Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara sederhana zat padat dikelompokkan sebagai isolator, semikondukor, dan kondukor.
Bahan Isolator adalah material yang susah menghantarkan arus lisrik, sedangkan bahan
konduktor adalah material yang dapat menghantarkan arus lisrik. Bahan Semikondukor adalah
sutau material dengan sifat konduktivitas di antara konduktor dan isolator, contohnya silicon,
germanium. Untuk menjelaskan konduktivias bahan seringkali menggunakan konsep pita energy.
Ada dua pita energy yaitu pita valensi dan pita konduksi. Pita valensi adalah pita energy yang
mungkin diisi oleh electron dari zat padat hingga komplit. Setiap pita memiliki 2N electron
dengan N adalah jumlah atom. Bila masih ada elektron yang tersisa akan mengisi pita konduksi.
Pada suhu 0 K, pita konduksi terisi sebagian untuk bahan konduktor, sedangkan untuk isolator
dan semikonduktor tidak ada elektron yang mengisi pita konduksi.
1.2 PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
a.

Bagaimana konsep struktur pita energy pada bahan ?

b. Bagaimana pengaruh temperature terhadap kondukivitas listrik ?


c.

Apakah yang dimaksud distribusi Fermi-dirac ?

d. Apakah yang dimaksud bahan konduktor, isolator, dan semikonduktor ?


1.3 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a.

Menjelaskan konsep struktur pita energy

b. Menjelaskan pengaruh temperature terhadap kondukivitas listrik


c.

Menjelaskan tentang distribusi Fermi-dirac

d. Menjelaskan tentang bahan konduktor, isolator, dan semikonduktor


1.4 SISTEMATIKA LAPORAN

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab. Pada bab I adalah pendahuluan yang
berisi latar belakang penulisan, tujuan penulisan, permasalahan dan sistematika penulisan. Bab II
adalah dasar teori. Dan Bab III adalah penutup yang berisi kesimpulan dari makalah.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Proses terbentuknya Pita Energi
Dalam pembahasan mengenai ikatan atom kita lihat bahwa dua atom akan
membentuk membentuk ikatan yang stabil jika kedua atom berjarak ro yaitu jarak yang
memberikan energi terendah. Dua atom H misalnya, setelah membentuk H2 yang stabil,
keduanya berada pada jarak keseimbangan ro dimana dua elektron dengan spin
berlawanan menempati orbital 1s. Tingkat energi elektron yang berperan dalam
pembentukan ikatan akan terpecah menjadi dua, sebagaimana diperlihatkan oleh gambar 2.1.
Satu kurva akan diikuti oleh terbentuknya ikatan stabil dan satu kurva lagi
menggambarkan situasi yang tidak memungkinkan tercapainya ikatan stabil; dalam hal terakhir
ini kedua elektron yang seharusnya berperan dalam pembentukan ikatan, memiliki spin
berlawanan.

Gambar 2.1 Energi pada H2 sebagai fungsi jarak atom


Jika dua atom H berdekatan menyebabkan terpecahnya tingkat energi pertama terpecah
menjadi dua, maka jika ada enam atom H tingkat energi tersebut akan terpecah menjadi
enam (terjadinya banyak atom hidrogen berdekatan adalah di sekitar titik beku; gas
hidrogen membeku pada 252,70C. Jika ada N atom hidrogen, maka tingkat energi s
akan terpecah menjadi N. Jika N makin besar maka perbedaan antara dua tingkat yang
berdekatan akan semakin kecil dan mendekati kontintyu. Kita katakan bahwa orbital s
telah berubah menjadi pita energi s. Terbentuknya pita energi bisa terjadi pada semua orbital.
Jadi kita memperoleh pita energi 1s, 2s, 2p, dan seterusnya, yang ditunjukkan secara
skematis pada gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2 Pita Energi

Peristiwa ini tentu tidak terjadi hanya pada atom H saja, akan tetapi terjadi pula pada
kumpulan sejumlah besar atom-atom yang menyusun padatan. Gejala terbentuknya pita energi
inilah yang menjadi dasar dikembangkannya teori pita energi yang akan kita bahas berikut ini.
Tingkat-tingkat energi elektron dalam atom makin rumit jika nomer atom makin besar. Gambar
2.3. memperlihatkan tingkat-tingkat energi atom Na yang memiliki konfigurasi elektron 1s2,2s2 ,
2p6 3s1. Orbital terluar yang ditempati elektron adalah 3s.

Gambar 2.3 Tingkat energy pada atom Na


Jika ada N atom Na maka tingkat-tingkat energi terpecah menjadi N tingkat dengan
perbedaan energi yang kecil dan tingkat energi berubah menjadi pita energi, seperti
diperlihatkan oleh Gb.2.4. Gambar ini memperlihatkan pita-pita energi yang terbentuk pada
tingkat energy ke-3 dari Na. Perhatikan bahwa mulai pada jarak atom tertentu, pita 3s
bertumpang-tindih dengan pita 3p; pita 3p bertumpang-tindih dengan pita 3d mulai pada jarak

atom tertentu pula. Kita perhatikan pula bahwa tumpang-tindih pita energi sudah terjadi
pada jarak ro, yaitu jarak keseimbangan antar atom.

