T
Tembaga ( Cu ) 6,0 x 107
a
 BC (Bare Conductor) Emas ( Au ) 4,3 x 107
b  Penghantar Berlubang
(Hollow Conductor) Alumunium ( Al ) 3,8 x 107
e  ACSR (Allumunium Kuningan ( 70% Cu - 30% Zn ) 1,6 x 107
l Conductor Steel Reinforced)
 ACAR (Alumunium Besi ( Fe ) 1,0 x 107
Conductor Alloy Reinforced)
Baja karbon ( Ffe - C ) 0,6 x 107
3
Baja tahan karat ( Ffe - Cr ) 0,2 x 107
.
1
Pada saat ini, logam Tembaga dan Aluminium adalah logam yang terpilih
diantara jenis logam penghantar lainnya yang memenuhi nilai kompromi
teknis ekonomis termurah

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 15

Dari jenis-jenis logam penghantar


pada Tabel 3.1. di atas, tembaga Penghantar berisolasi dapat berupa kawat
berisolasi atau kabel. Batasan kawat
merupakan penghantar yang paling berisolasi adalah rakitan penghantar
tunggal, baik serabut maupun pejal yang
lama digunakan dalam bidang diisolasi, contoh kawat berisolasi :
kelistrikan. Pada tahun 1913, oleh  NYA
 NYAF
International Electrotechnical
Contoh kabel :
Comission (IEC) ditetapkan suatu  NYM-O 4 X 2 mm2, 300/500 V
artinya kabel 4 inti tanpa penghantar (hijau
standar yang menunjukkan daya – kuning) berpenghantar tembaga masing-
masing luas penampangnya 2 mm2
hantar kawat tembaga yang berbentuk bulat, pelindung dalam dan
kemudian dikenal sebagai selubung luar PVC, tegangan nominal
penghantar fasa-netral 300 V, dan
International Annealed Copper tegangan fasa-fasa 500 V.
 NYY-I 4 X 6 mm2, 0,6/1 KV
Standard (IACS). Standar tersebut artinya kabel 4 inti berpenghantar tembaga
masing-masing luas penghantarnya 6 mm2
menyebutkan bahwa kawat berbentuk bulat pejal. Selubung dalam dan
selubung luar PVC, tegangan nominal
tembaga yang memiliki penghantar fasa-netral (bumi) 0,6 KV dan
konduktivitas listrik 100% IACS, tegangan antar penghantar fasa 1 KV.

adalah kawat tembaga yang telah


dilunakkan dengan proses anil
(annealing), mempunyai panjang 1m dan luas penampang 1mm2, serta
mempunyai tahanan listrik (resistance) tidak lebih dari 0.017241 Ohm, pada
suhu 20 °C.

Akan tetapi dengan kemajuan teknologi proses pembuatan tembaga yang


dicapai dewasa ini, dimana tingkat kemurnian tembaga pada kawat
penghantar jauh lebih tinggi jika dibandingkan pada tahun 1913, maka
konduktivitas listrik kawat tembaga sekarang ini bisa mencapai diatas 100%
IACS.
Untuk kawat Aluminium, konduktivitas listriknya biasa dibandingkan terhadap
standar kawat tembaga. Menurut standar ASTM B 609 untuk kawat aluminium

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 16

dari jenis EC grade atau seri AA 1350(*), konduktivitas listriknya berkisar antara
61.0 -61.8% IACS, tergantung pada kondisi kekerasan. Sedangkan untuk kawat
penghantar dari paduan aluminium seri AA 6201, menurut standar ASTM B
3988 persyaratan konduktivitas listriknya tidak boleh kurang dari 52.5%
IACS. Kawat penghantar 6201 ini biasanya digunakan untuk bahan kabel dari
jenis All Aluminium Alloy Conductor (AAAC).

Selain persyaratan sifat listrik seperti konduktivitas listrik di atas, kriteria mutu
lainnya yang juga harus dipenuhi meliputi seluruh atau sebagian dari sifat - sifat
atau kondisi berikut ini, yaitu:
a. komposisi kimia.
b. sifat tarik seperti kekuatan tarik (tensile strength) dan regangan tarik
(elongation).
c. sifat bending.
d. diameter dan variasi yang diijinkan.
e. kondisi permukaan kawat harus bebas dari cacat, dan lain-lain

3.4.3. Bahan Konduktor


3.4.3.1. Emas
Konsentrasi elektron bebas dalam logam emas 5,90 × 1022 cm-3. Emas sangat
konduktif untuk listrik, dan telah digunakan untuk jaringan kabel listrik di
beberapa aplikasi energi tinggi (hanya perak dan tembaga lebih konduktif per
volume, tapi emas memiliki keuntungan ketahanan korosi). Seperti terlihat
pada emas dengan konduktivitas 6,17 x 107 S/m. Emas merupakan bahan
konduktor yang sangat bagus untuk dijadikan penghantar, namun karena harga
yang mahal dan lebih sulit menemukannya sehingga jar ang digunakan dan
yang sering digunakan sebagai konduktor adalah tembaga. Meskipun emas
bereaksi kimia oleh klorin bebas, konduktivitas yang baik dan ketahanan umum

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 17

terhadap oksidasi dan korosi pada lingkungan lain (termasuk tahan terhadap
asam non-diklorinasi) telah menyebabkan industri digunakan secara luas di era
elektronik sebagai lapisan lapisan tipis konektor elektris dari segala jenis,
sehingga memastikan koneksi yang baik. Sebagai contoh, emas yang digunakan
dalam konektor kabel elektronik lebih mahal, seperti audio, video dan kabel
USB.

3.4.3.2. Tembaga

Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cu dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin
Cuprum.Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik.Selain
itu unsur ini memiliki korosiyang cepat sekali.

Tembaga murni sifatnya halus dan lunak, dengan permukaan berwarna jingga
kemerahan. Konfigurasi atom Cu adalah : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1,
sehingga Cu cenderung melepaskan 1 elektron valensinya dan sangat baik jika
digunakan sebagai konduktor dan mudah untuk didapatkan. Impuritas yang
terdapat dalam tembaga akan memperkecil/mengurangi daya hantar listriknya.
Selain mempunyai daya hantar listrik yang tinggi, daya hantar panasnya juga
tinggi; dan tahan karat. Oleh karena itu tembaga juga dipakai untuk
kelengkapan bahan radiator, ketel, dan alat kelengkapan pemanasan. Tembaga
mempunyai sifat dapat dirol, ditarik, ditekan, ditekan tarik dan dapat ditempa
(meleable).

Tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi yaitu 57 ohm.mm2/m


pada suhu 200 °C. Pemakaian tembaga pada teknik listrik yang terpenting
adalah sebagai penghantar, misalnya : kawat berisolasi (NYA, NYAF), kabel
(NYM, NYY, NYFGBY), busbar, lamel mesin dc, cincin seret pada mesin ac.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 18

Tembaga mempunyai ketahanan terhadap korosi, oksidasi. Massa jenis


tembaga murni pada 200 °C adalah 8,96 g/cm3, titik beku 1083 °C. Kekuatan
tarik tembaga tidak tinggi, yaitu berkisar antara 20 hingga 40 kg/mm2,
kekuatan tarik batang tembaga akan naik setelah batang tembaga diperkecil
penampangnya untuk dijadikan kawat berisolasi atau kabel.

Dengan meningkatnya kebutuhan pemakaian tembaga untuk bahan


konduktor, maka sudah dikembangkan bahan cadangan
untukpenggantinya. Bahan pengganti yang agak mendekati adalah alumunium
(Al). Akan tetapi daya hantar listrik maupun daya hantar panas dari
alumunium lebih rendah dibandingkan tembaga. Kegunaan lain dari tembaga
ialah sebagai bahan untuk baut penyolder, untuk kawatkawat jalan traksi listrikl
(kereta listrik, trem, dan sebagainya), unsur hantaran listrik di atas tanah,
hantaran penangkal petir, untuk lapis tipis dari kolektor, dan lain-lain.

3.4.3.3. Alumunium

Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Terang dan kuat.


Merupakan konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi
lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi batangan dengan
bermacam-macam penampang. Tahan korosi.

Aluminium murni mempunyai massa jenis 2,7 g/cm3, dan titik leleh 658 °C.
Daya hantar aluminium sebesar 35 Ohm.mm2/m, atau kira-kira 61,4 % daya
hantar tembaga. Aluminium murni mudah dibentuk karena lunak, kekuatan
tariknya hanya 9 kg/mm2. Untuk itu jika aluminium digunakan sebagai
penghantar yang dimensinya cukup besar, selalu diperkuat dengan baja atau
paduan aluminium. Penggunaan yang demikian misalnya pada : ACSR

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 19

(Aluminium Conductor Steel Reinforced), ACAR (Aluminium Conductor Alloy


Reinforced).

Penggunaan aluminium yang lain adalah untuk busbar, dan karena alasan
tertentu, misalnya, karena alasan ekonomi, dibuat penghantar aluminium yang
berisolasi, misalnya : ACSR - OW. Menurut ASA (American Standard
Association), paduan aluminium diberi penandaan seperti ditunjukkan pada
tabel 3.2.
Tabel 3.2. Penandaan Paduan Aluminium

No Bahan Penandaan
1 Aluminium, kemurnian min 99% 1 xxx
Paduan yang mayoritas terdiri dari
2 Tembaga 2 xxx
3 Mangan 3 xxx
4 Silikon 4 xxx
5 Magnesium 5 xxx
6 Magnesium dan silikon 6 xxx
7 Seng 7 xxx
8 Lain-lain 8 xxx
9 Seri yang tidak digunakan 9 xxx

Contoh :

1. Penandaan 1045 untuk aluminium tempa, berarti :


a. 1 xxx menunjukkan kemurnian aluminium 99 %
b. x 0 xx tidak ada pemeriksaan terhadap sisa pengotoran 1 % - 0,45 % = 0, 55 %.
c. xx 45 menunjukkan 99,45 % bahan tersebut terbuat dari aluminium.
2. Penandaan 6050 untuk aluminium tempa, berarti :
a. 6 xxx menunjukkan aluminium dengan campuran mayoritas Si.
b. x 0xx tidak ada pemeriksaan terhadap pengotoran 1 % -0,5 % = 0,5 %
c. xx45 menunjukkan bahan tersebut terbuat dari paduan magnesium dan
silikon 99,5 %.

3.4.3.4. Kuningan
Kuningan merupakan paduan dari tembaga dan seng, proporsi seng dan
tembaga dapat bervariasi untuk menciptakan berbagai kuningan dengan sifat
yang bervariasi. Sebagai perbandingan, perunggu pada prinsipnya paduan

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 20

tembaga dan timah. Bronze tidak selalu mengandung timah, dan berbagai
paduan tembaga, termasuk paduan dengan arsen , fosfor , aluminium ,
mangan , dan silikon , yang biasanya disebut "perunggu ". Karena kuningan
paduan dari tembaga dan seng , itulah sebabnya kuningan dapat
menghantarkan listrik.

