PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara sederhana zat padat dikelompokkan sebagai isolator, semikondukor, dan kondukor.
Bahan Isolator adalah material yang susah menghantarkan arus lisrik, sedangkan bahan
konduktor adalah material yang dapat menghantarkan arus lisrik. Bahan Semikondukor adalah
sutau material dengan sifat konduktivitas di antara konduktor dan isolator, contohnya silicon,
germanium. Untuk menjelaskan konduktivias bahan seringkali menggunakan konsep pita energy.
Ada dua pita energy yaitu pita valensi dan pita konduksi. Pita valensi adalah pita energy yang
mungkin diisi oleh electron dari zat padat hingga komplit. Setiap pita memiliki 2N electron
dengan N adalah jumlah atom. Bila masih ada elektron yang tersisa akan mengisi pita konduksi.
Pada suhu 0 K, pita konduksi terisi sebagian untuk bahan konduktor, sedangkan untuk isolator
dan semikonduktor tidak ada elektron yang mengisi pita konduksi.
1.2 PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
a.
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab. Pada bab I adalah pendahuluan yang
berisi latar belakang penulisan, tujuan penulisan, permasalahan dan sistematika penulisan. Bab II
adalah dasar teori. Dan Bab III adalah penutup yang berisi kesimpulan dari makalah.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Proses terbentuknya Pita Energi
Dalam pembahasan mengenai ikatan atom kita lihat bahwa dua atom akan
membentuk membentuk ikatan yang stabil jika kedua atom berjarak ro yaitu jarak yang
memberikan energi terendah. Dua atom H misalnya, setelah membentuk H2 yang stabil,
keduanya berada pada jarak keseimbangan ro dimana dua elektron dengan spin
berlawanan menempati orbital 1s. Tingkat energi elektron yang berperan dalam
pembentukan ikatan akan terpecah menjadi dua, sebagaimana diperlihatkan oleh gambar 2.1.
Satu kurva akan diikuti oleh terbentuknya ikatan stabil dan satu kurva lagi
menggambarkan situasi yang tidak memungkinkan tercapainya ikatan stabil; dalam hal terakhir
ini kedua elektron yang seharusnya berperan dalam pembentukan ikatan, memiliki spin
berlawanan.
Peristiwa ini tentu tidak terjadi hanya pada atom H saja, akan tetapi terjadi pula pada
kumpulan sejumlah besar atom-atom yang menyusun padatan. Gejala terbentuknya pita energi
inilah yang menjadi dasar dikembangkannya teori pita energi yang akan kita bahas berikut ini.
Tingkat-tingkat energi elektron dalam atom makin rumit jika nomer atom makin besar. Gambar
2.3. memperlihatkan tingkat-tingkat energi atom Na yang memiliki konfigurasi elektron 1s2,2s2 ,
2p6 3s1. Orbital terluar yang ditempati elektron adalah 3s.
atom tertentu pula. Kita perhatikan pula bahwa tumpang-tindih pita energi sudah terjadi
pada jarak ro, yaitu jarak keseimbangan antar atom.
Konduktivitas Listrik. Aplikasi medan listrik pada metal menyebabkan seluruh elektronbebas bergerak dalam metal, sejajar dan berlawanan arah dengan arah medan listrik.
Gerakan elektron sejajar medan listrik ini merupakan tambahan pada gerak thermal yang
acak, yang telah dimiliki elektron sebelum ada medan listrik. Gerak thermal yang acak
tersebut memiliki nilai rata-rata nol sehingga tidak menimbulkan arus listrik. Jika terdapat
medan listrik sebesar Ex maka medan ini akan memberikan percepatan pada elektron sebesar :
(1.1)
dengan e adalah muatan elektron, m adalah massa elektron, dan F adalah gaya yang bekerja
pada elektron. Percepatan pada elektron memberikan kecepatan pada elektron sebesar v
yang kita sebut kecepatan hanyut (drift velocity). Dalam perjalanannya sejajar arah
medan, elektron ini membentur ion, dan electron dianggap kehilangan seluruh energi
kinetiknya sesaat setelah benturan sehingga ia mulai lagi dengan kecepatan nol sebelum
mendapat percepatan lagi. Dengan demikian kecepatan hanyut elektron berubah dari nol
(sesaat setelah benturan) sampai maksimum sesaat sebelum benturan.
Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus
listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatanmuatan bergeraknya akan berpindah, menghasilkan arus listrik. Konduktivitas listrik merupakan
sifat penting suatu bahan sehubungan dengan medan magnet luar. Ketika suatu medan listrik
diberikan pada sebuah dielektrik, akan terjadi polarisasi terhadap dielektrik tersebut. Tetapi jika
medan tersebut diberikan ke daerah yang memiliki muatan bebas tersebut akan bergerak dan
timbul arus listrik sebagai ganti polarisasi medium tersebut. Tidak seluruhnya zat merupakan
konduktor listrik dan diantaranya zat-zat yang menghantarkan listrik tidak semua mengikuti
hukum ohm. Masih banyak campuran antar logam yang menunjukkan perilaku superkonduktor.
Konduktivitas merupakan respon bahan terhadap medan listrik dan rapat arus J melalui
persamaan J = . Dalam suatu bahan dengan panjang L dan luas penampan A, sedangkan
konduktivitas adalah kebalikan dari resistivitas, yaitu = 1/ . sehingga dengan A : luas
penampang ( m2 )
R : tahanan penghantar ( ohm )
: Konduktivitas (ohm m)
Konduktivitas merupakan sifat listrik yang diperlukan dalam berbagai pemakaian sebagai
penghantar tenaga listrik; dan sebagaimana diketahui mempunyai rentang harga yang sangat
luas. Logam / material yang merupakan penghantar listrik yang baik memiliki konduktivitas
listrik yang baik dengan orde 107 ( ohm.meter ) -1. Sebaliknya material isolator memiliki
konduktivitas yang sangat rendah; yaitu antara 10-10 sampai 10-20 ( ohm.m )-1. Diantara kedua
sifat ekstrim tersebut, ada material semi konduktor yang konduktivitasnya berkisar antara 10-6
sampai dengan 10-4 ( ohm.m )-1. Berbeda pada kabel tegangan rendah pada kabel tegangan
menengah, untuk pemenuhan fungsi pengahantar dan pengaman terhadap penggunaan, ketiga
jenis / sifat konduktivitas tersebut diatas digunakan semuanya.
Kenaikan suhu mengakibatkan kenaikan nilai konduktivitas listriknya. Hal ini dikarenakan
jika suatu atom dipanasi maka atom tersebut akan bergetar (vibrasi). Bergetarnya atom ini
menimbulkan jarak antar atom semakin besar, sehingga atom tidak mudah mengikat elektron dan
mengakibatkan elektron mudah bergerak bebas. Gerakan elektron bebas ini akan meningkatkan
konduktivitas listrik. Jadi konduktivitas listrik bergantung pada suhu. Penambahan suhu dapat
menyebabkan transisi fase, perubahan struktur Kristal, perubahan jarak atom terdekat dan sudut
atom terdekat serta parameter kisi. Suatu bahan akan mengalami transisi dari sifat konduktif ke
sifat resistif akibat pengaruh suhu .Konduktivitas listrik sangat dipengarui oleh mudah tidaknya
elektron bergerak dalam kisi.
2.2.2
Boltzmann berubah menjadi status kuantum dalam pembahasan statistik kuantum ini. Jika gi
adalah jumlah status dalam suatu tingkat energi Ei, dan ni adalah jumlah partikel pada
tingkat energi tersebut, maka haruslah ni gi.