Gambar 2.4 Pita energy pada Na


2.2 Struktur Pita energi
2.2.1

Pengaruh temperature terhadap konduktivitas listrik

Konduktivitas Listrik. Aplikasi medan listrik pada metal menyebabkan seluruh elektronbebas bergerak dalam metal, sejajar dan berlawanan arah dengan arah medan listrik.
Gerakan elektron sejajar medan listrik ini merupakan tambahan pada gerak thermal yang
acak, yang telah dimiliki elektron sebelum ada medan listrik. Gerak thermal yang acak
tersebut memiliki nilai rata-rata nol sehingga tidak menimbulkan arus listrik. Jika terdapat
medan listrik sebesar Ex maka medan ini akan memberikan percepatan pada elektron sebesar :

(1.1)
dengan e adalah muatan elektron, m adalah massa elektron, dan F adalah gaya yang bekerja
pada elektron. Percepatan pada elektron memberikan kecepatan pada elektron sebesar v
yang kita sebut kecepatan hanyut (drift velocity). Dalam perjalanannya sejajar arah
medan, elektron ini membentur ion, dan electron dianggap kehilangan seluruh energi
kinetiknya sesaat setelah benturan sehingga ia mulai lagi dengan kecepatan nol sebelum
mendapat percepatan lagi. Dengan demikian kecepatan hanyut elektron berubah dari nol
(sesaat setelah benturan) sampai maksimum sesaat sebelum benturan.
Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus
listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatanmuatan bergeraknya akan berpindah, menghasilkan arus listrik. Konduktivitas listrik merupakan
sifat penting suatu bahan sehubungan dengan medan magnet luar. Ketika suatu medan listrik
diberikan pada sebuah dielektrik, akan terjadi polarisasi terhadap dielektrik tersebut. Tetapi jika
medan tersebut diberikan ke daerah yang memiliki muatan bebas tersebut akan bergerak dan
timbul arus listrik sebagai ganti polarisasi medium tersebut. Tidak seluruhnya zat merupakan
konduktor listrik dan diantaranya zat-zat yang menghantarkan listrik tidak semua mengikuti
hukum ohm. Masih banyak campuran antar logam yang menunjukkan perilaku superkonduktor.
Konduktivitas merupakan respon bahan terhadap medan listrik dan rapat arus J melalui
persamaan J = . Dalam suatu bahan dengan panjang L dan luas penampan A, sedangkan
konduktivitas adalah kebalikan dari resistivitas, yaitu = 1/ . sehingga dengan A : luas
penampang ( m2 )
R : tahanan penghantar ( ohm )
: Konduktivitas (ohm m)

Konduktivitas merupakan sifat listrik yang diperlukan dalam berbagai pemakaian sebagai
penghantar tenaga listrik; dan sebagaimana diketahui mempunyai rentang harga yang sangat
luas. Logam / material yang merupakan penghantar listrik yang baik memiliki konduktivitas
listrik yang baik dengan orde 107 ( ohm.meter ) -1. Sebaliknya material isolator memiliki
konduktivitas yang sangat rendah; yaitu antara 10-10 sampai 10-20 ( ohm.m )-1. Diantara kedua
sifat ekstrim tersebut, ada material semi konduktor yang konduktivitasnya berkisar antara 10-6
sampai dengan 10-4 ( ohm.m )-1. Berbeda pada kabel tegangan rendah pada kabel tegangan
menengah, untuk pemenuhan fungsi pengahantar dan pengaman terhadap penggunaan, ketiga
jenis / sifat konduktivitas tersebut diatas digunakan semuanya.
Kenaikan suhu mengakibatkan kenaikan nilai konduktivitas listriknya. Hal ini dikarenakan
jika suatu atom dipanasi maka atom tersebut akan bergetar (vibrasi). Bergetarnya atom ini
menimbulkan jarak antar atom semakin besar, sehingga atom tidak mudah mengikat elektron dan
mengakibatkan elektron mudah bergerak bebas. Gerakan elektron bebas ini akan meningkatkan
konduktivitas listrik. Jadi konduktivitas listrik bergantung pada suhu. Penambahan suhu dapat
menyebabkan transisi fase, perubahan struktur Kristal, perubahan jarak atom terdekat dan sudut
atom terdekat serta parameter kisi. Suatu bahan akan mengalami transisi dari sifat konduktif ke
sifat resistif akibat pengaruh suhu .Konduktivitas listrik sangat dipengarui oleh mudah tidaknya
elektron bergerak dalam kisi.
2.2.2

Distribusi Fermi-dirac (Statistik kuantum)