3.4.3.5. Tungsten
Nama "tungsten" (dari Nordic sten tung, yang berarti "batu berat") digunakan
dalam bahasa Inggris, Perancis, dan bahasa lainnya sebagai nama elemen. Tungsten
adalah nama Swedia tua untuk scheelite mineral. Nama lain "wolfram" (at au
"volfram"), yang digunakan misalnya dalam kebanyakan bahasa Eropa (terutama
Jerman dan Slavia), berasal dari mineral wolframite , dan ini juga merupakan asal dari
simbol kimia, W. Nama "wolframite" berasal dari bahasa Jerman "serigala Rahm"
("serigala jelaga" atau "krim serigala"), nama yang diberikan untuk tungsten oleh
Johan Gottschalk Wallerius pada tahun 1747. Hal ini, pada gilirannya, berasal dari
"Lupi spuma", nama Georg Agricola digunakan untuk elemen tahun 1546, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai "buih serigala" atau "krim" (etimologi
tidak sepenuhnya tertentu), dan merupakan referensi untuk sejumlah besar timah
dikonsumsi oleh mineral selama ekstraksi.

3.4.3. 6. Nikel

Nikel adalah salah satu dari empat elemen yang feromagnetik sekitar suhu
kamar. Alnico magnet permanen berdasarkan sebagian pada nikel adalah
kekuatan penengah antara berbasis besi magnet permanen dan jarang-
magnet bumi . Logam ini terutama berharga dalam dunia modern untuk
paduan membentuk, sekitar 60% dari produksi dunia digunakan dalam nikel-
baja (terutama stainless steel ). Paduan umum lainnya, serta beberapa baru
superalloy , membentuk sebagian besar dari sisa penggunaan nikel dunia,
dengan menggunakan kimia untuk senyawa nikel mengkonsumsi kurang dari

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 21

3% dari produksi. Sebagai suatu senyawa, nikel memiliki sejumlah kimia niche
pembuatannya menggunakan, seperti katalis untuk hidrogenasi . Enzim
beberapa mikroorganisme dan tumbuhan mengandung nikel sebagai pusat
aktif, yang membuat logam merupakan nutrisi penting bagi mereka.

3.4.3.7. Besi
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak
digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi
mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami
korosi. Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai
berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja.

3.4.3.8. Platina
Platina merupakan bahan yang tidak berkarat, dapat ditempa, tetapi sukar
dicairkan dan tahan dari sebagian besar bahan-bahan kimia; merupakan logam
terberat dengan berat jenis 21,5. Titik cairnya mencapai 1774°C, sedang
tahanan jenisnya 0,42 ohm.mm2/m. Warnanya putih keabu-abuan. Pemurnian
platina dilakukan secara kimia. Platina dapat ditarik menjadi kawat halus dan
filamen yang tipis.

Platina dipakai di peralatan laboratorium, untuk unsur pemanas tungku-


tungku listrik bila membutuhkan panas yang tinggi, dapat mencapai lebih dari
1300 °C. Pemakaian platina dalam teknik listrik antara lain untuk peralatan
laboratorium yang tahan karat, kisi tabung radio yang khusus dan sebagainya.
Hampir kesemuanya itu untuk kepentingan dalam laboratorium yang sangat
membutuhkan kecermatan kerja pesawat. Untuk dipakai secara umum platina
terlalu mahal dan bahan lain sebagai penggantinya cukup banyak.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 22

3.4.3.9. Baja
Baja merupakan logam yang terbuat dari besi dengan campuran karbon.
Berdasarkan campuran karbonnya, baja dikategorikan menjadi 3 yaitu : baja
dengan kadar karbonrendah (0 hingga 0,25 %), baja dengan kadar karbon
menengah (0,25 hingga 0,55 %), baja dengan kadar karbon tingggi (di atas 0,55
%).Meskipun konduktivitas baja rendah yaitu :27,7 ohm.mm2/m, tetapi
digunakan pada penghantar transmisi yaitu ACSR, fungsi baja dalam hal ini
adalah untukmemperkuat konduktor aluminium secara mekanis setelah
digalvanis dengan seng. Keuntungan dipakainya baja pada ACSR adalah
menghemat pemakaian aluminium.

3.4.3.10. Bimetal

Dua hal yang menguntungkan dari penghantar bimetal, yaitu :


a. Pada arus bolak balik ada kecenderungan arus melalui bagian luar
konduktor (efek kulit).
b. Dengan melapisi baja menggunakan tembaga, maka baja sebagai
penguatpenghantar terhindar dari korosi.
Pemakaian penghantar bimetal selain untuk kawat penghantar adalah untuk
:busbar, pisau hubung.

3.4.3.11. Merkuri

Merkuri adalah logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan berwarna
abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul 200,59. Tidak larut dalam air,
alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogenbromida dan hidrogen iodide; Larut
dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak tercampurkan dengan
oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar, logam, asam, logam

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 23

carbide dan amine. Toksisitas merkuri berbeda sesuai bentuk kimianya,


misalnya merkuri inorganik bersifat toksik pada ginjal, sedangkan merkuri
organik seperti metil merkuri bersifat toksis pada sistim syaraf pusat.

3.4.3.12. Grafit

Grafit adalah suatu modifikasi dari karbon dengan sifat yang mirip logam
(penghantar panas dan listrik yang baik). Di samping tidak cukup padat, grafit
tidak terdapat dalam jumlah banyak di alam. Grafit digunakan sebagai
elektroda, bantalan luncur, ring penyekat, dan aditif untuk bahan pelumas.
Grafit juga mempertinggi kemampuan lumas teflon. Barang yang seluruhnya
dibuat dari grafit adalah alat penukar panas, cawan lebur, batu filter, pompa,
dan pelat pecah. Grafit juga digunakan sebagai bahan pengisi. Pada alat
penyekat dan penghitung volume, sebagian peralatannya dibuat dari grafit
(misalnya torak). Serat grafit dimanfaatkan untuk pelepasan muatan
elektrostatik pada selubung ventilasi.

3.4.3.13. Wolfram

Logam ini berwarna abu - abu keputih-putihan, mempunyai massa jenis 20


g/cm3, titik leleh 3410 °C, titik didih 5900 °C, tahanan jenis 0,055
ohm.mm2/m. Wolfram diperoleh dari tambang yang pemisahannya dari
penambangan dengan menggunakan magnetik atau proses kimia. Dengan
reaksi reduksi asam wolfram (H2WO4) dengan suhu 700 °C diperoleh bubuk
wolfram. Bubuk wolfram tersebut kemudian diebntuk menjadi batangan
dengan suatu p roses yang disebut metalurgi bubuk yang menggunakan
tekanan dan suhu tinggi (1600 °C) tanpa terjadi oksidasi. Dengan menggunakan
mesin penarik, batang wolfram diameternya dapat dikecilkan menjadi 0,01
mm (penarikannya dilakukan pada keadaan panas). Penggunaan wolfram pada

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 24

teknik listrik antara lain : filament (lampu pijar, lampu halogen, lampu ganda),
elektroda, tabung elektronik.

3.4.3.14. Molibdenum
Logam ini mirip dengan wolfram dalam hal sifatnya, demikian pula cara
mendapatkannya. Molibdenum mempunyai massa jenis 10,2 g/cm3, titik leleh
2620 °C, titik didih 3700 ° C, resistivitasnya 0,048 Ohm.mm2/m koeffisien suhu
0,0047 per °C .Diantara penggunaan Molibdenum adalah pada : tabung sinar X,
tabung hampa udara, karena molibdenum dapat membentuk lapisan yang kuat
dengan gelas. Sebagai campuran logam yang digunakan untuk keperluan yang
keras, tahan korosi, bagian -bagian yang digunakan pada suhu tinggi.

3.4.3.15. Platina

Platina merupakan logam yang berat, berwarna putih keabu - abuan, tidak
korosif, sulit terjadi peleburan dan tahan terhadap sebagian besar bahan kimia.
Massa jenisnya 21,4 g.cm3, titik leleh 1775 °C, titik didih 4530 °C, resistivitasnya
0,1 Ohm.mm2/m, koeffisien suhu 0,00307 per °C. Platina dapat dibentuk
menjadi filamen yang tipis dan batang yang tipis - tipis. Penggunaan platina
pada teknik listrik antara lain untuk elemen pemanas padalaboratorium
tentang oven atau tungku pembakaran yang memerlukan suhu tinggi yaitu di
atas 1300 °C, untuk termokopel platina- rhodium (bekerja di atas 1600 °C),
platina dengan diameter < 1 mikron digunakan untuk menggantung bagian
gerak pada meter listrik dan instrumen sensitif lainnya, bahan untuk
potensiometer.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 25

3.4.3.16. Air Raksa

Air raksa adalah satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu kamar.
Resistivitasnya adalah 0,95 Ohm.mm2/m, koeffisien suhu 0,00027 per°C. Pada
pemanasan di udara air raksa sangat mudah terjadi oksidasi. Air raksa dan
campurannya khususnya uap air raksa adalah beracun. Penggunaan air raksa
antara lain : gas pengisi tabung -tabung elektronik, penghubung pada saklar air
raksa, cairan pada pompa diffusi, elektroda pada instrumen untuk mengukur
sifat elektris bahan dielektrik padat.Logam-logam lain yang juga banyak
digunakan pada teknik listrik diantaranyaadalah : tantalum dan niobium.
Tantalum dan niobium dipadukan dengan aluminium banyak d igunakan
sebagai kapasitor elektrolitik.

3.4.3.17. Air Laut

Air laut memiliki kadar garam rata -rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL)
air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun tidak seluruhnya, garam
dapur/NaCl). Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan
garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya
natrium, kalium, kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut
membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan
garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjdai asin
karena banyak mengandung garam.

3.5. Semikonduktor

Bahan semikonduktor ( setengah penghantar ) adalah bahan selain penghantar


dan penyekat yang pada temperatur mutlak yaitu pada 0 K. Dalam keadaan
murninya mempunyai sifat sebagai penyekat ; sedangkan pada temperatur

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 26

kamar ( 27 ˚C ) dapat berubah sifatnya


menjadi bahan penghantar. Bahan yang
dapat berubah sifat kelistrikannya apabila
temperatunya berubah-ubah.
Semikonduktor adalah bahan yang sifat
konduktivitasnya berada diantara
konduktor dan isolator, semikonduktor

Tabel Periodik Elemen Material dapat dijadikan sebagai bahan konduktor


Semikonduktor dan juga dapat dijadikan bahan isolator.
Contohnya Germanium dan silicon. Hal ini disebabkan semikonduktor memiliki
4 elektron valensi, yang memungkinkan untuk melepas dan menerima lagi.