Cara penempatan partikel adalah sebagai berikut. Partikel pertama dapat
menempati salah satu diantara gi; partikel kedua dapat menempati salah satu dari (gi1);
partikel ketiga dapat menempati salah satu dari (gi2) dan seterusnya.
Jumlah cara untuk menempatkan n1 partikel di tingkat E1, adalah
Karena partikel tidak dapat dibedakan satu sama lain, maka jumlah cara untuk menempatkan n1
partikel di tingkat E1 menjadi
(1.2)
(1.3)
Seperti halnya pada distribusi Maxwell Boltzmann, kita cari maksimum P melalui
lnP. Dengan menggunakan pendekatan Stirling
kita peroleh
(1.4)
(1.5)
Dari sini diperoleh distribusi Fermi Dirac
(1.6)
Parameter berperan sama seperti pada distribusi Maxwell$ Boltzmann, =1/kBT.
Parameter berkaitan dengan EF melalui hubungan EF = kBT sehingga persamaan 1.6
menjadi
(1.7)
Jika diperhatikan persamaan 1.7 di atas, maka dapat kita lihat bahwa
Oleh karena itu persamaan (1.7) ini menunjukkan bahwa jika T = 0 maka ni = gi yang
berarti semua tingkat energi sampai EF terisi penuh dan di atas EF tidak terisi (ni = 0). EF inilah
temperatur Fermi. Jika kita gambarkan kurva ni/gi terhadap E kita peroleh bentuk kurva seperti
pada gambar 2.5 (a) sedangkan gambar 2.5 (b) memperlihatkan pengisian tingkat energi pada
temperatur diatas 0oK. Bila dibandingkan dengan pengisian pada 0oK pada gambar 2.5 (b),
terlihat bahwa pada temperatur > 0oK perubahan pengisian hanya terjadi di sekitar tingkat
Fermi.
Gambar 2.5 ni/gi pada tiga temperature berbeda menurut statistic Fermi-dirac dan pengisian
tingkat-tingkat energy pada T > 0oK
2.3 Konduktor
Kita ambil contoh padatan Na. Konfigurasi atom Na adalah 1s2 2s2 2p6 3s1 . Sesudah
membentuk padatan, diagram pita energi padatan Na dapat digambarkan seperti terlihat
pada gambar 2.6
Pada atom Na orbital 3s yang seharusnya dapat memuat 2 elektron hanya terisi 1
elektron; inilah elektron valensi atom Na. Oleh karena itu pita energi 3s pada padatan Na
hanya setengah terisi, dan disebut pita valensi. Orbital berikutnya 3p tidak terisi elektron
(kosong). Diantara pita-pita energi terdapat celah energi yang merupakan celah terlarang bagi
elektron.
Sesungguhnya pembagian pita-pita energi padatan Na agak lebih rumit dari gambar 2.5.
Jika kita kembali ke gambar 2.4 akan kita lihat bahwa pada jarak antar atom ro, yang
merupakan jarak keseimbangan antar atom, pita 3s telah bertumpang tindih dengan pita 3p.
Akibatnya adalah bahwa elektron di pita konduksi 3s mempunyai peluang lebih banyak
bertemu dengan orbital yang belum terisi. Keadaan bertumpang tindihnya pita energi
semacam ini biasa terjadi pada metal. Kita ambil contoh padatan magnesium. Konfigurasi
elektron atom Mg adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 ; orbital 3s terisi penuh. Pita valensi 3s pada padatan
juga akan terisi penuh. Namun pada jarak keseimbangan antar atom, pita 3s telah bertumpang
tindih dengan pita 3p. Diagram pita valensi padatan ini dapat kita gambarkan seperti pada
gambar 2.7. yang memperlihatkan bertumpang tindihnya pita 3s dan 3p.
kasus atom Na, elektron di orbital 3s dengan mudah pindah ke 3p dan 3d; elektron ini berada
dalam pita energi gabungan yang jauh lebih lebar dari pita s dimana semula ia berada.