Distribusi Fermi-Dirac. Dalam tinjauan ini partikel dianggap identik dan tak dapat dibedakan
satu terhadap lainnya; partikel partikel ini juga mengikuti prinsip eksklusi Pauli sehingga tidak
lebih dari dua partikel berada pada status yang sama. Partikel dengan sifat demikian ini biasa
disebut fermion (Enrico Fermi 1901$1954). Untuk gerak partikel dibawah pengaruh gaya
sentral, energi tidak tergantung dari orientasi momentum sudut di orbital sehingga terjadi
degenerasi sebesar 2l + 1 dan ini merupakan probabilitas intrinksik dari tingkat energi yang
bersangkutan. Jika partikel memiliki spin maka total degenerasi adalah 2(2l + 1). Prinsip eksklusi
tidak memperkenankan lebih dari dua partikel berada pada satu status energi dengan
bilangan kuantum yang sama, maka jumlah probabilitas intrinksik merupakan jumlah
maksimum partikel (fermion) yang boleh berada pada tingkat energi tersebut. Pengertian
mengenai probabilitas intrinsik yang kita kenal dalam pembahasan statisik klasik Maxwell$

Boltzmann berubah menjadi status kuantum dalam pembahasan statistik kuantum ini. Jika gi
adalah jumlah status dalam suatu tingkat energi Ei, dan ni adalah jumlah partikel pada
tingkat energi tersebut, maka haruslah ni gi.
Cara penempatan partikel adalah sebagai berikut. Partikel pertama dapat

menempati salah satu diantara gi; partikel kedua dapat menempati salah satu dari (gi1);
partikel ketiga dapat menempati salah satu dari (gi2) dan seterusnya.
Jumlah cara untuk menempatkan n1 partikel di tingkat E1, adalah

Karena partikel tidak dapat dibedakan satu sama lain, maka jumlah cara untuk menempatkan n1
partikel di tingkat E1 menjadi

(1.2)

Jumlah keseluruhan cara untuk menempatkan partikel adalah

(1.3)
Seperti halnya pada distribusi Maxwell Boltzmann, kita cari maksimum P melalui
lnP. Dengan menggunakan pendekatan Stirling

kita peroleh

(1.4)

Dengan mengintroduksi parameter dan seperti pada distribusi Maxwell$


Boltzmann, diperoleh

(1.5)
Dari sini diperoleh distribusi Fermi Dirac

(1.6)
Parameter berperan sama seperti pada distribusi Maxwell$ Boltzmann, =1/kBT.
Parameter berkaitan dengan EF melalui hubungan EF = kBT sehingga persamaan 1.6
menjadi

(1.7)
Jika diperhatikan persamaan 1.7 di atas, maka dapat kita lihat bahwa

Oleh karena itu persamaan (1.7) ini menunjukkan bahwa jika T = 0 maka ni = gi yang
berarti semua tingkat energi sampai EF terisi penuh dan di atas EF tidak terisi (ni = 0). EF inilah
temperatur Fermi. Jika kita gambarkan kurva ni/gi terhadap E kita peroleh bentuk kurva seperti
pada gambar 2.5 (a) sedangkan gambar 2.5 (b) memperlihatkan pengisian tingkat energi pada
temperatur diatas 0oK. Bila dibandingkan dengan pengisian pada 0oK pada gambar 2.5 (b),
terlihat bahwa pada temperatur > 0oK perubahan pengisian hanya terjadi di sekitar tingkat
Fermi.

Gambar 2.5 ni/gi pada tiga temperature berbeda menurut statistic Fermi-dirac dan pengisian
tingkat-tingkat energy pada T > 0oK
2.3 Konduktor
Kita ambil contoh padatan Na. Konfigurasi atom Na adalah 1s2 2s2 2p6 3s1 . Sesudah
membentuk padatan, diagram pita energi padatan Na dapat digambarkan seperti terlihat
pada gambar 2.6

Gambar 2.6 : Diagram pita energy padatan Na

Pada atom Na orbital 3s yang seharusnya dapat memuat 2 elektron hanya terisi 1
elektron; inilah elektron valensi atom Na. Oleh karena itu pita energi 3s pada padatan Na
hanya setengah terisi, dan disebut pita valensi. Orbital berikutnya 3p tidak terisi elektron
(kosong). Diantara pita-pita energi terdapat celah energi yang merupakan celah terlarang bagi
elektron.
Sesungguhnya pembagian pita-pita energi padatan Na agak lebih rumit dari gambar 2.5.
Jika kita kembali ke gambar 2.4 akan kita lihat bahwa pada jarak antar atom ro, yang
merupakan jarak keseimbangan antar atom, pita 3s telah bertumpang tindih dengan pita 3p.
Akibatnya adalah bahwa elektron di pita konduksi 3s mempunyai peluang lebih banyak
bertemu dengan orbital yang belum terisi. Keadaan bertumpang tindihnya pita energi
semacam ini biasa terjadi pada metal. Kita ambil contoh padatan magnesium. Konfigurasi
elektron atom Mg adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 ; orbital 3s terisi penuh. Pita valensi 3s pada padatan
juga akan terisi penuh. Namun pada jarak keseimbangan antar atom, pita 3s telah bertumpang
tindih dengan pita 3p. Diagram pita valensi padatan ini dapat kita gambarkan seperti pada
gambar 2.7. yang memperlihatkan bertumpang tindihnya pita 3s dan 3p.