Berdasarkan tingkat kemurnian, semikonduktor dibedakan menjadi :


 Semikonduktor Intrinsik : semikonduktor murni yang tidak diberi
doping
 Semikonduktor Ekstrensik : semikonduktor murni yang diberi doping

Semikonduktor intrinsic, adalah Semikonduktor yang belum mengalami


penyisipan oleh atom akseptor atau atom donor
 Pada suhu tinggi elektron valensi dapat berpindah menju pita
konduksi, dengan menciptakan hole pada pita valensi
 Pengahantar listrik pada semikonduktor adalah elektron dan hole

Semikonduktor Ekstrinsik, Tipe N, Pengotoran oleh atom pentavalent yaitu,


bahan kristal dengan inti atom memiliki 5 elektron valensi. Contoh ; P , As.
Atom pengotor disebut atom donor; Pembawa muatan disebut elektron

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 27

Gambar 3.11. Semikonduktor ekstrinsik

Semikonduktor Ekstrinsik Tipe P. Pengotoran oleh atom trivalent yaitu, bahan


kristal dengan inti atom memiliki 3 elektron valensi. Contoh ; B, Ga. Atom
pengotornya disebut atom akseptor ; Pembawa muatan disebut hole

Gambar 3.12. Semikonduktor ekstrinsik

P-N Junction, Jika semikonductor disambungkan, maka elektron akan berdifusi


menuju daerah tipe-p, dan sebaliknya hole akan berdifusi menuju daerah tipe-
n, sehingga terbentuk daerah persambungan. Pada daerah persambungan ini

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 28

terbebas dari muatan mayoritas, tetapi terjadi dipole muatan sehingga timbul
medan listrik dan terjadi potensial halang.

Gambar 3.13. P-n junction

Tidak semua atom dapat digunakan sebagai atom akseptor atau atom donor,
ada beberapa persyaratan :
1. Ukuran atom yang hampir sama dengan atom murni
2. Memiliki jumlah elektron valensi berbeda satu dengan atom murni
Table 3.3. Sifat bahan semikonduktor

Contoh

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 29

komponen yang menggunakan semikonduktor : Dioda, Transistor, Sel Surya


Electron valensi yang
mudah terlepas dari arus
listrik
Struktur atom konduktor yang baik hanya mempunyai
satu elektron di lintasan terluarnya, disebutThe
electron valensi, yang mudah dilepaskan dari atom
dan menghasilkan aliran arus listrik.

Atom tembaga

3.5.1. Bahan Semikonduktor


3.5.1.1. Germanium
Germanium adalah unsur kimia dengan simbol Ge dan nomor atom 32. Ini
adalah, berkilau keras, putih keabu-abuan metalloid dalam kelompok karbon
, kimia mirip dengan tetangga kelompoknya timah dan silikon . Dimurnikan
germanium adalah semikonduktor , dengan tampilan yang paling mirip
dengan silikon unsur. Seperti silikon, germanium bereaksi secara alami dan
membentuk kompleks dengan oksigen di alam.

Diagram pita energi utnuk germanium mirip dengan intan dengan perbedaan
celah energi hanya sekitar 1 eV. Konfigurasi atom Ge [Ar] 3d10 4s2 4p2 macam
atom ini memiliki 4 elektron di tingkat energy terluarnya. Tumpang-tindih pita
energi di tingkat energi terluar akan membuat pita energi terisi penuh 8
elektron. Karena celah energi sempit maka jika temperatur naik, sebagian
elektron di pita valensi naik ke pita konduksi dengan mudah dan meninggalkan
tempat kosong (hole) di pita valensi. Baik elektron yang telah berada di pita
konduksi maupun hole di pita valensi akan bertindak sebagai pembawa

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 30

muatan untuk terjadinya arus listrik. Konduktivitas listrik naik dengan cepat
dengan naiknya temperatur. Konduktivitas listrik tersebut di atas disebut
konduktivitas intrinksik. Konduktivitas material semikonduktor juga dapat
ditingkatkan dengan penambahan atom asing tertentu (pengotoran, impurity).
Jika atom pengotor memiliki 5 elektron terluar (misalnya P atau As) maka akan
ada kelebihan satu elektron tiap atom. Kelebihan elektron ini akan menempati
tingkat energi sedikit di bawah pita konduksi (beberapa per-puluh eV) dan
dengan sedikit tambahan energi akan sangat mudah berpindah ke pita
konduksi dan berkontribusi pada konduktivitas listrik. Atom pengotor seperti
ini disebut donor (karena ia memberikan elektron lebih) dan semikonduktor
dengan donor disebut semikonduktor tipe n.

3.5.1.2. Ferrit

Pembuatan magnet permanent Barium Ferit dengan bahan dasar pasir besi
yang terdapat pada alam yaitu paslr besi yang mengandung FeZnCr0 4 dan pasir
besi Lumajang. Kedua jenis pasir tersebut selanjutnya dikenai proses ekstraksi
secara hydrothermal oxidation untuk mendapatkan bahan Fe2+ dengan
menggunakan katalis Jarutan k.imia HN~. H2SO4. dan HCI. Diperoleh hasil
bahwa larutan katalis HN~ dapat meningkatkan kemumian Fe2+ lebih tinggi
dibanding H~o.

3.5.1.3. Silikon

Silikon adalah suatu elemen yang sering terdapat pada tanah liat dan pasir.
Bukan hanya disebabkan oleh jumlahnya yang melimpah sehingga murah,
tetapi seilikon sendiri merupakan semikonduktor. Prinsip dari silicon adalah
sama dengan germanium. Silicon mempunyai konfigurasi Si [Ne] 3s2 3p2,
Silikon super murni dapat didoping dengan boron, gallium, fosfor dan arsenik

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 31

untuk memproduksi silikon yang digunakan untuk transistor, sel-sel solar,


penyulingan, dan alat-alat solid-state lainnya, yang digunakan secara ekstensif
dalam barang-barang elektronik dan industri antariksa.

3.6. Isolator

Sifat dan karakteristik bahan pada saat digunakan dalam sistem tenaga listrik
mempunyai besaran yang sangat bervariasi mulai dari sifat fisik, mekanik
maupun elektrik. Semua sifat tersebut sangat berperan guna menganalisis
karakteristik sistem secara keseluruhan. Salah satu sifat yang sangat penting
adalah sifat kelistrikan. Namun demikian sifat mekanis, sifat termal, ketahanan
terhadap bahan kimia serta sifat-sifat lainnya perlu juga diperhatikan. Salah
satau bahan listrik yang sangat luas penggunaanya dalam sitem tenaga listrik
adalah isolasi. Karena seperti kita tahu bahan isolasi akan menyekat antara
bagian - bagian yang bertegangan dengan yang tidsak atau dengan manusia

Suhu juga berpengaruh terhadap kekuatan mekanis, kekerasan, viskositas, serta


ketahanan terhadap pengaruh kimia. Bahan isolasi dapat rusak akibat panas
yang diterima dalam jangka waktu tertentu, yang dikenal dengan umur panas
bahan isolasi. Sedangkan kemampuan bahan menahan suhu tertentu tanpa
terjadi kerusakan disebut ketahanan panas. Berdasarkan suhu kerja bahan,
menurut IEC (International Electrotechnical Commission), penggunaan bahan
isolasi pada suhu di bawah nol juga perlu diperhatikan, karena pada suhu di
bawah nol bahan isolasi akan menjadi keras dan regas. Pada mesin-mesin
listrik, kenaikan suhu pada penghantar dipengaruhi oleh resistansi panas bahan
isolasi. Selain itu, kemampuan larut bahan isolasi, resistansi kimia,
higroskopis, permeabilitas uap, pengaruh tropis, dan resistansi radio aktif
perlu dipertimbangkan pada penggunaan tertentu.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 32

Ketahanan bahan isolasi terhadap korosi akibat gas, air, asam, basa, dan garam
juga bervariasi, khususnya perlu diperhatikan pada saat bahan digunakan di
daerah yang konsentrasi kimianya aktif, instalasi tegangan tinggi, dan suhu di
atas normal. Uap air dapat memperkecil daya isolasi bahan, karena bahan
isolasi juga mempunyai sifat higroskopis. Oleh karenanya, maka selama
penyimpanan atau pemakaian diusahakan agar tidak terjadi penyerapan uap air
oleh bahan isolasi, dengan memberikan bahan penyerap uap air, yaitu
senyawa P2O5 atau CaC12. Bahan isolasi hendaknya juga mempunyai
permeabilitas uap yang cukup besar, khususnya bagi bahan yang digunakan
untuk isolasi kabel dan rumah kapasitor. Di daerah tropis basah
dimungkinkan tumbuhnya jamur dan serangga. Suhu yang tinggi disertai
kelembaban dalam waktu lama dapat menyebabkan turunnya kemampuan
isolasi. Oleh karena bahan isolasi hendaknya dipisi bahan anti jamur (paranitro
phenol, dan pentha chloro phenol).

Pemakaian bahan isolasi sering dipengaruhi bermacam-macam energi radiasi


yang dapat berpengaruh dan mengubah sifat bahan isolasi. Radiasi sinar
matahari mempengaruhi umur bahan, khususnya jika bersinggungan dengan
oksigen. Sinar X sinar-sinar dari reactor nuklir, partikel-partikel radio isotop
juga mempengaruhi kemampuan bahan isolasi. Sifat mekanis bahan yang
meliputi kekuatan tarik, modulus elastisitas, dan derajat kekerasan bahan isolasi
juga menjadi pertimbangan dalam memilih suatu jenis bahan isolasi.

Bahan isolasi untuk sistem tegangan tinggi sering menetapkan beberapa


persyaratan, dan diantaranya ada yang saling bertentangan. Oleh karena itu
dalam pemilihan bahan isolasi untuk suatu keperluan khusus sering dilakukan
dengan mencari kompromi antara penyimpangan kebutuhan dengan sifat

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 33

yang diinginkan, sehingga pemilihan yang benar-benar memuaskan tidak


terpenuhi. Isolasi polimer Resin Epoksi Silane (RES) secara sains, teknologi, dan
ekonomi layak digunakan untuk material isolator listrik tegangan tinggi di daerah
tropis.

3.6.1. Sifat Kelistrikan


Terdapat 3 hal pokok yang dibahas di dalam sub-bab ini yaitu resistivitas,
permitivitas dan sudut kerugian dielektrik. Dari ketiga hal tersebut akan
memberikan gambaran sifat kelistrikan suatu bahanisolasi di samping sifat-sifat
yang lain.