Pada 0o K elektron terdistribusi dalam pita valensi sampai tingkat tertinggi yang
disebut tingkat Fermi, EF (akan kita bahas di bab berikutnya). Pada temperatur kamar
elektron di sekitar tingkat energi Fermi mendapat tambahan energi dan mampu naik ke
orbital di atasnya yang masih kosong. Elektron yang naik ini relatif bebas sehingga medan
listrik dari luar akan menyebabkan elektron bergerak dan terjadilah arus listrik. Oleh karena
itu material dengan struktur pita energi seperti ini, di mana pita energi yang tertinggi tidak
terisi penuh, merupakan konduktor yang baik (juga disebut metal). Pita valensi 3s pada
padatan Na yang setengah terisi disebut juga pita konduksi.
Terbentuknya pita energi dapat pula kita lihat sebagai terjadinya perluasan kotak
potensial sebagai akibat kotak-kotak yang tumpang-tindih. Ruang di sekitar suatu ion
dapat kita pandang sebagai kotak potensial. Dalam kotak inilah elektron terjebak. Jika
ion-ion tersusun secara rapat, maka kotak-kotak potensial ini saling tumpang-tindih
sehingga membentuk kotak potensial yang lebih besar. Dengan membesarnya kotak
potensial maka tingkat energy menjadi rapat. Rapatnya tingkat energi memudahkan elektron
berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan hanya sedikit tambahan energi,
misalnya dari medan listrik. Oleh karena itu metal memiliki konduktivitas listrik yang
tinggi.
2.4 Isolator
Kita lihat sekarang situasi di mana pita valensi terisi penuh dan tidak tumpang-tindih
dengan pita di atasnya. Diagram pita energi digambarkan pada gambar 2.8. Karena pita valensi
terisi penuh maka elektron dalam pita ini tidak dapat berganti status. Satu-satunya cara untuk
berganti status adalh dengan melompati celah energi dan masuk ke pita konduksi. Namun jika
celah energi cukup lebar, beberapa eV, perpindahan ini hampir tidak mungkin kecuali
ditambahkan energi yang cukup besar misalnya dengan pemanasan. Material yang memiliki
diagram pita energi seperti ini tidak mudah menghantarkan arus listrik; mereka termasuk
dalam kelompok material isolator seperti misalnya intan, quartz, dan kebanyakan padatan
dengan ikatan kovalen dan ikatan ion.
2.
Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus
listrik. Kenaikan suhu mengakibatkan kenaikan nilai konduktivitas listriknya. Hal ini
dikarenakan jika suatu atom dipanasi maka atom tersebut akan bergetar (vibrasi). Bergetarnya
atom ini menimbulkan jarak antar atom semakin besar, sehingga atom tidak mudah mengikat
elektron dan mengakibatkan elektron mudah bergerak bebas. Gerakan elektron bebas ini akan
meningkatkan konduktivitas listrik. Jadi konduktivitas listrik bergantung pada suhu.
3.
Distribusi Fermi-dirac adalah suatu persamaan yang menjelaskan bahwa konsep atom hanya
berlaku pada kondisi tekanan dan temperature yang sama.
4.
Bahan Isolator adalah material yang susah menghantarkan arus lisrik, sedangkan bahan
konduktor adalah material yang dapat menghantarkan arus lisrik. Bahan Semikondukor adalah
sutau material dengan sifat konduktivitas di antara konduktor dan isolator
DAFTAR PUSTAKA
www.biomed.ee.itb.ac.id/.../BAB%208%20b5%20Konduktor,%20Isolator,
%20Semikonduktor.pdf
id.wikipedia.org/wiki/Statistik_Fermi-Dirac
staff.ui.ac.id/internal/131645339/material/05_Semikonduktor.pdf
lovefisika.wordpress.com/.../konduktor-isolator-dan-semikonduktor
id.wikipedia.org/wiki/Konduktivitas_listrik
matsci.fisika.ui.ac.id/abstrak/abstrak/gunawan.htm
energi di antara mereka menjadi sangat kecil, sehingga tingkat-tingkat energi ini dapat dianggap
membentuk pita energi kontinu, bukannya tingkat energi diskrit seperti yang dijumpai atom
bebas. Namun beberapa selang energi tidak memiliki orbital, berapa pun banyaknya atom yang
bergabung. Ini membentuk celah pita
Dalam pita energi, tingkat energi begitu banyaknya sehingga membentuk kesinambungan.