Gambar 2.7 : Diagram pita energy padatan Mg


Sebagian elektron di 3s akan menempati bagian bawah 3p sampai keseimbangan
tercapai. Jumlah tingkat energi elektron di 3s semula adalah 2N dan dengan bertumpang
tindihnya 3s dan 3p tersedia sekarang 2N + 6N = 8N tingkat energi; dan padatan Mg adalah
konduktor yang baik. Jadi elemen yang memiliki orbital terisi penuh, dapat menjadi padatan
yang bersifat sebagai konduktor jika terjadinya tumpang tindih antara pita energi yang terisi
penuh dengan pita energi yang kosong.
Pita energi yang tumpang-tindih dapat dipandang sebagai pelebaran pita. Elektron
yang berada pada pita yang tumpang-tindih mempunyai kesempatan lebih luas untuk berpindah
tingkat energi karena adanya tambahan tingkat energi dari orbital yang lebih tinggi. Dalam

kasus atom Na, elektron di orbital 3s dengan mudah pindah ke 3p dan 3d; elektron ini berada
dalam pita energi gabungan yang jauh lebih lebar dari pita s dimana semula ia berada.
Pada 0o K elektron terdistribusi dalam pita valensi sampai tingkat tertinggi yang
disebut tingkat Fermi, EF (akan kita bahas di bab berikutnya). Pada temperatur kamar
elektron di sekitar tingkat energi Fermi mendapat tambahan energi dan mampu naik ke
orbital di atasnya yang masih kosong. Elektron yang naik ini relatif bebas sehingga medan
listrik dari luar akan menyebabkan elektron bergerak dan terjadilah arus listrik. Oleh karena
itu material dengan struktur pita energi seperti ini, di mana pita energi yang tertinggi tidak
terisi penuh, merupakan konduktor yang baik (juga disebut metal). Pita valensi 3s pada
padatan Na yang setengah terisi disebut juga pita konduksi.
Terbentuknya pita energi dapat pula kita lihat sebagai terjadinya perluasan kotak
potensial sebagai akibat kotak-kotak yang tumpang-tindih. Ruang di sekitar suatu ion
dapat kita pandang sebagai kotak potensial. Dalam kotak inilah elektron terjebak. Jika
ion-ion tersusun secara rapat, maka kotak-kotak potensial ini saling tumpang-tindih
sehingga membentuk kotak potensial yang lebih besar. Dengan membesarnya kotak
potensial maka tingkat energy menjadi rapat. Rapatnya tingkat energi memudahkan elektron
berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan hanya sedikit tambahan energi,
misalnya dari medan listrik. Oleh karena itu metal memiliki konduktivitas listrik yang
tinggi.
2.4 Isolator
Kita lihat sekarang situasi di mana pita valensi terisi penuh dan tidak tumpang-tindih
dengan pita di atasnya. Diagram pita energi digambarkan pada gambar 2.8. Karena pita valensi
terisi penuh maka elektron dalam pita ini tidak dapat berganti status. Satu-satunya cara untuk
berganti status adalh dengan melompati celah energi dan masuk ke pita konduksi. Namun jika
celah energi cukup lebar, beberapa eV, perpindahan ini hampir tidak mungkin kecuali
ditambahkan energi yang cukup besar misalnya dengan pemanasan. Material yang memiliki
diagram pita energi seperti ini tidak mudah menghantarkan arus listrik; mereka termasuk
dalam kelompok material isolator seperti misalnya intan, quartz, dan kebanyakan padatan
dengan ikatan kovalen dan ikatan ion.