1. Resisitivitas
Sesuai dengan fungsinya, bahan isolasi yang baik adalah bahan isolasi yang
resistivitasnya besar tak terhingga. Tetapi pada kenyataannya bahan yang
demikian itu belum bisa diperoleh. Sampai saat ini semua bahan isolasi pada
teknik listrik masih mengalirkan arus listrik (walaupun kecil) yang lazim disebut
arus bocor. Hal ini menunjukkan bahwa resistansi bahan isolasi bukan ddak
Lerbatas besarnya. Besarnya resistansi bahan isolasi sesuai dengan hukum
Ohm.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan resistivitas adalah :

1. Baik resistivitas volume maupun resistivitas permukaan akan berkurang


besarnya jika suhu dinaikkan. Banyak bahan yang mempunyai pv dan
pp yang besar pada suhu kamar, tetapi, turun drastis pada subu 100 °C.
2. Untuk bahan isolasi yang higroskopis, di daerah-daerah yang lembab
resistivitasnya akan turun secara mencolok.
3. Resistivitas akan turun jika tegangan yang diberikan naik

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 34

Dari 3 hal tersebut di atas, maka pada pemakaian sehari-hari dalam pemakaian
bahan isolasi misaInya untuk daerah kerja yang suhunya tinggi atau lembab,
harus dipilih bahan yang sesuai baik bahan maupun tegangan kerjanya.

2. Permitivitas
Setiap bahan isolasi mempunyai permitivitas, utamanya diperlukan bagi bahan
yang digunakan sebagai elektrik kapasitor. Kapasitansi suatu kapasitor
tergantung beberapa faktor yaitu : luas permukaan, jarak antara keping-keping
kapasitor serta dielektriknya. Besarnya permitivitas udara hampir 1 yaitu
1.000.589, sedangkan besarnya permitivitas untuk zat padat dan zat cair selalu
lebih besar dari 1.

3. Sudut Kerugian Dielektrik


Pada saat bahan isolasi diberi tegangan bolak balik, maka terdapat energi yang
diserap oleh bahan tersebut. Akibatnya terdapat faktor kapasitif. Besarnya
kerugian yang diserap bahan isolasi a dalah berbanding lurus dengan tegangan
V volt, frekuensi f hertz, kapasitansi C farad, seperti ditunjukkan pada
persamaan berikut.

4. Sifat Terhadap Panas


Pada penghantar yang dilewati arus listrik selalu terjadi kerugian daya.
Kerugian daya ini selanjutnya didesipasikan dalam bentuk energi panas. Untuk
itu perlu dipe lajari pengaruh panas terhadap bahan -bahan isolasi karena
panas dapat mempengaruhi bahan isolasi dalam hal : sifat kelistrikan, kekuatan
mekanis, kekerasan, viskositas, ketahanan terhadap pengaruh kimia dan
sebagainya. Suatu bahan isolasi dapat rusak disebabkan oleh panas dalam
kurun waktu tertentu. Waktu tersebut dikatakan sebagai umur panas bahan
isolasi. Sedangkan kemampuan bahan menahan suatu panas tanpa terjadi

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 35

kerusakan disebut ketahanan panas (heat resistance). Klasifikasi bahan isolasi


menurut IEC (International Electrotechnical Commission) didasarkan atas batas
suhu kerja bahan.

5. Sifat Fisis dan Kimia


Beberapa sifat fisis dan kimia yang akan dibahas di sini adalah; sifat
kemampuan larut, resistansi kimia, higroskopisitas, permeabilitas uap,
pengaruh tropis dan resistansi radio aktif.

a. Sifat kemampuan Larut


Sifat ini adalah diperlukan ketika menentukan macam bahan pelarut
untuk suatu bahan, misalnya : vernis, plastik, dan sebagainya. Juga
ketika menguji bahan isolasi atas kemampuannya tetap tahan di dalam
cairan selama diimpregnasi dan selama pemakaiannya (bahan isolasi
trafo minyak). Kemampuan larut bahan padat dapat dievaluasi
berdasarkan banyaknya bagian permukaan bahan yang dapat larut
setiap satuan waktu jika diberi bahan pelarut. Kemampuan larut suatu
bahan akan lebih besar jika suhunya dinaikkan. Umumnya bahan
pelarut komposisi kimianya sama dengan bahan yang dilarutkan.
Contohnya : hidro karbon (parafin, karet alam) dilarutkan dengan
cairan hidro karbon atau phenol formaldehida.

b . Resistansi Kimia
Bahan isolasi mempunyai kemampuan yang berbeda ketahanannya
terhadap korosi yang disebabkan oleh : gas, air, asam, basa dan garam.
Hal ini perlu diperhatikan untuk pemakaian bahan isolasi yang
digunakan di daerah yang kosentrasi kimian ya aktif, suhu di atas
normal. Karena kecepatan korosi dipengaruhi pula oleh kenaikkan

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 36

suhu. Bahan isolasi yang digunakan pada instalasi tegangan tinggi harus
mampu menahan terjadinya ozon. Artinya, bahan tersebut harus
mempunyai resistansi ozon yang ti nggi. Karena ozon dapat
menyebabkan isolasi berubah menjadi regas. Pada prakteknya, bahan
isolasi anorganik mempunyai ketahanan terhadap ozon yang baik.

c. Higroskopisitas
Beberapa bahan isolasi ternyata mempunyai sifat higroskopisitas, yaitu
sifat menyerap air sekelilingnya. Uap air ternyata dapat mengakibatkan
perubahan mekanis fisik (physico mechanical) dan memperkecil daya
isolasi. Untuk itu selama penyimpanan atau pemakaian bahan isolasi
agar tidak terjadi penyerapan uap air oleh bahan isolasi, maka
hendaknya bahan penyerap uap air yaitu senyawa P2O5 atau CaCl2.
Bahan dielektrik yang melekulnya berisi kelompok hidroksil (OH),
higroskopisitasnya relative besar. Sedangkan bahan dielektrik seperti :
parafin, polietilin dan politetra fluoro etilen adalah bahan - bahan non-
higroskopis.

3.6.2. Jenis Bahan Insulator


Bahan isolasi gas adalah digunakan sebagai pengisolasi dan sekaligus sebagai
media penyalur panas. Bahan isolasi gas yang dibahas dalam bab ini adalah :
udara, sulphur hexa fluorida (SF6) sebagai titik berat, disamping gas - gas lain
yang lazim digunakan di dalam teknik listrik.

3.6.2.1. Udara

Udara merupakan bahan isolasi yang mudah didapatkan, mempunyai tegangan


tembus yang cukup besar yaitu 30 kV/ cm. Contoh yang mudah dijumpai

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 37

antara lain : pada JTR, JTM, dan JTT antara hantara yang satu dengan yang lain
dipisahkan dengan udara.

Jika 2 buah elektroda yang dipisahkan dengan udara mempunyai beda


tegangan yang cukup tinggi yaitu tegangan yang melebihi tegangan tembus,
maka akan timbul loncatan bunga api. Bila tegangan tersebut dinaikkan lagi,
maka akan terjadi busur api. Jika terdapat 2 buah elektroda berbentuk bulat
dipisahkan dengan udara yang jaraknya cukup besar untuk suatu harga
tegangan dan memungkinkan terjadinya ionisasi pada udara sekitarnya maka
akan berbentuk ozon. Pada sekitar elektroda tersebut akan timbul sinar
terang kebiru-biruan yang disebut korona. Besarnya tegangan tembus pada
udara dipengaruhi oleh besarnya tekanan udara. Secara umum, makin besar
tekanannya, makin besar pula tegangan tembusnya. Tetapi untuk kea daan
pakem justru tegangan tembus akan menjadi lebih besar. Keadaan yang
demikian inilah yang digunakan atau diterapkan pada beberapa peralatan
listrik.

3.6.2.2. Sulphur Hexa Fluorida

Sulphur Hexa Fluorida (SF6) merupakan suatu gas bentukan antara unsure sul
phur dengan fluor dengan reaksi eksotermis :
S + 3 F2 SF6+ 262 kilo kalori

Molekul SF6 mempunyai 6 atom Fluor yang mengelilingi sebuah atom Sulphur,
di sini masing-masing atom Fluor mengikat 1 buah elektron terluar atom
Sulphur. Dengan demikian maka SF6 menjadi gas yang inert atau stabil seperti
halnya gas mulia. Sampai saat ini SF6 merupakan gas terberat yang
mempunyai massa jenis 6,139 kg/m3 yaitu sekitar 5 kali berat udara pada suhu
00 celsius dan tekanan 1 atmosfir. Sifat lainnya adalah : tidak terbakar, tidak

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 38

larut pada air, tidak beracun, tidak berwarna dan tidak berbau. SF 6 juga
merupakan bahan isolasi y ang baik yaitu 2,5 kali kemampuan isolasi udara.
Perbandingan SF6 dengan beberapa gas lain seperti tercantum pada Tabel : 3.4.

Gas Massa Jenis Konduktivitas Tegangan Tembus


Kg/m3 W/.m kV/cm
Udara 1,228 5 x 10-6 30
6,139 1.9 x 10-5 75
Nitrogen (N2) 1,191 5.4 x 10-6 30
Karbon Dioksida 1,867 3.2 x 10-6 27
Hidrogen 0,086 3.3 x 10-5 18

Tabel 3.4. konduktivitas beberapa macam gas.

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa untuk pembentukan SF 6 timbul panas,


ini berarti bahwa pada pemisahan SF6 menjadi Sulphur dan Fluor memerlukan
panas dari sekelilingnya sebesar 262 k.kalori/molekul. Hal ini tepat sekali
digunakan untuk bahan pendinginan pada peralatan listrik yang menimbulkan
panas atau bunga api pada waktu bekerja, misalnya : sakelar pemutus beban.
Sifat dari SF6 sebagai media pemadam busur api dan relevansinya pada sakelar
pemutus beban adalah :

a. Hanya memerlukan energi yang rendah untuk mengoperasikan


mekanismenya. Pada prinsipnya SF6 sebagai pemadam busur api adalah
tanpa memerlukan energi untuk mengkompresikan nya, namun
semata-mata karena pengaruh panas busur api yang terjadi.
b. Tekanan SF6 sebagai pemadam busur api maupun sebagai pengisolasi
dapat dengan mudah dideteksi.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 39

c. Penguraian pada waktu memadamkan busur api maupun


pembentukannya kembali setelah pemadaman adalah menyeluruh
(tidak ada sisa unsur pembentuknya)
d. Relatif mudah terionisasi sehingga plasmanya pada CB konduktivitasnya
tetap rendah dibandingkan pada keadaan dingin. Hal ini mengurangi
kemungkinan busur api tidak stabil dengan demikian ada pemotongan
arus dan menimbulkan tegangan antar kontak.
e. Karakteristik gas SF6 adalah elektro negatif sehingga penguraiannya
menjadikan dielektriknya naik secara bertahap.
f. Transien frekuensi yang tinggi akan naik selama operasi pemutusan dan
dengan adanya hal ini busurapi akan dipadamkan pada saat nilai
arusnya rendah.