Pertama, selisih antara tingkat energi dalam padatan dapat dibandingkan dengan energi yang
terus-menerus dipertukarkan dengan fonon (vibrasi atom). Kedua, selisih tersebut sebanding
dengan ketidakpastian energi akibat prinsip ketidakpastian Heisenberg, untuk jangka waktu yang
cukup panjang. Akibatnya, selisih antara tingkat-tingkat energi ini dapat diabaikan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Secara sederhana zat padat dikelompokkan sebagai isolator, semikondukor,
dan kondukor. Bahan Isolator adalah material yang susah menghantarkan arus
lisrik, sedangkan bahan konduktor adalah material yang dapat menghantarkan arus
lisrik. Bahan Semikondukor adalah sutau material dengan sifat konduktivitas di
antara konduktor dan isolator, contohnya silicon, germanium. Untuk menjelaskan
konduktivias bahan seringkali menggun`akan konsep pita energy. Ada dua pita
energy yaitu pita valensi dan pita konduksi. Pita valensi adalah pita energy yang
mungkin diisi oleh electron dari zat padat hingga komplit. Setiap pita memiliki 2N
electron dengan N adalah jumlah atom. Bila masih ada elektron yang tersisa akan
mengisi pita konduksi. Pada suhu 0 K, pita konduksi terisi sebagian untuk bahan
konduktor, sedangkan untuk isolator dan semikonduktor tidak ada elektron yang
mengisi pita konduksi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahannya yaitu :
1.
2.
3.
C.
1.
2.
3.
A.
Pengertian Semikonduktor
Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada
di antara insulator (isolator) dan konduktor. Semikonduktor disebut juga sebagai
bahan setengah penghantar listrik. Suatu semikonduktor bersifat sebagai insulator
jika tidak diberi arus listrik dengan cara dan besaran arus tertentu, namun pada
temperatur, arus tertentu, tatacara tertentu dan persyaratan kerja semikonduktor
berfungsi sebagai konduktor, misal sebagai penguat arus, penguat tegangan dan
penguat daya. Untuk menggunakan suatu semikonduktor supaya bisa berfungsi
harus tahu spefikasi dan karakter semikonduktor itu, jika tidak memenuhi syarat
operasinya maka akan tidak berfungsi dan rusak. Bahan semikonduktor yang sering
digunakan adalah silikon, germanium, dan gallium arsenide.
Semikonduktor merupakan bahan yang dipakai dalam pembuatan komponen
elektronika seperti resistor, dioda, transistor, kapasitor, dan lain sebagainya. Antara
bahan yang satu dengan yang lainnya mempunyai sifat dasar dan karakteristik
yang berbeda.
bertemu pada satu harga momentum yang sama. Ini berarti agar terjadi eksitasi
dan rekombinasi dari pembawa muatan diperlukan perubahan yang besar pada nilai
momentumnya atau dapat dikatakan dibutuhkan bantuan sebuah partikel dengan
momentum yang cukup (seperti phonon) untuk mengkonservasi momentum pada
semua proses transisi. Dengan kata lain, silikon sulit memancarkan cahaya. Sifat ini
menyebabkan silikon tidak layak digunakan sebagai piranti fotonik/optoelektronik.