Gambar 2.8 : Diagram pita energy material isolator


Intan merupakan kristal karbon C yang memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p2 ; tingkat
energi kedua sebenarnya mampu memuat sampai 8 elektron, yaitu 2 di 2s dan 6 di 2p, namun
elektron yang ada di tingkat kedua ini hanya 4. Jika jarak atom makin dekat, 2s dan 2p mulai
tumpang tindih. Pada jarak atom yang lebih kecil lagi pita energi ini pecah lagi menjdi dua pita
yang masing-masing dapat menampung 4 elektron. Oleh karena itu 4 elektron yang ada
akan menempati empat tingkat energi terendah dan menyisakan empat tingkat energy yang
lebih tinggi yang kosong. Dalam jarak keseimbangan, celah energi antara pita yang terisi dan
pita yang kosong di atasnya adalah sekitar 5 eV. Oleh karena itu intan merupakan material
isolator.
2.5 Semi Konduktor
Diagram pita energi utnuk germanium dan silikon mirip dengan intan dengan
perbedaan celah energi hanya sekitar 1 eV. Konfigurasi atom Ge [Ar] 3d10 4s2 4p2 dan Si [Ne]
3s2 3p2; kedua macam atom ini memiliki 4 elektron di tingkat energi terluarnya. Tumpangtindih pita energi di tingkat energi terluar akan membuat pita energi terisi penuh 8 elektron.
Karena celah energi sempit maka jika temperatur naik, sebagian elektron di pita valensi
naik ke pita konduksi mudah dan dengan meninggalkan tempat kosong (hole) di pita
valensi. Baik elektron yang telah berada di pita konduksi maupun hole di pita valensi akan
bertindak sebagai pembawa muatan untuk terjadinya arus listrik. Konduktivitas listrik naik
dengan cepat dengan naiknya temperatur.

Gambar 2.9 : Diagram pita energy semikonduktor


Konduktivitas listrik tersebut di atas disebut konduktivitas intrinksik. Konduktivitas
material semikonduktor juga dapat ditingkatkan dengan penambahan atom asing tertentu
(pengotoran, impurity).
Jika atom pengotor memiliki 5 elektron terluar (misalnya P atau As) maka akan ada
kelebihan satu elektron tiap atom. Kelebihan elektron ini akan menempati tingkat energi sedikit
di bawah pita konduksi (beberapa perpuluh eV) dan dengan sedikit tambahan energi akan sangat
mudah berpindah ke pita konduksi dan berkontribusi pada konduktivitas listrik. Atom pengotor
seperti ini disebut donor (karena ia memberikan elektron lebih) dan semikonduktor dengan
donor disebut semikonduktor tipe n. Jika atom pengotor memiliki 3 elektron terluar (misalnya B
atau Al) maka akan ada kelebihan satu hole tiap atom. Kelebihan hole ini akan menempati
tingkat energi sedikit di atas pita valensi dan dengan sedikit tambahan energi akan sangat
mudah elektro berpindah dari pita valensi ke hole di atasnya dan meninggalkan hole di pita
valensi yang akan berkontribusi pada konduktivitas listrik. Atom pengotor seperti ini disebut
akseptor (karena ia menerima elektron dari pita valensi) dan semikonduktor dengan akseptor
disebut semikonduktor tipe p.
Untuk membuat perubahan konduktivitas yang memadai di material semikonduktor,
cukup ditambahkan sekitar 1 pengotor per sejuta atom semikonduktor.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari makalah yang telah ditulis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pita energy digunakan untuk menjelaskan konduktivitas suatu bahan, ada 2 macam pita energy
yaitu pita valensi dan pita konduksi. Pita valensi adalah pita energy yang mungkin diisi oleh
electron dari zat padat hingga komplit. Setiap pita memiliki 2N electron dengan N adalah jumlah
atom. Bila masih ada elektron yang tersisa akan mengisi pita konduksi. Pada suhu 0 K, pita
konduksi terisi sebagian untuk bahan konduktor, sedangkan untuk isolator dan semikonduktor
tidak ada elektron yang mengisi pita konduksi

2.

Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus
listrik. Kenaikan suhu mengakibatkan kenaikan nilai konduktivitas listriknya. Hal ini
dikarenakan jika suatu atom dipanasi maka atom tersebut akan bergetar (vibrasi). Bergetarnya
atom ini menimbulkan jarak antar atom semakin besar, sehingga atom tidak mudah mengikat
elektron dan mengakibatkan elektron mudah bergerak bebas. Gerakan elektron bebas ini akan
meningkatkan konduktivitas listrik. Jadi konduktivitas listrik bergantung pada suhu.

3.

Distribusi Fermi-dirac adalah suatu persamaan yang menjelaskan bahwa konsep atom hanya
berlaku pada kondisi tekanan dan temperature yang sama.

4.

Bahan Isolator adalah material yang susah menghantarkan arus lisrik, sedangkan bahan
konduktor adalah material yang dapat menghantarkan arus lisrik. Bahan Semikondukor adalah
sutau material dengan sifat konduktivitas di antara konduktor dan isolator
DAFTAR PUSTAKA
www.biomed.ee.itb.ac.id/.../BAB%208%20b5%20Konduktor,%20Isolator,
%20Semikonduktor.pdf
id.wikipedia.org/wiki/Statistik_Fermi-Dirac
staff.ui.ac.id/internal/131645339/material/05_Semikonduktor.pdf
lovefisika.wordpress.com/.../konduktor-isolator-dan-semikonduktor
id.wikipedia.org/wiki/Konduktivitas_listrik
matsci.fisika.ui.ac.id/abstrak/abstrak/gunawan.htm