3.6.2.3. Bahan Isolasi Cair

Bahan isolasi cair digunakan sebagai bahan pengisi pada beberapa peralatan
listrik, misalnya : transformator, pemutus beban, rheostat. Dalam hal ini bahan
isolasi cair berfungsi sebagai pengisolasi dan sekaligus sebagai pendingin.
Karena itu persyaratan untuk bahan cair yang dapat digunakan untuk isolasi
antara lain : mempunyai tegangan tembus dan daya hantar panas yang tinggi.
Minyak Transformator
Minyak transformator adalah minyak mineral yang diperoleh dengan
pemurnian minyak mentah. Dalam pemakaiannya, minyak ini karena pengaruh
panas dari rugi -rugi di dalam transformator akan timbul hidrokarbon. Selain
berasal dari minyak mineral, minyak transformator dapat pula yang da pat
dibuat dari bahan organik, misalnya : minyak trafo Piranol, Silikon. Sebagai
bahan isolasi, minyak transformator harus mempunyai tegangan tembus yang
tinggi.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 40

3.6.2.4. Bahan Isolasi Padat


Kaca dan porselin adalah tergolong bahan mineral, tetapi penggunaannya tidak
pada bentuk atau keadaan alaminya melainkan harus diproses terlebih dahulu
dengan pemanasan (pembakaran), pengerasan dan pelumeran.

a. Kaca
Kaca adalah substansi yang dibuat dengan pendinginan bahan-bahan yang
dilelehkan, tidak berbe ntuk kristal tetapi tetap pada kondisi berongga. Kaca
pada umumnya terdiri dari campuran silikat dan beberapa senyawa antara lain
: borat, pospat. Kaca dibuat dengan cara melelehkan beberapa senyawa silikat
(pasir), alkali (Na dan K) dengan bahan lain (kapur, oksida timah hitam).
Karena itu sifat dari kaca tergantung dari komposisi bahan-bahan
pembentuknya tersebut. Massa jenis kaca berkisar antara 2 hingga 8,1 g/cm2,
kekuatan tekannya 6000 hingga 21000 kg/cm2, kekuatan tariknya 100 hingga
300 kg/cm2. Karena kekuatan tariknya relatif kecil, maka kaca adalah bahan
yang regas. Walaupun kaca merupakan substansi berongga, tetapi
tidakmempunyai titik leleh yang tegas, karena pelelehannya adalah perlahan -
lahan ketika suhu pemanasan di naikkan. Titik pelel ehan kaca berkisar antara
500 hingga 1700 °C. Makin sedikit kandungan SiO2 nya makin rendah titik
pelembekan suatu kaca. Demikian pula halnya dengan muai panjang (λ) nya,
makin banyak kadar SiO2 yang dikandungnya akan makin kecil λ nya. Muai
panjang untuk kaca berkisar antara 5,5 . 10- 7 hingga 150. 10-7 per derajat
celcius. Nilai dari angka muai panjang adalah sangat penting bagi suatu kaca
dalam hubungannya dengan kemampuan kaca menahan perubahan suhu.

Piranti dari kaca yang dipanaskan atau didiinginkansecara tiba-tiba akan


meregang. Hal ini disebabkan distribusi suhu tidak merata pada lapisan luarnya
dan keadaan tersebut menyebabkan retaknya piranti. Jika kekuatan tarik dari

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 41

piranti kaca lebih rendah daripada kekuatan tekannya, maka pendinginan yang
mendadak pada permukaannya akan lebih memungkinkan terjadinya
keretakan dibandingkan dengan pemanasan tiba- tiba. Kaca silika jenis Red -
Hot akan lebih aman dalam hal pendinginan atau pemanasan tiba - tiba, karena
kaca jenis ini mempunyai λ yang sangat rendah. Piranti kaca yang
didinginkannya tipis, ketahanannya terhadap perubahan panas mendadak
lebih baik dibandingkan dengan piranti kaca yang dindingnya tebal. Hal ini
karena dipengaruhi faktor kerataan pemuaian permukaan kaca bagian luar dan
dalam dinding piranti adalah tidak sama. Kaca yang digunakan untuk suatu
perangkat dan pada perangkat tersebut terdapat juga logam, misalnya : lampu
pijar, tabung sinar katode; maka nilai λ nya harus disesuaikan, yaitu harus
rendah karena selalu bekerja pada suhu yang cukup tinggi. Dengan demikian
maka tidak terjadi keretakan dibagian kacanya pada waktu perangkat tersebut
digunakan. Kemampuan larut kaca terhadap bahan lain akan bertambah sesuai
dengan kenaikkan suhunya. Kaca yang mempunyai kekuatan hidrolitik rendah
ketahanan permukaannya pada media yang lembab adalah kecil. Kaca silika
mempunyai ketahanan hidrolitik yang paling tinggi. Kekuatan hidrolitik akan
sangat berkurang jika kaca diberi alkali. Pada kenyataannya kaca silika adalah
tidak peka terhadap asam kecuali asam fluorida. Pada pabrikasi kaca, asam
fluorida digunakan untuk membuat kaca embun. Pada umumnya kaca tidak
stabil terhadap pengaruh alkali. Sifat-sifat elektris dari kaca dipengaruhi oleh
komposisi dari kaca itu sendiri. Kaca yang digunakan untuk teknik listrik pada
suhu normal diperlukan syarat -syarat antara lain : resistivitas berkisar antara
10 8 hingga 10 17 Ohm.cm, tegangan break - down 25 hingga 50 kV/ mm. Kaca
silika mempunyai sifat kelistrikan yang paling baik. Jika kaca silika ditambahkan
natrium atau kalium, maka resistivitasnya akan turun. Kaca yang mengandung
oksida-oksida 2 logam alkali yang berbeda dimungkinkan mempunyai sifat
isolasi yang lebih tinggi dibandingkan jika kuantitas oksidanya hanya

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 42

mengandung 1 bagian dari kuantitas oksida 2 logam (efek netralisasi atau


polialkalin). Kemampuan isolasi kaca juga dapat lebih baik jika padanya
ditambah PbO atau BaO.

Kaca silika di dalam keteknikan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu :

 Kaca alkali tanpa oksida berat. Kacaini mempunyai titik lentur yang
agak rendah. Pemakaiannya a ntara lain untuk : botol, kaca jendela.
 Kaca alkali yang mengandung oksida berat.
Kaca ini mempunyai sifat kelistrikan yang tinggi dibandingkan dengan
kaca alkali kelompok 1. Kaca Flint ditambah dengan PbO atau kaca
Crown ditambah dengan BaO digunakan sebagai kaca optik. Kaca
khusus untuk bahan dielektrik kapasitor adalah kaca flint yang disebut
Minos. Diantara kaca -kaca crown terdapat jenis yang disebut Pireks.
Pireks mempunyai koefisien termal 33 . 10- 7C dan mampu menahan
perbedaan suhu yang mendadak.
 Kaca non alkali.
Penggunaankaca ini adalah sebagai kaca optik dan bahan isolasi listrik.
Beberapa jenis kaca dari kelompok ini mempunyai titik pelunakan yang
sangat tinggi.Pemakaian kaca pada keteknikan antara lain :-
Pembuatan bola lampu, tabung elektronik, penyangga filamen. Titik
pelunakan kaca ini tidak terlalu tinggi, mulai panjangnya hendaknya
dibuat mendekati muai panjang logam maupun paduannya yang
disangga. Logam yang dimaksud adalah : wolfram, molibdenum. Minos
adalah salah satu jenis kaca yang mempunyai permeabilitas relatif
tinggi yaitu 7,5, massa jenis 3,6 g/cm3. Misalnya : isolator penyangga,
isolator antena, isolator len dan isolator bushing. Untuk penggunaan
ini, selain sifat kelistrikan yang baik juga dituntut mempunyai kekuatan
mekanis. Untuk keperluan pelapisan ini koefisien muai panjang enamel

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 43

harus diusahakan sama dengan muai panjang perangkat yang dilapisi.


Komponen enamel untuk pelapisan resistor tabung (kaca boron -timah
hitam dengan mangan peroksida) adalah sangat sederhana yaitu : 27 %
PbO, 70 % H3O3 dan 3 % MnO2. Titik lebur enamel 600 °C. Enamel akan
hilang warnanya dan sebagian akan melarut jika diredam di dalam air
dalam waktu yang lama. Untuk menambah ketahanan enamel terhadap
air dan panas biasanya di tambahkan pasir kuasa. Sedangkan untuk
menambahkan kemampuan lekatnya enamel yang digunakan melapis
baja atau besi tuang, ditambah Ni dan Co.

b. S i t o l
Sitol mempunyai bahan dasar kaca yang merupakan pengembangan baru.
Pemakaian sitol adalah sangatluas, struktur dan sifat - sifatnya adalah diantara
kaca dan keramik. Sitol juga disebut keramik - kaca atau kaca kristal. Yang
banyak dijumpai dipasaran antara lain : pyroceram, vitoceram. Sitol
mempunyai struktur kristal yang halus (hal ini yang membeda kannya dengan
kaca biasa) tetapi berongga. Tidak seperti halnya keramik biasa, sitol tidak
dibuat dengan pembakaran tetapi cenderung dengan fusi dari bahan-bahan
mentahnya dengan menjadikannya meleleh dan kemudian kristalisasi. Agar
bahan ini mempunyai ketahanan terhadap suhu dan kelistrikan lebih baik
maka perlu bahan tambahan yaitu : Fe S, Ti O2, alkali fluorida, alkali fospat dan
logam -logam alkali tanah. Sitol mempunyai sifat mekanis yang tinggi, λ yang
rendah sehingga tahan terhadap perubahan suhu yang mendadak.

c. Porselin
Porselin adalah bahan isolasi kelompok keramik yang sangat penting dan luas
penggunaannya. Isti lah bahan - bahan keramik adalah digunakan untuk semua
bahan anorganik yang dibakar dengan pembakaran pada suhu tinggi dan

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 44

bahan asal berubah substansinya. Bahan dasar dari porselin adalah tanah liat.
Ini berarti bahan dasar tersebut mudah dibentuk pada waktu basah, tetapi
menjadi tahan terhadap air dan kekuatan mekaniknya naik setelah dibakar.
Tanah liat khusus misalnya tanah liat Cina dan tanah liat yang sudah diolah
digunakan pada pabrikasi porselin setelah dicampur dengan kuarsa. Sifat
kelistrikan porselin antara lain : tegangan tembus berkisar antara 10 hingga 30
kV/ mm, resistivitas 1011 hingga 1014 Ohm.cm. Penggunaan porselin sebagai
isolator adalah luas sekali baik sebagai isolator penyangga maupun sebagai
isolator tarik. Untuk itu penggunaan porselin sebagai isolator harus
diperhatikan kemampuan mekanismenya disamp ing kemampuan elektrisnya.
Penggunaan isolator pada tegangan tinggi, yang juga harus menjadikan
pertimbangan adalah tegangan pelepasan (discharge - voltage) nya. Tegangan
pelepasan adalah tegangan yang dikenakan pada isolator yang menyebabkan
mengalirnya arus listrik melalui permukaan diantara elektroda -elektroda.
Dalam banyak kasus, pelepasan ini menyebabkan busur api pada permukaan
isolator. Busur api ini dapat terjadi pada keadaan kering maupun basah (curah
hujan 4,5 hingga 5,5 mm/detik).

d. Bakelite

Bakelite atau polyoxy-benzylmethyl-englycolan-hydride, adalah awal plastik.