Piranti Semikonduktor
Piranti semikonduktor dapat diartikan sebagai komponen atau alat yang
berbahan semikonduktor.Contoh semikonduktor misalnya Cu 2O, Se, Si, Ge, HgI2 dan
PbS. Semikonduktor yang paling terkenal adalah semikonduktor Silikon (Si) dan
Germanium (Ge). Dalam keadaan murni semikonduktor bersifat isolator, terutama
pada suhu yang rendah. Tetapi konduktivitasnya bertambah bila ditambah sedikit
bahan lain dengan cara yang disebut doping. Semikonduktor banyak dipakai
untuk membuat dioda dan transistor.
Jenis-Jenis Semikonduktor
1. Semikonduktor jenis n
Semikonduktor jenis n adalah semikonduktor yang dikotori dengan atom-atom
pemberi (donor) yang memberikan kelebihan elektron. Germanium yang murni
adalah kristal semikonduktor yang tidak mempunyai elektron bebas. Atom-atomnya
tersusun secara teratur, tiap atom berikatan dengan empat atom yang lainnya.
Ikatan
antar
atom-atom
di
dalam
kristal
dimungkinkan
karena
tiap
atom
2. Semikonduktor jenis p
Semikonduktor jenis-p adalah semikonduktor yang berisi atom-atom penerima
(akseptor)yang kekurangan electron. Jika boron dimasukkan ke dalam cairan
Pada semikonduktor dikenal dua macam arus, yaitu arus drift dan arus difusi.
Arus drif adalah arus yang ditimbulkan oleh mengalirnya muatan-muatan yang
disebabkan oleh perbedaan potensial. Contohnya adalah arus yang terjadi pada
bahan resistif yang dipasang pada suatu tegangan listrik. Arus difusi adalah arus
yang tidak disebabkan oleh adanya perbedaan tegangan, melainkan akibat gerak
random dari pertikel-partikel bermuatan yang disebabkan oleh energi panas.
Contohnya adalah elektron mengalir dari suatu tempat yang padat ke tempat yang
sedikit sampai dicapainya suatu keseimbangan.
Doping
Pemberian doping dimaksudkan untuk mendapatkan elektron valensi bebas
dalam
jumlah
lebih
banyak
dan
permanen,
yang
diharapkan
akan
dapat
lubang tersebut maka akan terjadi lubang baru di tempat yang lain dan seolah-olah
sebuah muatan positf bergerak dari lubang yang lama ke lubang baru.
B.
Energi gap germanium pada suhu ruang (300K) adalah 0,72 eV, sedangkan silikon
adalah 1,1 eV. Bahan-bahan semikonduktor dengan energi gap yang rendah
biasanya dipakai sebagai bahan komponen elektronika yang dioperasikan pada
suhu kerja yang rendah pula.
C.
Klasifikasi Semikonduktor
Berdasarkan
murni
atau
tidak
murninya
bahan,
semikonduktor
2. Semikonduktor Ekstrinsik
Semikonduktor yang telah terkotori (tidak murni lagi) oleh atom dari jenis
lainnya dinamakan semikonduktor ekstrinsik. Proses penambahan atom pengotor
pada semikonduktor murni disebut pengotoran (doping). Dengan menambahkan
atom
pengotor (impurities), struktur pita dan resistivitasnya akan berubah. Ketidakmurnia
n dalam semikonduktor dapat menyumbangkan electron maupun hole dalam pita
energi. Dengan demikian, konsentrasi elektron dapat menjadi tidak sama dengan
konsentrasi hole, namun masing-masing bergantung pada konsentrasi dan jenis
bahan ketidakmurnian.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
pembuatan
komponen
elektronika
seperti
resistor,
dioda,
transistor,
kapasitor, dan lain sebagainya. Antara bahan yang satu dengan yang lainnya
mempunyai sifat dasar dan karakteristik yang berbeda.
-
struktur pita energi dan cara elektron menempati pita energi tersebut.
Berdasarkan murni atau tidak murninya bahan, semikonduktor dibedakan menjadi
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
2015 (4)
o
Januari (4)