Terjadinya struktur pita elektronik


Elektron-elektron pada atom bebas mengisi orbital-orbital atom, membentuk sekumpulan
tingkat-tingkat energi yang diskrit. Bila beberapa atom didekatkan bersama-sama dalam sebuah
molekul, orbital atomik mereka terbelah. Ini menghasilkan sejumlah orbital molekuler yang
sebanding dengan jumlah atom. Bila sejumlah besar atom (dalam orde
) digabungkankan
bersama-sama membentuk padatan, banyaknya orbital ini menjadi sangat besar, dan perbedaan

energi di antara mereka menjadi sangat kecil, sehingga tingkat-tingkat energi ini dapat dianggap
membentuk pita energi kontinu, bukannya tingkat energi diskrit seperti yang dijumpai atom
bebas. Namun beberapa selang energi tidak memiliki orbital, berapa pun banyaknya atom yang
bergabung. Ini membentuk celah pita
Dalam pita energi, tingkat energi begitu banyaknya sehingga membentuk kesinambungan.
Pertama, selisih antara tingkat energi dalam padatan dapat dibandingkan dengan energi yang
terus-menerus dipertukarkan dengan fonon (vibrasi atom). Kedua, selisih tersebut sebanding
dengan ketidakpastian energi akibat prinsip ketidakpastian Heisenberg, untuk jangka waktu yang
cukup panjang. Akibatnya, selisih antara tingkat-tingkat energi ini dapat diabaikan.

Makalah semikonduktor (Fisika Zat Padat)

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Secara sederhana zat padat dikelompokkan sebagai isolator, semikondukor,
dan kondukor. Bahan Isolator adalah material yang susah menghantarkan arus
lisrik, sedangkan bahan konduktor adalah material yang dapat menghantarkan arus
lisrik. Bahan Semikondukor adalah sutau material dengan sifat konduktivitas di
antara konduktor dan isolator, contohnya silicon, germanium. Untuk menjelaskan
konduktivias bahan seringkali menggun`akan konsep pita energy. Ada dua pita
energy yaitu pita valensi dan pita konduksi. Pita valensi adalah pita energy yang
mungkin diisi oleh electron dari zat padat hingga komplit. Setiap pita memiliki 2N
electron dengan N adalah jumlah atom. Bila masih ada elektron yang tersisa akan
mengisi pita konduksi. Pada suhu 0 K, pita konduksi terisi sebagian untuk bahan
konduktor, sedangkan untuk isolator dan semikonduktor tidak ada elektron yang
mengisi pita konduksi.

B.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahannya yaitu :

1.
2.

Bagaimana yang dimaksud dengan semikonduktor ?


Bagaimana sifat semikonduktor dalam pembuatan komponen elektronika?

3.
C.
1.
2.
3.

Bagaimana klasifikasi semikonduktor?


TUJUAN MASALAH
Untuk mengetahui pengertian semikonduktor
Untuk menjelaskan sifat semikonduktor dalam pembuatan komponen elektronika?
Untuk mengetahui klasifikasi semikonduktor.
BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Semikonduktor
Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada
di antara insulator (isolator) dan konduktor. Semikonduktor disebut juga sebagai
bahan setengah penghantar listrik. Suatu semikonduktor bersifat sebagai insulator
jika tidak diberi arus listrik dengan cara dan besaran arus tertentu, namun pada
temperatur, arus tertentu, tatacara tertentu dan persyaratan kerja semikonduktor
berfungsi sebagai konduktor, misal sebagai penguat arus, penguat tegangan dan
penguat daya. Untuk menggunakan suatu semikonduktor supaya bisa berfungsi
harus tahu spefikasi dan karakter semikonduktor itu, jika tidak memenuhi syarat
operasinya maka akan tidak berfungsi dan rusak. Bahan semikonduktor yang sering
digunakan adalah silikon, germanium, dan gallium arsenide.
Semikonduktor merupakan bahan yang dipakai dalam pembuatan komponen
elektronika seperti resistor, dioda, transistor, kapasitor, dan lain sebagainya. Antara
bahan yang satu dengan yang lainnya mempunyai sifat dasar dan karakteristik
yang berbeda.

Struktur Atom Bahan Semikonduktor


Bahan semikonduktor murni akan menjadi isolator pada suhu mutlak (-273C),
hal ini dikarenakan elektron valensi terikat erat pada tempatnya. Elektron valensi
adalah elektron-elektron yang terletak di kulit terluar sebuah unsur.
Silikon dan Germanium adalah bahan semikonduktor yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan komponen elektronika. Silikon lebih banyak digunakan
daripada Gemanium karena sifatnya yang lebih stabil pada suhu tinggi. Silikon
adalah material dengan struktur pita energi tidak langsung (indirect bandgap), di
mana nilai minimum dari pita konduksi dan nilai maksimum dari pita valensi tidak

bertemu pada satu harga momentum yang sama. Ini berarti agar terjadi eksitasi
dan rekombinasi dari pembawa muatan diperlukan perubahan yang besar pada nilai
momentumnya atau dapat dikatakan dibutuhkan bantuan sebuah partikel dengan
momentum yang cukup (seperti phonon) untuk mengkonservasi momentum pada
semua proses transisi. Dengan kata lain, silikon sulit memancarkan cahaya. Sifat ini
menyebabkan silikon tidak layak digunakan sebagai piranti fotonik/optoelektronik.