Ini adalah thermosetting resin fenol formaldehida , yang terbentuk dari
reaksi eliminasi dari fenol dengan formaldehida, biasanya dengan tepung
kayu pengisi. Ini dikembangkan pada tahun 1907 oleh Belgia kimiawan Leo
Baekeland. Salah satu yang pertama plastik dibuat dari komponen sintetis
(meskipun fenol dapat diekstraksi dari sumber biologis), bakelite digunakan
untuk perusahaan listrik nonconductive properti dan tahan panas dalam casing
radio dan telepon dan listrik isolator , dan juga dalam beragam produk seperti
dapur , perhiasan , pipa batang, dan mainan anak-anak.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 45

e. Mika

Mika adalah sejenis mineral. Kata "mika" berasal dari kata bahasa Latin
micare, "bergemerlapan", sebab mineral satu ini terlihat gemerlap (khususnya
saat berskala kecil). Mika memiliki bentuk lamela berkilap hitam,Mika memiliki
rumus umum kimia X2Y4–6Z8O20(OH,F)4 dengan X biasanya adalah K, Na,
atau Ca, tetapi dapat pula Ba, Rb, atau Cs; Y terutama adalah Al, Mg, atau Fe,
dan dapat pula Mn, Cr, Ti, Li, dsb.; Zterutama sekali adalah Si atau Al, tapi bisa
pula mencakup Fe3+ atau Ti. Secara struktural, mika bisa digolongkan sebagai
dis-octahedral (Y = 4) dan trisoctahedral (Y = 6). Jika ion X adalah K atau Na,
maka mika itu termasuk golongan common. Tapi apabila ion X adalah Ca,
maka mika digolongkan sebagai mika rapuh.

f. Kuarsa

Kuarsa adalah salah satu mineral yang umum ditemukan di kerak kontinen
bumi. Mineral ini memiliki struktur kristal heksagonal yang terbuat dari silika
trigonal terkristalisasi (silikon dioksida, SiO2), dengan skala kekerasan Mohs 7
dan densitas2,65 g/cm³. Bentuk umum kuarsa adalah prisma segienam yang
memiliki ujung piramida segienam.

g. Bahan Porselin (keramik)


Porselin terbuat dari tanah liat china (china clay) yang terdapat di alam
dalam bentuk alumunium silikat. Bahan tersebut dicampur kaolin, felspar dan
quarts. Kemudian campuran ini dipanaskan dalam tungku yang suhunya
dapat diatur. Bahan porselin dibakar sampai keras, halus mengkilat dan
bebas dari lubang-lubang. Untuk mendapatkan sifat-sifat listrik dan sifat
mekanis yang baik, harus dipilih suhu pemrosesan bahan isolasi yang
sesuai, karena jika bahan isolasi diproses pada suhu yang agak rendah, sifat

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 46

mekanisnya baik, tetapi bahan tetap berlubang-lubang. Sedangkan jika diproses


pada suhu yang tinggi, lubang-lubangnya berkurang tetapi bahan menjadi rapuh.
Isolator porselin yang baik secara mekanis mempunyai kuat dielektrik kira-kira
60 kV/cm, kuat tekan dan kuat tariknya masing-masing 70.000 kg/cm2 dan 500
kg/cm2.

Beberapa kelebihan isolator porselin/keramik antara lain:


 Stabil, adanya ikatan ionik yang kuat antar atom yang menyusun keramik,
seperti silikon dan oksigen dalam silica dan silicates, membuatnya
strukturnya sangat stabil dan biasanya tidak mengalami degradasi karena
pengaruh lingkungan. Ini berarti bahwa isolator keramik tidak akan rusak
oleh pengaruh UV, kelembaban, aktivitas elektrik, dsb.
 Mempunyai kekuatan mekanik yang baik. Merupakan ciri alami bahwa
bahan
keramik mempunyai sifat mekanik yang kuat, sehingga pada pemakaian
isolator
porselin sebagai terminal kabel, bushing, dan arrester surja tidak
memerlukan
material lain untuk meyokongnya.
 Harganya relatif murah, pembentuk porselin seperti clay, feldspar
dan quartz harganya relatif murah dan persediaannya berlimpah.
 Tahan lama, proses pembuatan porselin yang melalui proses pembakaran,
dapat mengurangi kadar air, sehingga porselin mempunyai sifat awet.

h. Bahan Gelas
Selain bahan porselin, bahan gelas juga banyak digunakan sebagai isolator
pasangan luar (outdoor insulator) atau isolator saluran udara (overhead
insulator), karena bahan gelas mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 47

a. Kuat dielektriknya tinggi, sekitar 140 kV/cm


b. Koefesien muainya rendah
c. Mudah didesain (karena kuat dielektrikanya tinggi)
d. Kuat tekannya lebih besar daripada porselin
e. Karena sifatnya yang tembus pandang, adanya keretakan, ketidakmurnian
bahan,
adanya gelembung udara dan pecahnya isolator mudah diketahui
f. Bahan hampir merata (homogen)

Selain keuntungan-keuntungan yang dimilikinya, isolator gelas juga mempunyai


kerugian sebagai berikut:
 Uap air mudah mengembun pada permukaannya. Oleh karena itu
debu dan kotoran akan mudah mengumpul pada permukaannya,
kejadian ini akan memudahkan mengalirnya arus bocor serta
terjadinya flashover
 Untuk dipergunakan pada sistem tegangan yang tinggi, gelas tidak
dapat dicor dalam bentuk yang tidak beraturan, karena pendinginan
yang tidak teratur akan menimbulkan tekanan dari dalam.
 Mudah pecah, sama seperti bahan porselin, bahan gelas mempunyai
sifat yang mudah pecah pula.

i. Bahan Polimer
Bahan polimer telah dipakai selama kurang lebih 50 tahun dan mengalami
perkembangan pesat dibanding bahan lainnya. Menurut R. Hacham, pada
tahun 1940 telah dipakai biphenol epoxy resin untuk isolator dalam,
cycloaliphatic Epoxy untuk isolator luar (1950). Selanjutnya terjadi
perkembangan pesat dalam pemakaian polimer untuk bahan isolator dan
dibuat untuk skala komersial. Ethylene Propylene Rubber (EPR) dibuatoleh
Ceraver, Francis (1975), Ohio Brass, USA (1976), Sedivar, USA (1977), dan Lapp,

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 48

USA (1980). Silicone Rubber (SIR) dibuat oleh Rosenthal, Jerman (1976) dan
Reliable, USA (1983), serta penggunaan cycloaliphatic epoxy pada jaringan
transmisi di United Kingdom (1977). Isolator komposit (composite insulator)
telah digunakan di beberapa negara lebih dari tiga dekade sebagai alternatif
pengganti isolator porselin dan gelas. Isolator komposit menunjukkan
performansi yang bagus pada beberapa kondisi, terutama untuk daerah
berpolusi.

Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh isolator polimer:


 Ringan, kepadatan material polimaer lebih rendah dibandingkan keranik
maupun gelas, hal ini menyebabkan isolator polimer ringan,
sehingga mudah dalam penanganan maupun instalasi.
 Bentuk geometri sederhana, karena mempunyai karakteristik jarak
rayap yang relatif besar menyebabkan desain isolator polimer sederhana.
 Tahan terhadap polusi, karena bahan polimer mempunyai sifat
hidrophobik (menolak air) yang baik. Sehingga air atau kotoran lainnya
akan sukar menempel pada permukaannya meskipun dioperasikan
pada kondisi lingkungan yang berpolusi maka isolator polimer
mempunyai ketahanan tegangan lewat-denyar yang baik.
 Waktu pembuatan lebih singkat dibandingkan dengan isolator
porselin, namun tidak mengurangi performansinya.
 Tidak terdapat lubang karena pembuatan, karena sifat polimer yang
berbeda dengan porselin dalam hal pembuatannya. Sehingga
memungkinkan tidak terjadinya tembus internal.

Sedangkan kekurangan yang dimilki oleh isolator polimer adalah:


 Penuaan/degradasi pada permukaannya (surface ageing), tegangan yang
disebabkan antara lain karena korona, radiasi UV atau zat kimia dapat
menyebabkan reaksi kimia pada permukaan polimer. Sehingga dapat

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 49

merusak permukaan polimer (penuaan) yang dapat menghilangkan sifat


hidrofobiknya,
 Mahal, bahan penyusun polimer lebih mahal dibandingkan dengan
porselin maupun gelas.
 Kekuatan mekaniknya kecil, isolasi polimer biasanya tidak mampu
untuk menyokong dirinya sendiri. Oleh karenanya dalam instalasi
dibutuhkan peralatan lain seperti jacket (oversheath) sebagai penyokongnya.
 Kompabilitas material, produk polimer menpunyai interface lebih dari satu
sumbu bergantung pada fungsi dan desainnya. Apabila terdapat
banyak interface menyebabkan pengaruh penting pada perekatnya. Oleh
karenya harus diketahui dengan jelas sebelum menggunakan isolator
polimer, sebab dapat menimbulkan korosi atau retakan apabila
formulasinya tidak sesuai.

3.6.3. Bahan Isolasi Berdasarkan Suhu Kerja

Bahan Isolasi listrik dapat dibagi atas beberapa kelas berdasarkan suhu
kerja maksimum, yaitu sebagai berikut:
1. Kelas Y, suhu kerja maksimum 90°C , termasuk dalam kelas ini adalah
bahan berserat organis (seperti Katun, sutera alam, wol sintetis, rayon
serat poliamid, kertas, prespan, kayu, poliakrilat, polietilen, polivinil,
karet, dan sebagainya) yang tidak dicelup dalam bahan pernis atau
bahan pencelup lainnya. Termasuk juga bahan termoplastik yang
dapat lunak pada suhu rendah.

2. Kelas A, suhu kerja maksimum 150°C , yaitu bahan berserat dari kelas Y
yang telah dicelup dalam pernis aspal atau kompon, minyak trafo, email
yang dicampur dengan vernis dan poliamil atau yang terendam dalam
cairan dielektrikum (seperti penyekat fiber pada transformator yang

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 50

terendam minyak). Bahan -bahan ini adalah katun, sutera, dan


kertas yang telah dicelup, termasuk kawat email (enamel) yang
terlapis damar-oleo dan damar-polyamide.

3. Kelas E, suhu kerja maksimum 120°C , yaitu bahan penyekat kawat


enamel yang memakai bahan pengikat polyvinylformal, polyurethene dan
damar epoxy dan bahan pengikat lain sejenis dengan bahan selulosa,
pertinaks dan tekstolit, film triacetate, film dan serat polyethylene
terephthalate.

4. Kelas B, suhu kerja maksimum 130°C , yaitu bahan non-organik (seperti :


mika, gelas, fiber, asbes) yang dicelup atau direkat menjadi satu dengan
pernis atau kompon, dan biasanya tahan panas (dengan dasar minyak
pengering, bitumin sirlak, bakelit, dan sebagainya).

5. Kelas F, suhu kerja maksimum 155°C , bahan bukan organik dicelup atau
direkat menjadi satu dengan epoksi, poliurethan, atau vernis yang tahan
panas tinggi.

6. Kelas H, suhu kerja maksimum 180°C , semua bahan komposisi dengan


bahan dasar mika, asbes dan gelas fiber yang dicelup dalam silikon tanpa
campuran bahan berserat (kertas, katun, dan sebagainya). Dalam kelas
ini termasuk juga karet silikon dan email kawat poliamid murni.

7. Kelas C, suhu kerja diatas 180°C , bahan anorganik yang tidak dicelup
dan tidak terikat dengan substansi organic, misalnya mika, mikanit
yang tahan panas (menggunakan bahan pengikat anorganik), mikaleks,
gelas, dan bahan keramik. Hanya satu bahan organik saja yang

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 51

termasuk kelas C yaitu politetra fluoroetilen (Teflon).

3.7. Superkonduktor

Konduktor dengan nilai resistansi listrik nol, terjadi pada bahan-bahan tertentu
yang berada di bawah suhu karakteristiknya. Ditemukan oleh Heike Kamerlingkh
Onnes pada tahun 1911. Merupakan fenomena mekanikal kuantum, yang
menjelaskan deskripsi matematika dari dual particle‐like dan wave‐like
behaviour, serta interaksi antara bahan dan energi. Memiliki karakteristik
efek Meissner penolakan medan magnetik yang cukup lemah dari
sebuah superkonduktor akan mengubahnya menjadi sebuah bahan
superkonduktor.

3.7.1. Resistivitas Listrik Superkonduktor


Secara umum, resistivitas listrik dari setiap konduktor logam turun secara
bertahap dengan berkurangnya temperatur. Terkecuali untuk konduktor
seperti tembaga dan perak. Penurunan resistivitas dibatasi oleh faktor
ketidakmurnian (impurities) dan faktor lain. Pada bahan superkonduktor,
resistansi turun dengan cepat ke nilai nol jika bahan tsb didinginkan di
bawah temperatur kritisnya. Arus listrik yang mengalir pada kabel
superkonduktor loop dapat terus mengalir selama beberapa saat (sampai
100.000 tahun tergantung geometri kabel dan temperatur) meskipun
tanpa sumber arus.

3.7.2. Klasifikasi Superkonduktor


1. Berdasarkan karakteristik fisika:
 Tipe I, jika fasa transisi berorde 1

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 52

 Tipe II , jika fasa transisi berorde


2. Berdasarkan penjelasan teori:
 Convensional, jika dijelaskan oleh teori BCS; teori yang menganggap
bahwa superkonduktivitas merupakan efek miksroskopis yang
disebabkan oleh kondensasi dari pasangan elektron menjadi
kondisi boston (boston‐like state)
 Unconventional, jika tidak berdasarkan teori BCS
3. Berdasarkan temperatur kritisnya:
 Temperatur tinggi, jika resistansi dapat diturunkan menjadi nol
melalui proses pendinginan dengan nitrogen cair,
temperatur kritis (TC) > 77 K
 Temperatur rendah, jika pendinginan tidak membutuhkan nitrogen
cair, TC ≤ 77 K
4. Berdasarkan materialnya:
 Unsur kimia, contoh: raksa dan timbal
 Campuran logam, contoh: niobium‐titanium, germanium‐niobium
 Keramik, contoh: magnesium diboride
 Superkonduktor organic, contoh: carbon nanotube (bahan yang
terbuat dari karbon dalam bentuk bulat berlobang/donut,
elips, tabung, dan slinder)

3.7.3. Sifat Dasar Superkonduktor


Bervariasi untuk setiap bahan, meliputi:
 Kapasitas panas (heat capacity);
 Temperatur kritis (critical temperature);
 Area medan magnet kritis (critical field);
 Kepadatan arus kritis dimana sifat superkonduktivitas menjadi hilang
(critical current density)

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 53

3.7.4. Perbedaan Konduktor Normal Dengan superkonduktor


Pada konduktor normal, arus listrik digambarkan sebagai fluida
electron yang berpindah melewati lempengan bahan yang bersifat sangat
ionik, terjadi perubahan arus menjadi panas sehingga energi menjadi terus
berkurang. Pada bahan superkonduktor, fluida elektron tidak dapat
diuraikan menjadi elektron‐elektron tunggal, tetapi tetap berpasangan yang
disebut sebagai Cooper pairs, pengaliran arus terlaksana. Pada superkonduktor
tipe II dan superkonduktor temperatur tinggi, jika arus listrik dan medan
magnet diberikan, resistivitas bahan dalam jumlah yang sangat kecil
tetap ada pada temperatur yang tidak terlalu jauh di bawah transisi
nominal superkonduksi . Jika digunakan untuk eksperimen yang sensisitif, nilai
resitansi ini harus diperhitungkan. Secara umum, resistansi ini dapat diabaikan.

Superkonduktifitas pada material muncul ketika suhu T diturunkan


dibawah suhu kritis Tc . Nilai suhu kritis ini bervariasi untuk tiap material. Pada
bahan superkonduktor konvensional suhu kritis berkisar antara 20 K - 1 K.
Suhu kritis beberapa superkonduktor konvensional diperlihatkan pada tabel
berikut:

Tabel 3.5. Suhu kritis superkonduktor konvensional


Bahan T °K
Air Raksa 4.2
Magnesium diborida (MgB2) 39

Gejala superkonduktivitas pada Superkonduktor konvensional ini dapat


dijelaskan dengan konsep pasangan elektron karena pertukaran fonon.
Namun pada beberapa superkonduktor dengan suhu kritis tinggi, efek ini

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 54

masih belum diketahui. Beberapa bahan superkonduktor non


konvensional dapat bersifat superkonduksi pada suhu kritis yang tinggi,
misalnya: Kuprat (YBa2Cu3O7) yang pada suhu kritis (fasa transisi) ini,
juga ditemukan gejala berhentinya superkonduksi ketika medan mangnetis
eksternal yang lebih besar dari medan magnetis kritis bahan diberikan. Hal ini
disebabkan karena energi bebas Gibbs meningkat sebesar pangat dua dari
medan magnet. Sementara, jika medan magnetis tidak diberikan maka energi
bebas ini akan lebih rendah, sehngga pada kondisi tertentu superkonduksi
akan terjadi. Kesimpulannya, semakin tinggi suhu dan semakin kuat medan
magnetik akan mengurangi jumlah elektron pada pita superkonduksi sehingga
pengaruh medan magnet eksternal dan arus akan mempengaruhi fasa transisi
superkonduktor.

Anomali fisika lainnya yang terjadi pada fasa transisi adalah kapasitas panas
elektronik yang proporsional dengan suhu pada kondisi normal, pada fasa
transisi akan mengalami lonjakan diskontinu dan selanjutnya turun secara
linear. Pada suhu yang rendah, nilainya akan berubah eksponensial
sebanding dengan e‐/T, dengan konstanta. Fenomena perubahan
eksponensial ini menunjukkan terdapatnya celah energi. Kondisi ini menjadi
perdebatan hingga dibuktikan melalui eksperimen turunnya suhu ketika
medan magnet ditingkatkan melebihi medan magnet kritis bahan. Ini
menunjukkan adanya panas laten dalam bahan superkonduktor pada fasa transisi.
(Simulasi Monte Carlo).

3.7.5. Efek Meissner


Efek yang terjadi apabila bahan superkonduktor ditempatkan pada medan
magnet eksternal yang lemah sebesar H dan didinginkan dibawah suhu

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 55

transisinya, maka sebagian medan magnet tersebut akan ditolak, namun


sebagian lainnya akan sedikit menembus superkonduktor yang dinyatakan
dengan parameter kedalaman tembus magnet ini dinamakan
kedalaman tembus London. Kedalaman tembus London berkurang
secara eksponensial mendekati nol ketika semakin mendekati bagian dalam
superkonduktor. Kedalaman tembus London pada bahan superkonduktor
biasanya merupakan kelipatan 100 nm

3.7.6. Superkonduktivitas Pada Suhu Tinggi


Hingga tahun 1986, fisikawan meyakini superkonduktivitas hanya dapat
terjadi pada suhu dibawah 30 K (teori BCS). Namun setelah ditemukannya
superkonduktivitas pada bahan lanthanum - based cuprate perovskite pada
suhu 35 K oleh Bednorz dan Muller (1987), mulailah dikembangkan bahan
superkonduktivitas lainnya dengan suhu tinggi .

Gambar 3.14. Perilaku kapasitas panas dan resistivitas pada


fasa transisi superkonduktor

Diantaranya dengan menggantikan lanthanum dengan yttrium


(superkonduktor YBCO) yang bersifat superkonduksi pada suhu kritis 92 K.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 56

Pembuatan superkonduktor suhu tinggi sangat penting, karena


memungkinkan penggunaan nitrogen cair sebagai bahan pendingin
superkonduktor. Nitrogen cair memiliki titik didih 77 K dan dapat
diproduksi dengan mudah dari udara, sehingga superkonduktor suhu
tinggi bernilai komersil tinggi.