Piranti Semikonduktor
Piranti semikonduktor dapat diartikan sebagai komponen atau alat yang
berbahan semikonduktor.Contoh semikonduktor misalnya Cu 2O, Se, Si, Ge, HgI2 dan
PbS. Semikonduktor yang paling terkenal adalah semikonduktor Silikon (Si) dan
Germanium (Ge). Dalam keadaan murni semikonduktor bersifat isolator, terutama
pada suhu yang rendah. Tetapi konduktivitasnya bertambah bila ditambah sedikit
bahan lain dengan cara yang disebut doping. Semikonduktor banyak dipakai
untuk membuat dioda dan transistor.

Jenis-Jenis Semikonduktor
1. Semikonduktor jenis n
Semikonduktor jenis n adalah semikonduktor yang dikotori dengan atom-atom
pemberi (donor) yang memberikan kelebihan elektron. Germanium yang murni
adalah kristal semikonduktor yang tidak mempunyai elektron bebas. Atom-atomnya
tersusun secara teratur, tiap atom berikatan dengan empat atom yang lainnya.
Ikatan

antar

atom-atom

di

dalam

kristal

dimungkinkan

karena

tiap

atom

mempunyai 4 elektron di kulit terluarnya.

2. Semikonduktor jenis p
Semikonduktor jenis-p adalah semikonduktor yang berisi atom-atom penerima
(akseptor)yang kekurangan electron. Jika boron dimasukkan ke dalam cairan

germanium, maka akan terbentuk kristal-kristal yang mempunyai kekosongan di


dalam ikatan atom-atomnya karena boron hanya mempunyai 3 elektron terluarnya.

Arus Pada Semikonduktor

Pada semikonduktor dikenal dua macam arus, yaitu arus drift dan arus difusi.
Arus drif adalah arus yang ditimbulkan oleh mengalirnya muatan-muatan yang
disebabkan oleh perbedaan potensial. Contohnya adalah arus yang terjadi pada
bahan resistif yang dipasang pada suatu tegangan listrik. Arus difusi adalah arus
yang tidak disebabkan oleh adanya perbedaan tegangan, melainkan akibat gerak
random dari pertikel-partikel bermuatan yang disebabkan oleh energi panas.
Contohnya adalah elektron mengalir dari suatu tempat yang padat ke tempat yang
sedikit sampai dicapainya suatu keseimbangan.

Doping
Pemberian doping dimaksudkan untuk mendapatkan elektron valensi bebas
dalam

jumlah

lebih

banyak

dan

permanen,

yang

diharapkan

akan

dapat

menghantarkan listrik. Energy yang diperlukan untuk memutus sebuah ikatan


kovalen adalah sebesar 1,1 eV untuk silicon dan 0,7 eV untuk germanium. Pada
temperature ruang (300K), sejumlah electron mempunyai energy yang cukup besar
untuk melepaskan diri dari ikatan dan tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi
menjadi electron bebas. Besarnya enrgi yang diperlukan untuk melepaskan elektron
dari pita valensi ke pita konduksi ini disebut energy terlarang (energy gap). Jika
sebuah ikitan kovalen terputus,maka akan terjadi kekosongan lubang (hole). Pada
daerah dimana terjadi kekosongan akan terdapat kelebihan muatan positif, dan
daerah yang ditempati electron bebaas mempunyai kelebihan muatan negative.
Kedua muatan inilah yang memberikan kontribusi adanya aliran listrik pada
semikonduktor murni. Jika elektron valensi dari ikatan kovalen yang lain mengisi

lubang tersebut maka akan terjadi lubang baru di tempat yang lain dan seolah-olah
sebuah muatan positf bergerak dari lubang yang lama ke lubang baru.

B.

Sifat Semikonduktor Pada Komponen Elektronika


Semikonduktor adalah bahan yang terletak di antara konduktor dan isolator.
Contoh, silikon, germanium, antimon, dll. Sifat bahan, baik konduktor, isolator,
maupun semikonduktor terletak pada struktur jalur atau pita energi atom-atomnya.
Pita energi adalah kelompok tingkat energi elektron dalam kristal. Sifat-sifat
kelistrikan sebuah kristal tergantung pada struktur pita energi dan cara elektron
menempati pita energi tersebut. Pita energi dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Jalur valensi
Penyebab terbentuknya jalur valensi adalah adanya ikatan ato-atom yang
membangun kristal. Pada jalur ini elektron dapat lepas dari ikatan atomnya jika
mendapat energi.
2. Jalur konduksi
Jalur konduksi adalah tempat elektron-elektron dapat bergerak bebas karena
pengaruh gaya tarik inti tidak diperhatikan lagi. Dengan demikian elektron dapat
bebas menghantarkan listrik.
3. Jalur larangan
Jalur larangan adalah jalur pemisah antara jalur valensi dengan jalur
konduksi.Yang membedakan apakah bahan itu termasuk konduktor, isolator, atau
semikonduktor adalah energi Gap (Eg). Satuan energi gap adalah elektron volt (eV).
Satu elektron volt adalah energi yang diperlukan sebuah elektron untuk berpindah
pada beda potensial sebesar 1 volt. Satu elektron volt setara dengan 1,60 x 10-19
Joule.
Energi gap adalah energi yang diperlukan oleh elektron untuk memecahkan
ikatan kovalen sehingga dapat berpindah jalur dari jalur valensi ke jalur konduksi.

Energi gap germanium pada suhu ruang (300K) adalah 0,72 eV, sedangkan silikon
adalah 1,1 eV. Bahan-bahan semikonduktor dengan energi gap yang rendah
biasanya dipakai sebagai bahan komponen elektronika yang dioperasikan pada
suhu kerja yang rendah pula.

C.

Klasifikasi Semikonduktor
Berdasarkan

murni

atau

tidak

murninya

bahan,

semikonduktor

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu semikonduktor intrinsik dan ekstrinsik.


1. Semikonduktor Intrinsik
Semikonduktor intrinsik merupakan semikonduktor yang terdiri atas satu
unsur saja, misalnya Si saja atau Ge saja. Pada Kristal semikonduktor Si, 1 atom Si
yang memiliki 4 elektron valensi berikatan dengan 4 atom Si lainnya, perhatikan
gambar 1.

Pada kristal semikonduktor instrinsik Si, sel primitifnya berbentuk kubus.


Ikatan yang terjadi antar atom Si yang berdekatan adalah ikatan kovalen. Hal ini
disebabkan karena adanya pemakaian 1 buah electron bersama ( ) oleh dua atom Si
yang berdekatan.
Menurut tori pita energi, pada T = 0 K pita valensi semikonduktor terisi penuh
elektron, sedangkan pita konduksi kosong. Kedua pita tersebut dipisahkan oleh
celah energi kecil, yakni dalam rentang 0,18 - 3,7.

2. Semikonduktor Ekstrinsik

Semikonduktor yang telah terkotori (tidak murni lagi) oleh atom dari jenis
lainnya dinamakan semikonduktor ekstrinsik. Proses penambahan atom pengotor
pada semikonduktor murni disebut pengotoran (doping). Dengan menambahkan
atom
pengotor (impurities), struktur pita dan resistivitasnya akan berubah. Ketidakmurnia
n dalam semikonduktor dapat menyumbangkan electron maupun hole dalam pita
energi. Dengan demikian, konsentrasi elektron dapat menjadi tidak sama dengan
konsentrasi hole, namun masing-masing bergantung pada konsentrasi dan jenis
bahan ketidakmurnian.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di


antara insulator (isolator) dan konduktor. Semikonduktor disebut juga sebagai
bahan setengah penghantar listrik. Semikonduktor merupakan bahan yang dipakai
dalam

pembuatan

komponen

elektronika

seperti

resistor,

dioda,

transistor,

kapasitor, dan lain sebagainya. Antara bahan yang satu dengan yang lainnya
mempunyai sifat dasar dan karakteristik yang berbeda.
-

Sifat bahan, baik konduktor, isolator, maupun semikonduktor terletak pada


struktur jalur atau pita energi atom-atomnya. Pita energi adalah kelompok tingkat
energi elektron dalam kristal. Sifat-sifat kelistrikan sebuah kristal tergantung pada

struktur pita energi dan cara elektron menempati pita energi tersebut.
Berdasarkan murni atau tidak murninya bahan, semikonduktor dibedakan menjadi

1.

dua jenis, yaitu semikonduktor intrinsik dan ekstrinsik.


Semikonduktor Intrinsik
Semikonduktor intrinsik merupakan semikonduktor yang terdiri atas satu unsur saja,

2.

misalnya Si saja atau Ge saja.


Semikonduktor Ekstrinsik
Semikonduktor ektrinsik adalah semikonduktor
lagi) oleh atom dari jenis lainnya dinamakan

yang telah terkotori (tidak murni

DAFTAR PUSTAKA

Owen Bishop, Dasar-Dasar Elektronika. Jakarta: Erlangga, 2004.


Arthur Beiser, Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga, 1987.
Kenneth Krane, Fisika Modern. Jakarta: UI Press, 1992.
Diposkan oleh syukri adi di 08.46
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Digital clock - DWR
Blogroll
Blog Archive

2015 (4)
o

Januari (4)

Makalah Ulumul Hadist

Makalah Misi Ajaran Islam (Metodologi Studi Islam)...

Makalah semikonduktor (Fisika Zat Padat)

Makalah mekanika fluida

Anda mungkin juga menyukai