Beberapa penemuan penting berhasil menciptakan superkonduktor suhu tinggi


dari beberapa bahan yang lazim digunakan diantaranya:

Tahun 1993 ditemukan superkonduktor bahan keramik yang terdiri atas


thallium, merkuri, tembaga, barium, kalsium dan oksigen
(HgBa2Ca2Cu3O8+5) merupakan superkonduktor dengan suhu tertinggi (Tc =
138 K) . Tahun 2008 ditemukan superkonduktor dengan bahan dasar
campuran besi oleh Hideo Hosono, Tokyo Institute of Technology, terdiri atas
lanthanum oxygen fluorine iron arsenide (LaO1‐ xFxFeAs) yang bersifat
super konduksi pada suhu Penggantian lanthanum pada LaO1‐xFxFeAs
dengan samrium menghasilkan superkonduktor yang bekerja pada suhu 55 K

3.7.7. Struktur Semikonduktor Suhu Tinggi


Struktur superkonduktor dengan suhu kritis Tc menyerupai struktur perovskit
(CaTiO3) yang terdistorsi, berupa struktur perovskit multi layer dengan oksigen
yang kurang. Salah satu contohnya adalah bidang CuO2 berlapis banyak
dengan superkonduksi yang muncul diantara lapisan ini. Makin banyak
lapisan CuO2, makin tinggi Tc. Struktur ini anisotropis pada konduksi normal
dan superkonduksi, arus dibawa oleh hole yang diinduksikan pada bagian
oksigen dalam lapisan CuO2. Konduksi listrik yang dihasilkan sangat
anisotropis, dengan konduktivitas lebih tinggi pada lapisan CuO 2. Secara
umum, suhu kritis tergantung dari komposisi kimia, sutitusi kation dan

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 57

kandungan oksigen. Lapisan ini dikenal sebagai superstripes. Dalam realisasinya,


superkonduktor dapat berupa struktur atom berlapis yang terdiri dari
lapisan atom superkonduktor, saluran, titik yang dipisahkan lapisan ruang,
sehngga diperoleh superkonduktivitas lapis banyak dan celah banyak.

3.7.8. Superkonduktor YBCO


YBCO merupakan superkonduktor pertama yang ditemukan memiliki Tc >
77 K ( diatas titik didih nitrogen cair). YBCO terdiri atas yttrium barium copper
oxide (YBa2Cu3O7‐x), perbandingan mol yttrium barium dan copper
dalam superkonduktor YBa2Cu3O7 adalah 1:2:3. Sehingga, superkonduktor
ini disebut juga superkonduktor 123. Unit sel YBa2Cu3O7 terdiri atas tiga
elemen pseudokubik perovskit. Tiap unit sel perovskit terdiri atas satu atom Y
atau Ba dibagian tengah, Ba didasar, Y ditengah, dan Ba diatas. Dengan
demikian, Y dan Ba tersusun dalam urutan tumpukan [Ba-Y-Ba] sepanjang
sumbu c. Keempat sudut unit sel diisi oleh
Cu, dengan dua ikatan koordinasi
berbeda, Cu(1) dan Cu(2) dengan oksigen.
Areal kristal oksigen yang terbentuk ada
4, yaitu O(1), O(2), O(3) and O(4).
Koordinasi polyhedra Y dan Ba dengan
oksigen saling berbeda.

Gambar 3.15. Superkonduktor YBCO

Kelipatan tiga dari unit sel perovskit menghasilkan 9 atom oksigen,


sementara YBa2Cu3O7 memiliki 7 atom oksigen, sehingga disebut struktur

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 58

perovskit yang kekurangan oksigen. Strutur ini memiliki tumpukan dengan


lapisan berbeda terdiri atas: (CuO)(BaO)(CuO2)(Y)(CuO2)(BaO)(CuO). Satu fitur
kunci pada unit sel YBa2Cu3O7‐x (YBCO) adalah terdapatnya dua lapisan
CuO2. Fungsi bidang Y adalah sebagai ruang antara dua bidang CuO2. Dalam
YBCO, rantai Cu-O chains berperan penting dalam superkonduktivitas. Tc
maksimum mendekati 92 K jika x ≈ 0.15 dan struktur berupa Kristal
orthorhombic. Superkonduktivitas hilang saat x ≈ 0.6, dan struktur YBCO
berubah dari orthorhombic ke tetragonal.

Tabel 3.7. Superkonduktor Suhu Tinggi > 77 K

3.7.9. Pembuatan Superkonduktor


Metode paling sederhana untuk membuat superkonduktor Tc tinggi adalah
reaksi termokimia solid-state meliputi: pencampuran, kalsinasi
(pemanasan pada suhu tinggi dibawah titik lebur untuk menghasilkan oksida)
dan sinterasi (pemanasan pada suhu tinggi dibawah titik lebur untuk
memadatkan partikel campuran). Bubuk pencetus yang tepat, biasanya
berupa okisda dan karbonat dicampur dalam jumlah yang tepat pada ball mill.
Proses reaksi kimia larutan seperti metode copresipitasi (penangkapan partikel
oleh larutan), pendinginan pada kondisi vakum (freeze‐drying) dan sol‐gel

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 59

(pembentukan gel dari larutan) dapat dijadikan alternatif untuk


menghasilkan campuran yang homogen. Bubuk ini kemudian dikalsinasi pada
temperatur 800 °C – 950 °C selama beberapa jam. Bubuk ini kemudian
didinginkan, digiling dan dikalsinasi kembali. Proses ini dilakukan
berulangkali hingga diperoleh campuran bahan yang homogen. Setelah
homogen, bubuk ini kemudian dipadatkan dalam bentuk butiran dan
disinterasi. Lingkungan pensinterasian seperti suhu, waktu pengerasan, laju
atmosfer dan pendinginan sangat mempengaruhi dalam pembuatan bahan
superkonduktorTc tinggi yang sangat baik.

3.7.10. Penggunaan Superkonduktor


 Magnet superkonduktor adalah bahan elektromagnet yang sangat
kuat. Bahan ini digunakan sebagai spektrometer massa dan magnet
pengendali sinar pada akselerator partikel. Juga digunakan dalam
pemisahan magnet.

 Pada tahun 1950 dan 1960 digunakan untuk membuat komputer digital
eksperimental menggunakan switch cryotron. Sekarang sudah digunakan
untuk membuat rangkaian digital berdasarkan teknologi rapid single flux
quantum dan RF and microwave filters pada BTS jaringan selular.

 Digunakan sebagai building blocks SQUIDs (superconducting quantum


interference devices), magnetometers paling sensitif. SQUIDs digunakan
pada mikroskop scanning SQUID dan magnetoencephalography.
Perubahan resistansi yang cukup besar pada fase transisi ke
superkonduktor dapat digunakan untuk membuat termometer pada
micro-calorimeter photon detectors cryogenic.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 60

 Dengan makin berkembangnya pembuatan superkonduktor suhu tinggi,


aplikasi dimasa depan sangat menjanjikan, seperti misalnya: smart
grid, saluran transmisi, transformers, penyimpan daya, motor penggerak
kereta supercepat (vactrains atau maglev trains), perangkat magnetik
mengambang, fault current limiters, nanoscopic material seperti:
buckyballs, nanotubes, composite materials dan pendingin magnetik
superkonduktor.

3.8. Bahan Resistivitas Tinggi

Bahan-bahan resistivitas tinggi yang digunakan untuk peralatan yang


memerlukan resistansi yang besar agar bila dialiri arus akan terjadi tegangan
anjlok yang besar. Contoh pe nggunaan bahan - bahan resistivitas tinggi antara
lain pada pemanas listrik, rheostat dan resistor.

Tabel 3.6. Bahan Resistivitas Tinggi

Bahan-bahan ini harus mempunyai koeffisien suhu yang rendah. Untuk elemen
pemanas, pada suhu yang tinggi untuk waktu yang lama tidak boleh terjadi

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 61

oksidasi dan meleleh. Bahan -bahan yang resistivitasnya tinggiantara lain :


konstanta, manganin, nikrom dan fehral yang komposisinya ditunjukkan pada
Tabel 3.6

3.8.1. Konstanta

Konstanta merupakan logam paduan dari tembaga dan nikel seperti


ditunjukkan pada Tabel 3.6 Sebagai bahan elemen resistansi tinggi, misalnya
rheostat, elemen pemanas dengan suhu kerja 400 hingga 500 °C di buat
komposisi 60 % Ni dengan 40 % Cu, yaitu Konstantan. Bersama-sama dengan
tembaga atau besi, konstantan dapat merupakan termokopel yang dapat
membangkitkan emf 40 mikro volt setiap perbedaan suhu 10 °C diantara
sambungan -sambungannya. Hal ini memungkinkan termokopel konstantan
tembaga atau konstantan besi digunakan alat ukur. Jika dipanasi dengan suhu
yang cukup tinggi, pada konstantan akan terbentuk lapisan oksida tipis dan ini
memungkinkan terjadinya isolasi jika dililitkan. Tegangan tembus untuk isolasi
tersebut tidak lebih dari 1 volt.

3.8.2. Kromel
Logam ini merupakan perpaduan 0,7 % Mn, 0,6 % Ni, 23 sampa i 27 % Cr
dengan 4,5 hingga 6,7 % A1, sisanya Fe. Kromel baik untuk elemen pemanas
air, setrika, pemanggang dan peralatan yang memerlukan ketahanan korosi
dan panas.

3.8.3. Timah Hitam


Timah hitam mempunyai massa jenis 11,4 g/cm3, agak lunak , meleleh pada
suhu 3270C, titik didih 15600C, warna abu -abu dan sangat mudah dibentuk.
Merupakan bahan tahan korosi dan mempunyai konduktivitas 4,5 m/ ? . mm2.

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012


3 | 62

Pemakaian timah hitam pada teknik listrik antara lain : sel - akumulator,
selubung kabel tanah d isamping digunakan sebagai pelindung pada industri
nuklir. Timah hitam tidak tahan terhadap pengaruh getaran dan mudah
mengikat sisa asam. Untuk itu pemakaiannya sebagai pelindung kabel tanah
jika ditanam pada tempat-tempat tersebut, diperlukan perlindunga n
tambahan. Kapur basah, air laut dan semen basah dapat bereaksi dengan
timah hitam. Itulah sebabnya disamping timah hitam sebagai pelindung kabel
tanah, digunakan paduan dari timah hitam yang mempunyai struktur kristal
yang lebih halus, lebih kuat, labih tahan getaran. Tetapi lebih mudah korosi.
Timah dan komponennya mengandung racun.

3.8.4. Bimetal
Setiap logam mempunyai muai panjang λ yang berbeda. Hal ini berarti bila 2
buah logam dengan λ berbeda dipanasi dengan suhu yang sama panjangnya
akan menjadi berbeda. Apabila dipanasi bimetal akan melengkung ke arah
logam yang mempunyai λ lebih kecil. Besarnya lengkungan (penyimpangan) a
ditentukan oleh perbedaan muai panjang, panjang total, perbedaan suhu (t2 –
t1) dan ketebalan h dari kedua logam. Bahan yang umum digunakan untuk
bimetal adalah invar (63,1 % Fe + 36,1 % Ni +0,4 % Mn + 0,4 % Cu) .

Teknologi Bahan Bangunan 2 | 2012

Anda mungkin juga menyukai